Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Profesi Ners Tahap 2 Pada Mata
Kuliah Keperawatan Anak
Di Susun Oleh:
Rizky Adithia Rhama
(202106068)
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini dibuat dalam rangka memenuhi
tugas Praktek Klinik Profesi Ners Tahap 2 Pada Mata Kuliah Keperawatan Anak
pada tanggal 14-26 Maret 2022 oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi
Pembimbing Akademik
Mahasiswa
1.
Asuhan Keperawatan
a. Pre Conference
b. Post Conference
c. Laporan Asuhan
Keperawatan
2. Attitude/Sikap
3. Ketrampilan Klinis
TOTAL
NILAI NILAI TT Preceptor
NO ELEMEN (0-
1+2+3 Pendidikan
100)
3
1. Laporan Pendahuluan
(LP)
2. Asuhan Keperawatan
3. Responsi
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial (Mattaqin &
Kumala, 2013). Gastroenteristis akut yang ditandai dengan diare dan pada
dalam sehari lebih dari 5 kali disertai perubahan konsistensi tinja mejadi
cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu
1) Gastroenteritis akut
2) Gastroenteritis kronik
gastroenteritis akut atau diare akut sudah dapat dipastikan. Secara garis
(terutama Candida).
Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala pada ada anak yang mengalami
gastroenteritis akut atau diare akut:
5. Badan lemah, pucat dan perubahan TTV (nadi dan napas cepat)
anak-anak GEA dapat ditandai dengan jarang buang air kecil, mulut
cekung, serta turgor kulit jelek. Sedangkan dehidrasi pada orang dewasa,
antara lain kelelahan, badan lemas dan tidak bertenaga, kehilangan nafsu
Menurut (Esmi Sinaga, 2018) beberapa respon sistem tubuh pada anak
1) Sistem Integument
2) Sistem Respirasi
Kehilangan air dan elektrolit pada anak diare akut mengakibatkan
3) Sistem Pencernaan
yang disebabkan oleh kerusakan mukosa usus dimana usus tidak dapat
4) Sistem Muskoloskeletal
Kekurangan kadar natrium dan kalium plasma pada anak yang diare
akut dapat menyebabkan nyeri otot, kelemahan otot, kram dan detak
5) Sistem Sirkulasi
Akibat dari diare akut dapat terjadi gangguan pada system sirkulasi
6) Sistem Otak
7) Sistem Eliminasi
sekitarnya akan lecet karena sering defesaki dan tinja makin asam
sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa
yang terganggu; dan (3) jumlah asam lambung yang tinggi. Faktor- faktor
daerah infark kecil, selain itu sekresi asam lambung juga terpacu.
Proteksi lapisan ini akan menutupi mukosa lambung dan melindungi dari
asam lambung. Penetrasi atau daya tembus bakteri ke lapisan mukosa yang
merusak selsel di ujung jonjot yang rata disertai adanya sebukan sel radang
dan terjadi perubahan keseimbangan rasio sekresi dan absorpsi dari cairan
virus lebih banyak mengenai bayi dibandingkan dengan anak besar adalah
2) Renjatan hipovolemik.
4) Hipoglikemia.
enzim laktosa.
7) Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik
8) Hipoglikemia
diare dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah
9) Gangguan Gizi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat
hipovolemik.
1.1.8. Pemeriksaan Penunjang Gastroenteritis Akut (GEA)
pemeriksaan fisik :
1. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na,
3. Pemeriksaan Feses
a) Makroskopis
b) Mikroskopis
1. Rehidrasi
cairan yang telah terjadi dan tambahan 5-10 ml/kgBB setiap kali
berupa ringer laktat atau ringer asetat dengan dosis 100 ml/kgBB.
2. Anti Diare
4. Zinc/Seng
Berikan 10-20 mg zinc kepada anak diare tiap hari untuk 10-14 hari.
akan menurun.
5. Antiemetik
Berikan Ondansetron sekali saja untuk bayi usia >6 bulan, atau berat
6. Antibiotitik
individ. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga
penyempurnaan fungsi sosial dan psikologis dalam diri seorang anak dan
1. Aspek pertumbuhan
1) Berat badan
pada tubuh. Pada anak usia 4 tahun berat badan normal yaitu 16-
17kg.
