Nim : 102017007
LAPORAN PENDAHULUAN
TETANUS
A. Pengertian
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena
mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu
tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana
spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot
umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan
paralisis pernapasan.
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti
kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester
dan otot rangka.
B. Etiologi
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x
0,4 – 0,5 milimikron yang berspora termasuk golongan gram positif dan hidupnya
anaerob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini
(tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat.
Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 650 C akan hancur dalam lima menit.
Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang bersifat hemolisis, yang peranannya kurang
berarti dalam proses penyakit.
Sering kali tempat masuk kuman sukar diketahui teteapi suasana anaerob
seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh,
otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yang
menghasilkan endotoksin. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang
didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.
C. Manifestasi Klinis
Masa tunas biasanya 5 - 14 hari, tetapi kadang-kadang sampai beberapa minggu
pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh antiserum. Timbulnya
gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketegangan otot terutama pada
rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena spsme
otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk (opistotonus) dinding perut dan
sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung sering
tampak risus sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran alis tertarik ke atas,
sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran
umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai
dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik.
Serangan timbul paroksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara, cahaya maupun
sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat
terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis
(pada anak). Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir.
D. Patofisiologi
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk
paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi
dapat melalui tali pusat. Organisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanuspasmin
yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan
dan spasme otot, dan mempengaruhi sistem saraf pusat. Eksotoksin yang dihasilkan akan
mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler.
Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat
lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran
darah sangat mudah dinetralkan oleh aritititoksin. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya
toksin adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis
silindrik dibawah ke korno anterior susunan saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh
susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam
susunan saraf pusat. Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-
otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan
dan rata-rata10 hari.
E. Eavluasi Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik, adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang
2. Pemeriksaan darah leukosit 8.000 – 12.000 m/L
3. Pemeriksaan EGC dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler
F. Komplikasi
1. Bronkopneumoni
2. Asfiksia dan sianosis
3. Spame otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saripa) di dalam
rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat
terjadi pneumonia aspirasi.
4. Atelektasis akibat obstruksi
5. Fraktura kompresi
Pathway Tetanus
Referensi
https://id.scribd.com/doc/288377034/Tetanus