Anda di halaman 1dari 82

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.E DENGAN SOL, STROKE


HEMORAGIK, ANEMIA SEDANG EC PENYAKIT KRONIK, SEPSIS EC
HAP, CARDIOMEGALY, FLOUR ALBUS DI RUANG HCU NEUROLOGI
RSUP DR M. DJAMIL PADANG

Keperawatan Medikal Bedah

Nama Kelompok :
Ahmad Mudhofir
Rahmi Zikri
Dina Rahmayati Saputri
Puteri Nabilla
Fadilah Lukvianti
Serly Aprilia Nst
Wulandari Astagina
Merry Christiani
Putri Ramadhani
Rosyi Aulia
Della Silviana

PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ANDALAS
APRIL 2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.E

dengan SOL, Stroke Hemoragik, Anemia Sedang Ec Penyakit Kronik, Sepsis Ec

HAP, Cardiomegaly, Flour Albus di Ruang HCU Neurologi RSUP DR M.Djamil

Padang”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak dengan memberikan saran dan kritik sehingga makalah ini

dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.

Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan dan kritikan

yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap makalh ini dapat

memberikan manfaat bagi perkembangan dalam dunia Pendidikan.

Penulis

Kelompok D

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................1


Daftar Isi ..................................................................................................................2
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang........................................................................................3
1.2 Rumusan masalah...................................................................................8
1.3 Tujuan ...................................................................................................9
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1Pengertian..............................................................................................10
2.2Stadium tumor otak ..............................................................................11
2.3Penyebab ..............................................................................................12
2.4Patofisiologi..........................................................................................14
2.5 WOC ...................................................................................................17
2.6 Tanda dan gejala .................................................................................18
2.7 Tanda gejala peningkatan TIK ............................................................19
2.8 Penatalaksanaan...................................................................................20
2.9 Konsep asuhan keperawatan pada tumor otak.....................................23
2.8 Pengkajian keperawatan pada pasien ..................................................40
2.9 Diagnosa keperawatan.........................................................................56
3.0 Catatan perkembangan ........................................................................62
Bab III Pembahasan Kasus....................................................................................70
Bab IV Penutup
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................79
3.2 Saran................................................................................................................79
Daftar Pustaka .......................................................................................................80

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

SOL (Space Occupying lesion) merupakan generalisasi masalah

mengenai adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai

otak. Terdapat beberapa penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak

seperti contusio cerebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor pada

intracranial (Smeltzer & Bare, 2013).

Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik

jinak/ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak

merupakan tumor salah satu susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak.

Tumor ganas di susunan saraf pusat adalah semua proses neoplastic yang

terdapat dalam intracranial atau dalam kanalis spinalis yang mempunyai

sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal

dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari

sel penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak

(Fransiska, 2008 :84).

Menurut penilitian yang dilakukan oleh Rumah Sakit Lahore,

Pakistan, periode September 1999 hingga April 2000, dalam 100 kasus

Space Occupying lesion intrakranial, 54 kasus terjadi pada pria dan 46

kasus pada wanita. Selain itu, 18 kasus ditemukan pada usia dibawah 12

tahun. 28 kasus terjadi pada rentan usia 20-29 tahun, 13 kasus pada usia

30-39, dan 14 kasus pada usia 40-49 (Ejaz butt, 2017).

3
Berdasarkan data statistik, angka insidens tahunan tumor

intrakranial di Amerika adalah 16,5 per 100.000 populasi per tahun,

dimana separuhnya (17.030) adalah kasus tumor primer yang baru dan

separuh sisanya (17.380) merupakan lesi-lesi metastasis. Di Indonesia

masih belum ada data terperinci yang berkaitan dengan hal ini, namun dari

data RSPP dijumpai frekuensi tumor otak sebanyak 200-220 kasus/tahun

dimana 10% darinya adalah lesi metastasis. Insidens tumor otak primer

bervariasi sehubungan dengan kelompok umur penderita. Angka insidens

ini mulai cenderung meningkat sejak kelompok usia dekade pertama yaitu

dari 2/100.000 populasi /tahun pada kelompok umur 10 tahun menjadi

8/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia 40 tahun dan kemudian

meningkat tajam menjadi 20/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia

70 tahun untuk selanjutnya menurun lagi (Mardjono, 2008).

Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74%)

dibanding perempuan (39,26%) dengan kelompok usia terbanyak 51

sampai 60 tahun (31,85%), selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia

yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita

tumor otak, hanya 100 penderita 74,1%) yang dioperasi dan lainnya

(26,9%) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti inoperable

atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus

parietalis (18,2%), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa

lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem,

cerebellopontine angle dan multiple (Hakim, 2005).

4
Menurut Wulandari (2017) dalam hasil penelitiannya didapatkan

data bahwa tanggal 10 Januari 2017 dari Ruang Bangsal Syaraf RSUP Dr.

M.Djamil Padang tahun 2016 didapatkan dari 1.386 pasien yang masuk

ruang bangsal syaraf sekitar106 (7,6 %) orang yang mengalami kasus

tumor otak. Prevalensi rata-rata pada tahun 2016 pasien masuk dengan

Tumor Otak tiap bulannya adalah sekitar 9 orang. Data yang didapatkan

dari rekam medis ruang rawat inap syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang

jumlah pasien tumor otak yang dirawat dari 1 januari-31 mei 2016

sebanyak 42 orang.

Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel

abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS).

Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di

sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal

akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial) (Prince & Wilson,

2005).

Gejala yang ditimbulkan oleh SOL sangat tergantung kepada jenis

lesi, ukuran, dan lokasi. Namun gejala yang umum terjadi adalah gejala

yang ditimbulkan oleh peningkatan tekanan intrakranial seperti nyeri

kepala, muntah proyektil, mual, perubahan status mental atau kebiasaan,

lumpuh, ataksia, gait, defisit bicara, visual, ataupun konvulsi. Penanganan

pada kasus ini sebaiknya dilakukan secepat mungkin, pada kebanyakan

kasus pasien memerlukan tindakan operasi craniotomy, terapi radiasi dan

kemoterapi Sangat penting untuk mempertimbangkan banyak hal yang

mempengaruhi kondisi ini sehingga penatalaksanaan dan perawatan yang

5
paling tepat dapat direncanakan dan dilakukan (Ibrahim, et al , 2012). Oleh

karena tumor otak secara histologik dapat menduduki tempat yang vital

sehingga menimbulkan kematian dalam waktu singkat.

Sementara itu angka harapan hidup penderita tumor susunan saraf

pusat juga bervariasi sesuai usia. Data dari surveillance, Epidemiologi dan

End Result pada tahun 1996-2009 menunjukkan bahwa angka harapan

hidup selama 5 tahun pada tumor otak primer ganas dan tumor susunan

saraf pusat (tidak termasuk limfoma, leukemia, tumor hipofisis dan

kelenjar pineal, dan tumor olfaktorius pda kavitas nasal) adalah sebesar

38,8% (32,4% pada pria dan 35,5% pada wanita). Angka harapan hidup ini

sebesar 73,0% pada usia 0- 19 tahun, 57,7% pada kelompok usia 20-44

tahun, 31,7% pada kelompok usia 55-64 tahuun, 10,0% pada kelompok

usia 65-74 tahun, dan 5,7% pada kelompok usia lebih dari atau sama

dengan 75 tahun. Artinya semakin bertambah usia maka harapan hidup

pada penderita tumor otak semakin berkurang (Setyanegara, 2018).

Tumor otak dapat menduduki tempat vital yang dapat

meningkatkan resiko kematian yang singkat, penurunan imunitas tubuh

juga meresiko membuat tumor otak menjadi ganas dan dari angka harapan

hidup pasien tumor otak yang rendah maka tumor otak memerlukan

penanganan multidisiplin yang komprehhensif sebagaimana dalam

keputusan menteri kesehatan republik Indonesia tentang penanganan tumor

otak di Indonesia (Kemenkes, 2020).

6
Asuhan keperawatan merupakan suatu tindakan atau proses dalam

praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien untuk

memenuhi kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat mengatasi masalah

yang sedang dihadapinya, dan asuhan keperawatan dilaksanakan

berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan. Asuhan keperawatan pada

pasien dengan tumor otak adalah suatu tindakan atau proses dalam praktik

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien dengan tumor

otak untuk memenuhi kebutuhan pasien baik secara biologi, psikologi,

social dan spiritual. Asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak

tidak berbeda dengan asuhan keperawatan pada kasus lain yaitu melakukan

pengkajian secara lengkap mulai dari anamnesa identitas klien sampai

dengan keluhan yang dirasakan, menegakkan diagnosa keperawatan pada

klien dengan tumor otak sesuai dengan kondisi klien, merencanakan

tindakan keperawatan, mengimplementasikan tindakan keperawatan, serta

mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

Menurut Karmadi I (2012) dalam penelitiannya diagnosis

keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan tumor otak yang

mengalami penurunan kesadaran akan mengalami ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral yang jika tidak diatasi akan memeperburuk keadaan

pasien, peran perawat untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan

melakukan tindakan mempertahankan jalan nafas yang paten dan

memonitor tekanan perfusi serebral. Selain masalah ketidakefektifan

jaringan serebral, pasien tumor otak yang mengalami gangguan bersihan

7
jalan nafas karena tirah baring yang lama dapat mengakibatkan

hipersekresi dijalan nafas, peran perawat yaitu dengan dapat berkolaborasi

dengan dokter untuk melakukan suction dan dapat melakukan terapi

nebulizer untuk mengencerkan secret yang tetumpuk dijalan nafas.

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 24 Maret 2022 diruang

rawat inap bangsal syaraf ditemukan seorang pasien dengan diagnosis

medis Space Occupying lesion (SOL) yaitu Ny.E hari rawatan ke-3 setelah

sebelumnya menjadi pasien titipan diruang rawat inap interne wanita,

keadaan umum Ny.E lemah dengan penurunan kesadaran dengan nilai

GCS 4 (E1M1V2) mengalami tirah baring. Diagnosa yang muncul pada

Ny.E yaitu resiko perfusi serebral tidak efektif, gangguan pertukaran gas

dan perfusi perifer tidak efektif. Dari hasil observasi perawat sudah

melakukan tindakan mempertahankan jalan napas dengan memposisikan

pasien dengan kepala ekstensi dan posisi badan dengan sudut 15°, serta

perawat memberikan oksigen 10 liter dengan NRM, memonitor perfusi

serebral dan memberikan transfusi darah PRC. Oleh karena itu kami

melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan SOL di bangsal syaraf

RSUP Dr. M. DJamil Padang.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien SOL (Space Occupying

Lession) ?

8
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan pasien dengan

SOL, serta mampu memberikan asuhan keperawatan pada penderita

SOL.

