Anda di halaman 1dari 23

Case Report Session

Katarak Senilis
Matur

Oleh:

Dio Rancha Pratama 1110312092


Muhammad Bintang I 1210313055

Preseptor:
dr.Havriza Vitresia , Sp.M (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


ANDALAS RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Katarak adalah pengaburan dari lensa mata yang membuat pandangan menjadi tidak
jelas. Lensa berada tepat di belakang pupil dan merupakan struktur yang transparan, yang
memfasilitasi cahaya masuk dan mencapai retina. Kebanyakan kasus dari katarak merupakan
katarak senilis, yaitu pengaburan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50
tahun. Namun terkadang penyakit ini juga menyerang bayi yang baru lahir, ataupun katarak
juga bisa menjadi komplikasi dari trauma mata, inflamasi, dan penyakit mata lainnya.1
Katarak bisa mengenai satu ataupun kedua mata, namun bukannya menular dari satu
mata ke mata yang lain. Pandangan seperti berawan akan muncul secara perlahan-lahan,
hingga pada akhirnya akan memburuk dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari seperti
mengganggu kemampuan seseorang untuk membaca, mengemudi, dan lainnya. Diperlukan
tindakan bedah untuk mengganti lensa yang telah keruh tersebut.2
Katarak merupakan penyakit yang sering terjadi, tapi lebih sering pada orang lanjut
usia. Data di United Kingdom mencatat bahwa penderita katarak rata-rata berumur diatas 65
tahun, dan terjadi peningkatan kasus hingga 70% pada orang yang berusia diatas 85 tahun. Di
Prancis, sekitar 20% orang yang berusia diatas 65 tahun terkena katarak, dengan kejadian
yang semakin meningkat hingga 60% pada mereka yang berusia diatas 85 tahun. Negara
berkembang lainnya menunjukkan prevalensi kejadian yang mirip dari negara-negara maju
tersebut. 2
Sebagai penyakit yang sering terjadi pada orang lanjut usia, ditambah dengan fakta
bahwa angka harapan hidup semakin tinggi tiap tahunnya, mengindikasikan bahwa angka
kejadian katarak juga akan semakin meningkat setiap tahunnya. Sekarang ini dikatakan
penderita katarak di seluruh dunia mencapai 22 juta pada usia diatas 40 tahun, dan
diprediksikan angka ini bisa menjadi dua kali lipat pada tahun 2020.2

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Case Report Session ini membahas mengenai definisi, klasifikasi, etiologi, faktor
resiko, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan komplikasi, dan prognosis
katarak senilis.

1.3 TUJUAN PENULISAN


Case Report Session ini bertujuan untuk lebih memahami mengenai definisi,
klasifikasi, etiologi, faktor resiko, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan
komplikasi, dan prognosis pada katarak senilis.

1.4 METODE PENULISAN


Makalah ini disusun dengan menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang
merujuk kepada berbagai literatur, termasuk buku teks dan makalah ilmiah.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA

Lensa merupakan struktur transparan biconvex yang berfungsi sebagai media refraksi
dan membantu akomodasi. Lensa tidak mempunyai pembuluh darah setelah perkembangan
fetus dan nutrisi lensa bergantung pada aquos humor. Lensa terletak pada posterior iris dan
anterior badan vitreus, disokong oleh Zonula Zinii yang merupakan serat kuat yang melekat
pada badan siliar. Lensa terdiri dari kapsul, epitel lensa, korteks, dan nukleus. 3
Pada bagian anterior dan posterior lensa terdapat sebuah garis imajiner yang disebut
optic axis. Bagian equator lensa merupakan sirkumtan yang paling besar. Lensa dapat
berfungsi sebagai media refraksi karena angka indeks refraksinya pada keadaan normal
adalah 1,4 pada bagian sentral dan 1,36 pada bagian pinggir. Angka indeks refraksi ini
berbeda dengan indeks refraksi pada aquos dan vitreus di sekitarnya. Lensa terus berkembang
selama hidup. Ketebalan korteks terus bertambah seiring bertambahnya usia. Pada saat yang
bersamaan. Kecembungan lensa juga semakin meningkat sehingga kemampuan refraktifnya
juga bertambah. Namun demikian, indeks refraksinya justru semakin berkurang akibat
peningkatan substansi partikel protein. 3

