Nama Kelompok :
Ahmad Mudhofir
Rahmi Zikri
Dina Rahmayati Saputri
Puteri Nabilla
Fadilah Lukvianti
Serly Aprilia Nst
Wulandari Astagina
Merry Christiani
Putri Ramadhani
Rosyi Aulia
Della Silviana
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Padang”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak dengan memberikan saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan dan kritikan
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap makalh ini dapat
Penulis
Kelompok D
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
otak. Terdapat beberapa penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak
seperti contusio cerebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor pada
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik
merupakan tumor salah satu susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak.
Tumor ganas di susunan saraf pusat adalah semua proses neoplastic yang
sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal
dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari
sel penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak
Pakistan, periode September 1999 hingga April 2000, dalam 100 kasus
kasus pada wanita. Selain itu, 18 kasus ditemukan pada usia dibawah 12
tahun. 28 kasus terjadi pada rentan usia 20-29 tahun, 13 kasus pada usia
3
Berdasarkan data statistik, angka insidens tahunan tumor
dimana separuhnya (17.030) adalah kasus tumor primer yang baru dan
masih belum ada data terperinci yang berkaitan dengan hal ini, namun dari
dimana 10% darinya adalah lesi metastasis. Insidens tumor otak primer
ini mulai cenderung meningkat sejak kelompok usia dekade pertama yaitu
yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita
tumor otak, hanya 100 penderita 74,1%) yang dioperasi dan lainnya
4
Menurut Wulandari (2017) dalam hasil penelitiannya didapatkan
data bahwa tanggal 10 Januari 2017 dari Ruang Bangsal Syaraf RSUP Dr.
M.Djamil Padang tahun 2016 didapatkan dari 1.386 pasien yang masuk
tumor otak. Prevalensi rata-rata pada tahun 2016 pasien masuk dengan
Tumor Otak tiap bulannya adalah sekitar 9 orang. Data yang didapatkan
dari rekam medis ruang rawat inap syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang
jumlah pasien tumor otak yang dirawat dari 1 januari-31 mei 2016
sebanyak 42 orang.
abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS).
Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di
2005).
lesi, ukuran, dan lokasi. Namun gejala yang umum terjadi adalah gejala
5
paling tepat dapat direncanakan dan dilakukan (Ibrahim, et al , 2012). Oleh
karena tumor otak secara histologik dapat menduduki tempat yang vital
pusat juga bervariasi sesuai usia. Data dari surveillance, Epidemiologi dan
hidup selama 5 tahun pada tumor otak primer ganas dan tumor susunan
kelenjar pineal, dan tumor olfaktorius pda kavitas nasal) adalah sebesar
38,8% (32,4% pada pria dan 35,5% pada wanita). Angka harapan hidup ini
sebesar 73,0% pada usia 0- 19 tahun, 57,7% pada kelompok usia 20-44
tahun, 31,7% pada kelompok usia 55-64 tahuun, 10,0% pada kelompok
usia 65-74 tahun, dan 5,7% pada kelompok usia lebih dari atau sama
juga meresiko membuat tumor otak menjadi ganas dan dari angka harapan
hidup pasien tumor otak yang rendah maka tumor otak memerlukan
6
Asuhan keperawatan merupakan suatu tindakan atau proses dalam
pasien dengan tumor otak adalah suatu tindakan atau proses dalam praktik
social dan spiritual. Asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak
tidak berbeda dengan asuhan keperawatan pada kasus lain yaitu melakukan
dilaksanakan.
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan tumor otak yang
7
jalan nafas karena tirah baring yang lama dapat mengakibatkan
medis Space Occupying lesion (SOL) yaitu Ny.E hari rawatan ke-3 setelah
Ny.E yaitu resiko perfusi serebral tidak efektif, gangguan pertukaran gas
dan perfusi perifer tidak efektif. Dari hasil observasi perawat sudah
pasien dengan kepala ekstensi dan posisi badan dengan sudut 15°, serta
serebral dan memberikan transfusi darah PRC. Oleh karena itu kami
B. Rumusan Masalah
Lession) ?