2. Tujuan khusus :

a) Identifikasi pengkajian pada pasien dengan masalah SOL (Space

Occupying lesion).

b) Merumuskan masalah keperawatan pada pasien SOL (Space

Occupying lesion).

c) Menyusun perencanaan intervensi keperawatan pada pasien SOL

(Space Occupying lesion)

d) Melakukan tindakan keperawatan atau implementasi pada pasien

SOL (Space Occupying lesion)

e) Evaluasi pemberian asuhan keperawatan pada pasien SOL (Space

Occupying lesion)

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Pengertian

Menurut Brunner & Suddarth (2014) Tumor otak adalah lesi

intracranial lokal yang menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor otak

primer berasal dari sel dan struktur di dalam otak. Tumor otak sekunder,

atau metastatic, terbentuk dari struktur-struktur di luar otak (paru,

payudara, saluran gastrointestinal bawah, pancreas, ginjal dan kulit).Tumor

otak adalah tumor intracranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi/ berkas

organ yang karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang da

disekitarnya, sehingga organ tersebut dapat mengalami gangguan) jinak

maupun ganas, yang tumbuh di otak meningen dan tengkorak (Ariani A,

2012).

Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik

ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua

proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis

spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas

spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk

juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh

darah, dan selapu otak (Satyanegara, 2010).

10
2. Stadium Tumor Otak

Terdapat 2 pembagian stadium tumor menurut WHO (2007) sebagai

berikut :

a) Tumor Sel Glial

Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan berdasarkan

derajat keganasan (grading) :

1) WHO grade I : Tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas

pasca reseksi cukup baik.

2) WHO grade II : Tumor bersifat infiltrasi, aktivitas mitosis rendah,

namun sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk

bersifat progresif kea rah derajat keganasan yang lebih tinggi.

3) WHO grade III : Gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan

infiltrasi tinggi, dan terdapat anaplasia.

4) WHO grade IV : Mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya

berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada

pre/post operasi.

b) Meningioma

1) Grade I (umumnya jinak) : meningotelia, psamomatosa, sekretorik,

fibroblastik, angiomatosa, limfoplasmosit, transisional, mikrokistik,

dan metaplastik.

11
2) Grade II (memiliki angka rekurensi yang tinggi, terutama bila

tindakan reseksi tidak berhasil mengangkat tumor secara total) :

clear- cell, chordoid, atipikal. Tipe chordoid biasanya disertai

dengan penyakit Castleman (kelainan proliferasi limfoid).

3) Grade III (anaplastik) : papiler (jarang dan tersering pda anak-anak),

rhabdoid dan anaplastik. Grade III ini merupakan meningioma

malignan dengan angka invasi lokal yang tinggi, rekurensi tinggi,

dan metastasis.

3. Penyebab

Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang

menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe

tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi factor herediter, congenital,

virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan

bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan

penyakit peradangan. Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga

dapat terjadi.

Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma.

Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan

payudara (Jitowiyono S, 2012). Menurut Harsono (2015) Tumor otak lebih

sering mengenai pria dari pada wanita, dengan perbandingan 55:45,

sedangkan meningioma lebih sering timbul pada wanita dari pada pria

dengan perbandingan 2 : 1 .

12
Menurut Wismaji S dkk (2011) faktor risiko terjadinya tumor otak

meliputi :

a) Radiasi

Meningkatnya insiden tumor otak, terutama meningioma dilaporkan

terjadi pada pasien yang pernah menerima radiasi walaupun dalam

dosis rendah. Radiasi yang dapat meninmbulkan mutasi dan perubahan

genetik adalah sparsely ionizing berupa y-photon dan x-ray, densely

ionizing berupa neutron dan ion berat, dan non ionizing berupa

gelombang elektromagnetik.

b) Kimia

Berbagai zat kimia dapat menginduksi tumor sel mesenkimal dan glial.

Karsinogen kimia yang paling potensial adalah senyawa nitrogen,

senyawa tersebut banyak ditemukan pada makanan (daging yang

diawetkan atau diasap dan beberapa buah dan sayuran). Selain itu

senyawa nitrat tersebut juga dapat ditemukan pada kosmetik dan

beberapa produk industri.

c) Virus

Limfoma serebral, terutama limfoma sel B, banyak terdapat pada

pasien dengan penurunan imunitas (imunosupresan), misalnya pada

pasien dengan HIV, pasca transplantasi organ atau imunodefisiensi

kongenital. Adanya tumor tersebut juga dipengaruhi oleh infeksi virus

Epstein Barr (EBV).

13
Selain tiga faktor tersebut, faktor host juga dapat mempengaruhi

perubahan genetika sel melalui sistem seluler dan sistemik. Pada fase

selular, sel yang berada pada fase aktif membelah akan lebih rentan

terkena kerusakan oleh radiasi, kimia atau virus sehingga lebih mudah

mengalami mutasi genetik. Hal ini menjelaskan mengapa tumor

tumbuh dari lapisan germinal.

4. Patofisiologi

Faktor risiko terjadi tumor otak meliputi faktor radiasi, kimia, dan

virus. Meningioma terjadi pada pasien yang pernah menerima radiasi

dalam dosis rendah seperti x-ray dan gelombang elektromagnetik. Zat

kimia yang berpotensi mengakibatkan tumor otak adalah senyawa nitrogen,

senyawa tersebut banyak ditemukan pada makanan seperti daging yang

diawetkan dan diasap serta dapat ditemukan pada kosmetik dan produk

industri lainnya. Adanya virus Epstein Barr (EBV) dapat mengakibatkan

tumor otak yang dapat terjadi pada pasien dengan penurunan

immunosupresan misalnya pada pasien dengan HIV, pasca transplantasi

organ atau imunodefisiensi kongenital (Wismaji S dkk, 2011).

Adanya pertumbuhan sel yang abnormal dari faktor risiko yang terjadi

dapat mengakibatkan tumor otak. Adanya lesi desak ruang juga dapat

mendesak jaringan otak sehat disekitarnya sehingga terjadi defisit

neurologis sesuai dengan lokasi tumor, tipe tumor serta pertumbuhan tumor

tersebut (Wismaji S dkk, 2011).

14
Gejala klinis yang terjadi akibat adanya masa intrakranial disebabkan

oleh lesi desak ruang tumor terhadap ruang intrakranial, sehingga terjadi

penekanan jaringan disekitar otak yang dapat mengakibatkan edema serebri

akibat penumpukan cairan interstisial disekitar tumor. Adanya edema

serebri menandakan adanya tumor ganas seperti glioblastoma dan

medullablastoma (Wismaji S dkk, 2011). Edema disekitar tumor dapat

mengakibatkan hidrosefalus yang terjadi akibat obstruksi sirkulasi cairan

serebrospinal, hidrosefalus terjadi pada tumor yang berada di fosa posterior

dan lebih banyak terjadi pada anak-anak.

Hidrosefalus dan edema serebri dapat menyebabkan herniasi serebral

yang menekan struktur penting yang dapat mengakibatkan perubahan

sirkulasi cairan, sehingga sirkulasi sel-sel terjadi mengalami penurunan dan

terjadinya penurunan oksigen sehingga mengakibatkan sirkulasi menjadi

anaerob.

Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan

oleh selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan

edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya

menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan meningkatkan tekanan

intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrosipnal dari ventrikel lateral

ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus (Ariani A. 2012).

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila

terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan

sebelumnya. Tanda dan gejala terjadinya peningkatan tekanan intrakranial

15
adalah tekanan darah meningkat, nyeri kepala progresif yang dapat

mengakibatkan nyeri akut, mual-muntah proyektil yang dapat

menimbulkan masalah gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, serta

terjadinya penurunan kesadaran yang dapat mengakibatkan menekan saraf

otak sehingga dapat menimbulkan hemiparise yang dapat terjadi masalah

risiko cidera dan defisit perawatan diri.. Mekanisme kompensasi

memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan- bulan untuk menjadi efektif

dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.

Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah

intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel, dan

mengurangi sel-sel parenkim. (Ariani A. 2012).

Menurut Wismaji S dkk, (2011) Tanda dan gejala tumor otak bisa

dilihat bedasarkan lokasi tumor tersebut bagian lobus temporal dapat

mengakibatkan gangguan pendengaran, kerusakan konstruksi verbal dan

menimbulkan masalah perubahan persepsi sensori, bagian lobus frontal

dapat mengakibatkan gangguan gerak aktivitas serta gangguan kepribadian.

16
5. WOC

Manifestasi Tumor Otak

- Gejala peningkatan tekanan


intrakranial
- Sakit kepala
- Mual muntah
- Papil edema
- Penglihatan kabur
- Mudah lupa

Faktor penyebab tumor otak

- Usia
- Keturunan
- Paparan radiasi
- Kelainan genetik

17
Tanda dan Gejala

Menurut Ariani A. (2012) Trias klasi tumor otak adalah nyeri kepala,

muntah, dan papiledema. Namun gejala sangat bervariasi tergantung pada

tempat lesi dan kecepatan pertumbuhannya.

a) Nyeri kepala

Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering di

jumpai pada penderita tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat

dalam, terus menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri

ini paling hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas

yang biasanya meningkatkan tekanan intrakranial, seperti

membungkuk, batuk, atau mengejan sewaktu buang air besar. Nyeri

kepala sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada

tempat yang sakit.

Nyeri kepala yang dihungkan dengan tumor otak disebabkan oleh

traksi dan penggeseran struktur peka nyeri dalam intrakranial. Struktur

peka nyeri ini termasuk arteri, vena, serta sinus-sinus vena dan saraf

otak. Lokasi nyeri kepala cukup berarti karena sepertiga dari nyeri

kepala ini terjadi pada tempat tumor, sedangkan dua pertiga lainnya

terjadi di dekat atau di atas tumor. Nyeri kepala oksipital merupakan

gejala pertama pada tumor fossa posterior. Kira-kira sepertiga lesi

supratentorial menyebabkan nyeri kepala frontal. Jika keluhan nyeri

kepala yang terjadi menyeluruh, maka nilai lokasinya kecil dan pada

18
umumnya menunjukan pergeseran ekstensif kandungan intrakranial

yang meningkatkan tekanan intrakranial.

b) Nausea dan Muntah

Nausea dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah

pada medulla oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak

dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan batang

otak. Muntah dapat terjadi tanpa diawali nausea dan dapat proyektil.

c) Papiledema

Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan

pembengkakan papila saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan

funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan tekanan

intrakranial.

Seringkali sulit menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak

karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema

meskipun tekanan intrakranial amat tinggi. Menyertai papiledema

dapat terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta

dan amaurosis fugaks (saat-saat di mana penglihatan berkurang).

6. Tanda Gejala Peningkatan TIK

a. Sakit kepala merupakan gejala umum pada peningkatan TIK. Sakit

kepala terjadi karena traksi atau distorsi arteri dan vena dan duramater

akan memberikan gejala yang berat pada pagi hari dan diperberat oleh

aktivitas, batuk, mengangkat, bersin.

19
b. Muntah proyektil dapat menyertai gejala pada peningkatan TIK.

c. Edema papil disebabkan transmisi tekanan melalui selubung nervus

optikus yang berhubungan dengan rongga subarakhnoid di otak. Hal ini

merupakan indicator klinis yang baik untuk hipertensi intrakranial.

d. Defisit neurologis seperti didapatkan gejala perubahan tingkat

kesadaran; gelisah, iritabilitas, letargi; dan penurunan fungsi motorik.

e. Bila peningkatan TIK berlanjut dan progresif berhubungan dengan

penggeseran jaringan otak maka akan terjadi sindroma herniasi dan

tanda-tanda umum Cushing’s triad (hipertensi, bradikardi, respirasi

ireguler) muncul. Pola nafas akan dapat membantu melokalisasi level

cedera.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan SOL tergantung pada penyebab lesi.Untuk tumor

primer, jika memungkinkan dilakukan eksisi sempurna, namun umumnya

sulit dilakukan sehingga pilihan pada radioterapi dan kemoterapi, namun

jika tumor metastase pengobatan paliatif yang dianjurkan. Hematom

membutuhkan evakuasi dan lesi infeksi membutuhkan evakuasi serta terapi

antibiotik.

Penatalaksanaan untuk pasien ini adalah pengobatan medikamentosa

dan pembedahan. Pengobatan medikamentosa diberikan deksametason

yang dapat menurunkan oedema serebral. Kortikosteroid untuk mengurangi

oedema peritumoral dan mengurangi tekananintracranial. Efeknya

mengurangi sakit kepala dengan cepat. Dexamethasone adalah

20
corticosteroid yang dipilih karena aktivitas mineralocorticoid yang

minimal. Dosisinya dapat diberikan mulai dari 16 mg/hari, tetapi dosis ini

dapat ditambahkan maupun dikurangi untuk mencapai dosis yang

dibutuhkan agar dapat mengontrol gejala neurologik.

Penatalaksanaan sementara yang dapat dilakukan pada pasien ini

adalah terapi suportif, yaitu infus ringer laktat XX tetes/menit (makro),

ranitidin ampul 1 gram/12 jam, dexamethasone1 ampul/6 jam. Terapi

pembedahan dapat dilakukan untuk mengurangi tumor pokok, memberikan

jalan untuk cairan serebrospinal (CSF) mengalir dan mencapai potensial

penyembuhan.

 Penatalaksanaan Medis Tumor Otak

Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian,

salah satu akibat peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang

disebabkan oleh tumor. Pasien dengan kemungkinan tumor otak harus

dievaluasi dan diobati dengan segera bila memungkinkan sebelum

kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat

dan memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa

meningkatkan penurunan neurologik (paralisis, kebutaan) atau

tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi).

1. Pendekatan pembedahan (craniotomy)

Dilakukan untuk mengobati pasien meningioma, astrositoma

kistik padaserebelum, kista koloid pada ventrikel ke-3, tumor

kongenital seperti demoid dan beberapa granuloma. Untuk pasien

21
dengan glioma maligna, pengangkatan tumor. Secara menyeluruh

dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat melakukan

tindakanyang mencakup pengurangan TIK, mengangkat jaringan

nefrotik dan mengangkat bagian besar dari tumor yang secara teori

meninggalkan sedikit sel yang tertinggalatau menjadi resisten

terhadap radiasi atau kemoterapi.

2. Pendekatan kemoterapy

Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa

tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak

lengkap transplantasi sumsumtulang autologi intravens digunakan

pada beberapa pasien yang akan menerimakemoterapi atau terapi

radiasi karena keadaan ini penting sekali untuk menolong pasien

terhadap adanya keracunan sumsum tulang sebagai akibat dosis

tinggi radiasi.Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu

saja. Hal ini bisa digunakan pada klien : a) Segera setelah

pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan terapi radiasi b)

Setelah tumor recurancec) Setelah lengkap tindakan radiasi.

3. Pendekatan stereotaktik

Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan

hingga titik tertentu didalam otak dengan tujuan melakukan

pengamatan fisiologis atau untukmenghancurkan jaringan pada

penyakit seperti paralisis agitans, multiple sklerosis &epilepsy.

Pemeriksaan untuk mengetahui lokasi tumor dengan sinar X,

22
CT,sedangkan untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor

sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya

dilakukan pemeriksaan Radiosotop (III) dengan cara ditempelkan

langsung ke dalam tumor.

8. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Tumor Otak

Menurut Muttaqin A (2010) pengkajian keperawatan pada pasien sistem

saraf meliputi :

a. Pengkajian

1) Identitas Klien

Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,

pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis,

nomor registrasi.

2) Keluhan utama

Keluhan utama pada klien gangguan sistem saraf biasanya akan

terlihat bila sudah terjadi disfungsi neurologis. Keluhan yang sering

didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara

pelo, tidak dapat berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit kepala

yang hebat, nyeri otot, kaku kuduk, sakit pinggang, tingkat

kesadaran menurun (GCS<15),akral dingin, dan ekspresi rasa takut

(Muttaqin A, 2010).

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

23
Biasanya pasien tumor otak mengeluh nyeri kepala, mual, muntah,

kejang, dan penurunan tingkat kesadaran. Adanya penurunan atau

perubahan pada tingkat kesadaran dihubungan dengan perubahan

didalam intrakranial . keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi,

dapat terjadinya latergi, tidak responsif dan koma (Muttaqin A,

2008).

4) Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat ini

dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit kesehatan

sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan

untuk memberikan tindakan selanjutnya (Muttaqin A, 2008).

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adanya tumor intrakranial pada generasi terdahulu. Pengkajian

juga dilakukan ada atau tidaknya riwayat penyakit keturunan seperti

hipertensi, asma dan penyakit yang dapat memperburuk klien

seperti penyakit jantung, jika klien menderita penyakit tersebut.

6) Pola Fungsi Kesehatan

Pola fungsi kesehatan daat dikaji melalui pola Gordon dimana

pendekatan ini memungkinkan perawat untuk mengumpulkan

datasecara sistematis dengan cara mengevaluasi pola fungsi

kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus.

24
Model konsep dan tipologi pola kesehatan fungsional menurut

Gordon:

a. Pola persepsi manajemen kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan

kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan, dan

penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan,

pengetahuan tentang praktek kesehatan.

b. Pola nutrisi metabolic

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit,

nafsu makan, pola makan, diet, fluktasi BB dalam 1 bulan

terakhir, kesulitan menelan, mual/muntah.

c. Pola eliminasi

Manajemen pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit,

kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah

miksi (oliguri, disuria, dan lainnya), frekuensi defekasi dan

miksi, karakteristik urine dan feses, pola input cairan, infeksi

saluran kemih, dan lain-lain.

d. Pola latihan aktivitas

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernapasan,

dansirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama dan

kedalaman napas, bunyi napas, riwayat penyakit paru.

25
e. Pola kognitif perseptual

Menjelaskan persepsi sensori kognitif. Pola persepsi sensori

meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, dan

kompensasinya terhadap tubuh.

f. Pola istirahat dan tidur

Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentang

energi. Jumlah jam tidur pada siang dan malam.

g. Pola konsep diri persepsi diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap

kemampuan.

h. Pola peran hubung

Mengambarkan dan mengetahui hubungan peran klien terhadap

anggota keluarga.

i. Pola reproduksi seksual

Menggambarkan pemeriksaan genital.

j. Pola koping stress

Mengambarkan kemampuan untuk mengalami stress dan

penggunaan sistem pendukung. Interaksi dengan oranng

terdekat, menangis, kontak mata.

26
7). Pemeriksaan Fisik

a. Secara sitemik dari kepala sampai ujung kaki

1) Kepala

Biasanya pada kepala ada benjolan, adanya nyeri kepala.

2) Leher

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, adanya

kesulitan menelan.

b. Thoraks

Tidak ada pergerakan otot intercosta, gerakan dada simetris.

a. Paru

a) Inspeksi : Pernapasan meningkat.

b) Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama

c) Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara

tambahan lainnya.

d) Auskultas :Nafas tidak normal, biasanya ada suara tambahan

lainya seperti stridor dan ronchi.

c. Jantung

a) Inspeksi : Tidak tampak iktus cordis.

b) Palpasi : Iktus tidak teraba.

27
c) Perkusi : Suara pekak

d) Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

d. Abdomen

a) Inspeksi : Bentuk datar, simetris.

b) Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak

teraba

c) Perkusi : Suara thympani.

d) Auskultasi : Peristaltik usus normal 20 kali/menit

e. Sistem integumen

Turgor kulit menurun, CRT >2 detik, adanya udema.

f. Ekstremitas

Biasa adanya udem pada ekstermitas jika pasien tidak sadar.

g. Pemeriksaan Neurologi

Tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan

Glasgow Coma Scala (GCS). Biasanya pada pasien dengan tumor

otak datang dengan keluhan penurunan kesadaran dengan nilai

GCS >15.

28
h. Pemeriksaan Saraf Kranial

Tabel 2.1 Pemeriksaan saraf kranial

Nervus Respon
Pada klien tumor intracranial yang tidak mengompresi
saraf ini tidak ada kelainan pada funsi penciuman.
II Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian
tertentu dari lintasan visual.
III, IV Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf
I, VI ke VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya
glioblastoma multiforme.
V Pada keadaan tumor intracranial yang tidak
mengompresi saraf trigeminus maka tidak ada kelainan
pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang
mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis
wajah unilateral.
VII Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, otot wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.
VIII Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor
lobus temporalis menyebabkan tinnitus dan halusinasi
pendengaran yang mungkin diakibatkan iritasi korteks
pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
IX, X Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka
mulut.
XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi. Indra pengecapan normal
(Sumber : Muttaqin A, 2008)

i. Pemeriksaan kekuatan Otot

Biasanya pasien dengan tumor otak terjadinya hemiparise atau

kelumpuhan. Kekuatan otot <4.

29
j. Tingkat Kesadaran

Biasanya pasien dengan tumor otak masuk dengan penurunan

kesadaran yaitu seperti latergi, stupor, bahkan sampai semikoma.

k. Pemeriksaan refleks Patologis

1) Tanda Babinski

Biasanya pada pasien tumor otak tanda Babinski negatif (-),

adanya reaksi yang terdiri atas pengembangan dan ekstensi

jari- jari kaki serta elevasi ibu jari kaki atas penggoresan

telapak kaki bagian lateral.

2) Chadock

Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-),

adanya respon ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan ibu

jari lainnya.

3) Oppenheim

Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-),

adanya pengerutan Krista anterior tibia dari proksimal ke

distal

4) Gordon

Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-),

adanya respon ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan ibu

jari lainnya.

30
5) Hoffman-Trommer

Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-),

adanya respon ibu jari telunjuk dan jari lainnya fleksi.

l. Pemeriksaan Fisiologis

Menurut Morton G (2005) pemeriksaan fisiologis meliputi :

1) Reflek Biseps

Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami

penurunan kesadaran atau hemiparise, refleks biseps positif

(+), tidak adanya fleksi siku yang cepat yang dapat dilihat dan

dipalpasi.

2) Refleks Triseps

Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang

mengalami penurunan kesadaran atau hemiparise, refleks

triseps positif (+) tidak adanya ekstensi cepat pada siku.

3) Refleks Brakioradialis

Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami

penurunan kesadaran atau hemiparise refleks brakioradialis

positif (+), tidak adanya fleksi siku kanan, supinasi lengan

bawah, dan fleksi jari-jari tangan dan tangan.

31
4) Refleks Kuadriseps (Kejutan Lutut atau Patelar)

Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami

penurunan kesadaran atau hemiparise refleks kuadriseps

positif (+) Lutut klien tidak terekstensi dan quadriceps harus

berkontraksi.

5) Refleks Achilles (Kejutan Pergelangan Kaki)

Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami

penurunan kesadaran atau hemiparise refleks achilles positif

(+), tidak menyebabkan plantar fleksi dan diikuti dengan

relaksasi otot.

m. Pemeriksaan Tanda Rangsangan Meningeal

1) Pemeriksaan Kaku kuduk, dengan cara:

Biasanya pada pasien tumor otak pemeriksaan kaku kuduk

positif (+) adanya tahanan, pasien merasa nyeri, meringis.

2) Brudzinski I ( Brudzinski’s neck sign )

Biasanya pada pasien dengan tumor otak Brudzinski I negatif

(-) tidak terdapat gerakan infolunter ( fleksi abnormal ) di

sendi lutut dan panggul kedua tungkai.

3) Tanda Laseque

Biasanya pasien tumor otak tanda laseque negatif (-), tidak

terdapat tahanan dan serta sudut mencapai 70°.

32
4) Brudzinski II

Biasanya pasien dengan tumor otak Brudzinski II negatif (-),

tidak adanya gerakan infolunter (fleksi abnormal) pada kaki.

5) Pemeriksaan Kernig

Biasanya pada pasien tumor otak yang mengalami penurunan

kesadaran tidak terdapat tahanan bisa mencapai sudut 135°,

Kernig sign negatif (-).

8) Pemeriksaan Diagnostik

Setiap kasus yang dicurigai terdapat lesi intracranial harus

menjalani evaluasi medis lengkap dengan perhatian khusus pada

pemeriksaan neurologis. Penyelidikan diagnostic spesifik dilakukan

setelah pemeriksaan neurologis dan dimulai dari tindakan non-

invasif yang menimbulkan risiko paling kecil sampai tindakan yang

mempergunakan teknik invasive dan yang lebih berbahaya.

Pedoman interpretasi data klinik (2011) Biasanya pada pasien

tumor otak akan mengalami peningkatan jumlah leukosit, fungsi

utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan

memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/

mendistribusikan antibody dan peningkatan kadar bilirubin tidak

terkonjugasi dapat terjadi pada infark pulmonal. Radiogram

tengkorak member informasi yang sangat berharga mengenai

struktur, penebalan, dan klasifikasi (posisi kelenjer

pineal yang mengapur), dan posisi seta tursika.

33
Elektroensefalogram memberikan informasi mengenai

perubahan kepekaan neuron. Pergeseran kandungan intraserebri

dapat dilihat pada ekoensefalogram. Sidik otak radioaktif

memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat

radioaktif. Tumor intracranial maupun oklusio vascular, infeksi,

dan trauma mengakibatkankerusakan sawar pada otak yang

menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif (Muttaqin, 2008).

Berikut pemeriksaan diafnostik yang dapat dilakukan pada

pasien Sol sebagai berikut :

 Rontgen tengkorak : Untuk diagnostik sekurang-kurangnya

diambil dari 2 arah, ialah anteroposterior dan lateral.

 Lumbal fungsi, arteriografi dan pneumoensefalografi

 EEG

 CT-Scan

 MRI

9) Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim di jumpai pada tumor

otak menurut Muttaqin A (2008) adalah sebagai berikut :

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

desak ruang oleh masa tumor intrakranial.

34
b. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan gangguan

neurologis, keletihan otot-otot pernapasan.

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis,

traksi dan pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga

intrakranial.

d. Risiko cidera berhubungan dengan serangan kejang, penurunan

tingkat kesadaran.

10) Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan berdasarkan 3S (SDKI,SLKI,SIKI).

Diagnosa Luaran Intervensi


Keperawatan
Risiko Perfusi Perfusi Serebral (L.02014) Manajemen Peningkatan
Serebral Tidak Setelah dilakukan asuhan TIK (I.06194)
Efektif berhubungan keperawatan maka didapat, Tindakan
dengan desak ruang Kriteria Hasil: Observasi
oleh masa tumor 1. Tingkat kesadaran 1. Identifikasi
intracranial meningkat penyebab TIK
2. Tekanan intra kranial 2. Monitor tanda dan
menurun gejala TIK
3. Sakit kepala menurun 3. Monitor MAP
4. Kecemasan menurun 4. Monitor CVP
5. Kesadaran membaik 5. Monitor PAWP
6. Monitor PAP
7. Monitor ICP
8. Monitor gelombang
ICP
Terapeutik
1. Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
2. Hindari manuver

35
valsava
3. Cegah terjadinya
kejang
Kolaborasi
1. Pemberian anti
konvulsan
2. Pemberian diuretik
osmosis
Resiko cedera Tingkat Cedera (L.14136) Manajemen Kesehatan
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Lingkungan (I.08237)
serangan kejang, keperawatan maka didapat, Tindakan
penurunan tingkat Kriteria Hasil: Observasi
kesadaran.
1. Toleransi aktivitas 1. Identifikasi
meningkat kebutuhan
2. Kejadian cedera keselamatan
menurun 2. Monitor perubahan
3. Perdarahan menurun status keselamatan
4. Gangguan monilitas lingkungan
menurun Terapeutik
1. Hilangkan bahaya
keselamatan
lingkungab
2. Modifikasi untuk
meminimalkan
bahaya dan risiko
3. Sediakan alat bantu
keamanan
lingkungan
4. Gunakan perangkat
pelindung
Edukasi
1. Ajarkan individu
keluarga dan
kelompok risiko
tnggi bahaya
lingkungan

Pola nafas tidak Pola Nafas (L.01004) Manajemen Jalan Nafas


efektif berhubungan Setelah dilakukan asuhan (I.01012)
dengan gangguan keperawatan maka didapat, Tindakan
neurologis, keletihan Kriteria Hasil: Observasi

36
otot-otot pernapasan 1. Ventilasi semenit 1. Monitor pola nafas
meningkat (frekuensi,
2. Kapasitas vital kedalaman, usaha
meningkat napas)
3. Tekanan ekspirasi 2. Monitor bunyi nafas
dan inspirasi tambahan
meningkat 3. Monitor sputum
4. Dispnea menurun Terapeutik
5. Frekuensi napas 1. Pertahankan
membaik kepatenan jalan
nafas
2. Posisikan semi
fowler dan fowler
3. Berikan minum
hangat
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
2. Ajarkan teknik
batuk efektif
Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Tindakan
agen cidera keperawatan maka didapat, Observasi
biologis, traksi dan Kriteria Hasil: 1. Identifikasi lokasi,
pergeseran struktur 1. Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
peka nyeri dalam menurun frekuensi, kualitas,
rongga intracranial 2. Meringis menurun intensitas nyeri
3. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala
4. Frekuensi nadi nyeri
membaik 3. Identifikasi respon
5. Pola nafas membaik nyeri non verbal
6. Pola tidur membaik 4. Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat

37
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan rasa
nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri

38
PENGKAJIAN Nama : Ny E (P)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH No.MR : 01.13.32.96

Tanggal Lahir/usia: 13-07-1995 / 26 th

Ruang: HCU Neuro Tgl. MRS : 22-3-2022 Tgl. Pengkajian : 24-3-2022


Pukul : 08.30 WIB
A. PENGKAJIAN DATA DASAR
Kesadaran: □ CM □ Apatis □ Delirium □ Somnolen √ Soporocoma
□Coma
TTV : TD : 132/94 mmHg, N : 96 X/mnt, S : 37◦C, P: 27 X/mnt,
Nyeri : □ Ya □Tidak
Gol Darah: O, Rh: +,TB: 155 cm. BB: 66 kg (Aktual/Perkiraan), LILA : 20
cm
Penanggung jawab: Tn.D (keluarga/suami/istri/ )
Pembiayaan: BPJS
Pekerjaan: IRT
Diagnosis Medis: SOL (fronto temporal sinistra), stroke hemoragik (bagian
otak sebelah kiri), penurunan kesadaran, anemia sedang ec penyakit kronik,
sepsis ec HAP, cardiomegaly (CTR 66,67%), flour albus (Pasien
merupakan rawat bersama neuro dan obgyn)

1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Alasan masuk :
Ny. E berusia 26 tahun rujukan dari RSUD Sungai Dareh dengan
susp meningitis datang ke RSUP Dr. M.Djamil pada tanggal 22-
03-2022 pukul 19.02 WIB dengan keluhan penurunan kesadaran
GCS 7 (E2M4V1), kelemahan anggota gerak sebelah kanan..
Pasien di rujuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang karena mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah kanan, penurunan kesadaran dan
saat dilakukan ct-scan ditemukan adanya SOL pada bagian fronto
temporal sinistra.

39
b. Saat pengkajian :
Pada saat pengkajian pada tanggal 24 Maret 2022 pukul 08.30
WIB dengan hari rawatan ke-3, Ny. E dengan GCS 4 (E1M1V2),
bibir tampak pucat, konjungtiva tampak anemis dan akral teraba
dingin. Pasien juga terlihat menggunakan otot bantu nafas,
frekuensi pernafasan 24 kali/menit, pasien terpasang oksigen NRM
10 L dengan alkalosis respiratorik. Pasien terpasang NGT.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga mengatakan pasien semakin sering mengeluh nyeri
kepala dan pusing sejak 1 tahun terakhir dan hilang jika
mengonsumsi obat yang dibeli di warung. Keluarga mengatakan
pasien jarang memeriksakan diri ke layanan kesehatan. Keluarga
mengatakan pasien sudah 4 kali mengalami keguguran. Riwayat
kesehatan dahulu sulit dikaji karna pasien mengalami penurunan
kesadaran.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang
menderita penyakit yang sama dengan pasien ataupun penyakit
keganasan lainnya. Suami mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mepunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,
diabetes melitus, jantung, dll.
Genogram

Ket:
O: perempuan,
□ : laki-laki,
†:
meninggal,
: pasien
X: meninggal
(dengan........ )

Tidak ada hubungan antara meninggal anggota keluarga dengan


penyakit pasien saat ini

40
2. Pengkajian Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi Dan Manajemen Kesehatan

Persepsi terhadap penyakit : Keluarga mengatakan pasien sering


mengeluh sakit dan jika merasa sakit hanya membeli obat ke
warung. Keluarga juga mengatakan pasien sering makan tidak
teratur dan suka memakan makanan cepat saji, jarang
berolahraga.
Kebiasaan: □ Merokok: √Tidak
□ Minum Alkohol : √Tidak
□ Obat- Obatan: √Tidak
□ Lain- lain :-
Reaksi Alergi: keluarga mengatakan tidak ada riwayat alergi
pada pasien
Tindakan: tidak ada
b. Pola Nutrisi/Metabolisme:
Keluhan: Keluarga mengatakan saat sehat pasien tidak pernah
mengeluh untuk masalah nutrisi dan tidak ada makanan yang
menyebabkan alergi.
Diet/Suplemen Khusus : Tidak ada
Perubahan BB 6 Bulan Terakhir: Tak ada
Asupan nutrisi: □ Oral √ NGT □ Parenteral □Gastrostomi
Riwayat Masalah Kulit/ Penyembuhan:Tak ada/ Ada
Pantangan/Alergi: tidak ada
Gambaran diet pasien dalam sehari (komposisi& ukuran):

Makan & Minum Sebelum sakit Makan & Minum Selama dirawat

41
(jenis, porsi yg dihabiskan) (jenis, porsi yg dihabiskan)
Pagi: lontong sayur/ nasi goreng Pagi: diit pasien mc dihabiskan
1 porsi makan dihabiskan (07.00= 200 cc, 09.00= 200 cc)
Siang: nasi + lauk Siang: diit pasien mc dihabiskan
1 porsi makan dihabiskan (12.00= 200 cc, 15.00= 200 cc)
Malam: nasi+lauk Malam: diit pasien mc dihabiskan
1 porsi makan dihabiskan (18.00= 200 cc, 21.00= 200 cc)
kadang makan kadang tidak

Gambaran makanan pasien sewaktu kecil pasien sering sarapan


pagi dengan makan bubur putih dan bubur kacang ijo dan
minum susu, diwaktu siang hari pasien makan nasi + lauk +
sayur dan terkadang ditambah buah buahan, untuk diwaktu
malam hari pasien makan nasi + lauk terkadang pasien juga
mengkonsumsi nasi goreng. Sewaktu kecil pasien sering
mengkonsumsi jajanan dan cemilan.
Kesimpulan : kebiasaan makan pasien saat sehat 2 sampai 3
kali sehari dengan variasi kebanyakan mengandung minyak dan
santan. Saat sakit pasien diberikan diit mc 6x200 cc melalui
NGT.
c. Pola Eliminasi:
Keluhan : Keluarga mengatakan saat sakit BAB pasien encer
dan kadang tidak ada BAB dalam 1 hari, keluarga mengatakan
saat sehat biasanya pasien BAB 1 kali sehari pada pagi hari.

Pola Defekasi Frekwensi : 2 hari Pola Urinasi Frekwensi : pasien


sekali menggunakan kateter
Konsistensi : encer Warna : kuning jernih
Warna : kuning Kandungan (darah/protein/dll) :
Bau : khas menyengat tidak ada
Banyaknya : 1 pempers penuh Bau : khas amonia
Stoma : tidak ada Banyaknya : ±2.200 ml/24 jam
Alat Bantu : pasien pasang
kateter
Kesimpulan : Pasien mengalami perubahan pola eliminasi fekal
saat sakit
Balance cairan pasien
IWL : 15 cc x 66 kg= 990

42
Intake : MC 1200 + air putih 450 + infus 1500 = 3.150
Output : urine 2.200 + IWL 990= 3.190
Input+output= 3.150+3.190= -40
d. Pola Aktivitas /Olah Raga:
Keluhan : Keluarga mengatakan semua aktivitas dibantu oleh
keluarga dan perawat

Kemampuan Perawatan Diri (0 = Mandiri, 1 = Dengan Alat


Bantu, 2 = Bantuan dari orang lain , 3 = Bantuan peralatan dan
orang lain, 4 = tergantung/tdk mampu)

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di Tempat Tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki Tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
ALAT BANTU: tidak ada
Kekuatan Otot :
000 111
000 111
Reflek
Fisiologis:

 Biceps : +

 Triceps : +

 Patella : +

 Achilles : +

Reflek Patologis:

43
 Hofman : -

 Babinsky : +

 Trommer : +

 Chadock : +

Kesimpulan : Aktivitas motorik sulit dinilai karna pasien


mengalami penurunan kesadaran
e. Pola Istirahat Tidur:
Keluhan: pola istirahat tidur sulit dinilai karna pasien
mengalami penurunan kesadaran.
Kebiasaan : tidak dapat dinilai jam/malam : tidak dapat dinilai
tidur siang : tidak dapat dinilai Tidur sore : tidak dapat dinilai
Merasa segar setelah tidur : tidak dapat dinilai
Kesimpulan : pola istirahat tidur sulit dinilai karna pasien
mengalami penurunan kesadaran
f. Pola Kognitif –Persepsi:
Keluhan : GCS pasien 4 (E1M1V2)
Status mental: tidak dapat dinilai
Bicara: tidak dapat dinilai
Bahasa sehari-hari: keluarga mengatakan sehari-hari pasien
menggunakan bahasa daerah
Kemampuan membaca, bahasa Indonesia: keluarga mengatakan
pasien mampu membaca bahasa Indonesia
Berkomunikasi: pasien tidak dapat berkomunikasi karna
mengalami penurunan kesadaran
Memahami: tidak dapat dinilai
Tingkat Ansietas: tidak dapat dinilai
Keterampilan Interaksi: tidaak dapat dinilai
Pendengaran : tidak dapat dinilai
Alat bantu dengar : tidak ada
Penglihatan : tidak dapat dinilai

44
Vertigo: keluarga mengatakan tidak ada keluhan vertigo
Ketidak nyamanan/Nyeri: tidak dapat dinilai
Kesimpulan : Pola kognitif-persepsi sulit dinilai karna pasien
mengalami penurunan kesadaran

g. Pola Peran Hubungan

Keluhan : keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak


memiliki keluhan atau masalah terhadap pola peran hubungan
Pekerjaan: ibu rumah tangga
Status Pekerjaan: Tidak bekerja
Sistem Pendukung: Pasangan dan orang tua
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : tidak ada
Kegiatan sosial
sebelum sakit : keluarga mengatakan pasien ikut arisan dan ikut
kegiatan memasak disaat adanya pesta pada tetangga pasien
Saat sakit : pasien tidak dapat bersosialisasi
h. Pola Seksualitas/Reproduksi
Keluhan : keluarga pasien mengatakan bahwa tidak terdapat
keluhan terkait pola seksualitas-reproduksi pasien.
Tanggal Menstruasi Akhir (TMA): tidak dapat dikaji
Masalah Menstruasi dan Pap Smear Terakhir: tidak dapat dikaji
Pemeriksaan Payudara Mandiri Bulanan: keluarga mengatakan
pasien tidak melakukan pemeriksaan payudara
Masalah Seksual B/D Penyakit : tidak ada
Kesimpulan : masalah seksualitas dan reproduksi sulit dikaji
karna pasien mengalami penurunan kesadaran
i. Pola Koping-Toleransi Stres
Keluhan : keluarga mengatakan akan menemani pasien selama
sakit dirumah sakit dan akan menjalani pengobatan hingga
pasien sembuh

45
Masalah (finansial, perawatan diri) : keluarga mengatakan
harus mengatur kembali keuangan untuk biaya kehidupan
selama menemani pasien di rumah sakit
Kehilangan/perubahan besar di masa lalu : tidak dapat dinilai
Hal yang dilakukan saat ada masalah : tidak dapat dinilai
Penggunaan obat untuk menghilangkan stres: tidak ada
Keadaan emosi dalam sehari hari: tidak dapat dinilai
Kesimpulan : pola koping-toleransi stress sulit dinilai karna
pasien mengalami penurunan kesadaran
j. Pola Keyakinan-Nilai
Keluhan : keluarga mengatakan pasien tidak dapat beribadah
semenjak sakit

Agama: islam

Pantangan Keagamaan: ✓ Tidak/Ya


(uraikan)

Ibadah selama sakit : keluarga mengatakan pasien tidak


beribadah ketika dirawat di rumah sakit
Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini: Ya ✓
Tidak
Kesimpulan : pasien tidak dapat melakukan ibadah karena
mengalami penurunan kesadaran

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Hasil & interpretasi)
Diagnostik :
Rontgen Thorax : 21 maret 2022
Kesan: Cardiomegali
EKG : 22 maret 2022
Kesan: Sinus Takikardia
Ct-Scan: 22 maret 2022

46
Kesan: tampak intrakranial SOL pada bagian
fronto temporal sinistra dan adanya pendarahan
pada otak sebelah kiri
Laboratorium : Tgl 22 Maret 2022

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hematologi
CBC + DIFF
Hemoglobin ↓ 8.3 g/Dl 12.0 - 14.0
Leukosit ↑ 22.450 5000 – 10000
Trombosit ↑ 505.000 150.000 - 400.000
Hematokrit↓ 28 37.0 - 43.0
Eritrosit↓ 3.02 4.00 - 4.50
MCV 93 fL 82.0 - 92.0
MCH 28 pg 27.0 - 31.0
MCHC 30 32.0 - 36.0
ROW-CV 16.2 11.5 - 14.5
Hitung Jenis
Basofi 0 0 -1
Eosinofil ↓ 0 1–3
Neutrofil↑ 92 50.0 - 70.0
Limfosit ↑ 5 20.0 - 40.0
Monosit 3 2.02 - 8.0
Kimia Klinik
Total protein 7.7 g/dL 6.6 - 8.7
Albumin↓ 3.5 g/dL 3.8 - 5.0
Globulin ↑ 4.2 g/dL 1.3 - 2.7
SGOT↑ 35 U/L <32
SGPT↑ 38U/L <31
Kalsium 10.3 mg/dL 8.1 - 10.4
Ureum darah↑ 56 mg/d↓ 10 – 50
Kreatinin darah↓ 0.5 md/dL 0.6 - 1.2
Elektrolit

47
Natrium 141 mmol/L 136 – 145
Kalium 4.6 mmol/L 3.5 - 5.1
Klorida 106 mmol/L 97 – 111
Analisa Gas Darah
pH↑ 7.506 7.35-7.45
PCO2↓ 28.6 35-45
PO2↑ 133.9 83-108
SO2 % 99.8 95-98
HCT 36% 35-45
HCO3- 22.8 mmol/ L 21-28
Be 1.2 mmol/L (-2) – (+3)
APTT↓ 18.7 detik 22.6-30.0
Kesimpulan: Anemia, leukositosis dengan neutrofilia, trombositosis,
albumin menurun, globulin meningkat, SGOT dan SGPT meningkat,
ureum meningkat, APTT dibawah nilai rujukan, alkalosis respiratorik

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN FISIK
Gambaran
Tanda Vital TD 132/94 mmHg S : 37 c
N : 96x/menit P : 27x/menit
Kulit Warna kulit sawo matang, turgor kulit normal,
tidak terjadi sianosis, tidak terdapat lesi/ bengkak
pada kulit.
Kepala Normochepal, kulit kepala agak kotor, rambut
berminyak, rambut berwarna hitam, tidak terdapat
lesi atau pembengkakan pada kepala.
Mata: Isokor, reflek cahaya +/+, 3 mm/3 mm
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah
bening
Toraks

I: dada simetris kiri dan kanan, tidak ada


- Paru
pembengkakan pada dada, Pasien tampak

48
menggunakan otot bantu pernapasan.
Pa: -
Pe: sonor
A: broncovesiculer, wheezing (+/+)

- Jantung
I: iktus kordis terlihat di ICS VI garis aksila
anterior sinistra
Pa: iktus kordis teraba di ICS VI garis aksila
anterior sinistra
Pe: terdengar redup. Batas jantung kanan ICS II
parasternal dekstra, dan batas jantung kiri ICS
VI aksila anterior sinistra, dengan pinggang
jantung menghilang kesan batas jantung
melebar
A: suara irama jantung ireguler.
Abdomen I : Tidak terdapat distensi atau pembengkakan pada
abdomen
Pa: Tidak terdapat nyeri tekan
Pe: tympani
A : bising usus normal
Genitalia Rectal Terpasang kateter urine
Ekstremitas Atas : lengkap, tangan kanan dan tangan kiri lemah,
tidak dapat digerakkan.
Muskuloskeletal/Sendi
Tangan kanan terpasang IVFD 0,9%

Bawah : lengkap, kaki kanan dan kaki kiri


mengalami kelemahan

Kekuatan otot

000 111

000 111

49
CRT : > 3 detik.
Akral teraba dingin

Reflek Fisiologis:
• Biceps : +
• Triceps : +
• Patella : +
• Achilles : +

Reflek Patologis:
• Hofman : -
• Babinsky : +
• Trommer : +
• Chadock : +

Spastik (kaku) ke-4 estremitas,hypertonus, ukuran


otot eutrofi (normal)
Lain-lain

Pemeriksaan nervus cranial : tidak dapat di kaji.

Lokasi luka/ nyeri/ injuri


Penatalaksanaan Medis
Keterangan:*Diarsir bagian tubuh
yang mengalami. Apabila luka
dilengkapi dengan ukuran & jenis luka
Penatalaksanaan

50
Jenis Tanggal Jenis/nama
Diit IVFD 24 maret 2022 Mc tktp (tinggi kalori tinggi
protein )1700 kkal (6 x 200)
24 maret 2022
Nacl 0,9 % 8 jam/kolf
Injeksi 24 maret 2022
Dexametason 4 x 10 mg
Ranitidin 2 x 50 mg
Ceftriaxon 2 x 1 gr
Oral 24 maret 2022
Paracetamol 3 x 500 g
Dll 24 maret 2022
Obat flagystatin ovule (per vaginal)

WOC ASKEP KASUS

Idiopatik

Tumor Otak

Penekanan jaringan otak


Aspirasi sekresi Nekrosis jaringan otak

Obstruksi jalan nafas Hipoksia jaringan


Invasi jaringan otak

Perfusi perifer tidak efektif


Kerusakan jaringan neuron Dispnea

(Nyeri) 51
Resiko Perfusi Serebral
Gangguan neurologis fokal Pola
Perubahan
nafas
Hentitidak
nafas
pola nafas
efektif
Tidak Efektif
ANALISA DATA

Inisial Nama Pasien: Ny. Er No MR:01.13.32.96

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


/TGL
1/24 MaretData Subjektif: Tumor Otak Resiko Perfusi
2022 1. Keluarga pasien mengatakan pasien Serebral Tidak
mengalami penurunan kesadaran Penekanan Efektif
2. Keluarga pasien mengatakan pasien Jaringan Otak
tidak ada respon
Invasi Jaringan
Data Objektif : Otak
1. Pasien tampak mengalami
penurunan kesadaran Kerusakan
2. Tingkat kesadaran ( GCS: 4, Jaringan Neuron
E1M1V2)
3. Pasien tampak lemah Gangguan
4. Anggota gerak lemah Neurologis Focal
5. CRT > 3
Resiko Perfusi
Serebral Tidak
Efektif

2/24 Maret Data Subjektif: Tumor Otak Gangguan


2022 1. Keluarga pasien Pertukaran Gas
mengatakan pasien mengalami sesak nafas Penekanan
Jaringan Otak
Data Objektif
1. Pasien terlihat Invasi Jaringan
sesak nafas Otak
2. Pasien
mengunakan otot bantu nafas Kerusakan
3. Pasien terpasang Jaringan Neuron
oksigen dengan NRM 10 liter
4. PCO2 : 28.6 Kejang
5. PO2 :133.9
6. PH : 7.506 Aspirasi sekresi
7. TTV
TD: 132/94 mm/Hg Obstruksi jalan
N : 96x/menit nafas
P:24x/menit
S:37°C dyspnea

henti nafas

52
Gangguan
Pertukaran Gas

3/24 MaretData Subjektif: Tumor Otak Perfusi Perifer


2022 1. Keluarga Tidak Efektif
pasien mengatakan pasien lemah dan Penekanan
tidak ada tenaga Jaringan Otak
2. Keluarga
mengatakan semua aktivitas pasien Nekrosis Jaringan
dibantu Otak

Data Objektif: Hipoksia Jaringan


1. Pasien terlihat lemah
2. Wajah pasien tampak pucat Perfusi Perifer
2. Akral teraba dingin Tidak Efektif
3. CRT > 3

53
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Inisial Nama Klien: Ny. E

Diagnosa Medis: Stroke hemoragic, SOL, penurunan kesadaran, anemia sedang ec

penyakit kronik,sepsis ec CAP, susp meningitis TB, Cardiomegali

Ruang Rawat : HCU Neurologi

Diagnosa SLKI SIKI


keperawatan
Resiko perfusi Perfusi serebral Pemantauan Tekanan
serebral tidak efektif (L.02014) Intrakranial (I.06198))
berhubungan dengan  Tingkat kesadaran Observasi
tumor otak
meningkat  Identifikasi penyebab
 Kesadaran peningkatan TIK
meningkat (gangguan
 Tekanan darah metabolisme, edema
sistolik membaik serebral)
 Tekanan darah  Monitor peningkatan
diastolik membaik TD
 Monitor pelebaran
Status Neorologis tekanan nadi (selisih
TDS dan TDD)
(L.06053)  Monitor penurunan
frekuensi jantung
 Fungsi sensorik  Monitor ireguleritas
kranial meningkat irama napas
 Fungsi motorik  Monitor penurunan
kranial meningkat tingkat kesadaran
 Pucat menurun  Monitor perlambatan
 Ukuran pupil atau ketidaksimetrisan
membaik respon pupil
 Gerakan mata  Monitor kadar CO₂ dan
membaik pertahankan dalam
rentang yang
diindikasikan
 Monitor tekanan
perfusi serebral
 Monitor efek stimulus

54
lingkungan terhadap
TIK

Terapeutik
 Pertahankan sterilitas
sistem pemantauan
 Pertahankan posisi
kepala dan leher netral.
 Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasi
pemantauan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Manajemen Peningkatan
Tekanan Intrakranial (I.09325)
Observasi
 Monitor MAP
 Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik
 Cegah terjadinya
kejang
 Atur ventilator agar
PaCO2 optimal
 Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
dieuretik osmosis

Pemantauan Neurologis
( I.06197)
Observasi
 Monitor ukuran,

55
bentuk, kesimetrisan,
dan reaktifitas pupil
 Monitor tingkat
kesadaran
 Monitor tingkat
orientasi
 Monitor status
pernapasan: Analisa
Gas Darah, oksimetri
nadi, kedalaman napas,
pola napas, dan usaha
napas
 Monitor tanda-tanda
vital
 Monitor ICP
(Intracranial Pressure)
dan CPP (Cerebral
Perfusion Pressure)
 Monitor refleks komea
 Monitor batuk dan
refleks muntah
 Monitor pola
berkeringat
 Monitor respons
Babinski
 Monitor respons
Cushing
 Monitor respons
terhadap pengobatan
Terapeutik
 Tingkatkan frekuensi
pemantauan neurologis,
jika perlu
 Hindari aktivitas yang
dapat meningkatkan
tekanan intracranial
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan

56
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Gangguan Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauan respirasi


Pertukaran gas b.d (I.01014)
ketidakseimbangan  Bunyi nafas Observasi
ventilasi-perfusi
tambahan  Monitor frekuensi
menurun irama,kedalaman dan
 PCO2 membaik upaya nafas
 PO2 membaik  Monitor pola nafas
 pH arteri  Monitor adanya
membaik produksi sputum
 Pola Nafas  Monitor adanya
membaik sumbatan jalan nafas
 Auskultasi bunyi nafas

Terapeutik
 Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan

Terapi Oksigen (I.01026)


Observasi
 Monitor kecepatan
aliran oksigen
 Monitor posisi alat
terapi oksigen
 Monitor aliran oksigen
secara periodik dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup

57
 Monitor efekttivitas
terapi oksigen
 Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
 Bersihkan secret pada
mulut, hidung dan
trakea
 Pertahankan kepatenan
jalan nafas
 Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
 Berikan oksigen
tambahan
Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
Perfusi perifer tidak Perfusi perfifer (L.02011) Perawatan sirkulasi (l.02079)
efektif berhubungan  Denyut nadi Observasi
dengan gaya hidup perifer meningkat  Periksa sirkulasi perifer
kurang gerak
 Penyembuhan  Identifikasi faktor
luka meningkat risiko gangguan
 Warna kulit pucat sirkulasi
membaik  Monitor
 Tugor kulit panas,kemerahan,nyeri,
membaik atau bengkak

Status Sirkulasi (L.07062) Terapeutik


 Sirkulasi perifer  Hindari pemasangan
meningkat infus atau pengambilan
 Pengisian kapiler darah diarea
membaik keterbatasan perfusi
 Saturasi oksigen  Hindari penekanan dan
meningkat pemasangan tornuquet
 Akral dingin pada area cidera
menurun  Lakukan pencegahan
infeksi
 Lakukan perawatan
kaki dan kuku

Manajemen sensasi perifer

58
(I.06195)
Observasi
 Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
 Monitor perubahan
kulit
 Monitor terjadinya
parestesia

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgesik
 Kolaborasi pemberian
kortikosteroid

Manajemen Cairan (I.03098)


Observasi
 Monitor status hidrasi
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
 Monitor status
hemodinamik
Terapeutik
 Berikan asupan cairan
sesuai kebutuhan
 Berikan cairan
intravena

59
CATATAN PERKEMBANGAN

Inisial Nama Klien: Ny. E

Diagnosa Medis: SOL, stroke hemoragic, penurunan kesadaran, anemia


sedang ec penyakit kronik, sepsis ec HAP, cardiomegaly,
flour albus, post kuretase ai abortus inkomplit.

No Dx Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Dx Keperawatan
D.0017 24/3/ Resiko perfusi 1. Mengidentifikasi S:
22 serebral tidak penyebab peningkatan - Keluarga
efektif b.d tumor TIK mengatakan pasien
otak 2. Memonitor tanda dan masih mengalami
gejala peningkatan TIK penurunan kesadaran
3. Memonitor tanda-tanda - Keluarga pasien
vital mengatakan pasien
4. Memonitor intake output tidak ada respon
cairan
5. Memonitor penurunan O:
kesadaran - GCS : 4
6. Memonitor MAP - Pupil : 3mm/3mm
7. Memberikan terapi sesuai - TTV
orderan dokter TD: 132/94 mm/Hg
 Dexametason 4 x 10 N : 96x/menit
mg Ranitidin 2 x 50 P:24x/menit
mg. S:37°C
 Ceftriaxon 2 x 1 gr A : Masalah Resiko
 Paracetamol 3 x 500 g perfusi serebral tidak
 Obat flagystatin ovule efektif belum teratasi
(per vaginal)
P: Intervensi

60
dilanjutkan
Manajemen
peningkatan tekanan
intrakranial,pemantuan
tekanan intrakranial
D.0005 24/3/ Gangguan 1. Memonitor pola napas S: Keluarga
22 Pertukaran gas b.d pasien mengatakan pasien
ketidakseimbanga (frekuensi,kedalaman,usa mengalami sesak nafas
n ventilasi-perfusi ha napas) O:
2. Mengauskultasi bunyi - Pasien terpasang
nafas, catat area dimana oksigen NRM 10 liter
terjadi penurunan atau - Pasien tampak
tidak adanya ventilasi dan menggunakan otot
adanya suara tambahan. bantu nafas
3. Mempertahankan - Terdapat suara nafas
kepatenan jalan nafas tambahan Ronkhi di
4. Memberikan oksigenasi kedua sisi lapang paru
NRM 10 Liter - Dipsnea menurun
5. Memonitor aliran oksigen - TTV
6. Mengatur posisi pasien TD: 132/94 mm/Hg
dengan posi semi fowler N : 96x/menit
7. Memonitor saturasi P:24x/menit
oksigen S:37°C

A : Masalah pola nafas


belum teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan
Manajemn jalan nafas
dan pemantauan
respirasi

61
D.0015 24/3/ Perfusi perifer 1. Memriksa sirkulsi S:
22 tidak efektif perifer - Keluarga mengatakan
berhubungan 2. Memonitor perubahan pasien lemah dan tidak
dengan gaya kulit ada tenaga
hidup kurang 3. Memonitor - Keluarga pasien
gerak kemerahan,panas dan mengatakan semua
nyeri pada ekstermitas aktivitas pasien dibantu
4. Melakukan pemberian O:
transfusi darah 1 - Akral masih teraba
kantong dingin
5. Melakukan pencegahan - CRT >3 detik
infeksi - Hb : 8.3 g/dL
- Leukosit 22.450
- Trombosit 505.000

A : Masalah Perfusi
perifer tidak efektif
belum teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan
Perawatan sirkulasi

No Dx Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Dx Keperawatan
D.0017 25/3/ Resiko perfusi 1. Mengidentifikasi S:
22 serebral tidak penyebab peningkatan - Keluarga
efektif b.d tumor TIK mengatakan pasien
otak 2. Memonitor tanda dan masih mengalami
gejala peningkatan TIK penurunan kesadaran,
3. Memonitor tanda-tanda

62
vital pasien tidak merespon.
4. Memonitor intake output
cairan O:
5. Memonitor penurunan - GCS : 4
kesadaran - Pupil : 3mm/3mm
6. Memonitor MAP - TTV
7. Memberikan terapi sesuai TD:
orderan dokter 120/70mm/Hg
 Dexametason 4 x 10 N : 92x/menit
mg Ranitidin 2 x 50 P:20x/menit
mg. S:36.8°C
 Ceftriaxon 2 x 1 gr A : Masalah Resiko
 Paracetamol 3 x 500 g perfusi serebral tidak
 Obat flagystatin ovule efektif belum teratasi
(per vaginal)
P: Intervensi
dilanjutkan
Manajemen
peningkatan tekanan
intrakranial,pemantuan
tekanan intrakranial
D.0005 25/3/ Gangguan 1. Memonitor pola napas S :
22 Pertukaran gas b.d pasien - Keluarga mengatakan
ketidakseimbanga (frekuensi,kedalaman,usa pasien mengalami
n ventilasi-perfusi ha napas) sesak nafas
2. Mengauskultasi bunyi O:
nafas, catat area dimana - Pasien terpasang
terjadi penurunan atau oksigen NRM 10 liter
tidak adanya ventilasi dan - Pasien tidak tampak
adanya suara tambahan. menggunakan otot
3. Mempertahankan bantu nafas
kepatenan jalan nafas - Masih terdapat suara

63
4. Memberikan oksigenasi nafas tambahan
NRM 10 Liter Ronkhi di kedua sisi
5. Memonitor aliran oksigen lapang paru
6. Mengatur posisi pasien - Dipsnea menurun
dengan posi semi fowler - TTV
7. Memonitor saturasi TD:
oksigen 120/70mm/Hg
N : 92x/menit
P:20x/menit
S:36.8°C

A : Masalah pola nafas


belum teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan
Manajemn jalan nafas
dan pemantauan
respirasi

D.0015 25/3/ Perfusi perifer 1. Memriksa sirkulsi S:


22 tidak efektif perifer -Keluarga mengatakan
berhubungan 2. Memonitor perubahan pasien lemah dan tidak
dengan gaya kulit ada tenaga
hidup kurang 3. Memonitor - Keluarga pasien
gerak kemerahan,panas dan mengatakan semua
nyeri pada ekstermitas aktivitas pasien dibantu
4. Melakukan pencegahan
infeksi O:
- Akral teraba hangat
- CRT <3 detik

64
- Pucat pada pasien
mulai berkurang
-Suhu tubuh pasien
normal

A : Masalah Perfusi
perifer tidak efektif
teratasi sebagian

P: Intervensi
dilanjutkan
Perawatan sirkulasi

No Dx Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Dx Keperawatan
D.0017 26/3/ Resiko perfusi 1. Mengidentifikasi S:
22 serebral tidak penyebab peningkatan - Keluarga
efektif b.d tumor TIK mengatakan pasien
otak 2. Memonitor tanda dan masih mengalami
gejala peningkatan TIK penurunan kesadaran,
3. Memonitor tanda-tanda pasien tidak merespon.
vital
4. Memonitor intake output O:
cairan - GCS : 4
5. Memonitor penurunan - Pupil : 3mm/3mm
kesadaran - TTV
6. Memonitor MAP TD: 104/60
7. Memberikan terapi sesuai mm/Hg
orderan dokter N: 80x/menit
 Dexametason 4 x 10 P:22x/menit
mg Ranitidin 2 x 50 S:36.8°C
mg.

65
 Ceftriaxon 2 x 1 gr
 Paracetamol 3 x 500 g A : Masalah Resiko
 Obat flagystatin ovule perfusi serebral tidak
(per vaginal) efektif belum teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan
Manajemen
peningkatan tekanan
intrakranial,pemantuan
tekanan intrakranial
D.0005 25/3/ Gangguan 1. Memonitor pola napas S :
22 Pertukaran gas b.d pasien - Keluarga mengatakan
ketidakseimbanga (frekuensi,kedalaman,usa pasien mengalami
n ventilasi-perfusi ha napas) sesak nafas
2. Mengauskultasi bunyi O:
nafas, catat area dimana - Pasien terpasang
terjadi penurunan atau oksigen NRM 10 liter
tidak adanya ventilasi dan - Pasien tidak tampak
adanya suara tambahan. menggunakan otot
3. Mempertahankan bantu nafas
kepatenan jalan nafas - Masih terdapat suara
4. Memberikan oksigenasi nafas tambahan
NRM 10 Liter Ronkhi di kedua sisi
5. Memonitor aliran oksigen lapang paru
6. Mengatur posisi pasien - Dipsnea menurun
dengan posi semi fowler - TTV
7. Memonitor saturasi TD: 104/60
oksigen mm/Hg
N: 80x/menit
P:22x/menit
S:36.8°C

66
A : Masalah pola nafas
belum teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan
Manajemn jalan nafas
dan pemantauan
respirasi
D.0015 25/3/ Perfusi perifer 1. Memeriksa sirkulsi S:
22 tidak efektif perifer - Keluarga mengatakan
berhubungan 2. Memonitor perubahan pasien lemah dan tidak
dengan gaya kulit ada tenaga
hidup kurang 3. Memonitor - Keluarga pasien
gerak kemerahan,panas dan mengatakan semua
nyeri pada ekstermitas aktivitas pasien dibantu
4. Melakukan pencegahan
infeksi O:
- Akral teraba hangat
- CRT <3 detik
- Pucat pada pasien
mulai berkurang
- Suhu tubuh pasien
normal

A : Masalah Perfusi
perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P:Intervensi
dilanjutkan
Perawatan sirkulasi

67
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

A. Hasil Asuhan Keperawatan

1. Gambaran Lokasi Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan ini telah dilakukan RSUP DR. Mdjamil Padang di

ruangan HCU Wanita Neurologi. Asuhan keperawatan ini dilakukan

pada Ny. E dengan masalah SOL stroke hemoragik penurunan

kesadaran, anemia sedang ec penyakit kronik sepsis ec HAP,

cardiomegaly, flour albus, post kuretase a/i abortus inkomplit. Asuhan

keperawatan ini telah dilakukan pada tanggal 24-26 maret 2022.

2. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian yang dimulai pada tanggal 24 Maret 2022 pukul 08.30

WIB (dalam waktu 3x24 jam). Hasil asuhan keperawatan tentang

pengkajian yang didapatkan oleh kelompok melalui observasi,

wawancara dan studi dokumentasi pada Ny. E.

Didapatkan dari hasil pengkajian Ny. E alasan masuk rumah sakit

yaitu Ny. E berusia 26 tahun rujukan dari RSUD Sungai Dareh

dengan susp meningitis datang ke RSUP Dr. M.Djamil pada

tanggal 22-03-2022 pukul 19.02 WIB dengan keluhan penurunan

68
kesadaran GCS 7 (E2M4V1), kelemahan anggota gerak sebelah

kanan dan demam yang hilang timbul. Pasien mengalami demam

lebih kurang sejak 3 minggu yang lalu setelah dirawat di RSUD

Sungai Dareh karena abortus inkomplit. Keluarga mengatakan

pasien mengalami demam lebih kurang sejak 3 minggu yang lalu

setelah dirawat di RSUD Sungai Dareh karena Abortus Inkomplit.

Keluarga mengatakan pasien beberapa kali keluar masuk rumah

sakit dengan keluhan demam yang tidak sembuh. Pasien di rujuk

ke RSUP Dr. M. Djamil Padang karena mengalami kelemahan

anggota gerak sebelah kanan, penurunan kesadaran dan dicurigai

mengalami meningitis tb.

Pada saat pengkajian pada tanggal 24 Maret 2022 pukul 08.30

WIB dengan hari rawatan ke-3, Ny. E dengan GCS 4 (E1M1V2),

keadaan umum pasien berat, pasien tidak mampu bicara dan hanya

mengerang, pasien juga tampak penurunan kesadaran, lemah dan

pucat. Pasien juga terlihat menggunakan otot bantu nafas, terlihat

sesak saat bernafas dengan frekuensi pernafasan 24 kali/menit,

pasien terpasang oksigen NRM 10 L. Pasien juga tampak tirah

baring, akral dingin, dengan hemoglobin 8.3 g/dL, terlihat lemah

serta tidak ada tenaga, keluarga pasien juga mengatakan semua

aktivitas pasien selama dirawat di Rumah Sakit dibantu oleh

keluarga, pasien juga terpasang NGT. Hasil rontent thorax pasien

tanggal 21 Maret 2022 menunjukan kardiomegali dan hasil Ct-scan

22 Maret 2022 menunjukan terdapat massa pada bagian fronto

69
temporal sinistra. Tampak ada luka infeksi pada bekas infus pasien,

keluarga mengatakan infus tersebut dipasang saat di RSUD Sungai

Dareh. Tanggal 25 maret 2022 pasien dikonsulkan pada dokter

kandungan karena flour albus.

Pada riwayat kesehatan dahulu Keluarga mengatakan pasien tidak

pernah mengeluh nyeri kepala, pusing, mual dan muntah yang

progresif. Keluarga mengatakan pasien jarang memeriksakan diri

ke layanan kesehatan dan jika mengalami sakit hanya membeli

obat ke warung. Keluarga mengatakan pasien sudah 4 kali

mengalami keguguran. Komplikasi dari keguguran yang dialami

pasien bisa menyebabkan perdarahan karena infeksi berat serta

pada missed aborsi dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi

kelainan pembekuan darah, keguguran juga berisiko menimbulkan

infeksi akibat sisa jaringan tubuh janin yang masih tertinggal di

dalam rahim. Kondisi ini dinamakan abortus septik, yang

mengakibatkan pasien mengalami syok.Riwayat kesehatan dahulu

sulit dikaji karna pasien mengalami penurunan kesehatan

Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota

keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan pasien

ataupun penyakit keganasan yang menyebabkan syok. Suami

mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mepunyai riwayat

penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus, jantung,

dll. Genogram keluarga pasien meninggal karena sewaktu pergi ke

70
kamar mandi ayah pasien mengalami kejadian terpeleset dan

terjatuh dikamar mandi.

b. Pengkajian Fungsional Gordon

1) Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan

Keluarga mengatakan pasien jarang mengeluh sakit dan jika

merasa sakit hanya membeli obat ke warung.

2) Pola Nutrisi/Metabolisme

Keluarga mengatakan saat sehat pasien tidak pernah mengeluh

untuk masalah nutrisi dan tidak ada makanan yang

menyebabkan alergi.

Makan dan minum setelah sakit: Pagi (diit pasien mc dihabiskan

07.00=200cc, 09.00=200cc), Siang (diit pasien mc dihabiskan

(12.00=200 cc, 15.00=200 cc), Malam (diit pasien mc

dihabiskan (18.00=200 cc, 21.00=200 cc).

3) Pola Eliminasi

Keluarga mengatakan saat sakit BAB pasien encer dan kadang

tidak ada BAB dalam 1 hari, keluarga mengatakan saat sehat

biasanya pasien BAB 1 kali sehari pada pagi hari. Frekuensi

BAB 2 hari sekali, konsistensi encer, warna kuning, bau khas

menyengat, banyaknya 1 pemper penuh. Frekuensi BAK pasien

menggunakan kateter, warna kuning jernih, bau khas amonia,

71
banyaknya 2.200 ml/hari, alat bantu pasien dengan

menggunakan kateter.

4) Pola Aktivitas dan Olahraga

Keluarga mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran

sehingga semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat.

5) Pola Istirahat Tidur

Keluarga mengatakan pasien hanya tidur dan sesekali

mengerang. Kebiasaan : tidak dapat dinilai jam/malam :

tidak dapat dinilai tidur siang : tidak dapat dinilai Tidur

sore : tidak dapat dinilai

6) Pola Kognitif dan Persepsi

Keluhan : GCS pasien 4 (E1M1V2), Status mental: tidak dapat

dinilai, Bicara: tidak dapat dinilai. Bahasa sehari-hari: keluarga

mengatakan sehari-hari pasien menggunakan bahasa daerah.

Kemampuan membaca, bahasa Indonesia: keluarga mengatakan

pasien mampu membaca bahasa Indonesia. Pasien tidak dapat

berkomunikasi karna mengalami penurunan kesadaran.

7) Pola Peran Hubungan

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki

keluhan atau masalah terhadap pola peran hubungan. Ny. E

seorang ibu rumah tangga dan memiliki suami dan orang tua

yang selalu mendukung Ny. E. Ny. E sebelum sakit ikut

72
arisan dan ikut kegiatan memasak disaat adanya pesta pada

tetangga pasien, saat sakit pasien tidak dapat bersosialisasi

8) Pola Seksualitas/Reproduksi

Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak terdapat keluhan

terkait pola seksualitas-reproduksi pasien.

9) Pola Koping-Toleransi Stress

Masalah (finansial, perawatan diri) : keluarga mengatakan

harus mengeluarkan tabungan untuk biaya kehidupan selama

menemani pasien di rumah sakit

10) Pola Keyakinan-Nilai

Keluarga mengatakan pasien tidak dapat beribadah semenjak

sakit, pasien beragama islam.

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Diagnostik

21 maret 2022, rontgen thorax (cardiomegaly)

22 maret 2022, EKG (sinus takikardia), CT scan (terdapat masa

bagian fronto temporal sinistra)

73
2) Laboratorium

Hemoglobin 8.3 g/DL (12.0 - 14.0), Leukosit 22.450 (5000 –

10000), Trombosit 505.000 (150.000 - 400.000), Hematokrit 28

(37.0 - 43.0), Eritrosit 3.02 (4.00 - 4.50)

d. Pemeriksaan Fisik

Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 4. Nafas tidak

normal, karena ada suara tambahan stridor dan ronchi. Pada kulit

terlihat kering dengan CRT > 2 detik dan adanya edema.

e. Terapi

Pasien saat ini mendapatkan terapi pada tanggal 24 maret 2022,

Dexametason 4 x 10 mg, Ranitidin 2 x 50 mg ,Ceftriaxon 2 x 1 gr,

Paracetamol 3 x 500 g, Obat flagystatin ovule (per vaginal)

f. Diagnosa Keperawatan

Kasus pada Ny. E dari hasil studi dokumentasi status pasien

ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu Resiko perfusi serebral

tidak efektif b.d tumor otak, Pola nafas tidak efektif b.d gangguan

neurologis, Perfusi perifer tidak efektif b.d gaya hidup kurang

gerak.

g. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien Ny.E pada

masalah resiko perfusi serebral tidak efektif b.d tumor otak yaitu

74
mengidentifikasi adanya peningkatan tekanan intra kranial,

memonitor tingkat kesadaran, memonitor TTV, mempertahankan

posisi kepala dan leher netral dan menjelaskan tujuan dan prosedur

pemantauan. Selanjutnya rencana keperawatan pada pasien Ny. E

dengan masalah pola nafas tidak efektif b.d gangguan neurologis

yaitu memonitor pola nafas (frekuensi, kedalamanan, usaha nafas),

memonitor bunyi nafas tambahan, mempertahankan kepatenan jalan

nafas dengan memposisikan pasien semi fowler, memberikan terapi

oksigen, memonitor adanya sumbatan jalan nafas dan mengajarkan

teknik batuk efektif. Pada rencana asuhan keperawatan pada pasien

Ny. E dengan perfusi perifer tidak efektif b.d gaya hidup kurang

gerak yaitu memonitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak,

menghindari pemasangan infus atau pengambilan darah pada area

keterbatasan perfusi.

h. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan harus sesuai dengan perencanaan

keperawatan yang dilandaskan pada teori SDKI, SLKI dan SIKI.

Masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak efektif perawat

melakukan 6 tindakan yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk

diagnose pola nafas tidak efektif dan perfusi perifer tidak efektif

perawat masing-masing melakukan 5 tindakan.

75
i. Evaluasi keperawatan

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang

digunakan untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas

tindakan yang diberikan. Diagnose resiko perfusi serebral tidak

efektif belum teratasi karena pada hari ke-3 pasien masih

mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 4 intervensi yang

dilanjutkan adalah memonitoring tingkat kesadaran klien untuk

melihat bagaimana perkembangan tingkat kesadaran pada klien,

memonitor intake dan output, memposisikan pasien dengan sudut

elevasi kepala 30 sampai 45 dan leher dalam posisi netral dengan

tujuan untuk meningkatkan venous drainage dari kepala dan

elevasi kepala dapat menyebabkan penurunan tekanan darah

sistemik, mungkin dapat dikompromi oleh tekanan perfusi

cerebral. Dan posisi kepala 300 sampai 450 juga bertujuan

memperbaiki aliran balik jantung (Sunardi, 2011)

Diagnosa gangguan pertukaran gas belum teratasi hingga

pada hari ke-3 karena nilai analisa gas darah masih abnormal.

Faktor penyebab pada pasien yaitu keabnormalan dari hasil analisa

gas darah arteri yang disebabkan karena ketidakseimbangan

ventilasi perfusi jaringan (Hudak, 2010). Kegagalan ini

menyebabkan jumlah sisa darah di ventrikel kiri pada akhir

diastolik meningkat sehingga menurunkan kapasitas ventrikel untuk

menerima darah dari atrium. Kondisi tersebut tidak memungkinkan

untuk menerima seluruh darah yang datang dari vena pulmonalis

76
dan tekanan di atrium kiri meningkat (Hudak 2010). Sehingga

aliran balik ke paru yang menyebabkan bendungan yang

menganggu proses pertukaran gas serta penurunan kemampuan

difusi yang mengakibatkan ketidakseimbangaventilasi perfusi dan

menimbulkan kesulitan bernafas dan sesak

Diagnose perfusi perifer tidak efektif belum teratasi karena pasien

masih mengalami penurunan konsentrasi Hb yaitu 8,3 gr/dL dan

pasien masih tampak lemah serta intervensi dilanjutkan agar tidak

terjadi gangguan aliran darah ke perifer.

77
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan pada tujuan laporan kasus yang penulis buat, maka

penulis menyimpulkan beberapa hal antara lain :

1. Pengkajian difokuskan pada alasan masuk pasien, kondisi pasien saat

dikahi, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan pasien dahulu,

pengkajian fungsional gordon, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang. Dari hasil pengkajian didapatkan pasien memiliki riwayat

sakit kepala sejak kecil dan semakin memberat ±1 tahun belakangan,

pasien juga sudah 4 kali keguguran dan ± 3 minggu yang lalu post

abortus inkomplit, pasien sudah mengalami penurunan kesadaran sejak

di rumah.

2. Diagnosa keperawatan. Pada hasil Analisa data dari kasus yang ada

ditemukan 3 diagnosa utama permasalahan pada pasien 1). Risiko

Perfusi Sereral Tidak Efektif 2). Pola Nafas Tidak Efektif 3). Perfusi

Perifer Tidak Efektif.

3. Intervensi. Terdapat 6 intervensi yaitu: pemantauan tekanan

intrakranial, pemantauan neurologis, manajemen jalan nafas,

pemantauan respirasi, perawatan sirkulasi, manajemen sensasi perifer.

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah-

masalah keperawatan yang muncul pada kasus ini tidak jauh berbeda

dengan tinjauan teori.

78
5. Evaluasi keperawatan. Hasil evaluasi keperawatan yaitu pada hari ke-3

pasien masih mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 4 maka

diagnosa resiko perfusi serebral tidak efektif belum teratasi dan

intervensi dilanjutkan. Sesak nafas yang dirasakan pasien sudah

berkurang karena telah diberikan terapi oksigen dengan NRM

10L/menit maka diagnosa pola nafas tidak efektif teratasi sebagian dan

intervensi dilanjutkan. Pasien juga tampak lemah maka diagnosa

perfusi perifer tidak efektif belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.

B. Saran

Berdasarkan kasus yang diambil penulis dengan judul asuhan keperawatan

pada Ny.E dengan SOL di ruangan neurologi RSUP M.Djamil Padang,

demi kebaikan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada :

1. Bagi RSUP M. Djamil Padang

Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan

untuk melanjutkan asuhan keperawatan yang sudah dikelola oleh

penulis yang bertujuan untuk pemulihan kesehatan pasien.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan denga adanya laporan kasus ini dapat menambah ilmu

pengetahuan dan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien SOL.

79
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, A.2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta : Salemba Medika

Bruner and Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12.

Jakarta : EGC

Harsono. 2015. Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Jitowiyono, S &Kristiyanasari, W. 2012. Asuhan Keperawatan Post

Operasi.

Louis DN, Ohgaki H, Wiestler OD, Cavenee WK, Burger PC, Jouvet A, et

al. The 2007 WHO classification of tumours of the central nervous

system. Acta Neuropathol 2007 Aug;114(2):97-109.

Muttaqin, A. 2010. Pengkajian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Padayachy, L., Figaji, A.A., Bullock, M.R. 2010. Intracranial pressure

monitoring for traumatic brain injury in the modern era. Childs Nerv

Syst, 26:441-452.

Satyanegara.2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : CV Sagung Seto

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2017), Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

80
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Widagdo, W dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Trans info Media

Wismaji, S dkk. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : CV Sagung Seto

Yogyakarta : Nuha Medika.

Wulandari, I. (2017). Asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak

di ruang syaraf RSUP Dr.M. Djamil Padang. Padang: Poltekkes

Kemenkes RI Padang.

81

Anda mungkin juga menyukai