Trauma Palpebra
Oleh :
Diflayzer 1210313028
Putri Juita Khairatih 1210313052
Expert :
dr. Hendriati, Sp.M(K)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT karena berkat karunia-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Trauma palpebra. Salawat
beriring salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
Terima kasih kepada dr. Havriza Vitresia, Sp.M(K) sebagai preseptor yang
telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga karya tulis ini dapat
dirampungkan penulisannya. Terima kasih juga tak lupa penulis ucapkan kepada dr.
Hendriati, Sp. M (K) sebagai expert. Kepada para residen, rasa terima kasih sebesar-
bagian Mata RSUP Dr. M. Djamil ini, serta rekan-rekan dokter muda mata, rasa terima
kasih penulis berikan atas masukan dan sarannya dalam penulisan karya tulis ini.
Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan kemampuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan karya tulis ini. Mudah-mudahan karya
tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terutama bagi penulis yang masih
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa ini di mana lalu lintas dan industrilisasi sangat padat, insidens
trauma juga mengalami peningkatan secara signifikan. Sama seperti bagian tubuh
yang lain, mata juga juga sering mengalami trauma. Secara anatomi mata dilindungi
oleh kelopak mata, dibatasi di dalam rongga orbita, hidung, dan lapisan lemak dari
belakang, sehingga bila terjadi trauma pada mata, bagian tersebutlah yang akan
anak dan dewasa muda, orang-orang pada kelompok umur ini umumnya mengalami
trauma okuli berat. Dewasa muda, khususnya laki-laki adalah korban yang paling
mana trauma okuli sering terjadi. Berbagai trauma okuli dapat menyebabkan
berbagai perlukaan pada palpebra, bola mata, dan jaringan lunak orbita.2
tidak berbahaya di tempat kerja dapat menyebabkan laserasi palpebra bahkan pada
1
1.2. Batasan masalah
Karya tulis ini membahas tentang Anatomi dan fisiologi kelopak mata dan
Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui Anatomi dan fisiologi kelopak
palpebra
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur mata yang berfungsi sebagai proteksi lini pertama adalah palpebra. Palpebra
adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang berfungsi sebagai
pelindung struktur mata. Pada palpebra terdapat rambut halus yang hanya tak dengan
pembesaran. Didaerah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang bisa mengembang pada
edema masif. Pembukaan dan penutupan palpebra diperantarai oleh muskulus orbikularis okuli
dan muskulus levator palpebra. Muskulus orbikularis okuli pada kelopak mata atas dan bawah
mampu mempertemukan kedua kelopak mata secara tepat pada saat menutup mata. Pada saat
membuka mata, terjadi relaksasi dari muskulus orbikularis okuli dan kontraksi dari muskulus
Otot polos pada palpebra superior atau muskulus palpebra superior (Mller muscle)
juga berfungsi dalam memperlebar pembukaan dari kelopak tersebut. Sedangkan, palpebra
inferior tidak memiliki muskulus levator sehingga muskulus yang ada hanya berfungsi secara
aktif ketika memandang. Selanjutnya adalah lapisan superfisial dari palpebra yang terdiri dari
kulit, kelenjar Moll dan Zeis, muskulus orbikularis okuli dan levator palpebra. Lapisan dalam
terdiri dari lapisan tarsal, muskulus tarsalis, konjungtiva palpebralis dan kelenjar meibom.4
3
Gambar 2.1. Potongan Sagital Palpebra Superior
Fisiologi Mengedip
A. Refleks Mengedip
seperti adanya pacemaker atau pusat kedip yang diregulasi globus palidus atau adanya
hubungan dengan sirkuit dopamin di hipotalamus. Refleks kedip mata dapat disebabkan
oleh hampir semua stimulus perifer, namun dua refleks fungsional yang signifikan
adalah :
(1) Stimulasi terhadap nervus trigeminus di kornea, palpebra dan konjungtiva yang
disebut refleks kedip sensoris atau refleks kornea. Refleks ini berlangsung cepat
(2) Stimulus yang berupa cahaya yang menyilaukan yang disebut refleks kedip optikus.