8
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
SOL.
2. Tujuan khusus :
Occupying lesion).
Occupying lesion).
Occupying lesion)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Pengertian
primer berasal dari sel dan struktur di dalam otak. Tumor otak sekunder,
otak adalah tumor intracranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi/ berkas
2012).
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik
ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua
proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis
spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk
juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh
10
2. Stadium Tumor Otak
berikut :
pre/post operasi.
b) Meningioma
dan metaplastik.
11
2) Grade II (memiliki angka rekurensi yang tinggi, terutama bila
dan metastasis.
3. Penyebab
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang
bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan
penyakit peradangan. Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga
dapat terjadi.
Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan
sedangkan meningioma lebih sering timbul pada wanita dari pada pria
dengan perbandingan 2 : 1 .
12
Menurut Wismaji S dkk (2011) faktor risiko terjadinya tumor otak
meliputi :
a) Radiasi
ionizing berupa neutron dan ion berat, dan non ionizing berupa
gelombang elektromagnetik.
b) Kimia
Berbagai zat kimia dapat menginduksi tumor sel mesenkimal dan glial.
diawetkan atau diasap dan beberapa buah dan sayuran). Selain itu
c) Virus
13
Selain tiga faktor tersebut, faktor host juga dapat mempengaruhi
perubahan genetika sel melalui sistem seluler dan sistemik. Pada fase
selular, sel yang berada pada fase aktif membelah akan lebih rentan
terkena kerusakan oleh radiasi, kimia atau virus sehingga lebih mudah
4. Patofisiologi
Faktor risiko terjadi tumor otak meliputi faktor radiasi, kimia, dan
diawetkan dan diasap serta dapat ditemukan pada kosmetik dan produk
Adanya pertumbuhan sel yang abnormal dari faktor risiko yang terjadi
dapat mengakibatkan tumor otak. Adanya lesi desak ruang juga dapat
neurologis sesuai dengan lokasi tumor, tipe tumor serta pertumbuhan tumor
14
Gejala klinis yang terjadi akibat adanya masa intrakranial disebabkan
oleh lesi desak ruang tumor terhadap ruang intrakranial, sehingga terjadi
anaerob.
15
adalah tekanan darah meningkat, nyeri kepala progresif yang dapat
dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Menurut Wismaji S dkk, (2011) Tanda dan gejala tumor otak bisa
16
5. WOC
- Usia
- Keturunan
- Paparan radiasi
- Kelainan genetik
17
Tanda dan Gejala
Menurut Ariani A. (2012) Trias klasi tumor otak adalah nyeri kepala,
a) Nyeri kepala
ini paling hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas
kepala sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada
peka nyeri ini termasuk arteri, vena, serta sinus-sinus vena dan saraf
otak. Lokasi nyeri kepala cukup berarti karena sepertiga dari nyeri
kepala ini terjadi pada tempat tumor, sedangkan dua pertiga lainnya
kepala yang terjadi menyeluruh, maka nilai lokasinya kecil dan pada
18
umumnya menunjukan pergeseran ekstensif kandungan intrakranial
otak. Muntah dapat terjadi tanpa diawali nausea dan dapat proyektil.
c) Papiledema
intrakranial.
kepala terjadi karena traksi atau distorsi arteri dan vena dan duramater
akan memberikan gejala yang berat pada pagi hari dan diperberat oleh
19
b. Muntah proyektil dapat menyertai gejala pada peningkatan TIK.
cedera.
7. Penatalaksanaan
antibiotik.
20
corticosteroid yang dipilih karena aktivitas mineralocorticoid yang
minimal. Dosisinya dapat diberikan mulai dari 16 mg/hari, tetapi dosis ini
penyembuhan.
salah satu akibat peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang
21
dengan glioma maligna, pengangkatan tumor. Secara menyeluruh
nefrotik dan mengangkat bagian besar dari tumor yang secara teori
2. Pendekatan kemoterapy
3. Pendekatan stereotaktik
22
CT,sedangkan untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor
saraf meliputi :
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
nomor registrasi.