2.2 DEFINISI KATARAK


Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di
atas 50 tahun. Katarak senilis dapat dibagi kedalam 4 stadium, yaitu katarak insipien, katarak
imatur, katarak matur dan katarak hipermatur. Katarak insipien merupakan stadium katarak
yang paling awal dan belum menimbulkan gangguan visus. Pada katarak imatur, kekeruhan
belum mengenai seluruh bagian lensa sedangkan pada katarak matur, kekeruhan telah

4
mengenai seluruh bagian lensa. Sementara katarak hipermatur adalah katarak yang
mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek, ataupun mencair.4,5

2.3 KLASIFIKASI KATARAK


Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur,
dan hipermatur.
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang
membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan
biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya
nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan
oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap
untuk waktu yang lama.4,5
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai
seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi
penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma
sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test, maka akan terlihat bayangan
iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).4,5
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang
terus berlanjut akan menyebabkan pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul,
sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan memiliki kedalaman
normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan
irisnegatif.4,5
4. Katarak Hipermatur
Pada katarak hipermatur merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa
lensa yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa
menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul
yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini
disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.
5
Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam
bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis
dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel
radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata. 4,5

2.4 EPIDEMIOLOGI KATARAK


Katarak merupakan penyakit yang sering terjadi, tapi lebih sering pada orang lanjut
usia. Data di UK mencatat bahwa penderita katarak rata-rata berumur diatas 65 tahun, dan
terjadi peningkatan kasus hingga 70% pada orang yang berusia diatas 85 tahun. Di Prancis,
sekitar 20% orang yang berusia diatas 65 tahun akan terkena katarak, dengan kejadian yang
semakin meningkat hingga 60% pada mereka yang berusia diatas 85 tahun. Negara
berkembang lainnya menunjukkan prevalensi kejadian yang mirip dari negara-negara maju
tersebut. 2
Sebagai penyakit yang sering terjadi pada orang lanjut usia, ditambah dengan fakta
bahwa angka harapan hidup semakin tinggi tiap tahunnya, mengindikasikan bahwa angka
kejadian katarak juga akan semakin meningkat setiap tahunnya. Sekarang ini dikatakan
penderita katarak di seluruh dunia mencapai 22 juta pada usia diatas 40 tahun, dan
diprediksikan angka ini bisa menjadi dua kali lipat pada tahun 2020.2

2.5 PATOFISIOLOGI KATARAK


Katarak terkait disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada kelainan mata
yang menyebabkan gangguan pandangan. Patogenesis dari katarak terkait usia multifaktor
dan belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi peningkatan berat dan
ketebalan serta menurunnya kemampuan akomodasi. Dengan menjadi tuanya seseorang maka
lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi padat dibagian
tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat dekat berkurang.3
Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa
mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (skelrosis nuklear). Pada saat ini terjadi
kristalisasi (protein lensa) yaitunya perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan
agregasi protein menjadi high-molecular-weight-protein. Agregat-agregat protein ini
menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi trasparansi lensa.3
Pada keadaan normal lensa bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia terjadi
perubahan warna lensa menjadi kuning atau cokelat. Proses ini dapat menyebabkan gangguan
penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa

6
tidak transparan sehingga pupil berwarna putih dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat
ditemukan pada berbagai lokasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi
semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus
bisa hilang sama sekali. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel diantara serat-serat lensa
atau migrasi sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam
terbentuknya katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar
ultraviolet dan malnutrisi. Hingga kini belum ditemukan obat yang dapat menghambat atau
membalikkan perubahan-perubahan kimiawi yang mendasari pembentukan katarak. Beberapa
penelitian baru-baru ini mengisyaratkan suatu efek protektif dari karoteniod dalam
makanan(lutein), namun penelitian-penelitian yang mengevaluasi efek protektif multivitamin
memberi hasil yang berbeda.4
Berdasarkan morfologinya terdapat 3 tipe utama dari katarak senilis yaitu:
1. Katarak nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan nukleus
lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Secara umum kondisi ini akan mengurangi fungsi
penglihatan. Pemeriksaan biomikroskop slitlamp pada pupil yang didilatasikan dilakukan
untuk mengevaluasi derajat sklerosis, penguningan, dan kekeruhan. 3
Katarak nuklear biasanya berkembang secara lambat. Katarak ini secara umum
bilateral, tetapi bisa juga asimetris. Pada katarak nuklear penglihatan dekat lebih baik dari
pada penglihatan jauh. Pada tahap awal, proses pengerasan lensa secara bertahap akan
meningkatkan indeks refraksi lensa dan akan menyebabkan refraksi bergeser ke arah miopi.
Pada mata yang hiperopik, miopi ini akan menyebabkan individu yang presbiopi dapat
membaca tanpa kacamata, ini disebut dengan second sight ( penglihatan kedua).3

