Disusun Oleh
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai tinjauan teoritis kasus
kelolaan individu Stase Keperawatan Anak Profesi Ners dengan gangguan “Tumor Otak
(Astrocytoma)” Di Ruang 7A untuk memenuhi tugas individu Program Studi Profesi Ners
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Di setujui:
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Mengetahui
(______________________) (______________________)
Kepala Ruangan
(______________________________)
2
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai tinjauan teoritis kasus
kelolaan individu Stase Keperawatan Anak Profesi Ners dengan gangguan“Tumor Otak
(Astrocytoma)” Di Ruang 7A untuk memenuhi tugas individu Program Studi Profesi Ners
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Di setujui:
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Mengetahui
(______________________) (______________________)
Kepala Ruangan
(______________________________)
3
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR OTAK (ASTROCYTOMA)
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang didalam tengkorak. Tumor – tumor selalu bertumbuh sebagai
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke
dalam jaringan (Smeltzer and Bare. 2002)
Tumor otak adalah neoplasma pada bagian intracranial SSP. Tumor otak primer
berasal dari otak, sedangkan tumor otak sekunder merupakan pindahan dari
tempat asal lain.( Tucker, susan martin, dkk.2007 )
2. Klasifikasi
Berdasatkan lokasinya, tumor otak dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Tumor intradural
1) Ekstramedular
a) Cleurofibroma
b) Meningioma
2) Intramedular
a) Apendymoma
b) Astrocytoma
c) Oligodendroglioma
d) Hemangioblastoma
b. Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, tiroid, paru–
paru, ginjal dan lambung.
4
3. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu
ditinjau, yaitu :
a. Trauma
Kendati kontroversi, kejadian cedera kepala diduga berperan pada terjadinya
meningioma. Perubahan jaringan meningeal setelah kejadian cedera kepala
terbentuk saat fase penyembuhan sebagai akibat terjadinya inflamasi dan
pelepasan growth factor.
b. Virus
Pada beberapa percobaan laboratorium ditemukan bahwa inokulasi beberapa
virus pada hewan percobaan dapat memicu terjadi tumor saraf pusat. Pada
pemeriksaan imunositokimia meningioma ditemukan antigen Papovavirus,
pada penelitian lain virus Polioma (SV40) yang merupakan subgrup
Papovavirus dapat menyebabkan suatu tumor SSP.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi.
d. Genetik
Frekuensi meningioma diduga berkorelasi dengan Neurofibromatosis tipe 2.
Analisa gen menemukan peran kromosom 22 dalam mengkoding protein
Merlin –suatu protein supresor-, pada meningioma dan NF-2 terdapat
abnormalitas pada kromosom ini.
e. Hormonal
Meningioma pada beberapa literatur dilaporkan berkembang lebih cepat pada
fase siklus menstruasi, kehamilan dan berkorelasi dengan kejadian karsinoma
mamae.
4. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh
dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK).
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi
atau infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut
dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
5
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi,
invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya
massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor
ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh
perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi
vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan
peningkatan volume intracranial dan meningkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari ataupunn berbulan-bulan untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini meliputi menurunkan volume darah intrakranial,
menurunkan volume CSS, menurunkan kandungan cairan intrasel, dan mengurangi
sel-sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan
herniasi unkus serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi
menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf ke-3.
Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan.(
Batticaca, Fransisca.B. 2008)
5. Manifestasi Klinis
Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdoagnosa secara dini, karena pada
awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan eragukan tapi
umumnya berjalan progresif. Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa :
a. Gejala umum tumor otak :
1) Nyeri Kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang
bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat
saat beraktivitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu
batuk, membungkuk dan mengejan.
2) Muntah
6
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih
sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat
proyektif dan tak disertai dengan mual.
3) Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25%
kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2%
penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab
bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
a) Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
b) Mengalami post iktal paralisis
c) Mengalami status epilepsi
d) Resisten terhadap obat-obat epilepsi
e) Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
f) Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen
dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.
4) Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul
pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan
segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat
dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor
yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun
lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III,
haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.
b. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
1) Lobus frontal
a) Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
b) Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra
lateral, kejang fokal
c) Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
d) Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster
kennedy
e) Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2) Lobus parietal
a) Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
7
b) Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada
girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
3) Lobus temporal
a) Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang
didahului dengan aura atau halusinasi
b) Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan
hemiparese
c) Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan
gejala choreoathetosis, parkinsonism
4) Lobus oksipital
a) Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan
b) Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
5) Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian
tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan
kabur, dan penurunan kesadaran
8
a) Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai
dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari
medulloblastoma.
6. Pemeriksaan Diagnostic
Untuk membantu menentukan jejas yang tepat, sebuah deretan pengujian
dilakukan seperti :
a. Pencitraan CT bertujuan untuk memberikan informasi spesifik yang
menyangkut jumlah, ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya edema
serebral sekunder dan juga untuk memberikan informasi tentang ventrikulkar.
b. MRI bertujuan untuk membantu dalam mendiagnosis tumor otak. Ini juga
digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil dan juga untuk
membantu dalam mendeteksi tumor tumor di dalam batang otak dan daerah
hipofisis dimana tulang mengganggu dalam gambaran yang menggunakan CT.
c. Biopsi stereotaktik sebagai alat dengan bantuan computer (tiga dimensi) yang
berfungsi untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar dasar pengobatan dan informasi prognosis.
d. Angiografi, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
e. Elektroensefalogram (EEG) dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada
daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi
lobus temporal pada waktu kejang.
f. Penelitian sitologis pada cairan serebrospinal(CSF) dapat dilakukan untuk
mendeteksi sel sel ganas, karena tumor tumor pada system saraf pusat mampu
menggusur sel sel ke dalam cairan serebrospinal.
7. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor
otak ialah :
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat
terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga
cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran
cairan serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
9
d. Epilepsi
e. Metastase ketempat lain
8. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Pembedahan
Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan
untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor
tertentu yang tidak dapat direseksi.
2) Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal.Adapun efek samping : kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorkan.
3) Chemotherapy
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan,
kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang
beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan
astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan
berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi
paliatif.Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam
aliran darah.Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
4) Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase
5) Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,
namun tidak berefek langsung terhadap tumor.
b. Keperawatan
Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intra cranial
adalah :
1) Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
2) Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaan-
perasaan takut yang dialami.
3) Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk meyakinkan
pasien dan mengurangi perasaan takut.
4) Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan
shampo antiseptik dan mencukur daerah kepala.
10
5) Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan
pembedahan, meliputi :
a) Baluatan kepala
b) Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka
c) Menurunnya status mental sementara
11
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2) Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman
atau diplopia.
3) Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4) Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan tumor kepala.
5) Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic
test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
6) Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan
fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), dan B6 (Bone).
a) Pernafasan B1 (breath)
- Bentuk dada : normal
- Pola napas : tidak teratur
- Suara napas : normal
- Sesak napas : ya
- Batuk : tidak
- Retraksi otot bantu napas ; ya
- Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
b) Kardiovaskular B2 (blood)
12
- Irama jantung : irregular
- Nyeri dada : tidak
- Bunyi jantung ; normal
- Akral : hangat
- Nadi : Bradikardi
- Tekanana darah Meningkat
c) Persyarafan B3 (brain)
- Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman
atau diplopia.
- Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus temporal
- Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya, pada
lobus frontal
- Pengecapan (lidah) :ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
- Afasia :kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
- Ekstremitas :kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
- GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan
menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan
rentang angka 1- 6 tergantung responnya yaitu :
Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,
misalnya menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-
ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih
jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…,
bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
13
(1) : Tidak ada respon
Motor (respon motorik)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus
saat diberi rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku
diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi
tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang
nyeri).
