Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

KASUS “TUMOR OTAK (ASTROCYTOMA)”


DI RUANG 7A
RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh

Bayu Abib Dwi Kurniawan


196410009

PRROGAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai tinjauan teoritis kasus
kelolaan individu Stase Keperawatan Anak Profesi Ners dengan gangguan “Tumor Otak
(Astrocytoma)” Di Ruang 7A untuk memenuhi tugas individu Program Studi Profesi Ners
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

Di setujui:

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

(Bayu Abib Dwi Kurniawan)

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

(______________________) (______________________)

Kepala Ruangan

(______________________________)

2
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai tinjauan teoritis kasus
kelolaan individu Stase Keperawatan Anak Profesi Ners dengan gangguan“Tumor Otak
(Astrocytoma)” Di Ruang 7A untuk memenuhi tugas individu Program Studi Profesi Ners
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

Di setujui:

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

(Bayu Abib Dwi Kurniawan)

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

(______________________) (______________________)

Kepala Ruangan

(______________________________)

3
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR OTAK (ASTROCYTOMA)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Tumor intrakranial (termasuk lesi desak ruang) besifat jinak maupun ganas,
timbul dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasal dari jaringan
neuronal, jaringan otak penyokong, sistem retikuloendotelial, lapisan otak, dan
jaringan perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari karsinoma
sistemik. Metastasis otak disebabkan oleh keganasan, sistemik dari kanker paru,
payudara, melanoma, limfoma, dan colon. (Sylvia A. Price. 2006)

Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang didalam tengkorak. Tumor – tumor selalu bertumbuh sebagai
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke
dalam jaringan (Smeltzer and Bare. 2002)

Tumor otak adalah neoplasma pada bagian intracranial SSP. Tumor otak primer
berasal dari otak, sedangkan tumor otak sekunder merupakan pindahan dari
tempat asal lain.( Tucker, susan martin, dkk.2007 )

2. Klasifikasi
Berdasatkan lokasinya, tumor otak dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Tumor intradural
1) Ekstramedular
a) Cleurofibroma
b) Meningioma
2) Intramedular
a) Apendymoma
b) Astrocytoma
c) Oligodendroglioma
d) Hemangioblastoma
b. Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, tiroid, paru–
paru, ginjal dan lambung.

4
3. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu
ditinjau, yaitu :
a. Trauma
Kendati kontroversi, kejadian cedera kepala diduga berperan pada terjadinya
meningioma. Perubahan jaringan meningeal setelah kejadian cedera kepala
terbentuk saat fase penyembuhan sebagai akibat terjadinya inflamasi dan
pelepasan growth factor.
b. Virus
Pada beberapa percobaan laboratorium ditemukan bahwa inokulasi beberapa
virus pada hewan percobaan dapat memicu terjadi tumor saraf pusat. Pada
pemeriksaan imunositokimia meningioma ditemukan antigen Papovavirus,
pada penelitian lain virus Polioma (SV40) yang merupakan subgrup
Papovavirus dapat menyebabkan suatu tumor SSP.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi.
d. Genetik
Frekuensi meningioma diduga berkorelasi dengan Neurofibromatosis tipe 2.
Analisa gen menemukan peran kromosom 22 dalam mengkoding protein
Merlin –suatu protein supresor-, pada meningioma dan NF-2 terdapat
abnormalitas pada kromosom ini.
e. Hormonal
Meningioma pada beberapa literatur dilaporkan berkembang lebih cepat pada
fase siklus menstruasi, kehamilan dan berkorelasi dengan kejadian karsinoma
mamae.

4. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh
dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK).
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi
atau infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut
dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.

5
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi,
invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya
massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor
ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh
perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi
vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan
peningkatan volume intracranial dan meningkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari ataupunn berbulan-bulan untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini meliputi menurunkan volume darah intrakranial,
menurunkan volume CSS, menurunkan kandungan cairan intrasel, dan mengurangi
sel-sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan
herniasi unkus serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi
menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf ke-3.
Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan.(
Batticaca, Fransisca.B. 2008)

5. Manifestasi Klinis
Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdoagnosa secara dini, karena pada
awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan eragukan tapi
umumnya berjalan progresif. Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa :
a. Gejala umum tumor otak :
1) Nyeri Kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang
bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat
saat beraktivitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu
batuk, membungkuk dan mengejan.
2) Muntah

6
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih
sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat
proyektif dan tak disertai dengan mual.
3) Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25%
kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2%
penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab
bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
a) Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
b) Mengalami post iktal paralisis
c) Mengalami status epilepsi
d) Resisten terhadap obat-obat epilepsi
e) Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
f) Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen
dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.
4) Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul
pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan
segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat
dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor
yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun
lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III,
haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.
b. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
1) Lobus frontal
a) Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
b) Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra
lateral, kejang fokal
c) Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
d) Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster
kennedy
e) Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2) Lobus parietal
a) Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym

7
b) Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada
girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
3) Lobus temporal
a) Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang
didahului dengan aura atau halusinasi
b) Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan
hemiparese
c) Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan
gejala choreoathetosis, parkinsonism
4) Lobus oksipital
a) Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan
b) Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
5) Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian
tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan
kabur, dan penurunan kesadaran

6) Tumor di cerebello pontin angie


a) Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
b) Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran
c) Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah
pontin angel
7) Tumor Hipotalamus
a) Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
b) Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism,
gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
8) Tumor di cerebelum
a) Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat
erjadi disertai dengan papil udem
b) Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan
spasme dari otot-otot servikal
9) Tumor fosa posterior

8
a) Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai
dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari
medulloblastoma.

6. Pemeriksaan Diagnostic
Untuk membantu menentukan jejas yang tepat, sebuah deretan pengujian
dilakukan seperti :
a. Pencitraan CT bertujuan untuk memberikan informasi spesifik yang
menyangkut jumlah, ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya edema
serebral sekunder dan juga untuk memberikan informasi tentang ventrikulkar.
b. MRI bertujuan untuk membantu dalam mendiagnosis tumor otak. Ini juga
digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil dan juga untuk
membantu dalam mendeteksi tumor tumor di dalam batang otak dan daerah
hipofisis dimana tulang mengganggu dalam gambaran yang menggunakan CT.
c. Biopsi stereotaktik sebagai alat dengan bantuan computer (tiga dimensi) yang
berfungsi untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar dasar pengobatan dan informasi prognosis.
d. Angiografi, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
e. Elektroensefalogram (EEG) dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada
daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi
lobus temporal pada waktu kejang.
f. Penelitian sitologis pada cairan serebrospinal(CSF) dapat dilakukan untuk
mendeteksi sel sel ganas, karena tumor tumor pada system saraf pusat mampu
menggusur sel sel ke dalam cairan serebrospinal.

7. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor
otak ialah :

a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat
terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga
cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran
cairan serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.

9
d. Epilepsi
e. Metastase ketempat lain

8. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Pembedahan
Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan
untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor
tertentu yang tidak dapat direseksi.
2) Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal.Adapun efek samping : kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorkan.
3) Chemotherapy
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan,
kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang
beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan
astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan
berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi
paliatif.Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam
aliran darah.Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
4) Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase
5) Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,
namun tidak berefek langsung terhadap tumor.
b. Keperawatan
Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intra cranial
adalah :
1) Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
2) Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaan-
perasaan takut yang dialami.
3) Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk meyakinkan
pasien dan mengurangi perasaan takut.
4) Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan
shampo antiseptik dan mencukur daerah kepala.
10
5) Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan
pembedahan, meliputi :
a) Baluatan kepala
b) Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka
c) Menurunnya status mental sementara

Perawatan post operasi, meliputi :

1) Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4 - 6


jam pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika kondisi
stabil pada 24 jam frekuensi pemeriksaan dapat diturunkan setiap 2
samapai 4 jam sekali.
2) Monitor adanya cardiac arrhytmia pada pembedahan fossa posterior akibat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
3) Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar 1.500
cc / hari.
4) Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
5) Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
6) Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran
balik dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
7) Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
8) Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan
darah lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas
darah.
9) Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya :
antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
10) Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.

11
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2) Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman
atau diplopia.
3) Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4) Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan tumor kepala.
5) Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic
test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
6) Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan
fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), dan B6 (Bone).
a) Pernafasan B1 (breath)
- Bentuk dada : normal
- Pola napas : tidak teratur
- Suara napas : normal
- Sesak napas : ya
- Batuk : tidak
- Retraksi otot bantu napas ; ya
- Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
b) Kardiovaskular B2 (blood)

12
- Irama jantung : irregular
- Nyeri dada : tidak
- Bunyi jantung ; normal
- Akral : hangat
- Nadi : Bradikardi
- Tekanana darah Meningkat
c) Persyarafan B3 (brain)
- Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman
atau diplopia.
- Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus temporal
- Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya, pada
lobus frontal
- Pengecapan (lidah) :ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
- Afasia :kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
- Ekstremitas :kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
- GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan
menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan
rentang angka 1- 6 tergantung responnya yaitu :
Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,
misalnya menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-
ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih
jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…,
bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)

13
(1) : Tidak ada respon
Motor (respon motorik)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus
saat diberi rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku
diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi
tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang
nyeri).
(1) : Tidak ada respon
 Perkemihan B4 (bladder)
 Kebersihan : bersih
 Bentuk alat kelamin : normal
 Uretra : normal
 Produksi urin: normal
- Pencernaan B5 (bowel)
 Nafsu makan : menurun
 Porsi makan : setengah
 Mulut : bersih
 Mukosa : lembap
 Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
 Kemampuan pergerakan sendi : bebas
 Kondisi tubuh: kelelahan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
b. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
c. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi
atau interpretasi.
e. Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan dengan kerusakan traktus
sensori dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, dan integrasi

14
f. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
efek kemoterapi dan radioterapi

3. Intervensi

No Diagnosa NIC NOC


Perubahan Perfusi jaringan membaik ditandai - Monitor secara berkala tanda dan
perfusi dengan tanda-tanda vital stabil. gejala peningkatan TIK
jaringan Kriteria hasil :  Kaji perubahan tingkat
serebral - Tekanan perfusi serebral kesadaran, orientasi, memori,
berhubungan >60mmHg, tekanan periksa nilai GCS
dengan intrakranial <15mmHg,  Kaji tanda vital dan
peningkatan tekanan arteri rata-rata 80- bandingkan dengan keadaan
tekanan 100mmHg sebelumnya
intrakranial, - Menunjukkan tingkat  Kaji fungsi autonom: jumlah
pembedahan kesadaran normal dan pola pernapasan, ukuran
tumor, - Orientasi pasien baik dan reaksi pupil, pergerakan
edema - RR 16-20x/menit otot
serebri. - Nyeri kepala berkurang atau  Kaji adanya nyeri kepala,
tidak terjadi mual, muntah, papila edema,
diplopia kejang
- Ukur, cegah, dan turunkan TIK
 Pertahankan posisi dengan
meninggikan bagian kepala
15-300, hindari posisi
telungkup atau fleksi tungkai
secara berlebihan
 Monitor analisa gas darah,
pertahankan PaCO2 35-45
mmHg, PaO2 >80mmHg
 Kolaborasi dalam pemberian
oksigen
- Hindari faktor yang dapat
meningkatkan TIK
 Istirahatkan pasien, hindari
tindakan keperawatan yang
dapat mengganggu tidur
pasien

15
 Berikan sedative atau
analgetik dengan kolaboratif.
 Mengetahui fungsi retikuler
aktivasi sistem dalam batang
otak, tingkat kesadaran
memberikan gambaran adanya
perubahan TIK
 Mengetahui keadaan umum
pasien, karena pada stadium
awal tanda vital tidak
berkolerasi langsung dengan
kemunduran status neurologi
 Respon pupil dapat melihat
keutuhan fungsi batang otak
dan pons
 Merupakan tanda peningkatan
TIK
 Peninggian bagian kepala
akan mempercepat aliran
darah balik dari otak, posisi
fleksi tungkai akan
meninggikan tekanan
intraabomen atau intratorakal
yang akan mempengaruhi
aliran darah balik dari otak
 Menurunnya CO2
menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah
 Memenuhi kebutuhan oksigen
 Keadaan istirahat mengurangi
kebutuhan oksigen
Mengurangi peningkatan TIK
Nyeri Nyeri yang dirasakan berkurang atau - Teliti keluhan nyeri: intensitas,
berhubungan dapat diadaptasi oleh klien karakteristik, lokasi, lamanya,
dengan Kriteria hasil : faktor yang memperburuk dan
peningkatan - Klien mengungkapkan nyeri meredakan
tekanan yang dirasakan berkurang atau - Instruksikan pasien untuk

16
intrakranial. dapat diadaptasi melaporkan nyeri dengan segera
- Klien tidak merasa kesakitan. jika nyeri timbul.
- kompres dingin pada kepala (
Meningkatkan rasa nyaman
dengan menurunkan vasodilatasi
)
- Kolaborasi analgesic (Analgesik
memblok lintasan nyeri, sehingga
nyeri berkurang )
- Observasi adanya tanda-tanda
nyeri non verbal seperti ekspresi
wajah, gelisah,
menangis/meringis, perubahan
tanda vital. (Merupakan
indikator/derajat nyeri yang tidak
langsung yang dialami )

Resiko Diagnosa tidak menjadi masalah - Kaji tekanan darah pasien saat
cedera aktual pasien mengadakan perubahan
berhubungan Kriteria hasil : posisi tubuh
dengan - Pasien dapat - Diskusikan dengan klien tentang
vertigo mengidentifikasikan kondisi- fisiologi hipotensi ortostatik
sekunder kondisi yang menyebabkan - Ajarkan teknik-teknik untuk
terhadap vertigo mengurangi hipotensi ortostatik
hipotensi - Pasien dapat menjelaskan (Melatih kemampuan klien dan
ortostatik metode pencegahan penurunan memberikan rasa nyaman ketika
aliran darah di otak tiba-tiba mengalami hipotensi ortostatik)
yang berhubungan dengan
ortostatik.
- Pasien dapat melaksanakan
gerakan mengubah posisi dan
mencegah drop tekanan di otak
yang tiba-tiba.
- Menjelaskan beberapa episode
vertigo atau pusing.

17
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan System Persyarafan.
Jakarta : Salemba Medika.

Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC

Smeltzer and Bare.2002.“Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8”. Jakarta
: EGC

Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto

Tucker, Susan Marti dkk. 2007. Standart Keperawatan Pasien Perencanaan Kolaborasi &
Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis NANDA,


intervensi NIC, criteria hasil NOC. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai