Disusun Oleh
Nama :1. Andi Risal Solo
2. Anastasia Clau
3. Gradiana Ledi
4. Lesti K. Humbang
Kelas : Tingkat 2B
Dosen Pembimbing : Ineke Noviana, STr. Kep. MTr. Kep
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah 2
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha kuasa karna telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahNyalah
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul makalah “ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT ACHONDROPLASIA”tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini banyak mengalami kesulitan terutama di sebabkan oleh
kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna. Dengan masih banyaknya
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, dengan harapan kedepan supaya makalah ini dapat lebih
sempurna lagi dan berguna bagi kita semua.
DAFTAR ISI
JUDUL...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Tujuan.............................................................................................................4
1.3 Manfaat...........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
1.1 Pengertian.......................................................................................................5
1.2 Etiologi...........................................................................................................5
1.3 Tanda dan Gejala............................................................................................5
1.4 Patofisiologi....................................................................................................7
1.5 Pathway..........................................................................................................8
1.6 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................9
1.7 Penatalaksanaan Medis.................................................................................10
1.8 Pendidikan Kesehatan...................................................................................10
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian....................................................................................................11
1.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................12
1.3 Intervensi......................................................................................................12
1.4 Implementasi................................................................................................14
1.5 Evaluasi........................................................................................................14
BAB IV PENUTUP
1.1 Kesimpulan...................................................................................................15
1.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Achondroplasia berasal dari bahasa Yunani;achondros memiliki kartilago dan Plaza yaitu
pertumbuhan. Istilah yang pertama kali digunakan parrot (1878) ini secara harfiah berarti
pembentukan kartilago menjadi tulang-tulang ( terutama tulang panjang) yang terganggu.
Achondroplasia ini merupakan suatu penyakit genetika yang turun secara autosom dominan,
namun Sebagian besar kasus juga terjadi karena adanya mutasi dalam gen secara spontan.
Umumnya pertumbuhan tulang yang normal bergantung pada produksi tulang rawan, yaitu
sebuah jaringan ikat fibrosa. Asupan kalsium ke dalam tubuh secara normal akan disimpan
dalam tulang rawan sehingga tulang rawan akan mengeras menjadi tulang.penyakit
Achondroplasia, kelainan menyebabkan pertumbuhan tulang, terutama pada bagian tangan dan
kaki, menjadi terhambat dimana pada saat itu juga terjadi proses penebalan tulang. Selain itu
bukan di tengkorak menuju sumsum tulang belakang dan sumsum tulang belakang itu sendiri
berukuran lebih kecil dari ukuran biasanya sehingga terjadi akumulasi cairan yang berlebihan di
kepala.
Seseorang yang mengidap achondroplasia ini memiliki lengan tangan dan kaki yang
pende.umumnya kepala dan tulang belakang normal, namun dengan adanya lengan dan kaki
yang pendek menyebabkan kepala terlihat lebih besar titik itu terjadi cukup ekstrem pada bagian
dahi dan hidung (hidung pelana). Terjadi pula pembentukan midface deficienci yang terlihat
mencolok pada bagian penderita. Penyakit lain yang mungkin timbul sebagai komplikasi
Penyakit ini adalah gangguan pendengaran seperti infeksi telinga bagian tengah dan gangguan
saraf. Tinggi badan penderita biasanya tidak lebih dari 130 cm. Namun intelegensi, mental dan
kemampuan reproduksi penderita penyakit ini tidak mengalami gangguan.
Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang di mana mesenkim yang
tidak terdiferensiasi langsung berkondensasi dan berdiferensiasi membentuk kondroblas.
Kondroblas berproliferasi membentuk kondrosit yang secara bertahap menjadi dewasa menjadi
hipertrofik kondrosit. Setelah, hipertrofi kondrosit akan mengalami apoptosis (kematian sel) dan
pada regio tersebut terjadi klasifikasi matriks ekstraseluler
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti masalah keperawatan dan menerapkan asuhan
keperawatan keluarga dengan kasus achondroplasia.
2. Bagi keluarga
Menambah pengetahuan dan informasi keluarga tentang penyakit achondroplasia
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan untuk memantau, memeriksa dan
memelihara kesehatannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.2 Etiologi
Achondroplasia disebabkan oleh cacat genetika. Ini adalah sifat dominan, yang berarti bahwa
orang dengan cacat genetik akan menampilkan semua gejala gangguan tersebut. Achondroplasia
adalah dwarfisme atau kekerdilan yang disebabkan oleh gangguan osifikasi endokondral akibat
mutasi gen FGFR 3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom
4p16.3.4-7. Gen FGFR3 berfungsi memberi instruksi dalam hal pembentukan protein yang
terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang, khususnya pembentukan tulang secara
osifikasi endokondral. Dua mutasi spesifik pada gen FGFR3 bertanggungjawab pada hampir
semua kasus Achondroplasia. Sekitar 98% kasus, terjadi mutasi G ke A pada nukleotida 1138
pada gen FGFR3. Sebesar 1% kasus disebabkan oleh mutasi G ke C. Mutasi-mutasi ini
mengakibatkan protein tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan tulang.
Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang dimana sel mesenkim
yang tidak terdifferensiasi langsung berkondensasi dan berdifferensiasi membentuk kondroblas.
Kondroblas berproliferasi dan berdifferensiasi membentuk kondrosit yang secara bertahap
menjadi mature membentuk hipertrofik kondrosit. Setelah itu, hipertrofik kondrosit akan
mengalami apoptosis (kematian sel) dan pada regio tersebut terjadi kalsifikasi matriks
ekstraseluler. Proses ini akan membentuk pelat pertumbuhan (growth plate) dan pertumbuhan
normal tulang panjang tercapai melalui differensiasi dan maturasi kondrosit yang sinkron.
Adanya mutasi gen FGFR3 pada Achondroplasia menyebabkan gangguan pada proses osifikasi
endokondral, dimana kecepatan perubahan sel kartilago menjadi tulang pada pelat pertumbuhan
(growth plates) menurun sehingga pertumbuhan dan perkembangan tulang terganggu. Sindroma
ini ditandai oleh adanya gangguan pada tulang-tulang yang dibentuk melalui proses osifikasi
endokondral, terutama tulang-tulang panjang. Selain itu, Achondroplasia memberikan
karakteristik pada kraniofasial. Achondroplasia juga dikenal dengan nama Achondroplastic
Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis, Chondrodystrophy Syndrome atau Osteosclerosis
Congenital. Achondroplasia adalah tipe dwarfisme yang paling sering dijumpai. 2-6 Insiden yang
paling umum menyebabkan Achondroplasia adalah sekitar 1/26.000 sampai 1/66.000 kelahiran
hidup. Achondroplasia bersifat autosomal dominant inheritance, namun kira-kira 85- 90% dari
kasus ini memperlihatkan de novo gene mutation atau mutasi gen yang spontan.
Penyebab achondroplasia adalah gen-gen yang tidak normal di salah satu dari kromosom
empat pasang. Ada beberapa kasus yang mencatat bahwa seorang anak mewarisi achondroplasia
dari orang tua dengan kondisi serupa. Jadi, kalo salah satu dari orangtuanya memiliki kelainan
achondroplasia maka kelak keturunannya memiliki 50% kesempatan tidak terkena. Jika orangtua
sama-sama mengidap achondroplasia, itu berarti punya kemungkinan 50% anaknya mengalami
achondroplasia, 25% tidak kena dan 25% lagi membawa gen abnormal yang sama. Di lebih dari
80% kasus, achondroplasia tidak diturunkan. Tapi bisa terjadi dari hasil mutasi gen baru yang
terjadi dalam sel telur atau sel sperma sebagai unsur terjadinya embrio. Para ahli genetik telah
meneliti bahwa ayah yang berusia pertengahan yakni 40 tahunan keatas, ada kemungkinan
memiliki anak achondroplasia dan kondisi autosom dominan lain karena mutasi gen baru.