2) Keluhan utama
(Muttaqin A, 2010).
23
Biasanya pasien tumor otak mengeluh nyeri kepala, mual, muntah,
2008).
sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan
24
Model konsep dan tipologi pola kesehatan fungsional menurut
Gordon:
c. Pola eliminasi
25
e. Pola kognitif perseptual
kemampuan.
anggota keluarga.
26
7). Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
2) Leher
kesulitan menelan.
b. Thoraks
a. Paru
tambahan lainnya.
c. Jantung
27
c) Perkusi : Suara pekak
d. Abdomen
teraba
e. Sistem integumen
f. Ekstremitas
g. Pemeriksaan Neurologi
GCS >15.
28
h. Pemeriksaan Saraf Kranial
Nervus Respon
Pada klien tumor intracranial yang tidak mengompresi
saraf ini tidak ada kelainan pada funsi penciuman.
II Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian
tertentu dari lintasan visual.
III, IV Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf
I, VI ke VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya
glioblastoma multiforme.
V Pada keadaan tumor intracranial yang tidak
mengompresi saraf trigeminus maka tidak ada kelainan
pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang
mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis
wajah unilateral.
VII Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, otot wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.
VIII Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor
lobus temporalis menyebabkan tinnitus dan halusinasi
pendengaran yang mungkin diakibatkan iritasi korteks
pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
IX, X Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka
mulut.
XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi. Indra pengecapan normal
(Sumber : Muttaqin A, 2008)
29
j. Tingkat Kesadaran
1) Tanda Babinski
jari- jari kaki serta elevasi ibu jari kaki atas penggoresan
2) Chadock
jari lainnya.
3) Oppenheim
distal
4) Gordon
jari lainnya.
30
5) Hoffman-Trommer
l. Pemeriksaan Fisiologis
1) Reflek Biseps
(+), tidak adanya fleksi siku yang cepat yang dapat dilihat dan
dipalpasi.
2) Refleks Triseps
3) Refleks Brakioradialis
31
4) Refleks Kuadriseps (Kejutan Lutut atau Patelar)
berkontraksi.
relaksasi otot.
3) Tanda Laseque
32
4) Brudzinski II
5) Pemeriksaan Kernig
8) Pemeriksaan Diagnostik
33
Elektroensefalogram memberikan informasi mengenai
EEG
CT-Scan
MRI
9) Diagnosa Keperawatan
34
b. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan gangguan
intrakranial.
tingkat kesadaran.
35
valsava
3. Cegah terjadinya
kejang
Kolaborasi
1. Pemberian anti
konvulsan
2. Pemberian diuretik
osmosis
Resiko cedera Tingkat Cedera (L.14136) Manajemen Kesehatan
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Lingkungan (I.08237)
serangan kejang, keperawatan maka didapat, Tindakan
penurunan tingkat Kriteria Hasil: Observasi
kesadaran.
1. Toleransi aktivitas 1. Identifikasi
meningkat kebutuhan
2. Kejadian cedera keselamatan
menurun 2. Monitor perubahan
3. Perdarahan menurun status keselamatan
4. Gangguan monilitas lingkungan
menurun Terapeutik
1. Hilangkan bahaya
keselamatan
lingkungab
2. Modifikasi untuk
meminimalkan
bahaya dan risiko
3. Sediakan alat bantu
keamanan
lingkungan
4. Gunakan perangkat
pelindung
Edukasi
1. Ajarkan individu
keluarga dan
kelompok risiko
tnggi bahaya
lingkungan
36
otot-otot pernapasan 1. Ventilasi semenit 1. Monitor pola nafas
meningkat (frekuensi,
2. Kapasitas vital kedalaman, usaha
meningkat napas)
3. Tekanan ekspirasi 2. Monitor bunyi nafas
dan inspirasi tambahan
meningkat 3. Monitor sputum
4. Dispnea menurun Terapeutik
5. Frekuensi napas 1. Pertahankan
membaik kepatenan jalan
nafas
2. Posisikan semi
fowler dan fowler
3. Berikan minum
hangat
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
2. Ajarkan teknik
batuk efektif
Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Tindakan
agen cidera keperawatan maka didapat, Observasi
biologis, traksi dan Kriteria Hasil: 1. Identifikasi lokasi,
pergeseran struktur 1. Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
peka nyeri dalam menurun frekuensi, kualitas,
rongga intracranial 2. Meringis menurun intensitas nyeri
3. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala
4. Frekuensi nadi nyeri
membaik 3. Identifikasi respon
5. Pola nafas membaik nyeri non verbal
6. Pola tidur membaik 4. Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
37
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan rasa
nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
38
PENGKAJIAN Nama : Ny E (P)
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Alasan masuk :
Ny. E berusia 26 tahun rujukan dari RSUD Sungai Dareh dengan
susp meningitis datang ke RSUP Dr. M.Djamil pada tanggal 22-
03-2022 pukul 19.02 WIB dengan keluhan penurunan kesadaran
GCS 7 (E2M4V1), kelemahan anggota gerak sebelah kanan..
Pasien di rujuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang karena mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah kanan, penurunan kesadaran dan
saat dilakukan ct-scan ditemukan adanya SOL pada bagian fronto
temporal sinistra.
39
b. Saat pengkajian :
Pada saat pengkajian pada tanggal 24 Maret 2022 pukul 08.30
WIB dengan hari rawatan ke-3, Ny. E dengan GCS 4 (E1M1V2),
bibir tampak pucat, konjungtiva tampak anemis dan akral teraba
dingin. Pasien juga terlihat menggunakan otot bantu nafas,
frekuensi pernafasan 24 kali/menit, pasien terpasang oksigen NRM
10 L dengan alkalosis respiratorik. Pasien terpasang NGT.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga mengatakan pasien semakin sering mengeluh nyeri
kepala dan pusing sejak 1 tahun terakhir dan hilang jika
mengonsumsi obat yang dibeli di warung. Keluarga mengatakan
pasien jarang memeriksakan diri ke layanan kesehatan. Keluarga
mengatakan pasien sudah 4 kali mengalami keguguran. Riwayat
kesehatan dahulu sulit dikaji karna pasien mengalami penurunan
kesadaran.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang
menderita penyakit yang sama dengan pasien ataupun penyakit
keganasan lainnya. Suami mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mepunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,
diabetes melitus, jantung, dll.
Genogram
Ket:
O: perempuan,
□ : laki-laki,
†:
meninggal,
: pasien
X: meninggal
(dengan........ )
40
2. Pengkajian Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi Dan Manajemen Kesehatan
Makan & Minum Sebelum sakit Makan & Minum Selama dirawat
41
(jenis, porsi yg dihabiskan) (jenis, porsi yg dihabiskan)
Pagi: lontong sayur/ nasi goreng Pagi: diit pasien mc dihabiskan
1 porsi makan dihabiskan (07.00= 200 cc, 09.00= 200 cc)
Siang: nasi + lauk Siang: diit pasien mc dihabiskan
1 porsi makan dihabiskan (12.00= 200 cc, 15.00= 200 cc)
Malam: nasi+lauk Malam: diit pasien mc dihabiskan
1 porsi makan dihabiskan (18.00= 200 cc, 21.00= 200 cc)
kadang makan kadang tidak
42
Intake : MC 1200 + air putih 450 + infus 1500 = 3.150
Output : urine 2.200 + IWL 990= 3.190
Input+output= 3.150+3.190= -40
d. Pola Aktivitas /Olah Raga:
Keluhan : Keluarga mengatakan semua aktivitas dibantu oleh
keluarga dan perawat
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di Tempat Tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki Tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
ALAT BANTU: tidak ada
Kekuatan Otot :
000 111
000 111
Reflek
Fisiologis:
Biceps : +
Triceps : +
Patella : +
Achilles : +
Reflek Patologis:
43
Hofman : -
Babinsky : +
Trommer : +
Chadock : +
44
Vertigo: keluarga mengatakan tidak ada keluhan vertigo
Ketidak nyamanan/Nyeri: tidak dapat dinilai
Kesimpulan : Pola kognitif-persepsi sulit dinilai karna pasien
mengalami penurunan kesadaran
45
Masalah (finansial, perawatan diri) : keluarga mengatakan
harus mengatur kembali keuangan untuk biaya kehidupan
selama menemani pasien di rumah sakit
Kehilangan/perubahan besar di masa lalu : tidak dapat dinilai
Hal yang dilakukan saat ada masalah : tidak dapat dinilai
Penggunaan obat untuk menghilangkan stres: tidak ada
Keadaan emosi dalam sehari hari: tidak dapat dinilai
Kesimpulan : pola koping-toleransi stress sulit dinilai karna
pasien mengalami penurunan kesadaran
j. Pola Keyakinan-Nilai
Keluhan : keluarga mengatakan pasien tidak dapat beribadah
semenjak sakit
Agama: islam
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Hasil & interpretasi)
Diagnostik :
Rontgen Thorax : 21 maret 2022
Kesan: Cardiomegali
EKG : 22 maret 2022
Kesan: Sinus Takikardia
Ct-Scan: 22 maret 2022
46
Kesan: tampak intrakranial SOL pada bagian
fronto temporal sinistra dan adanya pendarahan
pada otak sebelah kiri
Laboratorium : Tgl 22 Maret 2022
47
Natrium 141 mmol/L 136 – 145
Kalium 4.6 mmol/L 3.5 - 5.1
Klorida 106 mmol/L 97 – 111
Analisa Gas Darah
pH↑ 7.506 7.35-7.45
PCO2↓ 28.6 35-45
PO2↑ 133.9 83-108
SO2 % 99.8 95-98
HCT 36% 35-45
HCO3- 22.8 mmol/ L 21-28
Be 1.2 mmol/L (-2) – (+3)
APTT↓ 18.7 detik 22.6-30.0
Kesimpulan: Anemia, leukositosis dengan neutrofilia, trombositosis,
albumin menurun, globulin meningkat, SGOT dan SGPT meningkat,
ureum meningkat, APTT dibawah nilai rujukan, alkalosis respiratorik
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
Gambaran
Tanda Vital TD 132/94 mmHg S : 37 c
N : 96x/menit P : 27x/menit
Kulit Warna kulit sawo matang, turgor kulit normal,
tidak terjadi sianosis, tidak terdapat lesi/ bengkak
pada kulit.
Kepala Normochepal, kulit kepala agak kotor, rambut
berminyak, rambut berwarna hitam, tidak terdapat
lesi atau pembengkakan pada kepala.
Mata: Isokor, reflek cahaya +/+, 3 mm/3 mm
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah
bening
Toraks
48
menggunakan otot bantu pernapasan.
Pa: -
Pe: sonor
A: broncovesiculer, wheezing (+/+)
- Jantung
I: iktus kordis terlihat di ICS VI garis aksila
anterior sinistra
Pa: iktus kordis teraba di ICS VI garis aksila
anterior sinistra
Pe: terdengar redup. Batas jantung kanan ICS II
parasternal dekstra, dan batas jantung kiri ICS
VI aksila anterior sinistra, dengan pinggang
jantung menghilang kesan batas jantung
melebar
A: suara irama jantung ireguler.
Abdomen I : Tidak terdapat distensi atau pembengkakan pada
abdomen
Pa: Tidak terdapat nyeri tekan
Pe: tympani
A : bising usus normal
Genitalia Rectal Terpasang kateter urine
Ekstremitas Atas : lengkap, tangan kanan dan tangan kiri lemah,
tidak dapat digerakkan.
Muskuloskeletal/Sendi
Tangan kanan terpasang IVFD 0,9%
Kekuatan otot
000 111
000 111
49
CRT : > 3 detik.