Pada keadaan terbangun, mata mengedip secara reguler dengan interval dua
sampai sepuluh detik dengan lama kedip selama 0,3-0,4 detik. Hal ini merupakan
4
suatu mekanisme untuk mempertahankan kontinuitas film prekorneal dengan cara
menyebabkan sekresi air mata ke kornea. Selain itu, mengedip dapat membersihkan
musin yang dihasilkan sel goblet dan meningkatkan ketebalan lapisan lipid
oleh proses kognitif. Kara Wallace (2006) pada Biennial International Conference on
Namun, kedipan mata dapat bervariasi pada setiap aktivitas seperti membaca,
memandang.5
Aparatus lakrimalis dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem sekresi dan sistem ekskresi
air mata.
5
Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur pembentuk
cairan air mata yang disebarkan diatas permukaan mata oleh kedipan mata. Kanalikuli, saccus
lacrimal, dan ductus nasolacrimal merupakan komponen ekskresi yang mengalirkan sekret ke
dalam hidung.
Permukaan mata dijaga tetap lembab oleh kelenjar lakrimalis. Volume terbesar air mata
dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang terletak di fossa lakrimalis pada kuadran temporal
di atas orbita. Kelenjar yang berbentuk seperti buah kenari ini terletak didalam palpebra
superior. Setiap kelenjar ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita
yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil. Setiap lobus memiliki saluran
pembuangannya tersendiri yang terdiri dari tiga sampai dua belas duktus yang bermuara di
forniks konjungtiva superior. Sekresi dari kelenjar ini dapat dipicu oleh emosi atau iritasi fisik
dan menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati tepian palpebra (epiphora).
Persarafan pada kelenjar utama berasal nukleus lakrimalis pons melalui nervus
intermedius dan menempuh jalur kompleks dari cabang maksilaris nervus trigeminus. Kelenjar
lakrimal tambahan, walaupun hanya sepersepuluh dari massa utama, mempunya peranan
penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama yang menghasilkan
cairan serosa namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam
Sistem ekskresi terdiri atas punkta, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus
nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip dengan risleting mulai di lateral,
menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke dalam sistem
6
ekskresi pada aspek medial palpebra. Setiap kali mengedip, muskulus orbicularis okuli akan
menekan ampula sehingga memendekkan kanalikuli horizontal. Dalam keadaan normal, air
mata dihasilkan sesuai dengan kecepatan penguapannya, dan itulah sebabnya hanya sedikit
yang sampai ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan masuk ke
2.2 Epidemiologi
Secara umum insiden trauma mata terbuka sebanyak 3.6-3.8 per 100.000 populasi
seluruh dunia dimana puncak insidensi ada pada kelompok dewasa rata-rata di sekitaran usia
30-an tahun, remaja < 20 tahun dan orang tua usia >70. Studi lainnya menyebutkan angka
kejadian trauma tembus berkisar 3.1 dari 100.000 orang. 70-80 % terjadi pada kaum pria,
kecuali pada lansia dan bayi. Bisa dikatakan perbandingannya 3:1 antara pria dengan wanita,
ini dikarenakan laki-laki lebih sering berhadapan dengan aktivitas beresiko terhadap paparan
trauma okular. Kecenderungan pada anak-anak terutama yang tumbuh dalam keluarga miskin
atau pendidikan rendah atau pengawasan yang buruk lebih sering terpapar dengan trauma. Dari
penelitian yang dilakukan oleh oleh Daza A.B Larque,dkk pada 92 pasien rawatan open globe
trauma (trauma terbuka) di Hospital de Poniente sebanyak 72% trauma intraokular ini
Trauma palpebra dapat diklasifikasi menjadi trauma Tumpul (Blunt Trauma), trauma
penetrasi (Penetrating Trauma), Trauma akibat gigitan hewan dan manusia dan Luka Bakar.
Trauma penetrasi dapat dibagi lagi berdasarkan laserasi yang tidak mengenai tepi kelopak
mata, laserasi yang mengenai tepi kelopak mata dan trauma yang mengenai jaringan lunak
kantus mata.7
7
Kelainan mata akibat trauma tumpul seperti terkena tinju, bola, gabus sampanye,
batu, jatuh pada posisi mata, atau tanduk sapi sangat umum. Kerusakan pada bola mata yang
bermakna terjadi akibat diameter dari objek tumpul lebih kecil dari pada diameter struktur
tulang pada orbit bola mata. Perubahan pada bola mata dapat menyebabkan tarikan pada
struktur intraokular sehingga dapat menjadi robek. Sering akan ada perdarahan di ruang
anterior, yang pada awalnya akan menyulitkan pemeriksa mengevaluasi struktur intraokular
posterior.6
Trauma robek dan remuk dapat terjadi akibat gigitan manusia atau anjing. Laserasi
yang melibatkan separuh dan seluruh ketebalan kelopak mata, luka avulsi kantus mata, dan
laserasi kanalikulus sering terjadi. Trauma pada wajah dan intrakranial mungkin terjadi
,terutama pada bayi, karena gigitan menghasilakn ratusan pon kekuatan per inci persegi. irigasi
dan perbaikan luka segera harus dilakukan, dan protokol tetanus dan rabies harus di observsi.
Luka bakar kelopak mata jarang terjadi dan umumnya terlihat pada pasien yang
mengalami luka bakar yang signifikan di area tubuh yang luas. Seringkali, pasien ini bersifat
setengah sadar atau dalam keadaan sedasi dan memerlukan perlindungan permukaan okular
untuk mencegah terpapar kornea, ulserasi, dan infeksi. obat tetes antibiotik dan salep,
kelembaban, dan evaluasi yang sering pada kedua bola dan kelopak mata adalah bagian dari
pasien yang tak henti-hentinya dan cepat sering terjadi akibat retraksi sikatrik kelopak mata,
lagofthalmos, dan paparan kornea. Di masa lalu, pencangkokan kulit biasanya tertunda sampai
perubahan sikatrikial stabil, namun penggunaan dini cangkokan kulit penuh, membran amnion,
dan berbagai jenis flaps dapat secara efektif mengurangi morbiditas okular pada pasien.7
8
2.4 Diagnosis
2.4.1 Anamnesis
Riwayat penyakit yang harus termasuk di dalamnya yaitu fungsi penglihatan dan
mekanisme trauma. Penting untuk diperhatikan apakah hilangnya fungsi penglihatan terjadi
secara progresif atau tiba-tiba. Benda asing intraocular harus dicurigai jika ada riwayat
menempa, menggerinda, atau ledakan, dan pemeriksaan radiologis yang sesuai harus
dilakukan. Trauma pada anak dengan riwayat yang tidak sesuai dengan jenis perlukaan
Pemeriksaan fisis dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan. Jika
hilangnya penglihatan sangat berat, maka diperiksa light projection, diskriminasi dua titik, dan
adanya defek aferen pupil. Pemeriksaan motilitas ocular dan sensasi kulit periorbital, dan
palpasi untuk melihat defek pada sekeliling tulang orbita. Adanya enophthalmus dapat
diperiksa dengan melihat profil cornea dari atas suprasilia. Jika slit lamp tidak tersedia di ruang
gawat darurat, penlight, loupe, atau direct ophthalmoscope yang diatur pada +10 (black
numbers) dapat digunakan untuk memeriksa perlukaan lainnya pada permukaan tarsus
Permukaan cornea diperiksa untuk melihat adanya benda asing, luka, dan abrasi.
Konjunctiva bulbaris diinspeksi untuk melihat adanya perdarahan, benda asing, atau laserasi.
Kedalaman dan kejelasan bilik mata depan juga harus diperhatikan. Ukuran, bentuk, dan reflex
cahaya pupil harus dibandingkan antara kiri dan kanan untuk memastikan jika defek aferen
pupil ada pada mata yang mengalami trauma. Bola mata yang lunak, penglihatan hanya dapat
melihat pergerakan tangan (atau lebih buruk), defek aferen pupil, atau perdarahan vitreus
9
mengindikasikan adanya ruptur bola mata. Jika bola mata tidak rusak, palpebra, konjunctiva
palpebralis, dan fornix dapat diperiksa lebih mendalam, termasuk inspeksi dengan eversi
palpebra superior. Oftalmoskopi direk dan indirek digunakan untuk melihat lensa, vitreus, papil
N.II, dan retina. Dokumentasi pemeriksaan berguna untuk tujuan medikolegal pada semua
kasus trauma eksternal. Pada semua kasus trauma okuli, mata yang tidak terluka juga diperiksa
dengan cermat,2
Trauma palpebra dapat dibagi menjadi trauma tumpul dan trauma penetrasi. Aturan
Trauma Tumpul
Ecchymosis dan edema merupakan tanda klinis tersering pada trauma tumpul. Trauma
intraocular harus dievalusi pada pasien melalui pemeriksaan biomikroskopis dan pemeriksaan
fundus. Computed tomography, baik potongan aksial maupun koronal mungkin diperlukan
Trauma Penetrasi
10
Laserasi palpebra superficialis hanya melibatkan kulit dan muskulus orbicularis oculi.
Adanya lemak orbita pada luka berarti septum orbita telah terganggu. Benda asing superficial
atau profunda harus dicari dengan teliti sebelum laserasi palpebra yang lebih dalam diperbaiki.7
Palpebra yang memiliki banyak vaskularisasi dan textur jaringan yang longgar
atau avulsi seluruh palpebra akibat benda tumpul seringnya melibatkan semua lapisan.6
Trauma pada canthus medialis atau lateralis biasanya merupakan hasil traksi horizontal
palpebra, yang menyebabkan avulsi palpebra pada titik terlemahnya, tendon canthus medialis
atau lateralis. Anamnesis yang cermat pada riwayat penyakit pasien seringnya mengonfirmasi
bahwa objek atau jari bertautan dengan jaringan lunak palpebra pada bagian tengah palpebra,
dilanjutkan dengan traksi horizontal pada palpebra. Oleh karena itu, laserasi daerah canthus
penyelidikan yang hati-hati. Pemeriksa dapat menilai integritas dan tendon canthus medialis
atau lateralis dengan memegang setiap palpebra dengan toothed forceps dan menjauhkannya
dari luka sementara mempalpasi insersio tendon. Bahkan trauma canthus medialis yang ringan
2.5 Tatalaksana
sekunder. Secara umum, penanganan laserasi palpebra tergantung pada kedalaman dan lokasi
trauma.7
11
Untuk penanganan segera pada trauma mata, bila jelas terjadi ruptur bola mata,
manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai perbaikan secara bedah dalam kondisi steril
dapat dilakukan; biasanya dengan anastesi umum. obat sikloplegik atau antibiotik topikal tidak
boleh diberikan sebelum pembedahan karena potensi toksisitas pada jaringan intraokular yang
terpajan. pakailah pelindung Fox ( atau sepertiga bagian bawah gelas kertas) pada mata, dan
mulailah pemberian antibiotik sistemik spektrum luas (mis., ciprofloxacin oral, 500 mg dua
kali sehari). analgetik, antiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan. induksi
neuromuskular karena obat-obatan ini dapat meningkatkan tekanan di dalam bola mata secara
transien sehingga meningkatkan kecendrungan herniasi isi intraokular. anak kecil sebaiknya
sejak awal diperiksa dengan bantuan anastetik umum yang bekerja singkat.
Pada cedera berat, orang yang bukan ahli oftalmologi harus selalu mengingat
kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu sewaktu
berusaha melakukan pemeriksaan mata lengkap. Perlu menjadi perhatian bahwa, anastetik
topikal, zat warna, dan obat lain yang diberikan ke mata yang cedera harus steril.2
Trauma pada kelopak mata dapat dibagi menjadi trauma tumpul dan trauma penetrasi/tembus.
- seseorang harus memiliki pengetahuan anatomi yang detail mengenai kelopak mata
12
Rekonstruksi palpebra dilakukan pada defek yang timbul akibat reseksi tumor, kelainan
kongenital, dan juga defek traumatik. Pilihan prosedur operasi tergantung pada usia pasien,
kondisi palpebra, ukuran dan posisi defek, serta pengalaman dan preferensi dokter sendiri.
1. Rekonstruksi baik pada lamella anterior maupun lamella posterior palpebra, tidak
keduanya, digunakan graft; salah satu lapisan harus menyediakan suplai darah (pedicle
flap). Graft ditempatkan pada graft yang memiliki angka kegagalan yang tinggi
Benda berbentuk partikel harus dikeluarkan dari palpebra yang mengalami abrasi
untuk mengurangi risiko pembentukan tato (tattooing) pada kulit. Luka kemudian diirigasi
13
dengan saline dan ditutup dengan salep antibiotik dan kasa steril. Jaringan yang terlepas
dibersihkan dan dilekatkan kembali. Karena vaskularitas palpebra sangat baik, besar
Laserasi palpebra superficialis biasanya hanya memerlukan jahitan kulit, sama halnya
dengan laserasi kulit lainnya. Jaringan parut dapat dihindari dengan mengikuti prinsip dasar
plastic repair, yaitu debridement luka konservatif, penggunaan needle berkaliber kecil, eversi
Adanya prolaps lemak orbita pada palpebra superior merupakan indikasi dilakukannya
eksplorasi levator. Laserasi pada muskulus levator palpebra atau aponeurosis-nya harus
tambatan ke rima orbitalis superior umum terjadi bila septum orbital tidak digabungkan dengan
hati-hati pada perbaikan palpebra. Laserasi septum orbita tidak boleh dijahit. Penutupan yang
cermat pada kulit palpebra dan muskulus orbicularis dilakukan secara adekuat pada seluruh
Defek yang tidak melibatkan margo palpebralis dapat diperbaiki dengan penutupan langsung
jika prosedur ini tidak mengubah margo palpebralis. Jika defek tidak memungkinkan
penutupan langsung, transposisi flap kulit dapat dilakukan. Tekanan penutupan palpebra harus
diarahkan ke arah horizontal sehingga deformitas sekunder dapat dihindari; tekanan secara
vertikal dapat menyebabkan retraksi palpebra atau ectropion. Untuk menghindari tekanan
secara vertikal ini diperlukan penempatan garis insisi berorientasi secara vertial.7
Jika defek terlalu besar untuk ditutup secara primer, beberapa teknik transposisi flap
kulit lokal dapat digunakan. Flap yang sering digunakan yaitu bentuk rectangular, rotasional,
dan transposisi. Flap biasanya memberikan hasil jaringan terbaik yang cocok dan estetik tetapi
memberikan hasil yang lebih baik. Defek palpebra superior pada lamella anterior paling baik
diperbaiki dengan full-thickness skin graft dari palpebra superior kontralateral. Skin graft
preaurikular atau postaurikular dapat digunakan tapi dengan ketebalan yang lebih besar dapat
membatasi mobilitas palpebra superior. Defek palpebra inferio paling baik ditangani dengan
skin graft preaurikular atau postaurikular. Jika kulit tidak tersedia dari palpebra superior atau
area auricular, full -thickness graft dapat diperoleh dari fossa supraclavicular atau brachium
Perbaikan laserasi margo palpebralis memerlukan penempatan jahitan yang tepat dan
tekanan jahitan yang kritis untuk meminimalisasi takik pada margo palpebralis atau komplikasi
lanjutan seperti cicatricial entropin. Edema palpebra paling baik ditangani dengan wool pads
atau kompres dingin. Berbagai teknik telah digunakan, tetapi prinsip paling penting yaitu
15
Penutupan margo palpebralis dapat dilakukan dengan menempatkan 2 atau 3 jahitan
untuk menyatukan garis silia, plana glandula Meibom, dan (bisa juga) gray line. Setiap dokter
memiliki perbedaan dalam menentukan apakan tarsus atau margo palpebralis yang akan dijahit
pertama kali. Menempatkan margo palpebralis dan penutupan tarsus dalam suatu jajaran
anatomis yang tepat merupakan tujuan penanganan, dan berbagai teknik dapat diterima. Untuk
menghindari disrupsi epitel cornea, penjahitan tarsus tidak boleh meluas hingga permukaan
konjunctiva. Penutupan margo palpebralis harus memberikan hasil eversi sedang pada tepi
luka. Salep antibiotik kemudian diberikan pada jaringan palpebra yang telah diperbaiki.2,7
Jika perbaikan primer tidak tercapai dalam 24 jam, edema dapat menunda penutupan.
Luka harus dibersihkan secara mendalam dan diberikan antibiotik. Setelah edema mereda,
perbaikan dapat dilakukan. Debridement harus diminimalkan, terutama jika kulit tidak lemah.2
Defek kecil yang melibatkan margo palpebra superior dapat diperbaiki dengan
penutupan langsung jika teknik ini tidak mengambil tekanan yang terlalu besar pada luka.
