ان ْال َجا أه أليَّ أة أِل َ ْه ألسنَة ُك أل فأي يَ ْو َم أ َ َصلَّى النَّبأي قَد َأم فَلَ َّما فأي أه َما يَ ْلعَبُون َ
َّ علَ ْي أه
ُّللا َ سلَّ َم َ ان لَ ُك ْم َكانَ قَا َل ْال َمدأينَةَ َو أ َ ْب َدلَ ُك ْم َوقَ ْد فأي أه َما ت َ ْلعَبُونَ يَ ْو َم أ
ْ ض َحى َويَ ْو َم ْال أف
َّ ط أر يَ ْو َم أم ْن ُه َما َخي ًْرا بأ أه َما
ُّللا ْ َ ْاِل
“Dahulu orang-orang Jahiliyyah memiliki dua hari di setiap tahun yang malan
mereka biasa bersenang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam datang ke kota Madinah, beliau bersabda,
“Dahulu kalian memiliki dua hari di mana kalian bersenang-senang ketika itu.
Sekarang Allah telah menggantikan untuk kalian dengan dua hari besar yang
lebih baik yaitu Idul Fithri dan Idul Adha.”[1]
Hari Nairuz adalah hari raya tahun baru orang Majusi menurut perhitungan
kalender masehi (pergiliran matahari). Masyarakat kota madinah saat itu
ikut-ikutan merayakan hari raya Majusi tersebut. Beberapa kamus Arab
menjelaskan demikian definisi Nairuz, semisal kamus AL-Lughah Al-
Arabiyyah AL-Mu’aashir dijelaskan,
ﺮﺱُفال عﻨﺪ ةَﻴﻤﺴَﺸال ﻨةَﺴال في يﻮم لوأ
“Nairuz adalah hari pertama pada tahun syamsiyyah versi Persia (bangsa
Majusi saat itu).”
Demikian juga dengan tahun baru masehi saat ini, bukan perayaan kaum
Muslimin dan jelas itu adalah perayaan non-muslim serta memiliki sejarah
yang terkait dengan agama kuno Romawi.
Kita sebagai kaum muslimin tentu dilarang untuk ikut-ikutan merayakan hari
raya mereka.
Kita juga diperintahkan agar tidak tasyabbuh dengan orang Romawi dan
Persia.
Allah melarang kita menghadiri dan ikut-ikutan perayaan hari raya orang
musyrik.
Allah berfirman
Maksud Az-Zuur dalam ayat ini adalah perayaan kaum musyrikin. Ibnu Katsir
berkata,
{ ور َي ْش َهدُونَ ل
َ العالية أبو وقال } الﺯ، وطاوﺱ، سيرين بن ومحمد،
والضحاك، أنﺱ بن والربيﻊ، وغيرهم: المشركين أعياد هي
“Abul ‘Aliyah, Thawus, Muhammad bin Sirin, adh-Dhahhak, Rabi’ bin Anas
dan lain-lainnya, mengatakan bahwa maksudnya adalah tidak menghadiri
perayaan kaum musyrikin.”[6]
Semoga tidak ada kaum muslimin yang ikut-ikutan merayakan tahun baru
non-muslim
Artikel www.muslim.or.id
Catatan kaki:
[1] HR. Abu Daud no. 1134; An-Nasa’i no. 1556. Shahih