Akral teraba dingin
Reflek Fisiologis:
• Biceps : +
• Triceps : +
• Patella : +
• Achilles : +
Reflek Patologis:
• Hofman : -
• Babinsky : +
• Trommer : +
• Chadock : +
50
Jenis Tanggal Jenis/nama
Diit IVFD 24 maret 2022 Mc tktp (tinggi kalori tinggi
protein )1700 kkal (6 x 200)
24 maret 2022
Nacl 0,9 % 8 jam/kolf
Injeksi 24 maret 2022
Dexametason 4 x 10 mg
Ranitidin 2 x 50 mg
Ceftriaxon 2 x 1 gr
Oral 24 maret 2022
Paracetamol 3 x 500 g
Dll 24 maret 2022
Obat flagystatin ovule (per vaginal)
Idiopatik
Tumor Otak
(Nyeri) 51
Resiko Perfusi Serebral
Gangguan neurologis fokal Pola
Perubahan
nafas
Hentitidak
nafas
pola nafas
efektif
Tidak Efektif
ANALISA DATA
henti nafas
52
Gangguan
Pertukaran Gas
53
DIAGNOSA KEPERAWATAN
54
lingkungan terhadap
TIK
Terapeutik
Pertahankan sterilitas
sistem pemantauan
Pertahankan posisi
kepala dan leher netral.
Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan hasi
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Manajemen Peningkatan
Tekanan Intrakranial (I.09325)
Observasi
Monitor MAP
Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik
Cegah terjadinya
kejang
Atur ventilator agar
PaCO2 optimal
Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
dieuretik osmosis
Pemantauan Neurologis
( I.06197)
Observasi
Monitor ukuran,
55
bentuk, kesimetrisan,
dan reaktifitas pupil
Monitor tingkat
kesadaran
Monitor tingkat
orientasi
Monitor status
pernapasan: Analisa
Gas Darah, oksimetri
nadi, kedalaman napas,
pola napas, dan usaha
napas
Monitor tanda-tanda
vital
Monitor ICP
(Intracranial Pressure)
dan CPP (Cerebral
Perfusion Pressure)
Monitor refleks komea
Monitor batuk dan
refleks muntah
Monitor pola
berkeringat
Monitor respons
Babinski
Monitor respons
Cushing
Monitor respons
terhadap pengobatan
Terapeutik
Tingkatkan frekuensi
pemantauan neurologis,
jika perlu
Hindari aktivitas yang
dapat meningkatkan
tekanan intracranial
Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
56
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Terapeutik
Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan
57
Monitor efekttivitas
terapi oksigen
Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
Bersihkan secret pada
mulut, hidung dan
trakea
Pertahankan kepatenan
jalan nafas
Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
Berikan oksigen
tambahan
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
Perfusi perifer tidak Perfusi perfifer (L.02011) Perawatan sirkulasi (l.02079)
efektif berhubungan Denyut nadi Observasi
dengan gaya hidup perifer meningkat Periksa sirkulasi perifer
kurang gerak
Penyembuhan Identifikasi faktor
luka meningkat risiko gangguan
Warna kulit pucat sirkulasi
membaik Monitor
Tugor kulit panas,kemerahan,nyeri,
membaik atau bengkak
58
(I.06195)
Observasi
Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
Monitor perubahan
kulit
Monitor terjadinya
parestesia
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgesik
Kolaborasi pemberian
kortikosteroid
59
CATATAN PERKEMBANGAN
60
dilanjutkan
Manajemen
peningkatan tekanan
intrakranial,pemantuan
tekanan intrakranial
D.0005 24/3/ Gangguan 1. Memonitor pola napas S: Keluarga
22 Pertukaran gas b.d pasien mengatakan pasien
ketidakseimbanga (frekuensi,kedalaman,usa mengalami sesak nafas
n ventilasi-perfusi ha napas) O:
2. Mengauskultasi bunyi - Pasien terpasang
nafas, catat area dimana oksigen NRM 10 liter
terjadi penurunan atau - Pasien tampak
tidak adanya ventilasi dan menggunakan otot
adanya suara tambahan. bantu nafas
3. Mempertahankan - Terdapat suara nafas
kepatenan jalan nafas tambahan Ronkhi di
4. Memberikan oksigenasi kedua sisi lapang paru
NRM 10 Liter - Dipsnea menurun
5. Memonitor aliran oksigen - TTV
6. Mengatur posisi pasien TD: 132/94 mm/Hg
dengan posi semi fowler N : 96x/menit
7. Memonitor saturasi P:24x/menit
oksigen S:37°C
P : Intervensi
dilanjutkan
Manajemn jalan nafas
dan pemantauan
respirasi
61
D.0015 24/3/ Perfusi perifer 1. Memriksa sirkulsi S:
22 tidak efektif perifer - Keluarga mengatakan
berhubungan 2. Memonitor perubahan pasien lemah dan tidak
dengan gaya kulit ada tenaga
hidup kurang 3. Memonitor - Keluarga pasien
gerak kemerahan,panas dan mengatakan semua
nyeri pada ekstermitas aktivitas pasien dibantu
4. Melakukan pemberian O:
transfusi darah 1 - Akral masih teraba
kantong dingin
5. Melakukan pencegahan - CRT >3 detik
infeksi - Hb : 8.3 g/dL
- Leukosit 22.450
- Trombosit 505.000
A : Masalah Perfusi
perifer tidak efektif
belum teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
Perawatan sirkulasi
62
vital pasien tidak merespon.
4. Memonitor intake output
cairan O:
5. Memonitor penurunan - GCS : 4
kesadaran - Pupil : 3mm/3mm
6. Memonitor MAP - TTV
7. Memberikan terapi sesuai TD:
orderan dokter 120/70mm/Hg
Dexametason 4 x 10 N : 92x/menit
mg Ranitidin 2 x 50 P:20x/menit
mg. S:36.8°C
Ceftriaxon 2 x 1 gr A : Masalah Resiko
Paracetamol 3 x 500 g perfusi serebral tidak
Obat flagystatin ovule efektif belum teratasi
(per vaginal)
P: Intervensi
dilanjutkan
Manajemen
peningkatan tekanan
intrakranial,pemantuan
tekanan intrakranial
D.0005 25/3/ Gangguan 1. Memonitor pola napas S :
22 Pertukaran gas b.d pasien - Keluarga mengatakan
ketidakseimbanga (frekuensi,kedalaman,usa pasien mengalami
n ventilasi-perfusi ha napas) sesak nafas
2. Mengauskultasi bunyi O:
nafas, catat area dimana - Pasien terpasang
terjadi penurunan atau oksigen NRM 10 liter
tidak adanya ventilasi dan - Pasien tidak tampak
adanya suara tambahan. menggunakan otot
3. Mempertahankan bantu nafas
kepatenan jalan nafas - Masih terdapat suara
63
4. Memberikan oksigenasi nafas tambahan
NRM 10 Liter Ronkhi di kedua sisi
5. Memonitor aliran oksigen lapang paru
6. Mengatur posisi pasien - Dipsnea menurun
dengan posi semi fowler - TTV
7. Memonitor saturasi TD:
oksigen 120/70mm/Hg
N : 92x/menit
P:20x/menit
S:36.8°C
P : Intervensi
dilanjutkan
Manajemn jalan nafas
dan pemantauan
respirasi
64
- Pucat pada pasien
mulai berkurang
-Suhu tubuh pasien
normal
A : Masalah Perfusi
perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
Perawatan sirkulasi
65
Ceftriaxon 2 x 1 gr
Paracetamol 3 x 500 g A : Masalah Resiko
Obat flagystatin ovule perfusi serebral tidak
(per vaginal) efektif belum teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
Manajemen
peningkatan tekanan
intrakranial,pemantuan
tekanan intrakranial
D.0005 25/3/ Gangguan 1. Memonitor pola napas S :
22 Pertukaran gas b.d pasien - Keluarga mengatakan
ketidakseimbanga (frekuensi,kedalaman,usa pasien mengalami
n ventilasi-perfusi ha napas) sesak nafas
2. Mengauskultasi bunyi O:
nafas, catat area dimana - Pasien terpasang
terjadi penurunan atau oksigen NRM 10 liter
tidak adanya ventilasi dan - Pasien tidak tampak
adanya suara tambahan. menggunakan otot
3. Mempertahankan bantu nafas
kepatenan jalan nafas - Masih terdapat suara
4. Memberikan oksigenasi nafas tambahan
NRM 10 Liter Ronkhi di kedua sisi
5. Memonitor aliran oksigen lapang paru
6. Mengatur posisi pasien - Dipsnea menurun
dengan posi semi fowler - TTV
7. Memonitor saturasi TD: 104/60
oksigen mm/Hg
N: 80x/menit
P:22x/menit
S:36.8°C
66
A : Masalah pola nafas
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
Manajemn jalan nafas
dan pemantauan
respirasi
D.0015 25/3/ Perfusi perifer 1. Memeriksa sirkulsi S:
22 tidak efektif perifer - Keluarga mengatakan
berhubungan 2. Memonitor perubahan pasien lemah dan tidak
dengan gaya kulit ada tenaga
hidup kurang 3. Memonitor - Keluarga pasien
gerak kemerahan,panas dan mengatakan semua
nyeri pada ekstermitas aktivitas pasien dibantu
4. Melakukan pencegahan
infeksi O:
- Akral teraba hangat
- CRT <3 detik
- Pucat pada pasien
mulai berkurang
- Suhu tubuh pasien
normal
A : Masalah Perfusi
perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P:Intervensi
dilanjutkan
Perawatan sirkulasi
67
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
a. Pengkajian Keperawatan
68
kesadaran GCS 7 (E2M4V1), kelemahan anggota gerak sebelah
keadaan umum pasien berat, pasien tidak mampu bicara dan hanya
69
temporal sinistra. Tampak ada luka infeksi pada bekas infus pasien,
pada missed aborsi dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
70
kamar mandi ayah pasien mengalami kejadian terpeleset dan
2) Pola Nutrisi/Metabolisme
menyebabkan alergi.
3) Pola Eliminasi
71
banyaknya 2.200 ml/hari, alat bantu pasien dengan
menggunakan kateter.
seorang ibu rumah tangga dan memiliki suami dan orang tua
72
arisan dan ikut kegiatan memasak disaat adanya pesta pada
8) Pola Seksualitas/Reproduksi
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Diagnostik
73
2) Laboratorium
d. Pemeriksaan Fisik
normal, karena ada suara tambahan stridor dan ronchi. Pada kulit
e. Terapi
f. Diagnosa Keperawatan
tidak efektif b.d tumor otak, Pola nafas tidak efektif b.d gangguan
gerak.
g. Rencana Keperawatan
masalah resiko perfusi serebral tidak efektif b.d tumor otak yaitu
74
mengidentifikasi adanya peningkatan tekanan intra kranial,
posisi kepala dan leher netral dan menjelaskan tujuan dan prosedur
Ny. E dengan perfusi perifer tidak efektif b.d gaya hidup kurang
keterbatasan perfusi.
h. Implementasi Keperawatan
diagnose pola nafas tidak efektif dan perfusi perifer tidak efektif
75
i. Evaluasi keperawatan
pada hari ke-3 karena nilai analisa gas darah masih abnormal.
76
dan tekanan di atrium kiri meningkat (Hudak 2010). Sehingga
77
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
pasien juga sudah 4 kali keguguran dan ± 3 minggu yang lalu post
di rumah.
2. Diagnosa keperawatan. Pada hasil Analisa data dari kasus yang ada
Perfusi Sereral Tidak Efektif 2). Pola Nafas Tidak Efektif 3). Perfusi
masalah keperawatan yang muncul pada kasus ini tidak jauh berbeda
78
5. Evaluasi keperawatan. Hasil evaluasi keperawatan yaitu pada hari ke-3
10L/menit maka diagnosa pola nafas tidak efektif teratasi sebagian dan
B. Saran
79
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : EGC
Operasi.
Louis DN, Ohgaki H, Wiestler OD, Cavenee WK, Burger PC, Jouvet A, et
monitoring for traumatic brain injury in the modern era. Childs Nerv
Syst, 26:441-452.
Pustaka Utama.
80
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Wismaji, S dkk. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : CV Sagung Seto
Kemenkes RI Padang.
81