PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengenai adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak.
Terdapat beberapa penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti
contusio cerebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor pada intracranial
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak/ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan tumor
salah satu susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas di susunan
saraf pusat adalah semua proses neoplastic yang terdapat dalam intracranial atau
dalam kanalis spinalis yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses
ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk
juga tumor yang berasal dari sel penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh
periode September 1999 hingga April 2000, dalam 100 kasus Space Occupying
Lesion intrakranial, 54 kasus terjadi pada pria dan 46 kasus pada wanita. Selain
itu, 18 kasus ditemukan pada usia dibawah 12 tahun. 28 kasus terjadi pada rentan
usia 20-29 tahun, 13 kasus pada usia 30-39, dan 14 kasus pada usia 40-49 (Ejaz
butt, 2017).
Gejala yang ditimbulkan oleh SOL sangat tergantung kepada jenis lesi,
ukuran, dan lokasi. Namun gejala yang umum terjadi adalah gejala yang
ditimbulkan oleh peningkatan tekanan intrakranial seperti nyeri kepala, muntah
proyektil, mual, perubahan status mental atau kebiasaan, lumpuh, ataksia, gait,
defisit bicara, visual, ataupun konvulsi. Penanganan pada kasus ini sebaiknya
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus :
lesion)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Pengertian
Menurut Brunner & Suddarth (2014) Tumor otak adalah lesi intracranial
lokal yang menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor otak primer berasal dari
sel dan struktur di dalam otak. Tumor otak sekunder, atau metastatic, terbentuk
pancreas, ginjal dan kulit).Tumor otak adalah tumor intracranial termasuk juga
lesi desak ruang (lesi/ berkas organ yang karena proses pertumbuhannya dapat
gangguan) jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak meningen dan tengkorak
(Ariani A, 2012).
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas
maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses
neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis,
yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti
yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor yang
berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan selapu otak
(Satyanegara, 2010).
2. Stadium Tumor Otak
keganasan (grading) :
operasi.
b. Meningioma
metaplastik.
dengan angka invasi lokal yang tinggi, rekurensi tinggi, dan metastasis.
3. Penyebab
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang
toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak
dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan.
Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi.
Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara
meningioma lebih sering timbul pada wanita dari pada pria dengan perbandingan
2 : 1 . Menurut Wismaji S dkk (2011) faktor risiko terjadinya tumor otak meliputi
a. Radiasi
pada pasien yang pernah menerima radiasi walaupun dalam dosis rendah.
Berbagai zat kimia dapat menginduksi tumor sel mesenkimal dan glial.
diasap dan beberapa buah dan sayuran). Selain itu senyawa nitrat tersebut
c. Virus
tumor tersebut juga dipengaruhi oleh infeksi virus Epstein Barr (EBV).
Selain tiga faktor tersebut, faktor host juga dapat mempengaruhi perubahan
genetika sel melalui sistem seluler dan sistemik. Pada fase selular, sel yang
berada pada fase aktif membelah akan lebih rentan terkena kerusakan oleh
radiasi, kimia atau virus sehingga lebih mudah mengalami mutasi genetik.
4. Patofisiologi
Faktor risiko terjadi tumor otak meliputi faktor radiasi, kimia, dan virus.
Meningioma terjadi pada pasien yang pernah menerima radiasi dalam dosis
rendah seperti x-ray dan gelombang elektromagnetik. Zat kimia yang berpotensi
ditemukan pada kosmetik dan produk industri lainnya. Adanya virus Epstein Barr
(EBV) dapat mengakibatkan tumor otak yang dapat terjadi pada pasien dengan
Adanya pertumbuhan sel yang abnormal dari faktor risiko yang terjadi dapat
mengakibatkan tumor otak. Adanya lesi desak ruang juga dapat mendesak
jaringan otak sehat disekitarnya sehingga terjadi defisit neurologis sesuai dengan
lokasi tumor, tipe tumor serta pertumbuhan tumor tersebut (Wismaji S dkk,
2011).
Gejala klinis yang terjadi akibat adanya masa intrakranial disebabkan oleh
lesi desak ruang tumor terhadap ruang intrakranial, sehingga terjadi penekanan
pada tumor yang berada di fosa posterior dan lebih banyak terjadi pada anak-
anak. Hidrosefalus dan edema serebri dapat menyebabkan herniasi serebral yang
nafas.
bertambahnya massa karena tumor akan mengambil tempat dalam ruang yang
relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema
Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak,
akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Tanda dan gejala
yang dapat terjadi masalah risiko cidera dan defisit perawatan diri.. Mekanisme
efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul
cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel, dan
Menurut Wismaji S dkk, (2011) Tanda dan gejala tumor otak bisa dilihat
bedasarkan lokasi tumor tersebut. Tumor serebellum atau otak kecil dapat
dapat menimbulkan masalah risiko cidera. Tumor enchepalon atau otak tengah
somatik dan dapat menimbulkan masalah risiko cidera, serta bagian epitalamus
kepribadian. Tumor sereblum dibagi menjadi bagian lobus parietal yang dapat
masalah perubahan persepsi sensori dan mengakibatkan nyeri kepala yang dapat
Menurut Ariani A. (2012) Trias klasi tumor otak adalah nyeri kepala,
muntah, dan papiledema. Namun gejala sangat bervariasi tergantung pada tempat
1) Nyeri kepala
Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering di jumpai
pada penderita tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus
menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat
waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya
mengejan sewaktu buang air besar. Nyeri kepala sedikit berkurang jika diberi
Nyeri kepala yang dihungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi dan
penggeseran struktur peka nyeri dalam intrakranial. Struktur peka nyeri ini
termasuk arteri, vena, serta sinus-sinus vena dan saraf otak. Lokasi nyeri
kepala cukup berarti karena sepertiga dari nyeri kepala ini terjadi pada
tempat tumor, sedangkan dua pertiga lainnya terjadi di dekat atau di atas
tumor. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada tumor fossa
frontal. Jika keluhan nyeri kepala yang terjadi menyeluruh, maka nilai
Nausea dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada
3) Papiledema
papila saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, tanda ini
Seringkali sulit menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak karena
6. Penatalaksanaan
a. Radiasi
Terapi radiasi pancaran eksternal (external-beam radiation), sebagai terapi
b. Kemoterapi
(Tarwoto, 2013).
c. Pembedahan
Pemilihan terapi ditentukan oleh tipe dan letak dari tumor. Kombinasi terapi
W, dkk 2008).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Tumor Otak
meliputi :
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada klien gangguan sistem saraf biasanya akan terlihat
meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
Biasanya pada pasien sol atau tumor otak timbul gejala malaise
2) Sirkulasi
3) Pola eliminasi
5) Hygiene
6) Neurosensori
7) Nyeri/ kenyamanan
8) Pola pernafasan
a) Kepala
b) Leher
kesulitan menelan.
c) Muka
fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, dan tidak ada
edema.
d) Mata
e) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal bila pasien
f) Hidung
hidung.
g) Mulut dan faring
h) Thoraks
i) Paru
sama
(3) Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara
tambahan lainnya.
(4) Auskultas
j) Jantung
tidak teraba
i) Sistem integumen
j) Ekstremitas
2) Pemeriksaan Neurologi
(GCS). Biasanya pada pasien dengan tumor otak datang dengan keluhan
Nervus Respon
Pada klien tumor intracranial yang tidak mengompresi
saraf ini tidak ada kelainan pada funsi penciuman.
II Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian
tertentu dari lintasan visual.
III, IV Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf
I, VI ke VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya
glioblastoma multiforme.
V Pada keadaan tumor intracranial yang tidak
mengompresi saraf trigeminus maka tidak ada kelainan
pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang
mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis
wajah unilateral.
VII Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, otot wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.
VIII Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor
lobus temporalis menyebabkan tinnitus dan halusinasi
pendengaran yang mungkin diakibatkan iritasi korteks
pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
IX, X Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka
mulut.
XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi. Indra pengecapan normal
(Sumber : Muttaqin A, 2008)
5) Tingkat Kesadaran
Biasanya pasien dengan tumor otak masuk dengan penurunan kesadaran yaitu
a) Tanda Babinski
Biasanya pada pasien tumor otak tanda Babinski negatif (-), adanya reaksi yang
terdiri atas pengembangan dan ekstensi jari- jari kaki serta elevasi ibu jari kaki
b) Chadock
Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya respon
c) Oppenheim
Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-),adanya pengerutan
Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya respon
e) Hoffman-Trommer
Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya respon ibu
a) Reflek Biseps
kesadaran atau hemiparise, refleks biseps positif (+), tidak adanya fleksi siku
b) Refleks Triseps
kesadaran atau hemiparise, refleks triseps positif (+) tidak adanya ekstensi
c) Refleks Brakioradialis
fleksi siku kanan, supinasi lengan bawah, dan fleksi jari-jari tangan dan
tangan.
kesadaran atau hemiparise refleks kuadriseps positif (+) Lutut klien tidak
Biasanya pada pasien tumor otak pemeriksaan kaku kuduk positif (+)
Biasanya pada pasien dengan tumor otak Brudzinski I negatif (-) tidak
kedua tungkai.
c) Tanda Laseque
Biasanya pasien tumor otak tanda laseque negatif (-), tidak terdapat
d) Brudzinski II
Biasanya pasien dengan tumor otak Brudzinski II negatif (-), tidak adanya
e) Pemeriksaan Kernig
Biasanya pada pasien tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran
tidak terdapat tahanan bisa mencapai sudut 135°, Kernig sign negatif (-).
g. Pemeriksaan Diagnostik
(Muttaqin, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
kesadaran.
3. Intervensi Keperawatan
Genogram
Ket:
O: perempuan,
□ : laki-laki,
†:
meninggal,
: pasien
X: meninggal
(dengan........ )
2. Pengkajian Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan
Makan & Minum Sebelum sakit Makan & Minum Selama dirawat
(jenis, porsi yg dihabiskan) (jenis, porsi yg dihabiskan)
Pagi: lontong sayur/ nasi goreng Pagi: diit pasien mc dihabiskan
1 porsi makan dihabiskan (07.00= 200 cc, 09.00= 200 cc)
Siang: nasi + lauk Siang: diit pasien mc dihabiskan
1 porsi makan dihabiskan (12.00= 200 cc, 15.00= 200 cc)
Malam: nasi+lauk Malam: diit pasien mc dihabiskan
1 porsi makan dihabiskan (18.00= 200 cc, 21.00= 200 cc)
kadang makan kadang tidak
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/Minum ü
Mandi ü
Berpakaian/berdandan ü
Toileting ü
Mobilisasi di Tempat Tidur ü
Berpindah ü
Berjalan ü
Menaiki Tangga ü
Berbelanja ü
Memasak ü
Pemeliharaan rumah ü
ALAT BANTU: tidak ada
000 000
00 000
0
Kekuatan Otot :
+ +
+ +
Reflek Fisiologis:
- +
+ +
Reflek Patologis:
Agama: islam
RP
- +
+ +
Lain-lain
Keterangan:*Diarsir bagian
tubuh
yang mengalami. Apabila
luka
dilengkapi dengan ukuran &
jenis luka
Penatalaksanaan Medis
Jenis Tanggal
Diit 24 maret 2022
IVFD
24 maret 2022
Oral
24 maret 2022
Dll
24 maret 2022
Data Objektif
1. Pasien terlihat sesak nafas
2. Pasien terlihat menggunakan otot bantu
pernafasan
3. Pasien terpasang oksigen
4. TTV
TD: 132/94 mm/Hg
N : 96x/menit
P:20x/menit
S:37°C
Data Objektif :
1. Pasien tampak mengalami penurunan
kesadaran
2. Tingkat kesadaran somnolen ( GCS:
E2V4M1)
3. Pasien tampak lemah
4. Anggota gerak lemah
Data Objektif:
1. Pasien terlihat terbaring di tempat tidur
2. Pasien terlihat lemah dan wajah pucat
3. Akral teraba dingin
4. Hemoglobin : 8.3 g/dL
5. Trombosit : 505.000 103/mm3
6. Hemotokrit : 28%
7. Eritrosit : 3.02 106/phiL
8. MCHC : 30 %
9. MCV : 93 fL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Edukasi
-anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
- ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekpektora
n,mukolitik jika perlu
*Pemantauan respirasi
Observasi
- monitor frekuensi
irama,kedalaman dan
upaya nafas
- monitor pola nafas
- monitor adanya
produksi sputum
-monitor adanya
sumbatan jalan nafas
-auskultasi bunyi nafas
Terapeutik
- atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
-jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- informasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- informasikan hasil
pemantauan
* Manajemen nyeri
( L.08238)
- identifikasi
lokasi,karakteristik,dura
si,frekuensi,kualitas,inte
nsitas nyeri
- identifikasi skala nyeri
- identifikasi respons
nyeri non verbal
-identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
Terapeutik
- berikan teknik
nonfarmokologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
- fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- jelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
- jelaskan strategi
meredakan nyeri
- anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
- ajarkan teknik
nonfarmokologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik
Terpeutik
- hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah diarea
keterbatasan perfusi
-hindari penekanan dan
pemasangan tornuquet
pada area cidera
-lakukan pencegahan
infeksi
-laukan perawatan kaki
dan kuku
Edukasi
-anjurkan berolahraga
rutin
-anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
- anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan darah
*Manajemen sensari
Perifer
Observasi
- identifikasi penyebab
perubahan sensasi
-identifikasi penggunaan
alat pengikat
-monitor perubahan
kulit
Terapeutik
-hindari pemakaian
benda-beda yang
berlebihan
Edukasi
-anjurkan penggunaan
termometer untuk
menguji susu air
-anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah
- anjurkan memakai
sepatu lembut
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
analgesik
- kolaborasi pemberian
kortikosteroid
CATATAN PERKEMBANGAN
Inisial Nama Klien: Ny. E
P : Intervensi
dilanjutkan
P: Intervensi
dilanjutkan, Monitor
KU dan tanda-tanda
vital
D.0015 24/3/22 Perfusi Perifer 1. Periksa sirkulasi perifer S:
Tidak Efektif 2. Identifikasi faktor resiko
gangguan sirkulasi Keluarga mengatakan
3. Monitor perubahan kulit pasien masih lemah dan
4. Monitor kemerahan,panas wajahnya pucat
dna nyeri pada ekstermitasO:
5. Kolaborasi pemberian Pasien tampak
analgesik lemah
Pasien diberikan
transfusi darah
A: Masalah perfusi
perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi
dilanjutkan
O:
11. GCS : 7
12. Pupil :
3mm/3mm
13. TD: 120/70
mm/Hg
14. N : 92x/menit
15. P:20x/menit
16. S:36.8°C
A : Masalah Resiko
perfusi serebral tidak
efektif belum teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan, Monitor
KU dan tanda-tanda
vital
D.0015 25/3/22 Perfusi Perifer 6. Periksa sirkulasi perifer S:
Tidak Efektif 7. Identifikasi faktor resiko
gangguan sirkulasi Keluarga mengatakan
8. Monitor perubahan kulit pasien masih lemah dan
9. Monitor kemerahan,panas wajahnya pucat
dna nyeri pada ekstermitasO:
10. Kolaborasi pemberian Pasien tampak
analgesik lemah
Pasien diberikan
transfusi darah
A: Masalah perfusi
perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi
dilanjutkan, Monitor
KU dan tanda-tanda
vital
D. 25/3/22 Perfusi Perifer 1) Periksa sirkulasi S:
0015 Tidak Efektif perifer
2) Identifikasi faktor Keluarga mengatakan
resiko gangguan pasien masih lemah dan
sirkulasi wajahnya pucat
3) Monitor perubahan O:
kulit Pasien tampak
4) Monitor lemah
kemerahan,panas dna Pasien diberikan
nyeri pada ekstermitas transfusi darah
5) Kolaborasi pemberian
analgesik A: Masalah perfusi
perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : EGC
Operasi.
Wismaji, S dkk. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : CV Sagung Seto