Gambar: katarak nuklear

7
2. Katarak kortikal
Katarak kortikal adalah kekeruhan pada kortek lensa. Pada katarak kortikal terjadi
penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan
indeks refraksi lensa. Perubahan hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya celah celah
dalam pola radial di sekeliling daerah ekuator. Katarak ini cenderung bilateral, tetapi sering
asimetrik. Derajat gangguan fungsi penglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat
kekeruhan lensa dengan sumbu penglihatan.1 Terjadi perubahan komposisi ion dari korteks
lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Terbentuk kekeruhan seperti baji
yang menyebar dari pinggir lensa ke tengah. Pemeriksaan menggunakan biomikroskop
slitlamp akan mendapatkan gambaran vakuola, degenerasi hidropik serabut lensa, serta
pemisahan lamela kortek anterior atau posterior oleh air.3

Gambar : katarak kortikal


3. Katarak subkapsular posterior (PSCs)
Terdapat pada kortek didekat kapsul posterior bagian sentral. Diawal
perkembangannya, katarak ini cenderung menimbulkan gangguan penglihatan karena ada
keterlibatan sumbu penglihatan. Gejala-gejala yang umum antara lain glare, penurunan
penglihatan pada kondisi pencahyaan yang terang. Kekeruhan lensa disini dapat timbul akibat
trauma, penggunakaan kortikosteroid (topikal atau sistemik), peradangan, pajanan radiasi
pengion. 3
8
Katarak ini biasanya didapatkan pada penderita dengan usia yang lebih muda
dibanding kedua jenis katarak yang lain. Opasitasnya terletak di korteks posterior bagian
aksial. Katarak ini berhubungan dengan migrasi posterior sel-sel epitel lensa pada area
subkapsular posterior. Gejalanya antara lain adalah fotofobia dan penglihatan yang buruk saat
mata berakomodasi atau diberikan miotikum. 3
Deteksi katarak subkapsularis posterior paling baik menggunakan biomikroskop
slitlamp pada mata yang telah ditetesi midriatikum. Pada awal pembentukan katarak akan
ditemukan gambaran kecerahan mengkilap seperti pelangi yang halus pada lapisan korteks
posterior. Sedangkan pada tahap akhir terbentuk kekeruhan granular dan kekeruhan seperti
plak di kortek subkapsular posterior.3

Gambar. Katarak subkapsular posterior


2.6 Manifestasi Klinis
1. Penurunan ketajaman visual
Keluhan yang paling umum dari pasien dengan katarak senilis. Pada stadium awal
(katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa
menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan
atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Pada stadium selanjutnya
proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah, sehingga keluhan yang sering
disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan
menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.3
2. Glare
Pasien katarak sering mengeluhkan penglihatan silau, dimana tingkat kesilauannnya
berbeda-beda mulai dari sensitiftas kontras yang menurun dengan latar belakang yang terang
9
hingga merasa silau disiang hari atau merasa silau terhadap lampu mobil yang berlawanan
arah atau sumber cahaya lain pada malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita
katarak kortikal.3
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui
perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan tempat.
Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus
daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastian fungsi penglihatan, namun
uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya
katarak.3
4. Myopic shift
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien
presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan
kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa, rasa
nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear.
Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia
yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.3
5. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang
keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular dengan
cover test dan pin hole.3

2.6 PEMERIKSAAN KATARAK


1) Pemeriksaan slit lamp
- Konjungtiva
Dilakukan pemeriksaan konjungtiva untuk melihat apakah ada jaringan parut atau
proses inflamasi. Jika ditemukan simblefaron bisa dihubungkan dengan adanya penyakit
dasar sistemik ataupun penyakit dari permukaan okuler sendiri. Adanya vaskulaisasi dan
jaringan parut dari trauma kimia sebelumnya atau dari tindakan operasi mata sebelumnya bisa
menjadi penyulit dan keterbatasan eksposur untuk tindakan bedah.
- Kornea
Untuk mengevaluasi kesehatan kornea sebelum dilakukan operasi, harus memeriksa
ketebalan kornea dan mencari adanya kornea gutatta. Jika memungkinkan bisa dilakukan
10
specular reflection dengan menggunakan slit lamp untuk melihat jumlah sel endotel dan
morfologinya.
- Kamera okuli anterior
Mengetahui kedalaman dari kamera okuli anterior dan ketebalan aksial dari lensa
diperlukan dalam perencanaan tindakan bedah. Bisa dilakukan dengan gonioskopi
preoperatif, juga untuk menyingkirkan kemungkinan adanya abnormalitas sudut COA,
sinekia, ataupun neovaskularisasi.
- Iris
Jika terdapat iridodonesis mengindikasikan melemahnya zonula di lensa, atau bahkan
tidak adanya zonula. Dokter harus memperkirakan ukuran pupil dan mencatat adanya sinekia
setelah dilatasi. Jika pupil berdilatasi lemah, maka diperlukan beberapa tindakan seperti
iridotomi, iridektomi dan lainnya untuk menyediakan eksposur yang adekuat saat operasi
katarak dilakukan.
- Lensa
Bentuk dari lensa harus diperhatikan dengan seksama baik sebelum ataupun setelah
dilatasi pupil dilakukan. Setelah pupil berdilatasi, densitas nukleus lensa bisa dievaluasi, bisa
mendeteksi exfoliation syndrome, dan keopakan serta distorsi dari reflex retinoskop bisa
dilihat secara lebih mudah. Posisi lensa dan intregitas serat zonular juga harus dievaluasi.

2) Pemeriksaan fundus
- Oftalmoskopi
Harus dilakukan pemeriksaan fundus secara lengkap, baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk mengevaluasi macula, nervus optikus, pembuluh darah, dan retina.
Harus diperhatikan apakah ada degenerasi macula dini yang bisa saja membatasi visual.
ophtamolskop langsung berperan dalam menilai kepadatan media. Pada pasien diabetes juga
diperhatikan apakah terdapat macula edema, iskemia retina, dan retinophaty proliferative.
- Nervus Optikus
Nilai cupping, dan abnormalitas lainnya.

3) Pemeriksaan Khusus
- Potential Acuity Estimation
- Tes Fungsi Makula
- Maddox Rod
- Photostress Recovery Time

11
- Blue Light Entoptoscopy
- Purkinjes Entoptic Phenomenon
- Electroretinography and Visual Evoked Response

2.7 TATALAKSANA KATARAK


Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata sehingga didapatkan penglihatan maksimal. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang
dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat
menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol dan sudah memperlihatkan hasil yang
menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang
diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-
raising, dan antioksidan vitamin C dan E.5
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Terdapat 2 tipe
ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua teknik yaitu Small Incision Cataract Surgery
(SICS) dan Phakoemulsifikasi.4
1) Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata
melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada
keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan. 3
2) Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa
dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah
glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya
telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan
12
sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. 3
3) Phaekoemulsifikasi
Phaekoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan memecah dan
memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-
3mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnya mesin phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena
incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan pulih dengan sendirinya
sehingga memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.
Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat.
4) Small Incision Cataract Surgery SICS
Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih murah dan proses
penyembuhannya lebih cepat. 3

2.8 KOMPLIKASI KATARAK


- Komplikasi intraoperatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus serta retinal light toxicity.4,5
- Komplikasi dini pasca operatif
COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang
keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma dan epitel,
hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang
bersih paling sering)
Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat
yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak sempurna,
astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
- Komplikasi lambat pasca operatif
Ablasio retina

13
Endoftalmitis kronik yang timbul karena organisme dengan virulensi rendah yang
terperangkap dalam kantong kapsuler
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler

14
BAB 3
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. B
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Protestan
Suku : Cina
Alamat : Kampung Sebelah IIIC Nipah, Padang
Tanggal pemeriksaan : 10 Juli 2017

ANAMNESIS

Seorang laki-laki berusia 52 tahun dirawat di Bangsal Mata RSUP. Dr. M. Djamil
Padang tanggal 10 Juli 2017 dengan:

Keluhan Utama : Penglihatan mata kiri semakin kabur sejak 2 bulan yll

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Awalnya keluhan penglihatan mata kiri kabur dirasakan sejak 2 tahun yang lalu,
namun pada saat itu keluhan yang dirasakan belum mengganggu aktivitas pasien. Penglihatan
kabur dirasakan berangsur-angsur, dirasakan semakin lama semakin memberat dan sejak 2
bulan terakhir keluhan dirasakan sangat mengganggu aktivitas pasien, sehingga pasien
memutuskan untuk datang ke Poliklinik RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk mendapatkan
pengobatan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan pandangan silau jika terkena sinar yang
terang.
- Mata merah (-).
- Nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-)
- Riwayat trauma (-)
- Riwayat operasi mata sebelumnya (-)
- Riwayat infeksi pada mata sebelumnya (-)
- Keluhan penglihatan ganda (-)
- Keluhan penglihatan seperti tertutup tirai (-)

15
- Pasien sudah dikenal menderita skizofrenia sejak umur 17 tahun. Pasien dalam
pengobatan risperidon 2 x 2 mg, trifluoperazine 2 x 5 mg, triheksipenidil 3 x 2 mg,
amitriptilin 1 x 10 mg. Kegiatan sehari-hari yaitu selalu berjalan tidak tentu arah dibawah
sinar matahari.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat kelainan seperti ini pada mata (-)
Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat hemofilia (-)
Riwayat keganasan (-)
Riwayat trauma pada kedua mata tidak ada
Riwayat infeksi pada kedua mata tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : komposmentis tidak kooperatif
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Nafas : 16 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Keadaan gizi : baik
Sianosis : tidak ada
Edema : tidak ada
Anemis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Kulit : tidak ada kelainan
Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Kepala : normocephal
Rambut : hitam, tidak mudah rontok
Mata : status ophtalmikus

16
THT : tonsil T1-T1, hiperemis (-)
Gigi dan mulut : karies (-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Thorak :
Paru : auskultasi vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen : distensi (-), hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal
Punggung : skoliosis (-)
Alat kelamin : tidak diperiksa
Anus : colok dubur tidak dilakukan
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)

STATUS
OD OS
OFTALMIKUS

1/~, proyeksi sentral, inferior,


Visus tanpa koreksi 6/9
temporal
Visus dengan koreksi 6/7,5

Refleks fundus (+) (-)

madarosis (-), trkikhiasis (-), madarosis (-), trkikhiasis (-),


Silia/supersilia
poliosis (-) poliosis(-)

Palpebra superior edema (-), ptosis (-), hiperemis edema (-), ptosis (-), hiperemis
(-) (-)

edema (-), ptosis (-), hiperemis edema (-), ptosis (-), hiperemis
Palpebra inferior
(-) (-) 17

Margo palpebra bengkak (-), nyeri (-) bengkak (-), nyeri (-)
Aparat lakrimalis hiperlakrimasi (-) hiperlakrimasi (-)

Konjungtiva tarsalis Hiperemis (+), folikel (-), papil Hiperemis (+), folikel (-), papil
(-) (-)

Konjungtiva fornicis Hiperemis (+), folikel (-), papil Hiperemis (+), folikel (-), papil
(-) (-)

Konjungtiva bulbi Hiperemis (+), folikel (-), papil Hiperemis (+), folikel (-), papil
(-) (-)

Putih Putih
Sklera
Kornea Bening Bening

Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam

Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)

Bulat, Reflek Pupil (+), diameter Bulat, Reflek Pupil (+),


Pupil
3mm diameter 3mm

Lensa Jernih Keruh total

Korpus Vitreum Jernih Tidak dapat dinilai

Fundus
Papila N. Optikus
Sulit dinilai, pasien tidak Sulit dinilai, pasien tidak
Retina
kooperatif kooperatif
Makula
aa/vv Retina
Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi

Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah

Posisi bulbus okuli Orthoforia Orthoforia

18
19
Diagnosis Kerja : Katarak senilis stadium matur OS

Diagnosis Sekunder : Skizofrenia

Anjuran Terapi :

ECCE (ekstra capsular catarac ekstrasi) OS

IOL (intraocular lensa) OS

20
BAB 4
DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berumur 52 tahun masuk bangsal mata RS
M Djamil Padang pada tanggal 10 Juli 2017 dengan diagnosis katarak senilis matur oculi
sinistra. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis
didapatkan mata kiri kabur sejak 2 tahun yang lalu, yang semakin lama semakin bertambah
kabur sejak 3 bulan ini, namun pada saat itu keluhan yang dirasakan belum mengganggu
aktivitas pasien. Penglihatan kabur dirasakan berangsur-angsur, dirasakan semakin lama
semakin memberat dan sejak 2 bulan terakhir keluhan dirasakan sangat mengganggu aktivitas
pasien, sehingga pasien diantar keluarga untuk datang ke Poliklinik RSUP Dr. M. Djamil
Padang untuk mendapatkan pengobatan.
Faktor risiko pada pasien ialah terkait aktivitas sehari-hari. Pasien sudah dikenal
menderita skizofrenia sejak umur 17 tahun dan mendapat pengobatan risperidon 2 x 2 mg,
trifluoperazine 2 x 5 mg, triheksipenidil 3 x 2 mg, amitriptilin 1 x 10 mg. Kegiatan sehari-
hari yaitu selalu berjalan tidak tentu arah dibawah sinar matahari. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan visus OD 6/9, visus OS 1/~ (proyeksi sentral, inferior, temporal) dan pemeriksaan
dengan slit lamp tampak kekeruhan pada lensa.
Berdasarkan literatur, katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. Penuaan
merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang terlibat
seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (misalnya diabetes), merokok, dan herediter. Pada
pasien ini katarak yang dideritanya disebabkan oleh proses penuaan (katarak senilis/age
related cataract) dan paparan sinar ultraviolet.
Gejala klinis:
Pandangan kabur
Silau
Perubahan sensitifitas terhadap kontras
Miopisasi
Diplopia monokuler atau polyopia
Variasi diurnal penglihatan
Pada pasien ini ditemukan gejala pandangan yang kabur dan silau.

21
Klasifikasi katarak berdasarkan stadium:
Katarak Insipiens
Katarak imatur
Katarak matur
Katarak hipermatur (Morgagni)
Pada pasien ini katarak yang dideritanya adalah stadium matur. Pada stadium matur,
terjadi kekeruhan yang tebal dan mengenai seluruh lensa sehingga terlihat keruh. Pada
stadium ini terjadi gangguan penglihatan akibat gangguan hantaran cahaya ke retina. Pada
pemeriksaan fisik di dapatkan yaitu visus OD = 6/9, OS = 1/~ (proyeksi sentral, inferior, dan
temporal), OS keseluruhan lensa keruh, refleks fundus OD (+), OS (-). Berdasarkan hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik ini, kami mengklasifikasikan pasien menderita katarak
senilis stadium matur pada OS.
Pemeriksaan yang dianjurkan:
Pemeriksaan visus
Slit lamp
Tonometri
Ophtalmoscopy
Terapi:
Pembedahan dengan pilihan metode : ICCE, ECCE, Fekoemulsifikasi, LASIK

22
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. 2015. Prevention of Blindness and Visual Impairment;


Priority Eye Disease Cataract.
2. Robertson Sally. 2015. Cataract Epidemiology on News Medical Life Science and
Medicine. London.
3. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract. Section 11. San Fransisco: MD
Association, 2011-2012
4. Harper, Richard A, John P. 2013. Shock: Oftalmologi Umum (Vaughan & Asburys
General Ophtalmology) Edisi Tujuh Belas, Jakarta: EGC. Hal: 169-74
5. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

23

Anda mungkin juga menyukai