Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN KASUS HEAD

INJURY
MAKALAH
bertujuan untuk memnuhi salah satu tugas pokok case analysis method

Disusun oleh:
Dadan Noviandri 102017007
Sandi Sulaeman 102017041

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Alhamdulilah hirabbil ‘alamin wabihi nastainu ala umuridun ya


waddin washolatu ala asrofil anbiyai walmursalain amma’badu. Puji syukur penyusun
panjatkan kehadirat Allah berkat rahmat dan karunia-nya penyusun dapat menyelesaikan
tugas ini dengan sesingkat-singkat. Makalah ini di buat nya tugas ini tidak lepas dari
bantuan teman-teman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
keperawatan medical bedah II dalam studi CAM, dengan adanya makalah ini semoga bisa
memberi manfaat khusunya kepada penyusun umumnya kepada pembaca. Semoga Allah
selalu memudahkan.

Bandung, 25 Feberuari 2019

Penyusun

I
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR............................................................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORETIS........................................................................................3
A. Pengertian Cedera Kepala...........................................................................................3
B. Klasifikasi Cedera Kepala...........................................................................................4
C. Etiologi Cedera Kepala...............................................................................................5
D. Patofisiologi................................................................................................................5
E. Manifestasi Klinis.......................................................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................7
G. Penatalaksaanan...........................................................................................................7
H. Komplikasi...................................................................................................................8
I. Pencegahan..................................................................................................................9
J. Asuhan Keperawatan Head Injury............................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN..........................................13
HEAD INJURY............................................................................................................13
BAB III PENUTUP............................................................................................................24
Kesimpulan.......................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecatatan utama pada
kelompok produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 700.000
mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatn di rumah sakit, dua pertiga
berusia di bawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah
wanita, lebih dari setengah pasien cedera kepala mempunyai signifikasi terhadap
cedera bagian tubuh lainnya.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada pengguna
kendaraan bermotor karena tingginya tingkat mobilitas dan kurangnya kesadaran untuk
menjaga keselamatan di jalan raya. Di samping penerangan di lokasi kejadian dan
selama transportasi ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat
sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya.Lebih dari 50%
kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan bermotor. Setiap
tahun, lebih dari 2 juta orang mengalami cedera kepala, 75.000 diantaranya meninggal
dunia dan lebih dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas.
Kasus trauma terbanyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, disamping
kecelakaan industri, kecelakaan olahraga, jatuh dari ketinggian maupun akibat
kekerasan.Trauma kepala didefinisikan sebagai trauma non degeneratif-non konginetal
yang terjadi akibat ruda paksa mekanis eksteral yang menyebabkan kepala mengalami
gangguan kognitif, fisik dan psikososial baik sementara atau permanen. Trauma kepala
dapat menyebabkan kematian/ kelumpuhan pada usia dini.
 Menurut penelitian nasional Amerika, di bagian kegawatdaruratan menunjukkan
bahwa penyebab primer cedera kepala karena trauma pada anak-anak adalah karena
jatuh, dan penyebab sekunder adalah terbentur oleh benda keras.Penyebab cedera
kepala pada remaja dan dewasa muda adalah kecelakaan kendaraan bermotor dan
terbentur, selain karena kekerasan. Insidensi cedera kepala karena trauma kemudian
menurun pada usia dewasa; kecelakaan kendaraan bermotor dan kekerasan yang
sebelumnya merupakan etiologi cedera utama, digantikan oleh jatuh pada usia >45
tahun.

1
2

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari cedera kepala?
b. Berapa klasifikasi dari cedera kepala?
c. Bagaimana etiologi dari cedera kepala?
d. Bagaimana patofisiologi cedera kepala?
e. Bagaimana manifestasi klinis dari cedera kepala?
f. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan cedera kepala?
g. Bagaimana penatalaksanaancedera kepala?
h. Bagaimana komplikasi cedera kepala?
i. Bagaimana pencegahancedera kepala?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian cedera kepala.
b. Untuk mengetahui klasifikasi cedera kepala.
c. Untuk mengetahui etiologi cedera kepala.
d. Untuk mengetahui patofisiologi cedera kepala.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis cedera kepala.
f. Untuk mengetahui pemeriksaaan penunjang cedera kepala.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan cedera kepala.
h. Untuk mengetahui komplikasi cedera kepala.
i. Untuk mengetahui pencegahan cedera kepala.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS

A. Pengertian Cedera Kepala


Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. Cedera kapala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala,
tengkorak, dan otak.
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung atau
tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang
tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringa otak itu sendiri, serta
mengakibatkan gangguan neurologis.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
Disamping penanganan di lokasi kejadian dan selama transpotasi korban kerumah sakit,
penilaian dan tindakan awal di ruan gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan
dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisis umum
serta neurologis harus dilakukan secara serentak.Pendekatan yang sistematis dapat
mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedara
kepala menjadi ringan segera di tentukan saat pasien tiba di rumah sakit.
Trauma atau cedera kepala juga di kenal sebagai cedera otak adalah gangguan
fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit
neurologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia, dan pengaruh massa karena
hemoragik, serta edema serebral di sekitar jaringan otak.
Cedera kepala, dikenal juga sebagai cedera otak, adalah gangguan fungsi otak
normal karena trauma (trauma tumpul atau trauma tusuk). Defisit neurologis terjadi
karena robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh masa karena hemoragi, serta
edema serebral disekitar jaringan otak. Jenis-jenis cedera otak meliputi komosio,
kontusio serebri, kontusio batang otak, hematoma epidural, hematoma subdural, dan
fraktur tengkorak.

3
4

B. Klasifikasi Cedera Kepala


Klasifikasi cedera kepala yang terjadi melalui dua cara yaitu efek langsung trauma
pada fungsi otak (cedera primer) dan efek lanjutan dari sel-sel otak yang bereaksi
terhadap trauma (cedera sekunder).
1. Cedera primer
Cedera primer, terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada
permukaan otak, lasetasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi.
2. Cedera sekunder
Cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral
dikurangi atau tidak ada pada area cedera.Konsekuensinya meliputi hyperemia
(peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta
vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial dan akhirnya
peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia dan hipotensi.
Trauma kepala diklasifikasikan berdasarkan nilai dari Glasgow Coma Scale
(GCS) nya, yaitu:
a. Ringan
1. GCS = 13 – 15
2. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30
menit.
3. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
b. Sedang
1. GCS = 9 – 12
2. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang
dari 24 jam.
3. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
c. Berat
1. GCS = 3 – 8
2. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
3. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.

C. Etiologi Cedera Kepala


5

Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis kekerasan yaitu jenis
kekerasan benda tumpul dan benda tajam.Benda tumpul biasanya berkaitan dengan
kecelakaan lalu lintas (kecepatan tinggi, kecepatan rendah), jatuh, pukulan benda
tumpul, Sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda tajam (bacok) dan tembakan.
Menurut penelitian Evans di Amerika (1996), penyebab cedera kepala terbanyak
adalah 45% akibat kecelakaan lalu lintas, 30% akibat terjatuh, 10% kecelakaan dalam
pekerjaan,10% kecelakaaan waktu rekreasi,dan 5% akibat diserang atau di pukul.
Kontribusi paling banyak terhadap cedera kepala serius adalah kecelakaan sepeda
motor. Hal ini disebabkan sebagian besar (>85%) pengendara sepeda motor tidak
menggunakan helm yang tidak memenuhi standar. Pada saat penderita terjatuh helm
sudah terlepas sebelum kepala menyentuh tanah, akhirnya terjadi benturan langsung
kepala dengan tanah atau helm dapat pecah dan melukai kepala.
D. Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya, kita mengenal dua macam cedera otak, yaitu cedera
otak primer dan cedera otak sekunder.Cedera otak primer adalah cedera yang terjadi
saat atau bersamaan dengan kejadian trauma, dan merupakan suatu fenomena
mekanik.Umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa kita lakukan
kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sedang sakit bisa mengalami
proses penyembuhan yang optimal.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada
permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi karena terjatuh,
dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang bisa mengakibatkan terjadinya
gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh. Sedangkan cedera otak sekunder
merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan sesudah atau berkaitan dengan cedera
primer dan lebih merupakan fenomena metabolik sebagai akibat, cedera sekunder dapat
terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area
cedera. Cedera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya, bila trauma ekstra kranial
akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala selanjutnya bisa perdarahan
karena mengenai pembuluh darah. Karena perdarahan yang terjadi terus-menerus dapat
menyebabkan hipoksia, hiperemi peningkatan volume darah pada area peningkatan
permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi
intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK), adapun, hipotensi.
6

Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkan robekan dan terjadi
perdarahan juga. Cedera kepala intra kranial dapat mengakibatkan laserasi, perdarahan
dan kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial
terutama motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas (Brain,
2009).
E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera
otak.
1. Cedera kepala ringan
a. Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah cedera.
b. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
c. Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku
Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu atau
lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
2. Cedera kepala sedang
a. Kelemahan pada salah satu tu buh yang disertai dengan kebingungan atau
hahkan koma.
b. Gangguan kesadaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit
neurologik, perubahan TTV, gangguan penglihatan dan pendengaran,
disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala, vertigo dan gangguan
pergerakan.
3. Cedera kepala berat
a. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah
terjadinya penurunan kesehatan.
b. Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya cedera
terbuka, fraktur tengkorak dan penurunan neurologik.
c. Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur.
d. Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area
tersebut.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos tengkorak (skull X-ray)
Untuk mengetahui lokasi dan tipe fraktur.
7

2. Angiografi cerebral
Bermanfaat untuk memperkirakan diagnosis adanya suatu pertumbuhan intrakranial
hematoma.
3. CT-Scan
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya perdarahan intrakranial, edema kontosio
dan pergeseran tulang tengkorak.
4. Pemeriksaan darah dan urine.
5. Pemeriksaan MRI
6. Pemeriksaan fungsi pernafasan
Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang penting diketahui
bagi penderita dengan cidera kepala dan pusat pernafasan (medulla oblongata).
7. Analisa Gas Darah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.
G. Penatalaksaanan
Penanganan medis pada kasus cedera kepala yaitu :
1. Stabilisasi kardio pulmoner mencakup prinsip-prinsip ABC (Airways-Brething-
Circulation). Keadaan hipoksemia, hipotensi, anemia, akan cenderung memper-
hebat peninggian TIK dan menghasilkan prognosis yang lebih buruk.
2. Semua cedera kepala berat memerlukan tindakan inkubasi pada kesempatan
pertama.
3. Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cedera atau gangguan-
gangguan di bagian tubuh lainnya.
4. Pemeriksaan neurologos mencakup respon mata, motorik, verbal, pemeriksaan
pupil, refleks okulor sefalik dan reflel okuloves tubuler. Penilaian neurologis
kurang bermanfaat bila tekanan darah penderita rendah (syok).
5. Pemberian pengobatan seperti : antiedemaserebri, anti kejang dan natrium
bikarbonat.
6. Tindakan pemeriksaan diagnostik seperti : scan tomografi, komputer otak,
angiografi serebral, dan lainnya.
Penanganan non medis pada cedera kepala, yaitu:
1. Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.
2. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
8

3. Pemberian analgetik.
4. Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol 20%, glukosa
40% atau gliserol.
5. Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidazole.
6. Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam pertama
dari terjadinya kecelakaan) 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
Prinsip penanganan awal pada pasien cedera kepala meliputi survei primer dan
survei sekunder. Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang diprioritaskan
antara lain airway, breathing, circulation, disability, dan exposure, yang kemudian
dilanjutkan dengan resusitasi. Pada penderita cedera kepala khususnya dengan cedera
kepala beratsurvei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak sekunder dan
mencegah homeostasis otak.
H. Komplikasi
Rosjidi (2007), kemunduran pada kondisi klien diakibatkan dari perluasan
hematoma intrakranial edema serebral progresif dan herniasi otak, komplikasi dari
cedera kepala adalah;
1. Edema pulmonal
Komplikasi yang serius adalah terjadinya edema paru, etiologi mungkin berasal
dari gangguan neurologis atau akibat sindrom distress pernafasan dewasa. Edema
paru terjadi akibat refleks cushing/perlindungan yang berusaha mempertahankan
tekanan perfusi dalam keadaan konstan. Saat tekanan intrakranial meningkat
tekanan darah sistematik meningkat untuk mencoba mempertahankan aliran darah
keotak, bila keadaan semakin kritis, denyut nadi menurun bradikardi dan bahkan
frekuensi respirasi berkurang, tekanan darah semakin meningkat. Hipotensi akan
memburuk keadaan, harus dipertahankan tekanan perfusi paling sedikit 70 mmHg,
yang membutuhkan tekanan sistol 100-110 mmHg pada penderita kepala.
Peningkatan vasokonstriksi tubuh secara umum menyebabkan lebih banyak darah
dialirkan ke paru, perubahan permiabilitas pembulu darah paru berperan pada
proses berpindahnya cairan ke alveolus. Kerusakan difusi oksigen akan
karbondioksida dari darah akan menimbulkan peningkatan TIK lebih lanjut.
2. Kejang
9

Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak akut selama fase
akut.Perawat harus membuat persiapan terhadap kemungkinan kejang dengan
menyediakan spatel lidah yang diberi bantalan atau jalan nafas oral disamping
tempat tidur klien, juga peralatan penghisap.Selama kejang, perawat harus
memfokuskan pada upaya mempertahankan, jalan nafas paten dan mencegah
cedera lanjut.Salah satunya tindakan medis untuk mengatasi kejang adalah
pemberian obat, diazepam merupakan obat yang paling banyak digunakan dan
diberikan secara perlahan secara intavena.Hati-hati terhadap efek pada sistem
pernafasan, pantau selama pemberian diazepam, frekuensi dan irama pernafasan.
3. Kebocoran cairan serebrospinalis
Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur
tengkorak basilar bagian petrosus dari tulangan temporal akan merobek meninges,
sehingga CSS akan keluar. Area drainase tidak boleh dibersihkan, diirigasi atau
dihisap, cukup diberi bantalan steril di bawah hidung atau telinga.Instruksikan klien
untuk tidak memanipulasi hidung atau telinga.
4. Hipoksia
5. Gangguan mobilitas
6. Hidrosefalus
7. Oedem otak
8. Dipnea
I. Pencegahan
Upaya pencegahan cedera kepala pada dasarnya adalah suatu tindakan pencegahan
terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang berakibat trauma.
Upaya yang dilakukan yaitu :
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu upaya pencegahan sebelum peristiwa terjadinya
kecelakaan lalu lintas seperti untuk mencegah faktor-faktor yang menunjang
terjadinya cedera seperti pengatur lalu lintas, memakai sabuk pengaman, dan
memakai helm.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan saat peristiwa terjadi yang
dirancang untuk mengurangi atau meminimalkan beratnya cedera yang terjadi.
Dilakukan dengan pemberian pertolongan pertama, yaitu :
10

1. Memberikan jalan nafas yang lapang (Airway).


Gangguan oksigenasi otak dan jaringan vital lain merupakan pembunuh
tercepat pada kasus cedera.Untuk menghindari gangguan tersebut penanganan
masalah airway menjadi prioritas utama dari masalah yang lainnya.Beberapa
kematian karena masalah airway disebabkan oleh karena kegagalan mengenali
masalah airway yang tersumbat baik oleh karena aspirasi isi gaster maupun
kesalahan mengatur posisi sehingga jalan nafas tertutup lidah penderita
sendiri.Pada pasien dengan penurunan kesadaran mempunyai risiko tinggi
untuk terjadinya gangguan jalan nafas, selain memeriksa adanya benda asing,
sumbatan jalan nafas dapat terjadi oleh karena pangkal lidahnya terjatuh ke
belakang sehingga menutupi aliran udara ke dalam paru.Selain itu aspirasi isi
lambung juga menjadi bahaya yang mengancam airway.
2. Memberi nafas atau nafas buatan (Breathing)
Tindakan kedua setelah meyakini bahwa jalan nafas tidak ada
hambatanadalah membantu pernafasan. Keterlambatan dalam mengenali
gangguan pernafasan dan membantu pernafasan akan dapat menimbulkan
kematian.
3. Menghentikan perdarahan (Circulations).
Perdarahan dapat dihentikan dengan memberi tekanan pada tempat yang
berdarah sehingga pembuluh darah tertutup.Kepala dapat dibalut dengan ikatan
yang kuat.Bila ada syok, dapat diatasi dengan pemberian cairan infus dan bila
perlu dilanjutkan dengan pemberian transfusi darah.Syok biasanya disebabkan
karena penderita kehilangan banyak darah.
c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang
lebih berat, penanganan yang tepat bagi penderita cedera kepala akibat kecelakaan
lalu lintas untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan
hidup.Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita,
meneruskan pengobatan serta memberikan dukungan psikologis bagi
penderita.Upaya rehabilitasi terhadap penderita cedera kepala akibat kecelakaan
lalu lintas perlu ditangani melalui rehabilitasi secara fisik, rehabilitasi psikologis
dan sosial.
1. Rehabilitasi Fisik
11

a. Fisioterapi dan latihan peregangan untuk otot yang masih aktif pada lengan
atas dan bawah tubuh.
b. Perlengkapan splint dan kaliper.
c. Transplantasi tendon
2. Rehabilitasi Psikologis
Pertama-tamadimulai agar pasien segera menerima ketidakmampuannya
dan memotivasi kembali keinginan dan rencana masa depannya.Ancaman
kerusakan atas kepercayaan diri dan harga diri datang dari ketidakpastian
financial, sosial serta seksual yang semuanya memerlukan semangat hidup.
3. Rehabilitasi Sosial
a. Merancang rumah untuk memudahkan pasien dengan kursi roda, perubahan
paling sederhana adalah pada kamar mandi dan dapur sehingga penderita ti
dak ketergantungan terhadap bantuan orang lain.
b. Membawa penderita ke tempat keramaian (bersosialisasi dengan
masyarakat).

J. Asuhan Keperawatan Head Injury

KASUS

Tn. A dibawa ke UGD RSHS dengan keadaan tidak sadar. Menurut pengantarnya, Tn.A
mengalami kecelakaan lalu lintas yaitu pada saat mengendarai sepeda motor dengan
kecepatan tinggi dan tidak menggunakan helm pelindung, tiba-tiba menabrak truk bagian
belakang karena truk tersebut tiba-tiba mengerem mendadak sehingga dahi terbentur cukup
12

keras. Setelah menabrak kemudian sempat terpental dan terjatuh ke arah kiri sehingga
kepalanya kembali membentur aspal. Sebelum pingsan pasien sempat muntah 1x.
Hasil Pemfis nilai GCS 5 (E2M2V1), dahi robekdan berdarah sekitar 9 cm horizontal,
memar disekitar kedua pelipis dan hidung, kedua kelopak mata pasien agak memar
kebiruan pupil anisokor, diameter pupil sebelah kanan melebar 10 cm, refleks cahaya (-)
dan sebelah kiri 5 mm refleks cahaya (+). Dari telinga keluar sebelah kiri keluar darah dan
sebagian sudah mengering.
Pada pemeriksaan TTV, TD 160/100 mmHg, Nadi 60 x/menit, respirasi 30 x/menit.
Dilakukan manajemen: posisi tidur head up 30º, terpasang kateter dan infus NaCl 0,9%, 15
gtt/menit kemudian diberi cairan manitol 200 cc guyur tiap 6 jam (4x200 cc), hasil foto
rontgen kepala tampak adanya hematom sub dural sebelah kiri temporal, selanjutnya
pasien di rawatt di Neurosurgical Intensif Unit.
13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HEAD INJURY

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. A
Tanggal Lahir : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Status : Tidak terkaji
Nomor RM : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Head Injury
Tanggal Pengkajian : 9 April 2019
Tanggal Masuk RS : Tidak terkaji

2. Identitas Penanggung Jawab Pasien


Nama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Hubungan dengan Pasien : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji

3. Riwayat Kesehatan
14

a. Keluhan Utama:
Penurunan kesadaran
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. A dibawa ke UGD RSHS dengan keadaan tidak sadar.
Menurut pengantarnya, Tn. A mengalami kecelakaan lalu lintas
yaitu pada saat mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi
dan tidak menggunakan helm pelindung, tiba-tiba menabrak
kemudian sempat tepental dan terjatuh ke arah kiri sehingga
kepalanya kembali membentur aspal. Sebelum pingsan pasien
sempat muntah 1x.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak Terkaji
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Terkaji

4. Riwayat Psikososial Spiritual


a. Data Psikologis
Tidak terkaji.
b. Data Sosial
Tidak terkaji.
c. Data Spiritual
1) Praktik Ibadah Di Rumah
Tidak terkaji
2) Praktik Ibadah Di Rumah Sakit
Tidak terkaji.
3) Hubungan Kesehatan Dan Spiritual
Tidak terkaji
4) Konsep Ketuhanan
Tidak terkaji
5) Makna Hidup
Tidak terkaji
6) Support Sistem dan Dukungan
15

Tidak terkaji
7) Sumber Harapan Dan Kekuatan
Tidak terkaji
8) Dukungan Komunitas
Tidak terkaji
5. Riwayat Activity Daily Living (ADL)
No Kebiasaan di rumah di rumah sa kit
1 Nutrisi  Tidak terkaji  Tidak terkaji
Makan
 Jenis
 Frekuensi
 Porsi
 Keluhan
Minum  Tidak terkaji  Tidak terkaji
 Jenis
 Frekuensi
 Jumlah (cc)

 Keluhan
2 Eliminasi  Tidak terkaji  Tidak terkaji
BAB
 Frekuensi
 Warna
 Konsistensi
 Keluhan
BAK  Tidak terkaji  Terpasang
 Frekuensi kateter
 Warna
 Jumlah (cc)
 Keluhan
3 Istirahat dan tidur  Tidak terkaji  Tidak terkaji
 Waktu tidur
o Malam,
pukul

o Siang, pukul
 Lamanya
 Keluhan
4 Kebiasaan diri  Tidak terkaji  Tidak terkaji
 Mandi
 Perawatan kuku
 Perawatan gigi
16

No Kebiasaan di rumah di rumah sa kit


 Perawatan
rambut
 Ketergantungan
 Keluhan

Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum : Tidak sadar
Kesadaran : Sopor GCS 5 (E:2 M:2 V:1)
Tanda-tanda vital : TD = 160/100 mmHg
HR = 60 kali/menit
RR = 30 kali/menit
S = Tidak terkaji
Status Antopometri : BB = Tidak terkaji
TB = Tidak terkaji
IMT = Tidak terkaji

b. Sistem Pernapasan
RR kalien 30x/ menit, terdapat memar disekitar hidung.
c. Sistem Kardiovaskular
Tidak terkaji
d. Sistem Pencernaan
Tidak Terkaji
e. Sistem Endokrin
Tidak Terjadi

f. Sistem Perkemihan
Pasien terpasang kateter

g. Sistem Persarafan

Kedua kelopak mata pasien agak memar kebiruan, pupil anisokor,


diameter pupil sebelah kanan melebar 10 cm reflek cahaya (-) dan
sebeleh kiri 5cm reflek cahaya (+),
17

h. Sistem Muskuloskeletal
Ekstermitas Atas : Terpasang infus NaCl 0,9 dan Manitol 200cc
Ekstermitas Bawah : Tidak terkaji

i. Sistem Integumen
Kelopak mata memar kebiruan, dahi robek dan berdarah 9cm
horizontal, memar disekitar kedua pelipis dan hidung.
j. Sistem Sensori/persepsi
Telinga sebelah kiri keluar darah dan sebagian sudah mengering.

Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Rongent
Dibagian subdural sebelah kiri dan temporal terdapat hematom.
b. Pemeriksaan Radiologi
Data tidak terkaji
c. Pemeriksaan Labolatorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Tidak Terkaji Tidak Terkaji Tidak Terkaji Tidak Terkaji

d. Program Terapi
Cara
Nama obat Golongan Dosis Fungsi
pemberian

Cairan diuretik Intravena 4x 200 cc Menurukan tekanan


18

dalam kepala ketika


meningkat akibat
manitol Tiap 6 jam
tumor, perdarahan
dan lain-lain.
Untuk
15 mengembalikan
Infus NaCl Cairan Intravena
gtt/menit keseimbangan
elektrolit dehidrasi

B. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DO : Kecelakaan Lalu lintas Penurun
 GCS 5 (sopor) Trauma kepala kapasitas adatif
 Pupil anisokor intrakranial

 TD : 160/100 Rusaknya tulang kranial

mmHg Otak

 RR : 30x/mnt
 Hasil foto rontgent Perdarahan

kepala tampak
adanya hematom Pengumpulann darah di

subdural sebelah otak

kiri dan kanan


Menekan bagian otak

DS : Menurut Kerja otak menurun

pengantarnya, Tn.A sehingga kurang dalam

muntah sebanyak 1x memahami stimulus

Penurunan adaptif
intracranial

2. DO : RR 30 x/menit Trauma kepala Ketidakefektifa


DS : Data tidak terkaji Rusaknya tulang kranial n pola nafas
19

Otak

Perdarahan

Pengumpulann darah di
otak

Menekan bagian otak

Kerja otak menurun

Penekanan sistem syaraf


pernapasan

Perubahan pola napas

RR menjadi meingkat

Ketidakefektifan Pola
napas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Penurunan adaptif intrakranial bd dengan cedera kepala

2. Ketidakefektifan pola nafas b.d Trauma kepala


Diagnosa yang mungkin muncul yaitu :
1. Kerusakan Integritas Kulit b.d Faktor Mekanik
2. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma
20

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn. A Ruangan : Neurosugical
Intensif Unitt
No. Medrek : - Diagnosa Medis : Head Injury

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan adaptif Setelah dilakukan tindakan 2x24 1. Monitor tanda-tanda vital dan tingkat
intrakranial bd jam pasien dapat tekanan kesadaran GCS tiap 4 jam
dengan cedera kepala intraknial menurun 2. Amati pupil ukuran, ketajaman, dan reaksi
Dengan kriteria hasil : terhadap cahaya
- Tekanan darah normal 3. Kolaborasi dengan Farmakologi : terapi
120/80 mmHg pemberian NaCl 0,9% (15 gtt/menit).
- GCS meningkat terapi pemberian manitol 200cc guyur tiap
- Hematom subdural 6 jam (4x200)
sebelah kiri dan temporal 4. posisikan pasien tidur head up 30*
berkurang 5. Kolaborasi dengan dokter
- Reflek pupil membaik saat
diberi cahaya
21

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

2 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan 2 x24 1. Beri Oksigen 1. Pemberian oksigen secara adekuat
nafas bd gangguan jam pasien dapat dapat mensuplai dan memberikan
2. Observasi fungsi pernapasan, dispnea, atau
neurologis (trauma Dengan kriteria hasil : cadangan oksigen, sehingga mncegah
perubahan tanda-tanda vital.
kepala) - Frekuensi pernafasan terjadinya hipoksia..
normal 14-20x/menit 3. Kaji Sianosis Perifer.
2. Pernapasan dan perurabahan pada
tanda vital dapat terjadi akibat stres
fisiologi dan nyeri atau dapat
menunjukan kejadian syok
sehubungan dengan syok.

3. Pucat menunjukkan terjadinya


perfusi perifer akibat kekurangan
Oksigen.
22
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan perytapasien cedera kepala. Dimana hal ini dapat dipengaruhi
oleh efek buruk cedera kepala karena melalui mekanisme langsung dan tidak
langsung. Pengaruh secara langsung terjadi beberapa saat setelah trauma
terjadi sedangkan trauma secara tidak langsung merupakan cedera otak
sekunder yang bisa terjadi beberapa jam setelah kejadian bahkan beberapa hari
setelah penderita terpapar trauma. Cedera otak sekunder terjadi karena
perubahan aliran darah ke otak dan juga terjadi peningkatan tekanan
intrakranial karena meningkatnya volume isi kepala. Kedua mekanisme
tersebut memperberat cedera otak yang sudah ada.Cedera otak bisa
menimbulkan dampak fisik, kognitif, emosi dan sosial. Prognosis cedera otak
bisa sangat bervariasi dari mulai sembuh total sampai cacat menetap bahkan
kematian.

23
DAFTAR PUSTAKA

 http://eprints.ums.ac.id/22036/2/04._BAB_I.pdf. Diakses pada tanggal 09 201


pukul 11.47 WIB

 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25734/4/Chapter%20I.pdf.
Diakses pada tanggal 08 April 2019 pukul 11.48 WIB

Kozier, Berman dan Audrey. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi
5. Jakarta: EGC
Sylvia, Price dan Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 6. Vol. 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, dan Bare, BG. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Alih bahasa: Kuncara. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai