Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TUMOR OTAK

Di Ruang ICU RSUD Kabupaten Kediri


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik II
Dosen Pembimbing Ns. Eko Arik Susmiatin, M.Kep.,Sp.Kep.J.

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KRITIS

Oleh :

BAGHASE PRASETYO
202001012

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA HUSADA KEDIRI
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Kritis ini disusun untuk memenuhi tugas
Praktik Klinik II Pada Tanggal 27 November 2023 diruang ICU RSUD Kabupaten Kediri
oleh mahasiswa prodi sarjana keperawatan STKES Karya Husada Kediri.
Nama : Baghase Prasetyo
NIM : 202001012
Judul : Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada masalah Tumor Otak di
ruang ICU RSUD Kabupaten Kediri.
Kediri, 28 November 2023
Mahasiswa

Baghase Prasetyo
NIM.202001012
Dosen Pembimbing Clinical Intructor (CI)

Ns. Eko Arik Susmiatin, M.Kep.,Sp.Kep.J. Nina Sarinigsih, S.Kep.,Ns.


LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Tumor Otak


1.1.1 Definisi Tumor Otak
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh diotak, meningen dan tengkorak
(Kusuma, 2015). Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan
neurologis ini disebabkan oleh adanya gangguan fokal oleh tumor dan peningkatan
TIK.
Tumor otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Banyak jenis tumor
otak yang berbeda-beda. Beberapa tumor otak bukan merupakan kanker (jinak) dan
beberapa tumor otak lainnya adalah kanker (ganas). Tumor otak dapat berasal dari
otak (tumor otak primer) atau kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan
merambat ke otak (tumor otak sekunder/ metastatik).
1.1.2 Klasifikasi
1) Klasifikasi stadium (Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan
berdasarkan grading) :
a. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca
reseksi cukup baik.
b. WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah, namun
sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif ke
arah derajat keganasan yang lebih tinggi.
c. WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi,
dan terdapat anaplasia.
d. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya
berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post operasi
2) Jenis – jenis Tumor otak berdasarkan WHO 2000, tumor otak dibagi menjadi :
a. Glioma, tumor yang tumbuh dan berkembang pada jaringan glia dan saraf
tulang belakang.
b. Meningioma, tumor yang menyerang jaringan selaput otak pada otak kecil dan
otak besar yang tidak bersifat kanker.
c. Adenoma pituitary, tumbuh dan berkembang pada permukaan kelenjar
pituitary.
d. Tumor neuroma, tumor yang berasal dari pelindung serat saraf, baik didalam
tengkorak maupun pada tulang belakang.
e. Limfoma sistem saraf pusat, tumor yang terjadi pada sistem limfatik yang
terdiri dari nodus limfa. Sangat ganas dan merupakan manifestasi dari
pertumbuhan tumor lainnya pada otak.
f. Craniomapharyngioma, terjadi pada area otak yang berdekatan dengan mata
atau sekitar bagian bawah otak yang berdekatan dengan kelenjar pituitary.
g. Tumor kelenjar pineal, bermula pada kelenjar pineal yang berdekatan dengan
pusat otak.
h. Tumor metastasis (tumor otak sekunder)
1.1.3 Etiologi
Tidak ada factor etiologi yang jelas untuk tumor otak primer. Meskipun tipe
sel yang berkembang menjadi tumor bisa diidentifikasi namun mekanisme yang
menyebabkan sel bertindak abnormal tetap belum diketahui. Kecenderungan keluarga,
imunosupresi, dan faktor-faktor lingkungan sedang diteliti. Waktu puncak untuk
kejadian tumor otak adalah decade kelima dan ketujuh. Selain itu, pria terkena lebih
seirng dari pada wanita. Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara
pasti, namun ada beberapa factor yang perlu ditinjau (Kusuma, 2015), yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota- anggota
sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma tuberose atau penyakit Strurge- Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan
factor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-
bukti yang kuat untuk memikirkan adanya factor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
2. Sisa-sisa sel embrional (Embryonic Cell Rest)
Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh yang
menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu
dapat terjadi pada kraniofaringioma, terutama intracranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma.
4. Virus
Hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi karsinogenik
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan
pada hewan.
6. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak massa
otak akhirnya terjadi tumor otak
1.1.4 Manifestasi Klinis
1) Menurut lokasi tumor : Otak manusia terbagi atas beberapa lobus yang memiliki
fungsinya masing- masing, apabila terdapat tumor di lobus tersebut maka akan
mempengaruhi fungsi pada bagian lobus yang terserang, diantaranya :
a. Lobus frontalis : gangguan mental/ gangguan kepribadian ringan : depresi,
bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argument / menilai benar atau tidak,
hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.
b. Korteks presentalis posterior : kelemahan / kelumpuhan pada otototot wajah,
lidah dan jari.
c. Lobus parasentralis : kelemahan apa ekstremitas bawah.
d. Lobus oksipital : kejang, gangguan penglihatan.
e. Lobus temporalis : tinnitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik,
kelumpuhan otot wajah.
f. Lobus parentalis : hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi
sensorik, gangguan penglihatan.
g. Cerebulum : papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia.
2) Tanda dan gejala umum : Tanda dan gejala umum adalah tanda yang kebanyakan
sering muncul pada kasus tumor otak, yaitu :
a. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk dan membungkuk.
b. Kejang.
c. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial : pandangan kabur, mual
muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tandatanda vital, afasia.
d. Perubahan kepribadian
e. Gangguan memori dan alam perasa.
3) Trias klasik
Trias klasik adalah tanda atau ciri khas pada tumor otak, yang diantaranya :
a. Nyeri kepala
b. Papil eodema
c. Muntah
1.1.5 Patofisiologis
Tumor otak primer dianggap berasal dari sel atau koloni stem sel tunggal
dengan DNA abnormal. DNA abnormal menyebabkan pembelahan mitosis sel yang
tidak terkontrol. Sistem imun tidak mampu membatasi dan menghentikan aberrant,
pertumbuhan sel baru. Pada saat tumor meluas, kompresi dan infiltrasi menyebabkan
kematian jaringan otak. Tumor otak tidak hanya menyebabkan lesi pada otak, tetapi
juga menyebabkan edema otak. Tengkorak bersifat rigid dan hanya memiliki sedikit
tempat untuk ekspansi isinya. Jika perawatan tidak berhasil, tumor otak akan
menyebabkan peningkatan tekanan intracranial secara progresif yang akan
menyebabkan displacement struktur stem otak (herniasi). Tekanan pada stem otak
menyebabkan kerusakan pusat vital signs kritis yang mengontrol tekanan darah, nadi,
dan respirasi yang akan memicu kematian.
Glioma merupakan tipe tumor yang paling banyak, menginfiltrasi beberapa
bagian otak. Glikoma malignan neoplasma otak yang paling banyak terjadi, kurang
lebih 45% dari seluruh tumor otak. Glioma dibagi dalam beberapa derajat I hingga IV,
mengindikasikan derajat malignasi. Derajat tergantung pada densisitas seluler, mitosis
sel, dan penampakan. Biasanya tumor menyebar dengan menginfiltasi sekitar jaringan
saraf sehingga sulit diangkat secara total tanpa menimbulkan kerusakan pada struktur
vital
1.1.6 WOC

Etiologi

Pertumbuhan sel
abnormal

Massa pada
cerebral

Inflitrasi jaringan
pada serebral

Suplai darah Volume otak


cerebral menurun meningkat

Nekrosis jaringan Obstruksi vena


cerebral kranid

Parolisis, Kakeksia, Risiko Perfusi


Kerusakan fungsi Serebral Tidak Edema
motorik Efektif

Intoleransi Kurang perawatan


TIK Meningkat
Aktivitas diri

Defisit Perawatan Pusing, nyeri Mual, muntah,


Papiledema
Diri kepala, takikardi anorexia

Depresi, Gelisah,
Nyeri Akut Defisit Nutrisi
Paranoid

Ansietas
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1) CT Scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit
otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-
gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2) Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang
akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3) Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan
proses-proses infeksi (abses cerebri).
4) Biopsi stereostatik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5) Angiografi serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral
6) Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang
1.1.8 Penatalaksanaan
Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan:
1) Usia.
2) General Health
3) Ukuran Tumor
4) Lokasi Tumor
5) Jenis Tumor

Langkah pertama pada pengobatan tumor otak ialah pemberian kortikostreoid


yang bertujuan untuk memberantas edema otak. Pengaruh kortikostreoid terutama
dapat dilihat pada keadaan-keadaan seperti nyeri kepala yang hebat, deficit motorik,
afasia dan kesadaran yang menurun. Beberapa hipotesis yang dikemukakan :
meningkatkan transportasi dan reasirbsi cairan serta memperbaiki permeabilitas
pembuluh darah. Jenis kortikostreoid yang dipilih yaitu glukokortikoid; yang paling
banyak dipakai ialah deksametason, selain itu dapat diberikan prednisone atau
prednisolon. Dosis deksametason biasa diberikan 4-20 mg intravena setiap 6 jam
untuk mengatasi edema vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan tekanan tinggi
intracranial (Greenberg et al., 1999). Selain itu terapi suportif yang dapat dilakukan
yaitu IVFD RL 20 tetes/menit (makro), ceftriaxon vial 1 gram/12 jam, ranitidine
ampul 1 gram/12 jam, dexamethason 1 ampul/6 jam.

Untuk tumor otak metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu :

1) Pembedahan
Tumor jinak sering kali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan pembedahan
merupakan tindakan yang berpotensi kuratif, untuk tumor primer maligna, atau
sekunder biasanya sulit disembuhkan. Pembedahan tumor biasanya harus melalui
diagnosis yang histologis terlebih dahulu.
2) Terapi Medikamentosa
a) Antikonvulsan untuk epilepsy
b) Kortikosteroid (dekstrametason) untuk peningkatan tekanan intrakranial.
Steroid juga dapat memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan
mengobati edema otak
c) Kemoterapi diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagai ajuvan
pembedahan dan radioterapi dengan pengawasan unit spesialistik neuro
onkologi.
3) Terapi Radiasi
Radioterapi konvensional menghantarkan radiasi menggunakan akselerator linier.
Dosis standar untuk tumor otak primer kurang lebih 6.000 Gy yang diberikan lima
kali seminggu selama 6 minggu. Untuk klien dengan tumor metastasis, dosis
standar radiasi kurang lebih 3.000 Gy. Dosis pasti akan bergantung pada
karakteristik tumor, volume jaringan yang harus diradiasi biasanya diberikan
dalam periode yang lebih pendek untuk melindungi jaringan normal di sekitarnya.
Bentuk lain dari terapi radiasi, walaupun tidak dianggap konvensional dan belum
tersedia luas, adalah terapi radiasi partikel berat, radioterapi neutron cepat, terapi
fotodinamik, dan terapi tangkapan neutron boron. Walaupun penggunaanya luas,
terapi radiasi bukan tanpa konsekuensi
1.1.9 Komplikasi
Adapun komplikasi - komplikasi yang ditimbulkan dari tumor otak adalah:
1) Peningkatan tekanan intracranial
Peningkatan tekanan intracranial terjadi saat salah satu maupun semua factor yang
terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah cairan serebrospinal
mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu factor diatas akan memicu :
a. Edema serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebihan terakumulasi disekitar lesi sehingga
menambah efek massa yang mendesak.
b. Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena adanya
gangguan sirkulasi dan absorbs CSS. Pada tumor otak, massa tumor akan
mengobstruksi aliran CSS sehingga memicu terjadinya hidrosefalus.
c. Herniasi otak
Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi sentra, unkus,
dan singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon sehingga
menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga
(okulomotor).
2) Epilepsy
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam selaput
otak (serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor.
3) Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak adalah
khas bagi suatu tumor ganas. Penurunan fungsi neurologis ini tergantung pada
bagian otak yang terkenan tumor.
4) Ensefalopati radiasi.
5) Metastase ke tempat lain
6) Kematian
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Kritis Tumor Otak
1.2.1 Pengkajian
1) Data Subjektif
a) Data demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya : nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/ bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
b) Riwayat sakit dan kesehatan
Keluhan Utama : biasanya klien mengeluh nyeri kepala
c) Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatam double, ketidakmampuan
sensasi (parathesia/ anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia
d) Riwayat penyakit dahulu Klien pernah mengalami pembedahan kepala
e) Riwayat penyakit keluarga Adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang,
yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala
f) Pengkajian psiko-sosio-spiritual Perubahan kepribadian dan perilaku klien,
perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan
peran.
2) Data Objektif
a) B1 (Breathing)
 Bentuk dada : normal
 Sesak nafas : ya
 Pola nafas : tidak teratur
 Batuk : tidak
 Suara nafas : normal
 Retraksi otot bantu nafas : ya
 alat bantu pernafasan : Ya (O2 2lpm)

b) B2 (Blood)
 Irama jantung : irregular
 Nyeri dada : tidak
 Bunyi jantung : normal
 Akral : hangat
 Nadi : bradicardi
 Tekanan darah : meningkat
c) B3 (Brain)
 Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman/
diplopia
 Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus temporal
 Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus
frontal
 Pengecapan (lidah) : ketidakmampuan sensasi (parathesia/ anasthesia)
 Afasia : kerusakan/ kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/
kesulitan berkata-kata, reseotiff/ berkata-kata komprehensif, maupun
kombinasi dari keduanya.
 Ekstremitas : kelemahan/ paralysis genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya reflex tandon
 GCS : skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien/
apakah dalam kondisi koma atau tidak dengan menilai respon pasien
terhadap rangsangan yang diberikan
d) B4 (Bladder)
 Kebersihan : bersih
 Bentuk alat kelamin : normal
 Uretra : normal
 Produksi urine : normal
e) B5 (Bowel)
 Nafsu makan : menurun
 Porsi makan : setengah
 Mulut : bersih
 Mukosa : lembab
f) B6 (Bone)
 Kemampuan pergerakan sendi : bebas
 Kondisi tubuh : kelelahan
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d nyeri kepala
2. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b/d nekrosis jaringan serebral
3. Intoleransi Aktivitas b/d kerusakan fungsi motorik
4. Defisit Nutrisi b/d mual dan muntah
5. Ansietas b/d papiledema
6. Defisit Perawatan Diri b/d kurang perawatan diri
1.2.3 Intervensi

No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

1. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri Manajemen nyeri


Setelah dilakukan intervensi Observasi
maka tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, intensitas
1. Keluhan nyeri menurun nyeri
(5) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Tekanan darah membaik 3. Indentifikasi respon
(5) nyeri non verbal
3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
(5) memperberat dan
4. Meringis menurun memperingan nyeri
(5) Terapeutik
5. Diaphoresis menurun (5) 5. Berikan teknik
6. Frekuensi nadi membaik nonfarmakologis untuk
(5) mengurangi rasa nyeri
(mis. kompres hangat
dingin,)
6. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruang, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
7. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
8. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (relaksasi
napas dalam)
Kolaborasi
9. Kolaborasi
pemberian analgesik
jika diperlukan
2. Risiko Perfusi Serebral Perfusi Serebral Pencegahan Syok
Tidak Efektif (D.0017) Observasi :
Setelah dilakukan intervensi
1. Monitor status
maka perfusi serebral
kardiopulmonal
meningkat dengan kriteria
(frekuensi dan
hasil :
kekuatan nadi,
1. Tingkat kesadaran frekuensi napas, TD
meningkat (5) MAP)
2. Tekanan intra kranial 2. Monitor status
menurun (5) oksigenasi (oksimetri
3. Sakit kepala menurun (5) nadi, AGD)
4. Gelisah menurun (5) 3. Monitor status cairan
5. Nilai rata-rata tekanan (masukan dan haluaran
darah membaik (5) turgor kulit. CRT)
6. Kesadaran membaik (5) 4. Monitor tingkat
kesadaran dan respon
pupil
5. Periksa riwayat alergi
Terapeutik :
6. Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturası oksigen >94%
7. Persiapkan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika
perlu
8. Pasang jalur IV, jika
perlu
9. Pasang kateter urine
untuk menilai produksi
urine, jika perlu
10. Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
Edukasi :
11. Jelaskan
penyebab/faktor risiko
syok
12. Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
13. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan
tanda dan gejala awal
syok
14. Anjurkan
memperbanyak
memperbanyak asupan
cairan oral
15. Anjurkan menghindari
alergen
Kolaboras :
16. Kolaborasi pemberian
IV, jika perlu
17. Kolaborası pemberian
transfusi darah, jika
perlu
18. Kolaborasi pemberian
antiinfalamasi, jika
perlu
3. Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
(D.0056) Setelah dilakukan intervensi Observasi :
maka toleransi aktivitas 1. Identifikasi gangguan
meningkat dengan kriteria fungsi tubuh yang
hasil: mengakibatkan
1. Frekuensi Nadi kelelahan
meningkat (5) 2. Monitor kelelahan fisik
2. Kelulah lelah menurun dan emosional
(5) 3. Monitor pola dan jam
3. Dispnea saat aktivitas tidur
menurun (5) 4. Monitor lokasi dan
4. Dispnea setelah aktivitas ketidaknyamanan
(5) selama melakukan
aktivitas
Terapeutik :
5. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis, cahaya,
suara, kunjungan)
6. Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
7. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
8. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi :
9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan
aktivtas secara bertahap
11. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
12. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
13. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.
4. Defisit Nutrisi (D.0019) Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan intervensi Observasi
maka status nutrisi membaik 1. Identifikasi status
dengan kriteria hasil: nutrisi
1. Porsi makan yang 2. Identifikasi alergi dan
dihabiskan meningkat intoteransi makanan
(5) 3. Identifikasi makanan
2. Berat badan indeks disukai
massa tubuh IMT 4. Identifikasi kebutuhan
membaik (5) kalori dan jenis nutrien
3. Frekuensi makan 5. Identifikasi perlunya
membaik (5) penggunaan selang
4. Nafsu makan membaik nasogastrik
(5) 6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
9. Lakukan oral hygiene
sebelum makan jika
perlu
10. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis
piramida makanan)
11. Sajikan makanan
secara menank dan
suhu yang sesuai
12. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
13. Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
14. Berikan suplemen
makanan jika perlu
15. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditolerans
Edukasi
16. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
17. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu
19. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutnen yang
dibutuhkan, jika perlu
5. Ansietas (D.0080 Tingkat Ansietas Reduksi Anseitas
Setelah dilakukan intervensi Observasi :
maka tingkat ansietas 1. Identifikasi saat tingkat
menurun dengan kriteria ansietas berubah (mis,
hasil: kondisi, waktu, stresor)
1. Verbalisasi kebingungan 2. Identifikasi
menurun (5) kemampuan
2. Verbalisasi khawatir mengambil keputusan
akibat kondisi yang 3. Monitor tanda-tanda
dihadapi menurun (5) ansietas (verbal dan
3. Perilaku gelisah nonverbal)
menurun (5) Terapeutik
4. Perilaku tegang (5) 4. Ciptakan suasana
5. Konsentrasi pola tidur terapeutik untuk
membaik (5) menumbuhkan
kepercayaan
5. Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
6. Pahami situasi yang
membuat ansietas
dengarkan dengan
penuh perhatian
7. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
8. Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
9. Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
10. Diskusikann
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang Edukasi
11. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
12. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
13. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
14. Anjurkan umelakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
15. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
16. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
17. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
din yang tepat
18. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
obat antlansietas, jika
perlu
6. Defisit Perawatan Diri; Perawatan Diri Dukungan Perawatan
(D.0109) Setelah dilakukan tindakan Diri
keperawatan, diharapkan Observasi :
perawatan diri klien 1. Identifikasi kebiasaan
terpenuhi, dengan kriteria aktivitas perawatan
hasil : diri sesuai usia
2. Monitor tingkat
1. Kemampuan Mandi
kemandirian
meningkt (5)
3. Identifikasi kebutuhan
2. Kemampuan
alat bantu kebersihan
mengenakan pakaian
diri, berpakaian,
meningkat (5)
berhias dan makan
3. Kemampuan makan
Terapeutik :
meningkat (5)
4. Sediakan lingkungan
4. Kemampuan ke toilet
yang terapeutik (mis.
meningkat (5)
Suasana hangat,
rileks, privasi)
5. Siapkan keperluan
pribadi (mis. Parfum,
sikat gigi dan sabun
mandi
6. Dampingi dalam
melakukan perawatan
diri sampai mandiri
7. Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
8. Fasilitasi
kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukkan
perawatan diri
9. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi :
10. Anjurkan melakukkan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

1.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat dalam membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi menuju
kesehatan yang lebih baik yang sesuai dengan intervensi atau rencana keperawatan
yang telah dibuat sebelumnya (Potter, 2015)
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi atau tahap penilaian merupakan tindakan perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga
kesehatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan
yang disesuaikan dengan kriteria hasil padaa tahap perencanaan (Wahyuni, 2016).
Teknik penulisan SOAP menurut Ali (2009), adalah sebagai berikut:
S (Subjective): bagian ini meliputi data subjektif atau informasi yang didapatkan dari
klien setelah mendapatkan tindakan, seperti klien menguraikan gejala sakit atau
menyatakan keinginannya untuk mengetahui tentang pengobatan. Ada tidaknya data
subjektif dalam pencatatan perkembangan tergantung pada keakutan penyakit klien.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M. Gloria., et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).


ELSIVIER.

Devi, M. 2014. Asuhan keperawatan pada an. r dengan gangguan sistem persarafan: post
kraniofaringioma di melati rsud dr. moewardi surakarta

Herdman, T. Heather & Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis
Keperwatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

McFaline-Figueroa, J. R. dan E. Q. Lee. 2018. Brain tumors. The American Journal of


Medicine. 131(8):874–882.

Mckean-cowdin, R., P. Razavi, dan S. Preston-martin. 2017. Brain Tumors. International


Encyclopedia of Public Health. 2017. Halaman 263–271.

Yueniwati, Y. 2017. Pencitraan Pada Tumor Otak: Modalitas Dan Interpretasinya. Edisi
Edisi Pert. Malang: UB Media.

Anda mungkin juga menyukai