Penutupan langsung biasanya dilakukan pada defek yang berukuran 33% pada margo
palpebralis; jika melibatkan area yang lebih besar, graft dari jaringan yang lebih jauh mungkin
diperlukan. Dokter dapat memotong bagian superior tendon canthus lateral untuk
memungkinkan mobilisasi medial sekitar 3-5 mm dari margo palpebralis lateral yang tersisa,
menghindari ductules lacrimalis pada sepertiga lateral margo palpebralis. Pengangkatan atau
destruksi ductules ini dapat menyebabkan masalah mata kering. Setelah operasi, palpebra
tampak menjadi tegang dan menonjol karena traksi, tetapi akan relaksasi kembali setelah
beberapa minggu.7
16
b. Defek Sedang Palpebra Superior
Defek sedang pada margo palpebralis (keterlibatan 33%-50%) dapat diperbaiki dengan
memajukan segmen lateral palpebra. Tendon canthus medialis diinsisi dan semicircular skin
flap dibuat di bawah porsio lateral suprasilia dan canthus untuk memungkinkan mobilisasi
jaringan yang berdekatan untuk memperbaikinya. Dengan insisi di bawah tarsus inferior, full-
thickness flap palpebra inferior dipindahkan ke defek palpebra superior melalui flap yang
dimajukan dari belakang margo palpebralis inferior yang tersisa (Cutler-Beard procedure).
Akan tetapi, prosedur ini memberikan hasil yang lebih tebal dan immobile pada palpebra
superior. Sebagai pilihan lainnya, free tarsokonjunctival graft yang diambil dari palpebra
superior kontralateral dapat diposisikan dan ditutup dengan skin-muscle flap jika kulit
17
Gambar 6. Langkah Rekonstruksi Defek Palpebra Superior
Defek kecil palpebra inferior (keterlibatan 33%) dapat diperbaiki dengan penutupan
primer. Selain itu, crus inferior tendon canthus lateral dapat dibebaskan sehingga terdapat
Semicircular atau rotasional flap, yang telah dideskripsikan pada perbaikan palpebra
superior dapat digunakan untuk rekonstruksi defek sedang pada palpebra inferior. Flap yang
paling sering digunakan pada kasus-kasus seperti ini yaitu modifikasi Tenzel semicircular
rotation flap. Autograft tarsokonjunctival yang diambil dari dari sisi dalam palpebra superior
18
dapat ditransplantasikan ke defek palpebra inferior untuk rekonstruksi lamella posterior
palpebra. Ketika graft tarsus diambil, 4-5 mm tinggi tepi tarsus dipreservasi untuk mencegah
distorsi pada donor margo palpebralis. Autograft tarsokonjunctival dapat ditutup dengan skin
flap berbagai tipe. Cheek elevation mungkin diperlukan sehingga traksi vertikal pada palpebra
dan ectropion dapat dihindari. Tarsokonjunctival flap yang diambil dari palpebra superior dan
full-thickness skin graft juga dapat menjadi pilihan rekonstruksi defek ini.7
Defek yang melibatkan >50% margo palpebra inferior dapat diperbaiki dengan
tarsokonjunctival flap dari palpebra superior ke defek lamella posterior palpebra inferior.
Rekonstruksi lamella anterior kemudian dibuat dengan skin flap atau, pada kebanyakan kasus,
free skin graft diambil dari area preaurikular atau postaurikular. Modified Hughes procedure
menghasilkan adanya jembatan konjunctiva dari palpebra superior melewati pupil untuk
beberapa minggu. Pedikel konjunctiva yang telah memiliki vaskularisasi kemudian dilepas
sesuai waktu yang telah diperhitungkan. Flap rotasional dari pipi (Mustard procedure) dapat
bekerja dengan baik pada perbaikan defek lamella anterior yang besar, tetapi diperlukan
beberapa pengganti tarsus seperti free tarsokonjunctival autograft, mukosa palatum durum,
atau Hughes flap untuk penggantian lamella posterior. Mustard flap dan Tenzel semicircular
rotation flap seringkali menimbulkan canthus lateralis berbentuk bulat. Dokter dapat
mengurangi masalah ini dengan membuat insisi yang sangat tinggi ke arah ujung lateral
suprasilia di mana insisi keluar dari commisura lateralis. Free tarsokonjunctival autograft dari
palpebra superior ditutup dengan skin flap yang memiliki vaskularisasi juga telah digunakan
untuk memperbaikin defek yang besar. Prosedur tipe ini memiliki kelebihan yaitu hanya
memerlukan satu tahap operasi dan bahkan terhindar dari oklusi temporer aksis visual.7
19
Gambar 7. Langkah Rekonstruksi Palpebra Inferior
Laserasi di dekat canthus medialis sering melibatkan canaliculus. Perbaikan dini lebih
diperlukan karena jaringan menjadi lebih sulit untuk diidentifikasi dan diperbaiki jika telah
edema. Trauma apparatus lacrimalis diperbaiki dengan menggunakan mikroskop. Stent dari
bahan silicon yang berbentuk cincin dimasukkan ke dalam canaliculus menggunakan alat
khusus (Gambar 8). Stent ini kemudian dibiarkan in situ selama 3-4 bulan dan kemudian
dibuka. Perbaikan bedah pada palpebra dan apparatus lacrimalis harus dilakukan oleh ahli
mata.2,6
20
Gambar 8. Penanganan Bedah pada Avulsi Palpebra dan Avulsi Apparatus Lacrimalis
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada laserasi palpebra disebabkan karena
prosedur penutupan luka yang tidak sesuai. Terlalu tegangnya ikatan yang menghubungkan
kedua tepi palpebra yang mengalami laserasi dapat menyebabkan takik pada palpebra yang
kemudian, meskipun jarang, dapat menjadi jalan keluar dan drainase infeksi pada luka. Setelah
proses penyembuhan luka berakhir dengan terbentuknya sikatriks, jika penutupan luka tidak
tepat, maka dapat menyebabkan cicatricial ectropion.6 Selain itu, komplikasi yang dapat terjadi
yaitu epiphora di mana terjadi gangguan pada sistem apparatus lacrimalis. Penonjolan tepi
21
Hilangnya stent dapat terjadi pada perbaikan bicanalicular di mana stent masuk ke
ductus nasolacrimalis. Stent juga dapat mengalami prolaps melalui punctum lacrimalis, yang
mengundang perhatian pasien dan anggota keluarga lainnya. Ketika metode eyed pigtail probe
digunakan, jahitan dapat berputa dan menyebabkan iritasi konjunctiva. Punctum lacrimalis
dapat terkikis akibat bahan stent yang digunakan untuk memperbaiki laserasi. Granuloma
pyogenik dapat terbentuk berdekatan dengan stent. Iritasi hidung dan epistaxis dapat terjadi
saat stent melewati hidung. Meskipun perbaikan dilakukan dengan segera, epiphora chronic
tetap dapat timbul. Palpebra medialis dapat menjadi berselaput disebabkan karena laserasi yang
berhadapan.8
2.8 Prognosis
Prognosis Trauma pada mata bergantung dari jenis trauma dan keparahan yang di alami
Seperti pada trauma tembus merupakan trauma yang serius dan mengancam penglihatan,
prognosisnya seringkali sangat buruk. Ada beberapa faktor prediktor berkaitan dengan
prognosis yang buruk misalnya akuisi visual yang menurun bahkan hilang penglihatan, seperti
defek pupil aferen, laserasi di kelopak, kerusakan lensa, perdarahan vitreous dan adanya benda
asing intraokular.6
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana, AK. Comprehensive Ophthalmology, 4th edition. New Delhi: New Age
International (P) Ltd., Publishers; 2007. Chapter 17. Ocular Injuries. p401-2,407.
2. Riordan-Eva, P., Whitcher, JP. editors. Vaughan & Asburys General Ophthalmology,
17th edition. USA: The McGraw Hill Companies; 2007. Chapter 19. Ocular and Orbital
Trauma
2004; 7: 184-188.
5. Sullivan JH., Whitcher, JP. editors. Vaughan & Asburys General Ophthalmology, 17th
edition. USA: The McGraw Hill Companies; 2007. Chapter 4. Orbit, Eyelid, and
Lacrimal System
6. Lang, GK. Ophthalmology, A Pocket Textbook Atlas, 2nd edition. New York: Thieme;
Orbit, Eyelid, and Lacrimal System. San Fransisco: AAO; 2011. Chapter 10.
23