(1) : Tidak ada respon
Perkemihan B4 (bladder)
Kebersihan : bersih
Bentuk alat kelamin : normal
Uretra : normal
Produksi urin: normal
- Pencernaan B5 (bowel)
Nafsu makan : menurun
Porsi makan : setengah
Mulut : bersih
Mukosa : lembap
Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Kemampuan pergerakan sendi : bebas
Kondisi tubuh: kelelahan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
b. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
c. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi
atau interpretasi.
e. Perubahan persepsi sensori perseptual berhubungan dengan kerusakan traktus
sensori dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, dan integrasi
14
f. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
efek kemoterapi dan radioterapi
3. Intervensi
15
Berikan sedative atau
analgetik dengan kolaboratif.
Mengetahui fungsi retikuler
aktivasi sistem dalam batang
otak, tingkat kesadaran
memberikan gambaran adanya
perubahan TIK
Mengetahui keadaan umum
pasien, karena pada stadium
awal tanda vital tidak
berkolerasi langsung dengan
kemunduran status neurologi
Respon pupil dapat melihat
keutuhan fungsi batang otak
dan pons
Merupakan tanda peningkatan
TIK
Peninggian bagian kepala
akan mempercepat aliran
darah balik dari otak, posisi
fleksi tungkai akan
meninggikan tekanan
intraabomen atau intratorakal
yang akan mempengaruhi
aliran darah balik dari otak
Menurunnya CO2
menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah
Memenuhi kebutuhan oksigen
Keadaan istirahat mengurangi
kebutuhan oksigen
Mengurangi peningkatan TIK
Nyeri Nyeri yang dirasakan berkurang atau - Teliti keluhan nyeri: intensitas,
berhubungan dapat diadaptasi oleh klien karakteristik, lokasi, lamanya,
dengan Kriteria hasil : faktor yang memperburuk dan
peningkatan - Klien mengungkapkan nyeri meredakan
tekanan yang dirasakan berkurang atau - Instruksikan pasien untuk
16
intrakranial. dapat diadaptasi melaporkan nyeri dengan segera
- Klien tidak merasa kesakitan. jika nyeri timbul.
- kompres dingin pada kepala (
Meningkatkan rasa nyaman
dengan menurunkan vasodilatasi
)
- Kolaborasi analgesic (Analgesik
memblok lintasan nyeri, sehingga
nyeri berkurang )
- Observasi adanya tanda-tanda
nyeri non verbal seperti ekspresi
wajah, gelisah,
menangis/meringis, perubahan
tanda vital. (Merupakan
indikator/derajat nyeri yang tidak
langsung yang dialami )
Resiko Diagnosa tidak menjadi masalah - Kaji tekanan darah pasien saat
cedera aktual pasien mengadakan perubahan
berhubungan Kriteria hasil : posisi tubuh
dengan - Pasien dapat - Diskusikan dengan klien tentang
vertigo mengidentifikasikan kondisi- fisiologi hipotensi ortostatik
sekunder kondisi yang menyebabkan - Ajarkan teknik-teknik untuk
terhadap vertigo mengurangi hipotensi ortostatik
hipotensi - Pasien dapat menjelaskan (Melatih kemampuan klien dan
ortostatik metode pencegahan penurunan memberikan rasa nyaman ketika
aliran darah di otak tiba-tiba mengalami hipotensi ortostatik)
yang berhubungan dengan
ortostatik.
- Pasien dapat melaksanakan
gerakan mengubah posisi dan
mencegah drop tekanan di otak
yang tiba-tiba.
- Menjelaskan beberapa episode
vertigo atau pusing.
17
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan System Persyarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC
Smeltzer and Bare.2002.“Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8”. Jakarta
: EGC
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
Tucker, Susan Marti dkk. 2007. Standart Keperawatan Pasien Perencanaan Kolaborasi &
Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC.
18