PAPER
KATARAK KONGENITAL
Disusun oleh:
ANDINI ANASTASYA HASIBUAN
130100046
Pembimbing:
Dr. dr. Rodiah R. Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M (K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan
judul “KATARAK KONGENITAL”. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dokter pembimbing penulis, Dr. dr. Rodiah R.Lubis,
M.Ked(Oph), Sp.M (K) yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
bimbingan serta masukan dalam penyusunan paper ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kesempurnaan
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan paper selanjutnya.
Paper ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.
Penulis
i
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
DAFTAR ISI
ii
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Mata ………………………………………………….…….. 3
Gambar 2. Struktur Lensa ...................................................................................... 5
Gambar 3. Struktur Lensa Di Perbesar ……………………………..…………… 6
Gambar 4: Anatomi Lensa ………………………………………………….…… 6
Gambar 5: Struktur Lensa Dengan Sutura Lensa “Y” ………………………..…. 7
Gambar 6. Akomodasi Lensa ……………………………………………….…… 7
Gambar 7. Perkembangan Dari Embrio Mengenai Mata …………………..……. 9
Gambar 8. Embriologi Mata …………………………………………………… 10
Gambar 9. Morfologi katarak kongenital …………………………………….… 15
Gambar 10. Morfologi katarak kongenital ……………………………….…….. 16
Gambar 11. Retinoblasma ……………………………………………..……….. 19
Gambar 12. Ablasio retina ……………………………………………….…….. 19
iii
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
BAB I
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
2
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Lensa
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah: sklera/kornea,
koroid/badan siliaris/iris, dan retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat
yang protektif dan kuat di sebelah luar yaitu sklera, yang membentuk bagian putih
mata. Pada bagian anterior, lapisan luar terdiri atas kornea transparan yang
merupakan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah
dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-
pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah
koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar
dan sebuah lapisan syaraf di dalamnya. Retina mengandung sel batang dan sel
kerucut yang fotoreseptor yang dapat mengubah energi cahaya menjadi impuls
syaraf.5
3
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati
kornea dan masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi di
kornea dimana terdapat pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor
tersebut merupakan massa yang jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa
mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting
untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk endothelium
kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin
berwarna dari serabut otot. 3,5
Cahaya pertama kali harus melewati pusat dari iris yaitu pupil. Ukuran pupil
itu secara aktif dikendalikan oleh otot radial dan sirkular untuk mempertahankan
level yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk ke mata. Terlalu banyaknya
cahaya yang masuk dapat merusak retina. Namun bila terlalu sedikit dapat
menyebabkan kesulitan dalam melihat. Lensa yang berada di belakang iris
berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan cahaya melewati humour kedua
untuk menuju ke retina.2
Lensa adalah suatu struktur bikonveks avaskular tidak bewarna dan hampir
transparan sempurna yang berasal dari ektoderm permukaan serta dapat menebal
dan menipis pada saat terjadinya akomodasi, pada lensa juga tidak terdapat serat
nyeri, pembuluh darah atau saraf dilensa.1,3
Lensa mata merupakan struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan
tembus pandang yang berasal dari ektoderm permukaan serta dapat menebal
menipis pada saat erjadinya akomodasi, pada lensa juga tidak terdapat serat nyeri,
pembuluh darah, muaupun saraf. Tebalnya sekitar 5 mm dengan diameter sekitar 9
mm. dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula yang menghubungkannya dengan
korpus siliare. Pada bagian anterior lensa terdapat humor aqueous sedangkan pada
bagian posteriornya terdapat vitreus humor. 3
Kapsul lensa adalah sebuah membran yang semipermeabel yang
mempermudah air dan elektrolit masuk. Kapsul ini terdiri dari zat kolagen yang
terdiri dari kapsul anterior dan posterior. Di bagian kapsul anterior terdapat satu
lapis sel epitel (epitel subkapsuler) yang kearah ekuator menghasilkan serabut (serat
lamellae) lensa yang terus diproduksi sehingga lama kelamaan lensa menjadi lebih
4
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
besar dan kurang elastik. Serabut yang usianya tertua ditemukan di sentral dan
membentuk nukleus lensa sedangkan yang lebih muda terletak di perifer (di bagian
luar nukleus) membentuk korteks lensa. Korteks yang terletak disebelah depan
nukleus lensa disebut korteks anterior, sedangkan yang terletak dibelakangnya
disebut korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi yang lebih keras
berbanding korteks lensa. Nukleus dan korteks terbentuk dari serabut atau serat
lamellae konsentris yang panjang. Garis persambungan yang terbentuk dengan
persambungan lamallae ini ujung ke ujung di anterior dan posterior disebut sutura
lensa yang berbentuk ”Y” bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk ”Y” ini tegak di
anterior dan terbalik di posterior.2,3
Lensa ditahan oleh sebuah ligamentum yaitu zonula zinni yang tersusun dari
banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip kedalam equator lensa.
65% lensa terdiri dari air dan sekitar 35% nya terdiri dari protein (kandungan
protein yang tertinggi di antara jaringan tubuh) dan sedikit mineral. Kandungan
kalium lebih tinggi daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi ataupun tereduksi.6
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu yaitu:7
1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung.
2. Jernih atau transparan karana diperlukan sebagai media penglihatan
3. Terletak di tempatnya.
5
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
6
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
7
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
Metabolisme lensa1,2,3 :
• Transparansi lensa :
o Transparansi lensa diatur oleh keseimbangan air dan kation
(Natrium dan Kalium) dimana kedua kation ini berasal dari humor
aqueos dan vitreus.
o Kadar kalium di bagian anterior lebih tinggi dibandingkan bagian
posterior dan kadar natrium lebih tinggi di bagian posterior daripada
anterior lensa
o Ion kalium akan bergerak ke bagian posterior ke humor aqueos dan
ion natrium bergerak ke arah sebaliknya yaitu ke anterior untuk
menggantikan ion kalium dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATP
ase
o Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium
keluar dan menarik ion kalium ke dalam dimana mekanisme ini
tergantung dari pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na-K
ATPase.
Inhibisi dari Na-K ATP ase akan menyebabkan hilangnya keseimbangan kation
sehingga terjadi peningkatan kadar air dalam lensa dan gangguan dari hidrasi
lensa ini menyebabkan kekeruhan lensa.3
2.2 Embriologi Lensa
Mata berasal dari tonjolan otak (optic vesicle). Lensanya berasal dari
ektoderm permukaan, pada tempat lensplate, yang kemudian mengadakan
invaginasi dan melepaskan diri dari ektoderm permukaan, membentuk vesikel lensa
dan bebas terletak di dalam batas-batas dari optic cup. Segera setelah vesikel lensa
terlepas dari ektoderm permukaan, maka sel-sel bagian posterior memanjang dan
menutupi bagian yang kosong. Pada stadium ini kapsul hialin dikeluarkan oleh sel-
sel lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan diri dari daerah ekuator dan tumbuh
ke depan di bawah epitel subkapsuler, yang hanya selapis dan kebelakang kapsula
lentis. Serat-serat ini saling bertemu dan membentuk sutura lentis, yang berbentuk
huruf Y yang tegak dianterior dan Y terbalik di posterior.2
8
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
9
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
10
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan
zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa
menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus
siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-
lahan akan berkurang.5
Secara fisiologi lensa mempunyai sifat tertentu yaitu kenyal atau lentur
karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung,
jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, dan terletak di
tempatnya.8 Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa
lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian
sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara
perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat dimana
nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa
menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan
tampak sebagai grey reflex atau senile reflex, yang sering disangka sebagai katarak.
Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya
pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada
umur 40 tahun.5
2.4 Katarak Kongenital
2.4.1 Defenisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract dan Latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akbiat keduanya. Katarak
kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah kelahiran
dan bayi yang berusia kurang dari satu tahun.8 Sebuah katarak disebut kongenital
11
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
bila ada saat lahir, atau dikenal juga sebagai “infantile cataract” jika berkembang
pada usia 6 bulan setelah lahir.9
2.4.2 Etiologi
Katarak terbentuk saat protein di dalam lensa menggumpal bersama-sama
membentuk sebuah clouding atau bentuk yang menyerupai permukaan. Ada banyak
alasan yang menyebabkan katarak kongenital, yaitu antara lain.10
1) Herediter (isolated – tanpa dihubungkan dengan kelainan mata atau
sistemik) seperti autosomal dominant inheritance.
2) Herediter yang dihubungkan dengan kelainan sistemik dan sindrom
multisistem.
• Kromosom seperti Down’s syndrome (trisomy 21), Turner’s syndrome.
• Penyakit otot skelet atau kelainan otot seperti Stickler syndrome,
Myotonicdystrophy.
• Kelainan sistem saraf pusat seperti Norrie’s disease.
• Kelainan ginjal seperti Lowe’s syndrome, Alport’s syndrome.
• Kelainan mandibulo-fasial seperti Nance-Horan cataract-dental
syndrome.
• Kelainan kulit seperti Congenital icthyosis, incontinentia pigmenti.
3) Infeksi seperti toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes simplex, sifilis,
poliomielitis, influenza, Epstein-Barr virus saat hamil.
4) Obat-obatan prenatal (intra-uterine) seperti kortikosteroid dan vitamin A
5) Radiasi ion prenatal (intra-uterine) seperti X-rays
6) Kelainan metabolik seperti diabetes pada kehamilan dan galaktosemia.
7) Tapi penyebab terbanyak pada kasus katarak adalah idiopatik, yaitu tidak
diketahui penyebabnya.
2.4.3 Epidemiologi10
• Frekuensi
Di Indonesia belum data mengenai insiden katarak kongenital, namun di
Amerika Serikat insiden katarak kongenital adalah 1,2-6 kasus per 10.000
kelahiran. Insiden katarak secara internasional belum diketahui. Meskipun
WHO dan organisasi kesehatan yang lain membuat resolusi yang luar biasa
12
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
13
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
2.4.5 Klasifikasi
Klasifikasi katarak kongenital berdasarkan morfologi penting, karena dapat
menunjukkan etiologi kemungkinan, diwariskan dan efek pada penglihatan.
Adapun klasifikasi berdasarkan morfologi adalah sebagai berikut:12
a. Katarak nuclear adalah katarak yang terbatas pada nukleus lensa embrio atau
janin. Katarak bisa padat atau halus dengan kekeruhan berbentuk serbuk/seperti
debu (Gambar 6A). Berhubungan dengan mikrophthalmos.
b. Katarak lamellar, mempengaruhi lamella tertentu dari lensa baik anterior dan
posterior (Gambar 6B) dan dalam beberapa kasus dikaitkan dengan ekstensi
radial (Gambar 6C). Katarak lamellar mungkin AD, terjadi pada bayi dengan
gangguan metabolik dan infeksi intrauterin.
c. Katarak koroner (supranuclear), katarak terletak di korteks dalam dan
mengelilingi inti seperti mahkota (Gambar 6D). Biasanya sporadis dan hanya
sesekali yang bersifat herediter.
d. Katarak blue dot (cataracta punctata caerulea - Gambar 6E) yang umum dan
tidak berbahaya, dan dapat bersamaan dengan katarak jenis lain.
e. Katarak sutura, di mana kekeruhan mengikuti sutura Y anterior atau posterior.
(Gambar 6F).
f. Katarak polaris anterior (Gambar 7A), bisa flat atau kerucut ke ruang anterior
(katarak piramidal - Gambar 7B). Katarak piramidal sering dikelilingi oleh
daerah katarak kortikal dan dapat mempengaruhi penglihatan. Berhubungan
dengan katarak polaris anterior termasuk membran pupil persisten (Gambar
7C), aniridia, anomali Peters dan lenticonus anterior.
g. Katarak polaris posterior (Gambar 7D) kadang-kadang berhubungan dengan
sisa-sisa hyaloid persisten (Mittendorf dot), lenticonus posterior dan vitreous
primer hiperplastik persisten.
h. Katarak central oil droplet (Gambar 7E), khas pada galaktosemia.
i. Katarak membranosa, jarang dan mungkin terkait dengan Hallermann-Streiff-
François sindrom. Terjadi ketika bahan lentikular sebagian atau seluruhnya
menyerap kembali meninggalkan sisa kapur putih-materi lensa yang terjepit di
antara kapsul anterior dan posterior (Gambar 7F).
14
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
15
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
16
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
Jika seorang dokter kandungan atau dokter rumah sakit mencurigai seorang
anak mempunyai katarak kongenital, mereka akan merencanakan sebuah
pemeriksaan lengkap terhadap mata dan lensa. Seorang spesialis mata akan
melakukan pemeriksaan tersebut di rumah sakit. Jika seorang anak katarak atau
katarak tampak mempunyai efek yang signifikan terhadap penglihatan anak,
pembedahan mungkin dipertimbangkan pada usia dibawah 3 bulan. Dalam kasus
seperti ini sangatlah penting untuk segera merujuk ke dokter spesialis mata secepat
mungkin sesuai diagnosis.
Seorang dokter mata biasanya menggunakan sebuah alat yang disebut
oftalmoskop yang dapat memeriksa bagian dalam mata seoarang anak.
Oftalmoskop dipegang mendekati mata tapi tidak sampai menyentuh mata.
Kadang-kadang seorang anak diberikan anastesi umum agar dokter spesialis
mata dapat memeriksa mata anak tersebut secara keseluruhan tanpa menyebabkan
kesukaran. Jika katarak berkembang pada masa anak nanti, mereka mungkin
menyadari secara nyata jika hal tersebut mempengaruhi penglihatan mereka.
Contohnya kadang seorang anak mempunyai kesulitan dalam memfokuskan objek
secara pasti atau harus mendekatkan kepala mereka ke suatu objek atau bisa
menimbulkan strabismus. Dalam kasus seperti ini seorang dokter umum hendaknya
segera merujuk ke dokter spesialis mata.
Dalam sedikit kasus sebuah katarak dapat mengubah bentuk mata. Sebuah
katarak yang berat dapat menyebabkan pupil anak terlihat berwarna putih, as the
cloudy cataract can be seen through it. Namun demikian, ada banyak penyebab lain
yang menyebabkan pupil berwarna putih yang sebaiknya diperiksa sebagai sesuatu
yang emergensi, karena hal tersebut dapat menjadi sesuatu yang serius.
2.4.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan :
• Anamnesis14
Gejala klinis pada katarak kongenital adalah silau, bercak putih pada pupil
disebut leukokoria, penglihatan berkurang, cahaya tidak dapat melalui lensa,
karena tidak lagi transparan. Pada anak yang lebih tua mata bisa berubah. Ini
disebut strabismus, atau dikenal dengan juling. Terjadi karena mata tidak bisa
17
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
18
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
19
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
kelainan asimetris yang sudah berat, mata dengan katarak harus ditangani
terlebih dahulu.
2. Katarak parsial bilateral mungkin tidak memerlukan pembedahan. Dalam
kasus yang meragukan, mungkin lebih bijaksana untuk menunda operasi,
kekeruhan lensa dan fungsi visual dimonitor dan dilakukan intervensi nanti
jika penglihatan memburuk.
3. Katarak total unilateral harus dioperasi segera (mungkin dalam hitungan
hari) diikuti oleh terapi anti-amblyopia agresif, meskipun yang hasilnya
sering minimal. Waktu intervensi harus seimbang dengan saran bahwa
intervensi dini (<4 minggu) dapat menyebabkan peningkatan risiko
glaukoma sekunder berikutnya. Jika katarak terdeteksi setelah usia 16
minggu maka prognosis penglihatan sangat minimal.
4. Katarak parsial unilateral biasanya dapat diamati atau diperlakukan secara
non-pembedahan dengan dilatasi pupil dan mungkin oklusi kontralateral
untuk mencegah ambliopia.
5. Pembedahan yang melibatkan capsulorhexis anterior, aspirasi materi lensa,
capsulorhexis dari kapsul posterior, terbatas pada anterior vitrektomi dan
implantasi IOL, jika sesuai. Hal ini penting untuk memperbaiki kesalahan
bias terkait.
• Rehabilitasi optikal setelah operasi
Pemilihan optical device untuk koreksi aphakia tergantung pada
beberapa faktor. Kacamata merupakan metoda yang paling aman, mudah
diatur sesuai pertumbuhan tetapi tidak ideal pada kasus aphakia monokular.
1. Lensa kontak merupakan metode yang paling popular pada kasus aphakia
monokular tetapi mempunyai resiko tinggi untuk mengalami infeksi mata
dan ulkus kornea. Meskipun kesulitan teknis melakukan operasi katarak
pada bayi dan anak-anak sebagian besar telah diselesaikan, hasil visual yang
terhambat oleh amblyopia. Sehubungan dengan koreksi optik untuk anak
aphakic, dua pertimbangan utama adalah usia dan laterality dari aphakia.
Kacamata berguna untuk anak-anak dengan aphakia bilateral.
20
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
21
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
22
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
23
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
Beberapa ahli mengatakan waktu yang optimum untuk pembedahan katarak adalah
antara enam minggu hingga tiga bulan sejak kelahiran bayi.
24
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
BAB III
KESIMPULAN
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan yaitu sklera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina. Salah satu media
refraksi yang penting adalah lensa. Lensa mata merupakan struktur bikonveks,
avaskular, tidak berwarna dan tembus pandang. Tebalnya sekitar 5 mm dengan
diameter sekitar 9 mm terletak dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula yang
menghubungkannya dengan korpus siliare yang berfungsi sebagai media refraksi
dan alat akomodasi.
Kelainan pada lensa dapat berupa kekeruhan lensa yang disebut katarak,
katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
kelahiran dan bayi yang berusia kurang dari satu tahun.
Penyebabnya katarak kongenital, antara lain idiopatik, herediter, infeksi
seperti toxoplasma, rubella (paling banyak), cytomegalovirus, herpes simplex,
sifilis, poliomielitis, influenza, Epstein-Barr virus saat hamil, obat-obatan prenatal
(intra-uterine) seperti kortikosteroid dan vitamin A, radiasi ion prenatal (intra-
uterine) seperti x-rays, kelainan metabolik seperti diabetes pada kehamilan.
Gejala-gejala pada katarak kongenital dapat berupa silau, leukokoria,
penglihatan berkurang dan strabismus. Intervensi katarak kongenital meliputi bedah
dan non bedah., tergantung pada jenis katarak. Komplikasi berupa ambliopia,
nistagmus, strabismus. Prognosis visus tergantung dari age of onset, jenis katarak,
ada tidaknya kelainan mata yang menyertai katarak, tindakan operasi (waktu,
teknik, komplikasi) dan rehabilitasi visus pasca operasi.
Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan, ada 2 macam pembedahan yang
dikenal saat ini yaitu lensektomi dan EKEK. Penting untuk segera mengevaluasi
tajam penglihatan setelah dilakukan operasi dengan menggunakan IOL, kacamata
atau lensa kontak.
Prognosis katarak kongenital yang telah dioperasi adalah baik, hampir semua
anak dapat bersekolah dengan normal.
25
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
DAFTAR PUSTAKA
1. Katarak, Jakarta Eye Center, Thursday, 5 June 2004. Tersedia dalam:
www.infomedika.com
2. Kanski JJ Bowling B. Congenital Cataract in Clinical Ophthalmology A
Systematic Approach Seventh Edition. UK: Elsevier. 2011.303.
3. Jugnoo S. R., Carol D. and for the British Congenital Cataract Interest Group,
Measuring and Interpreting the Incidence of Congenital Ocular Anomalies:
Lessons from a National Study of Congenital Cataract in the UK (Investigative
Ophthalmology and Visual Science. 2001; 42:1444-1448.). Available from:
www.iovs.org/misc/terms.shtml
4. Katarak kongenital. Tersedia dalam:
http://www.perdami.or.id/?page=content.view&alias=custom_88
5. Vaughan DG, Asbury T, Riorda P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Idya Medika
Jakarta: 2000.175-184.
6. Wijana NSD. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Abadi Tegal. Jakarta: 1993.
190-196.
7. Aminah, Hamzah. Anatomi dan fisiologi lensa. Diunduh dari:
http://perdamisulsel.org/dokumen/Sari%20Pustaka%20%20Anatomi%20Lens
a,%20Aminah,%20Hamzah.pdf
8. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. FKUI. Jakarta : 2007. 201-204.
9. RNIB. 2012. Congenital cataract. Available
from:http://www.rnib.org.uk/eyehealth/eyeconditions/conditionsac/Pages/con
genital_cataracts.aspx
10. Boshour M, et al. 2012. Congenital cataract. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1210837-followup#showall
11. Fecoretta C, et al. 2012. Congenital cataract. Available
from:http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/eye_defects_and
_conditions_in_children/congenital_cataract.html
12. Fact sheet congenital cataracts . Downloaded from:
http://kidshealth.schn.health.nsw.gov.au/sites/kidshealth.chw.edu.au/files/fact-
sheets/pdf/congenital-cataracts.pdf
26
PAPER NAMA : ANDINI ANASTASYA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA HASIBUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 130100046
13. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-2. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2000.146.
14. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata.Edisi ketiga. FKUI. Jakarta : 2007
15. Vaughan Daniel, Asbury Taylor : Oftalmologi Umum. Ed 14. Widya
Medika.Jakarta : 2000
16. Von Graefe A. Ueber Central Recidivierende Re-tinitis. Graefes Arch Clin Exp
Ophthalmol
17. Maria Wang, Inger Munch, Pascal W Hasler,Christian Prunte, Michael Larsen.
Acta Ophthalmol 2008;86; 126-45
18. Ross A, Ross AH, Mohammed Q. Review andUpdate of CurrOpin Ophthalmol
2011; 22 (3): 166-73
19. Wang MS, Sander B, Larsen M. Retinal Atro-phy in Idiopathic Am J
Ophthamol 2002; 133: 787-793
20. Piccolino FC, de la Longrais RR, Ravera G,Eandi CM, Ventre L, Abdollahi A.
The FovealPhotoreceptor Layer and Visual Acuity Loss. Am JOphthalmol
2005; 139: 87-99
27