Bertubuh pendek atau jauh di bawah tinggi rata-rata untuk orang dengan usia dan jenis
kelamin yang sama (biasanya dibawah 138 cm) yang seringkali tidak terdeteksi sampai
pada masa kanak–kanak awal dan pertengahan
Lengan dan kaki yang pendek, terutama lengan atas dan paha, dibandingkan dengan
tinggi badan
Jari-jari pendek, dimana terdapat jarak antara jari manis dan jari tengah
Kepala besar yang tidak proporsional dibandingkan dengan tubuh
Dahi yang besar dan menonjol secara abnormal dan hidung yang datar
Gigi yang tidak rata
Kelengkungan tulang belakang abnormal yang disebut kifosis atau lordosis
Kanal atau rongga tulang belakang yang sempit, dapat memicu terjadinya kompresi
tulang belakang pada saat remaha
Kaki berbentuk O
Kaki datar, pendek, dan lebar (flat foot)
Tonus otot yang menurun dan sendi yang lentur
Mengalami infeksi telinga berulang karena liang telinga yang sempit, lama kelamaan
dapat menyebabkan hilangnya pendengaran
Tingkat kecerdasan (intelegensia) yang normal
Gangguan perkembangan, seperti terlambat berjalan
Obesitas
Mengalami kesulitan menekuk siku tangan
1.4 Pathofisiologi
Secara umum, dwarfisme disebabkan oleh kondisi defisiensi GHRH, sehingga kelenjar
hipofisis anterior tidak dapat mensekresi GH dan terjadilah defisiensi hormon pertumbuhan. Hal
tersebut akan menyebabkan defisiensi IGF-1 dan somatomedin, sehingga tubuh tidak mengalami
perkembangan tulang dan otot. Oleh karena itu, seseorang dengan dwarfisme memiliki proporsi
tubuh kecil atau tidak sesuai dengan tinggi badan orang pada umumnya pada usia yang sama.
Seorang anak yang berumur 10 tahun dapat mempunyai pertumbuhan tubuh seorang anak yang
berumur 4 tahun sampai 5 tahun, sedangkan bila orang yang sama mencapai umur 20 tahun dapat
mempunyai pertumbuhan tubuh seorang anak yang berumur 7 sampai 10 tahun (Guyton, 2008).
Namun demikian, meskipun defisiensi hormon pertumbuhan biasanya disebabkan oleh defisiensi
GHRH, pada keadaan lain dapat terjadi pula suatu kodisi dimana respons hormon pertumbuhan
terhadap GHRH masih normal, namun sebagian penderita mengalami kelainan pada sel-sel
pensekresi hormon pertumbuhan yaitu pada kelenjar hipofisis anterior. Penyebab hipofungsi
hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. Primer jika gangguannya terdapat pada kelenjar
hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan ada pada hipotalamus.
Pasien dwarfisme tidak melewati masa pubertas dan pasien tersebut tidak pernah dapat
menyekskresi hormon gonadotropin dalam jumlah yang cukup guna pertumbuhan fungsi seksual
dewasa. Apabila hipopituitarisme berlanjut pada saat dewasa, gejala utama ditandai dengan efek
defisiensi gonadotropin. Pada wanita biasanya terjadi amenore dan infertilitas sedangkan pada
pria biasanya terjadi infertilitas dan impotensi defisiensi tirotropin dan kortikotropin yang dapat
mengakibatkan atropi tiroid dan korteks adrenal. Akan tetapi sepertiga pasien dwarfisme hanya
mengalami defisiensi hormon pertumbuhan saja; pasien seperti ini mengalami pematangan
seksual dan ada kalanya dapat juga bereproduksi. (Guyton, 2008)
1.5 Pathway
Genetik
Terbrntuknya kondroplas
Terbentuknya kondroblas
Terbentuknya
Terbentuknya kondrosit
kondrosit
Hipertrofik
Hipertrofik kondrosit
kondrosit
Kematian sel
ACHONDROPLASIA
Resiko pertumbuhan
Gangguan tubuh dan tungkai lebih pendek, tungkai bengkok
tidak proporsional
a. Laboratoriaum
b. Radiologi
a. Monitor ketat tentang berat badan dan tinggi badan setiap bulan terutama pada tahun pertama
kelahiran. Pengukuran rasio segmen ekstremitas atas dan bawah.
b. Fusi spinal pada kifosis pesisten diserta penggunaan dan modifikasi brace.
c. Prosedur distraksi osteogenesis (rthofix Garches lengthening) disertai tenotomi pada tendon
achiles untuk meningkatkan perkembangan tulang.
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan.
Konsep dasar pendidikan melalui proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah
yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat
adalah suatu proses belajar. (Notoatmodjo, 2007).
BAB III
1.1 Pengkajian
a. Identitas
Biasanya di temukan lebih banyak penderita achondroplasia pada anak perempuan di bandingkan
anak laki-laki.
b. Keluhan Utama
Biasanya keluarga pasien atau oranng tua pasien mengatakan pertumbuhan lambat, tangan dan
kaki tampak pendek, dan kepala terlihat lebih besar.
c. Riwayat Kesehatan
Keluarga pasien mengeluh pertumbuhan lambat, ukuran otot dan tulang kecil,
tidak bertambahnya ukuran tinggi tubuh, serta kepala terlihat lebih besar.
Kaji apakah pasien mepmpunyai factor resiko potensi penyakit yang lain,
Lingkungan sekitar rumah cukup bersih dan aman, dan tidak ada resiko yang membahayakan
bagi penderita achodroplasia.
hitungan
b. Pola tidur
c. Pola aktivitas/latihan/OR/bermain/hoby
e. Pola eliminasi
2. BAK : biasanya pasien BAK 4-5x sehari dengan bau khas, dan warna
kuning jernih.
f. Kebiasaan lain
g. Pemeriksaan fisik
3) TB :
4) BB :
5) Tanda-tanda vital :
a. TD :
b. N :
c. S :
d. P :
a. Kepala
Inspeksi : kepala besar dari normal, rambut tampak bersih tidak ada
ketombe, dahi menonjol.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : mata klien simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada pembengkakkan
c. Hidung
Inspeksi : bersih, hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi dan
perdarahan
d. Mulut
e. Telingga :
f. Leher
Paru-paru
Jantung
h. Ekstremitas
i. Abdomen
j. Genitalia
DDST
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. DDST merupakan salah satu dari metode
skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ,
fungsinya digunakan untuk menafsirkan personal, sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik
kasar pada anak mulai dari 1-6 tahun (Soetjiningsih, 2005). Normal bila tidak ada keterlambatan
(delay). Dicurigai (suspect) bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih
delay. Tidak teruji bila ada skor menolak 1 atau lebih item disebelah kiri garis umur, bila
menolak lebih dari 1 pada area 75-90% (warna hijau) yang ditembus garis umur (Vivian nanny,
2010).
Status Nutrisi
Pasien tidak ada mengalami gangguan nutrisi, pasien makan 3 kali sehari dengan lauk nabati dan
hewani bergantian.
terganggu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Achondroplasia adalah dwarfisme atau kekerdilan yang disebabkan oleh gangguan osifikasi
endokondral akibat mutasi gen FGFR 3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek
kromosom 4p16.3.Sindroma ini ditandai oleh adanya gangguan pada tulang-tulang yang
dibentuk melalui proses osifikasi endokondral, terutama tulang-tulang panjang. Selain itu,
Achondroplasia memberikan karakteristik pada kraniofasial.Achondroplasia juga dikenal dengan
nama Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis, Chondrodystrophy Syndrome atau
Osteosclerosis Congenital.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca untuk selalu menjaga kesehatan setelah mengetahui,
memahami dan mengenali tanda dan gejala dari penyakit achondroplasia ini, agar nantinya
penyakit ini tidak terjadi pada diri sendiri, dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan
asuhan keperawatan pada pasien yang menderita penyakit achondroplasia dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Horton WA, Hall JG, Hecht JT. Achondroplasia, vol.370. Amerika Serikat: Lancet, 2007. Hal
162-172.
Horton WA, Hecht JT, The skeletal dysplasias, dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
Nelson textbook of pediatrics, ed.17. Amerika Serikat: Elseiver, 2004.
Nelson E. Waldo,M.D., Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, Jakarta, EGC, 2000. 2397-2398
Grant A, The skleton, dalam: Waugh A, Grant A, Ross & Willson’s anatomy & physiology in
health & illness, ed.9. London: Elseiver, 2004. Hl.389-90.
Khan AN. Achondroplasia (online). 2011. [copied on 11December 2011]. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/941280-overview#showall