2) Tinggi badan
3) Lingkar kepala
2. Aspek perkembangan
berjalan (saputri, 2014). Pada anak usia 4 tahun motorik kasar yaitu
dapat berdiri pada satu kaki selama 3 detik-5 detik, melompat
Melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan. Pada anak
3) Bahasa (launguage)
Pada anak usia 4 tahun bahasa yang sudah dapat dilakukan yaitu
kata.
4) Personal sosial
1. Ciri-ciri pertumbuhan
1) Pertumbuhan ukuran
2) Proporsi tubuh
2. Ciri-ciri perkembangan
1. Faktor internal
2. Faktor eksternal
Bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain
1.3.2. Tujuan
4. Lingkungan
1.3.4. Klasifikasi
Berdasarkan isi:
3. Skill play
4. Games
5. Unocappied behavior
6. Dramatical play
Pada anak usia 4 tahun terapi bermain yaitu Bermain sepeda roda tiga,
bermain boneka.
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak saat sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
2. Kehilangan kendali
4. Gangguan perkembangan
Pada anak usia 4 tahun reaksi hospitalisasi yaitu anak protes, menangis,
1.5.1. Pengkajian
Untuk umur pasien pada diare akut, sebagian besar adalah anak
dibawah 2 tahun. Insiden paling tinggi pada umur 6-11 bulan karena
akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Tetapi
tidak jarang terjadi juga pada usia remaja hingga dewasa
(Susilaningrum, 2013).
2. Keluhan utama
Biasanya pasien mengalami buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali
sehari dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair
Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
empedu.
(Nursalam, 2018).
tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
6. Riwayat nutrisi
2) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa
dengan gastroenteritis
8. Riwayat Imunisasi
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Berat badan
c. Pemeriksaan Fisik
ujung kaki.
2) Pemeriksaan dada/thorak
3) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi:tidak terdapat lesi/luka Auskultasi : Bising usus
4) Ekstremitas
ekstremitas.
5) Integritas kulit
2. Hipovolemia (D.0023)
4. Hipertermia (D.0130)
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
4 Hipertermia Setelah dilakukan MANAJEMEN
(D.0130) intervensi HIPERTERMIA (I.15506)
keperawatan selama
3x24 jam, maka: Tindakan
Luaran utama: Observasi
termoregulasi
(L.14134) 1. Identifkasi penyebab
Ekspektasi: hipertermi
Membaik 2. Monitor suhu
Kriteria hasil: 3. Monitor haluaran urin
1. Suhu tubuh
membaik (5) Terapeutik
2. Suhu kulit 1. Sediakan lingkungan yang
membaik (5) dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Berikan caran oral
4. Kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen dan
aksila
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena
5 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) intervensi Tindakan
keperawatan selama Observasi
3x24 jam, maka: 1. Lokasi, karakteristik, durasi,
Luaran utama: frekuensi, kualitas, intensitas
Tingkat nyeri nyeri
(L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri
Ekspektasi: 3. Identifikasi respon nyeri non
Menurun verbal
Kriteria hasil: 4. Identifikasi faktor yang
1. Keluhan nyeri memperberat dan
menurun (5) memperingan nyeri
2. Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
(5) keyakinan tentang nyeri
3. Gelisah menurun 6. Identifikasi pengaruh nyeri
(5) pada kualitas hidup
4. Kesulitan tidur 7. Monitor keberhasilan terapi
menurun (5) komplementer yang sudah
5. Muntah menurun diberikan
(5) 8. Monitor efek samping
6. Mual menurun (5) penggunaan analgetik
7. Frekuensi nadi Terapeutik
membaik (5) 1. Berikan teknik
8. Nafsu makan nonfarmakologis untuk
membaik (5) mengurangi rasa nyeri (mis.
9. Pola tidur TENS, hypnosis, akupresur,
membaik (5) terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain, teknik nafas
dalam)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
3. Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk
mengoptimalkan respon
pasien
4. Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
6 Resiko Gangguan Setelah dilakukan PROMOSI
Perkembangan PERKEMBANGAN ANAK
intervensi
(D.0107) Tindakan:
keperawatan selama
Obervasi
3x24 jam
1. Identifikasi kebutuhan
maka khusus anak dan
kemampuan adaptasi anak
Luaran utama:
Status Terapeutik
Penerapan Diagnosa SLKI SIKI Dalam Berbagai Kasus Ed. Revisi Jilid 1.
Yogjakarta: Mediaction
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia