Anda di halaman 1dari 52

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

TENTANG
“ CIDERA KEPALA BERAT ”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. ANGGITA ZILAPUTRI
2. DESTI SARTIKA
3. GEBI GIADE
4. BENI SUBIANTO
5. RONALDO ADI S

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
T. A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul “asuhan
keperawatan kegawatdaruratan maternal dan neonatal persalinan sungsang””.
Dalam proses penulisan tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan doa
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang tulus kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. marlin s.kep, m.kep, selaku dosen pengajar mata kuliah keperawatan
kegawatdaruratan maternitas program studi ilmu keperawatan fakultas ilmu
kesehatan universitas dehasen bengkulu.
3. Informan yang telah sangat membantu penulis dengan memberikan
informasi yang sangat dibutuhkan
4. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan fakultas ilmu kesehatan
universitas dehasen bengkulu.
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan. Semoga semua bermanfaat bagi kita, Amin.

Bengkulu, Desember 2019

Kelompok 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecatatan
utama pada kelompok produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas. Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan lebih
dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatn di
rumah sakit, dua pertiga berusia di bawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki
lebih banyak dibandingkan jumlah wanita, lebih dari setengah pasien cedera
kepala mempunyai signifikasi terhadap cedera bagian tubuh lainnya.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada
pengguna kendaraan bermotor karena tingginya tingkat mobilitas dan
kurangnya kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan raya. Di samping
penerangan di lokasi kejadian dan selama transportasi ke rumah sakit,
penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan
penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya.Lebih dari 50% kematian
disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan bermotor. Setiap
tahun, lebih dari 2 juta orang mengalami cedera kepala, 75.000 diantaranya
meninggal dunia dan lebih dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami
disabilitas.
Kasus trauma terbanyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,
disamping kecelakaan industri, kecelakaan olahraga, jatuh dari ketinggian
maupun akibat kekerasan.Trauma kepala didefinisikan sebagai trauma non
degeneratif-non konginetal yang terjadi akibat ruda paksa mekanis eksteral
yang menyebabkan kepala mengalami gangguan kognitif, fisik dan
psikososial baik sementara atau permanen. Trauma kepala dapat
menyebabkan kematian/ kelumpuhan pada usia dini.
Menurut penelitian nasional Amerika, di bagian kegawatdaruratan
menunjukkan bahwa penyebab primer cedera kepala karena trauma pada
anak-anak adalah karena jatuh, dan penyebab sekunder adalah terbentur oleh
benda keras.Penyebab cedera kepala pada remaja dan dewasa muda adalah
kecelakaan kendaraan bermotor dan terbentur, selain karena kekerasan.
Insidensi cedera kepala karena trauma kemudian menurun pada usia dewasa;
kecelakaan kendaraan bermotor dan kekerasan yang sebelumnya merupakan
etiologi cedera utama, digantikan oleh jatuh pada usia >45 tahun.

3
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari cedera kepala?
b. Berapa klasifikasi dari cedera kepala?
c. Bagaimana etiologi dari cedera kepala?
d. Bagaimana patofisiologi cedera kepala?
e. Bagaimana manifestasi klinis dari cedera kepala?
f. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan cedera kepala?
g. Bagaimana penatalaksanaancedera kepala?
h. Bagaimana komplikasi cedera kepala?
i. Bagaimana pencegahancedera kepala?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian cedera kepala.
b. Untuk mengetahui klasifikasi cedera kepala.
c. Untuk mengetahui etiologi cedera kepala.
d. Untuk mengetahui patofisiologi cedera kepala.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis cedera kepala.
f. Untuk mengetahui pemeriksaaan penunjang cedera kepala.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan cedera kepala.
h. Untuk mengetahui komplikasi cedera kepala.
i. Untuk mengetahui pencegahan cedera kepala.

4
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i


TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 1

I. KONSEP DASAR TEORICIDERA KEPALA ......................................... 1


A. Definisi .................................................................................................... 1
B. Insiden ..................................................................................................... 1
C. Etiologi .................................................................................................... 2
D. Faktor Resiko .......................................................................................... 2
E. Anatomi Fisiologi ................................................................................... 2
F. Patofisiologi ............................................................................................ 7
G. WOC ....................................................................................................... 9
H. Tanda Dan Gejala ................................................................................... 10
I. Klasifikasi ............................................................................................... 10
J. Test Diagnostik ....................................................................................... 11
K. Penanganan ............................................................................................. 12
L. Komplikasi .............................................................................................. 13
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................
A. Pengertian Asuhan Keperawatan ............................................................ 15
B. Tujuan dan manfaat asuhan keperawatan ............................................... 16
C. Tahap Asuhan Keperawatan ................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

I
TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR TEORI CEDERA KEPALA

A. DEFINISI
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas (Mansjoer, A. 2011).
Cidera kepala merupakan trauma yang mengenai otak yang dapat
mengakibatkan perubahan fisik intelektual, emosional, dan sosial. Trauma tenaga
dari luar yang mengakibatkan berkurang atau terganggunya status kesadaran dan
perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik dan emosional (Judha & Rahil,
2011).
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi-decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk di pengaruhi oleh
perubahan peningkatan dan percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta
notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat
perputaran pada tindakan pencegahan (Rendy, 2012)

B. INSIDEN
Angka kejadian pasti dari cedera kepala sulit ditentukan karena berbagai
faktor, misalnya sebagian kasus-kasus yang fatal tidak pernah sampai ke rumah
sakit, dilain pihak banyak kasus yang ringan tidak datang pada dokter kecuali
bila kemudian timbul komplikasi. Sebanyak 480.000 kasus per tahun
diperkirakan sebagai insiden cedera kepala yang nyata yang memerlukan
perawatan di rumah sakit. Cedera kepala paling banyak terjadi pada laki-laki
berumur antara 15-24 tahun, dimana angka kejadian cedera kepala pada lakilaki
(55,4%) lebih banyak dibandingkan perempuan, ini diakibatkan karena mobilitas
yang tinggi dikalangan usia produktif (Riskesdas, 2015).

1
2

C. ETIOLOGI
Penyebab cedera kepala terdiri dari kecelakaan kendaraan bermotor,
jatuh, kecelakaan industri, serangan dan yang berhubungan dengan olah raga,
trauma akibat persalinan. Menurut Mansjoer (2011), cidera kepala penyebab
sebagian besar kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan
sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.

D. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko yang dapat memicu terjadinya cedera kepala ringan adalah:
1. Bayi dan anak-anak berusia 0-4 tahun
2. Remaja dan orang dewasa muda, berumur antara 15 hingga 25
3. Orang dewasa dan lansia berumur 75 dan lebih
4. Pernah terjatuh
5. Mengikuti olahraga berisiko tinggi seperti sepak bola, hockey, tinju, bela
diri,dan lainnya
6. Berolahraga tanpa peralatan dan pengawasan yang memadai
7. Pernah mengalami kecelakaan kendaraan bermotor
8. Pernah ditabrak sepeda atau kendaraan bermotor
9. Tentara yang ikut berperang
10. Pernah menjadi korban kekerasan fisik
11. Pernah mengalami cedera kepala sebelumny(Judha dan Rahil 2011)

E. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi
1. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skinatau
kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosisatau galea
aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan
pericranium Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii.
Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal
3

dan oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini
dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat
melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan
deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior
tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang
bagi bagian bawah batang otak dan serebelum .
2. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3
lapisan yaitu :
a. Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu
lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Dura mater merupakan selaput
yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada
permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat padaselaput
arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang
subdura) yang terletak antara dura mater dan arachnoid, dimana sering
dijumpai perdarahan subdural.
b. Selaput Arakhnoid
Selaput arachnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus
pandang.Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan
dura mater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari
dura mater oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari pia
mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis.
Perdarahan sub arakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala.
c. Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater
adarah membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi
gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam.Membrana ini
membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya.Arteri-arteri
yang masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh pia mater.
4

3. Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang
dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; Proensefalon
(otak depan) terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak
tengah) dan rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula
oblongata dan serebellum. Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus.
Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat
ekspresi bicara.Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan
orientasi ruang.Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu. Lobus
oksipital bertanggungjawab dalam proses penglihatan. Mesensefalon dan pons
bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran
dan kewapadaan.Pada medula oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik.
Serebellum bertanggungjawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan.
4. Cairan Serebrospinal (CSS)
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel
lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III, akuaduktus dari sylvius
menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui
granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya
darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga
mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan
intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS
sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.
5. Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang
supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan
ruang infratentorial (berisi fosa kranii posterior).
5

6. Vaskularisasi otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri
vertebralis.Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak
dan membentuk circulus Willisi.Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan
otot didalam dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup.Vena
tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.
Fisiologi
Menurut judha dan rahil (2011) otak merupakan pusat dari
keseluruhan tubuh. Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh
serta menunjang kesehatan mental. Sebaliknya, apabila otak anda terganggu,
maka kesehatan tubuh dan mental anda bisa ikut terganggu. Seperti terlihat
pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1 Cerebrum ( Otak Besar )
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga
disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak depan.
Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia
denganbinatang. Cerebrum membuat manusia memiliki lesaian
kemampuan berfikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan,
memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ anda juga
ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat)
bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan
bagian lekukan yang menyerupai parit disebut suleus. Keempat lobus
tersebut masing-masing adalah: lobus frontal, lobus pariental, lobus
occipital dan lobus temporal (Judha & Rahil, 2011).
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan
dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat
alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah,
memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual
dan kempuan bahasa secara umum.
6

Lobus Pariental berada di tengah, berhubungan dengan proses


sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.Lobus Temporal
berada di bagianbawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.Lobus Occipital ada
di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang
memungkinkan manusia mampumelakukan interprestasi terhadap objek
yang ditangkap oleh retina mata.
2 Cerebellum (Otak Kecil)
Menurut Judha dan Rahil (2011) otak kecil atau Cerebellum.
Terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas.
Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:
mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi
otot dan gerakan tubuh. Otak kecil juga menyimpan dan melaksanakan
serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai
mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan
gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak
terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan
ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
3 Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau
rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung
atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur suhu tubuh,
mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia
yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya. Batang otak
dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang
otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur “perasaan
teritorial” sebagai insting primitif. Contahnya anda akan merasa tidak
nyaman atau terancam ketika orang yang tidak anda kenal terlalu dekat
dengan anda.
7

Batang otak terdiri dari 3bagian, yaitu:


a. Mesencephalon atau otak tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas
dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak
tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan
mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran.
b. Medulla Oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah
kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya.
Medulla mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung,
sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.Pons merupakan stasiun
pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan
formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau
tertidur.
c. Limbic System (Sistem Limbik)Sistem limbik terletak dibagian tengah
otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari
bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh
hewan mamalia(Judha dan Rahil, 2011)

F. PATOFISIOLOGI
Cedera kepala atau trauma kapitis lebih sering terjadi daripada trauma
tulang belakang. Trauma dapat timbul akibat gaya mekanik maupun non
mekanik. Kepala dapat dipukul, ditampar, atau bahkan terkena sesuatu yang
keras. Tempat yang langsung terkena pukulan atau penyebab tersebut dinamakan
dampak atau impact. Pada impact dapat terjadi (1) indentasi, (2) fraktur linear,
(3) fraktur stelatum, (4) fraktur impresi, atau bahkan (5) hanya edema atauapapun
tidak terdapat pada penderita tersebut. Sedangkan kemungkinan lain yang terjadi
adalah penurunan kesadaran untuk waktu yang lama. Derajat kesadaran tersebut
ditentukan oleh integirtas diffuse ascending reticular system. Lintasan tersebut
bisa tidak berfungsi sementara tanpa mengalami kerusakan yang irreversibel.
Batang otak yang pada ujung rostral bersambung dengan medula spinalis mudah
8

terbentang dan teregang waktu kepala bergerak secara cepat dan mendadak.
Gerakan cepat dan mendadak itu disebut akselerasi. Peregangan menurut poros
batak otak ini dapat menimbulkan blokade reversibel pada lintasan retikularis
asendens difus, sehingga selama itu otak tidak mendapat input aferen, yang
berarti bahwa kesadaran menurun sampai derajat yang terendah (Mardjono &
Sidharta, 2010) perdarahan subkutan saja. Fraktur yang paling ringan ialah
fraktur linear. Jika gaya destruktifnya lebih kuat, dapat timbul fraktur stelatum
atau fraktur impresi (Mardjono & Sidharta, 2010). Selain hal-hal tersebut, saraf-
saraf otak dapat terkena oleh trauma kapitis karena (1) trauma langsung, (2)
hematom yang menekan pada saraf otak, (3) traksi terhadap saraf otak ketika
otak tergeser karena akselerasi, atau (4) kompresi serebral traumatik akut yang
secara sekunder menekan pada batang otak. Pada trauma kapitis dapat terjadi
komosio, yaitu pingsan sejenak dengan atau tanpa amnesia retrograd. Tanda-
tanda kelainan neurologic.
Trauma kapitis yang menimbulkan kelainan neurologik disebabkan oleh
(1) kontusio serebri, (2) laserasio serebri, (3) perdarahan subdural, (4) perdarahan
epidural, atau (5) perdarahan intraserebral. Lesi-lesi tersebut terjadi karena
berbagai gaya destruktif trauma. Pada mekanisme terjadinya trauma kapitis,
seperti telah disebutkan sebelumnya, terjadi gerakan cepat yang mendadak
(akselerasi). Selain itu, terdapat penghentian akselerasi secara mendadak
(deakselerasi). Pada waktu akselerasi berlangsung, terjadi akselerasi tengkorang
ke arah impact dan penggeseran otak ke arah yang berlawanan dengan arah
impact. Adanya akselerasi tersebut menimbulkan penggeseran otak serta
pengembangan gaya kompresi yang destruktif, yangakhirnya akan menimbulkan
terjadinya lesi kontusio. Lesi kontusio dapat berupa perdarahan pada permukaan
otak yang berbentuk titik-tik besar dan kecil tanpa kerusakan duramater. Lesi
kontusio di bawah impact disebut lesi kontusio coup, sedangkan lesi di seberang
impact disebut lesi kontusio countrecoup. Ada pula lesi intermediate, yaitu lesi
yang berada di antara lesi kontusio coup dan countrecoup (Mardjono & Sidharta,
2010).
9

WOC

Kecelekan

Cidera kepala

Ekstra kranial Tulang kranial Intra kranial

Terputusnya jaringan Jaringan otak


Terputusnya jaringan
kulit kulit dan vaskuler rusak
tulang

-pendarahan Gangguan Resti infeksi


-hematoma suplai darah
kejang

Peningkatan tik iskemia


Penurunan
Mk Resiko kesadaran
injuri
hipoksia
Peregangan Kompresi
Akumulasi
pembuluh ruang otak Bedres total cairan
darah Perubahan
perfusi
jaringan
Brsihan
Mk nyeri serebral
jalan napas
tidak
Resti gangguan
efektif
integritas kulit

Gangguan
mobilitas fisik
G. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Judha (2011), tanda dan gejala dari cidera kepala antara lain:
1. Skull Fracture Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari
telinga dan hidung (othorrea, rhinorhea), darah dibelakang membran
timphani, periobital ecimos (brill haematoma), memar didaerah mastoid
(battleign), perubahan penglihatan, hilang pendengaran, hilang indra
penciuman, pupil dilatasi, berkurangnya gerakan mata, dan vertigo.
2. Concussion Tanda yang didapat adalah menurunnya tingkat kesadaran
kurang dari 5 menit, amnesia retrograde, pusing, sakit kepala, mual dan
muntah. Contusins dibagi menjadi 2 yaitu cerebral contusion, brainsteam
contusion. Tanda yang terdapat:
1. Pernafasan mungkin normal, hilang keseimbangan secara perlahan atau
cepat
2. Pupil biasanya mengecil, equal, dan reaktif jika kerusakan sampai batang
otak bagian atas (saraf kranial ke III) dapat menyebabkan keabnormalan
pupil

H. KLASIFIKASI
Klasifikasi Cedera Kepala
PenentuanKeparahan Deskripsi
Minor/Ringan GCS 13 –15Sadar penuh, membuka mata bila
dipanggil. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau
amnesia tetapi kurang dari 30 menit dan disorientasi.
Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusia
cerebral, hematoma.
Sedang GCS 9 –12Kehilangan kesadaran, namun masih
menuruti perintah yang sederhana atau amnesia lebih
dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat
mengalami fraktur tengkorak.

1
2

Berat GCS 3 –8Kehilangan kesadaran dan atau terjadi


amnesia lebih dari 24 jam. Juga meliputi kontusio
serebral, laserasi atau hematoma intracranial. Dengan
perhitungan GCS sebagai berikut:
Eye : nilai 2 atau 1
Motorik: nilai 5 atau <5
Verbal : nilai 2 atau 1

Berat ringannya cedera kepala bukan didasarkan berat ringanya gejala


yang muncul setelah cedera kepala. Ada berbagai klasifikasi yang dipakai dalam
penentuan derajat cedera kepala. Menurut Judha (2011), berdasarkan derajat
penurunan tingkat kesadaran serta ada tidaknya defisit neurologik fokal cidera
kepala dikelompokan

I. TEST DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas
darah.
2. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
3. MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
4. Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
5. X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak maupun
thorak.
6. CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
7. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan
(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
3

8. Kadar Elektrolit:Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai


akibat peningkatan tekanan intrakranial (Musliha, 2010).

J. PENANGANAN
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah
terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor
sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak
(Tunner, 2010). Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada
pendertia cedera kepala (Turner, 2010).
Penatalaksanaan umum adalah:
1. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
2. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma
3. Berikan oksigenasi
4. Awasi tekanan darah
5. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik
6. Atasi shock
7. Awasi kemungkinan munculnya kejang.
Penatalaksanaan lainnya:
1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.
2. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
3. Pemberian analgetika
4. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau
glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
5. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
6. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak
dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin,
aminofel (18 jam pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian
diberikana makanan lunak.
4

Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak
cairan. Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan
dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah,
makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung
nilai urea.

Tindakan terhadap peningktatan TIK yaitu:


1. Pemantauan TIK dengan ketat
2. Oksigenisasi adekuat
3. Pemberian manitol
4. Penggunaan steroid
5. Peningkatan kepala tempat tidur
6. Bedah neuro.

Tindakan pendukung lain yaitu:


1. Dukungan ventilasi
2. Pencegahan kejang
3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi
4. Terapi anti konvulsan
5. Klorpromazin untuk menenangkan klien
6. Pemasangan selang nasogastrik (Mansjoer, dkk, 2010).

K. KOMPLIKASI
1. Gegar Otak
Gegar otak bisa memengaruhi fungsi otak seseorang, namun jarang
menyebabkan kerusakan permanen. Tapi sayangnya, gegar otak seringkali
tidak disadari karena sebagian besar orang yang mengalami cedera kepala
masih tetap sadar. Seiring berjalannya waktu, orang yang mengalami gegar
otak akan mulai merasakan gejala-gejala berupa kehilangan keseimbangan,
perubahan emosi, migren, sampai amnesia. Sebaiknya, segera periksakan diri
ke dokter bila kamu mengalami gejala gegar otak tersebut.
5

2. Epilepsi
Trauma kepala ringan yang tidak segera ditangani bisa berkembang menjadi
semakin parah dan berpotensi tinggi menyebabkan epilepsi. Gangguan pada
sistem saraf pusat (neurologis) ini ditandai dengan gejala berupa kejang
sampai hilang kesadaran.
3. Sindrom Cedera Otak Kedua
Komplikasi pembengkakan otak yang berkembang sangat cepat dan bersifat
fatal, biasanya terjadi pada cedera otak kedua. Cedera ini terjadi tidak lama
setelah gegar otak pertama, di mana pengidap gegar otak belum sepenuhnya
pulih.
4. Penumpukan Efek Akibat Cedera Otak
Cedera otak yang terjadi berulang kali dapat menyebabkan penumpukan
gangguan fungsi otak yang dapat bersifat permanen pada pengidapnya.
5. Vertigo dan Sakit Kepala
Komplikasi ini bisa dialami oleh pengidap selama satu minggu hingga
beberapa bulan setelah mengalami cedera otak. (Judha, 2011).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
CIDERA KEPALA

A. PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN


Asuhan Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
Keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Asuhan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk proses keperawatan yang
meliputi tahap:
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan (intervensi)
4. Pelaksanaan (implementasi)
5. Evaluasi (formatif/proses dan sumatif)
Proses keperawatan sebagai salah satu pendekatan utama dalam pemberian
asuhan keperawatan, pada dasarnya suatu proses pengambilan keputusan dan
penyelesaian masalah.
Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien.
Menurut Abraham Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu:
- Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi.
- Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
- Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki
- Kebutuhan akan harga diri
- Kebutuhan aktualisasi diri
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Asuhan
Keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di

15
16

mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun
memelihara derajat kesehatan yang optimal (PPNI, 2016).

B. TUJUAN DAN MANFAAT ASUHAN KEPERAWATAN


Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain:
1. Membantu individu untuk mandiri.
2. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan.
3. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan
secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara
kesehatannya.
4. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Sedangkan manfaat asuhan keperawatan adalah, sebagai berikut :

1. Sebagai pedoman dan acuan resmi bagi setiap fungsional kesehatan untuk
melakuka tindakan keperawatan dalam rangka memecahkan masalah yang
sedang dihadapi seorang pasien.
2. Sebagai alat untuk mengukur profesionalisme seorang tenaga fungsional
kesehatan ketika melakukan serangkan tindakan keperawatan terhadap
pasiennya.
3. Sebagai alat dalam menjamin kebebasan seorang pasien untuk mendapat
pelayanan yang sesuai kebutuhan dan keperluan dalam menyelesaikan
masalah yang sedang dihapainya.
17

FORMAT PENGKAJIAN
A. Data biografi
Identitas Pasien
Nama : Tn. A No Register : 12 81 66
Umur : 40 thn
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : swata
Alamat : jl Sulawesi gang damai 1
No. Reg : 12 81 66
Dx. Medis : cedera kepala
Tanggal Masuk RS : 18 November 2019
Tanggal pengkajian : 19 N0vember 2019
Keluarga terdekat yang dapat di hubungi
Nama : Ny. y No Telepon :0882757353
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : jl Sulawesi gang damai 1
Hub. Dengan Pasien : istri

B. Riwayat kesehatan/Keperawatan
1. Keluhan Utama: penurunan kesadaran
2. Riwayat Kesehatan sekarang: kesadaran samnolen, ektremitas atas dan bawah
luk-luka, bagian wajah luka, dan keluar darah pada hidung
a. Faktor pencetus :tabrakan mobil
b. Sifat keluhan : sakit pada kepala dan ektermitas
c. Berat ringannya keluhan :skala nyeri 7 (1-10)
d. Lokalisasi dan sifatnya :bagian kepala dan ektremitas, sifatnya berulang
e. Lama nya keluhan :5 menit
f. Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi:obat analgesik
18

g. Keluhan saat pengkajian:pasien mengeluh sakit pada bagian kepala, dan


sakit pada luka-luka
h. Diagnose medic :cidera kepala
3. Riwayat kesehatan dahulu :
Alergi :
Obat-obatan Dosis Dosis terakhir Frekuensi
Resep/obat bebas
Kalnex 50 mg - 3 X sehari
Vit K 10 mg - 3 X sehari
Ondansetron 8 mg - 3 X sehari

4. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga mengatakan tidak mempunyai penyakit menular dan keturunan
19

C. Pola fungsi kesehatan(Gordon)


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit :pasien menerima penyakit yang di derita
Alergi : Obat-obatan,makanan
Reaksi alergi:gatal-gatal dn ruam
2. Pola nutrisi dan metabolisme
1) Diet supplement khusus:tidak ada
2) Intruksi diet sebelumnya:tidak ada
3) Nafsu makan(normal,meningkat atau menurun):menurun
4) Penurunan sensasi kecap,mual muntah,stomatitis:mual muntah
5) Frekuensi BB 6 bulan terakhir(naik/turun):naik
6) Kesulitan menelan(dispagia):sulit dalam menelan
7) Gigi (lengkap/tidak,gigi palsu:lengkap
8) Riwayat masa kulit:lembab
9) Jumlah minum 24jam dan jenis:minum air putih 6-8 gelas/hari dan teh 1
gelas di pagi hari dan 1 gelas di sore hari
10) Frekuensi makan:3x1
11) Jenis makanan:nasi, sayuran dan makanan ringan
12) Pantangan/alergi:ikan laut
3. Pola eliminasi
1) BAB
Frekuensi: 1X dalam sehari waktu : tidak menentu
Warna : kuning kecoklatan konsistensi:lembek, tidak keras
Kesulitan(diare,konstipasi,inkontensia): tidak ada
2) BAK
Frekuensi: < 3X sehari warna: kuning jernih
Kesulitan(disuria,hematuria,retensi,inkontenensial): tidak ada
3. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri :di bantu kluarga dan alat
0=mandiri 3=di bantu orang lain dan peralatan
20

1=dengan alat bantu 4=ketergantungan/tidak mamp


2=di bantu orang lain
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum 
Berpakaian/berdandan 
Toileting 
Mobilitas di tempat tidur 
Berpindah 
Berjalan 
Menaiki tangga 
Berbelanja 
Memasak 
Pemeliharaan rumah 

Alat bantu :kruk,pispot,tongkat, dan korsi roda


Kekuatan otot :
Kemampuan ROM :
Keluhan saat beraktivitas :nyeri pada luka dan tidak kuat untuk berdirii
4. Pola istirahat dan tidur
Lama tidur: 6-8 jam/ hari jam/malam: < 6 jam
tidur siang: > 1 jam sore: >1 jam
Waktu:
Kebiasaan menjelang tidur: berdoa
Maslah tidur :(insomnia,terbangun dini mimpi buruk)
Lain-lainnya(merasa segar bangun tidur/tidak :
5. Pola kognitif dsn persepsi
Status mental(sadar/tidak,orientasi baik/tidak) :
Bicara : normal( ),tidak jelas (√ ),gagap ( ),aphasia ekspresif( )
Kemampuan berkomunikasi:ya (√ ).tidak ( )
Tingkat ansietas:ringan(√ ),sedang( ),berat( ),panik( )
21

Pendengaran:DBN(√),tu;i( ),kanan/kiri tinnitus( ),alat bantu dengar( )


Penglihatan(DBN,buta katarak,kaca mata,lensa kontak dll)
Vertigo:iya
Ketidaknyamanan nyeri(akut/kronik):akut
Penatalaksanaan nyeri: analgetik
Lain-lain:
6. Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini: klien merasa sedih dengan
keadaannya yang sekarang
karena membuat beban
keluarga
Lain-lainnya:
7. Pola peran hubungan
Pekerjaan: klien selama sakit tidak bias betemu dengan rekan kerjanya
System pendukung:pasangan( ),tetangga/teman( ),tidak ada( ),keluarga
serumah(√ ),keluarga tinggal berjauhan( )
Masalah keluarga berkenan dengan perawatan di rumah sakit: baik
Kegiatan social:baik
Lain-lainnya:
8. Pola seksual dan reproduksi
Tanggal menstruasi akhir (TMA): -
Masalah menstruasi: -
Pap smear terakhir: -
Masalah seksual b.d penyakit: -
Lain-lainnya:
9. Pola koping dan toleransi stress
Perhatian utama tentang perawatan di RSatau penyakit(financial,perawatan
diri):financial
Kehilangan perubahan besar di masa lalu:tidak ada
Hal yang di lakukan saat ada masalah(sumber koping): dukungan keluarga
22

Penggunaan obat untuk menghilangkan stress: tidak


Keadaan emossi dalam sehari-hari(santai/tegang): tegang
Lain-lain:

10. Keyakinan dan kepercayaan


Agama: ISLAM
Pengaruh agama dalam kehidupan : berpengaruh terhadap koping

D. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: penurunan kesadaran
Penampilan umum:terdapat luka-luka,diam dan penurunan kesadaran
Klien tampak sehat/sakit/sakit berat:sakit berat
Kesadaran :samnolen GCS:9
BB: 67 kg
TB: 195 cm
2. Tanda-tanda vital
TD :110/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 37,7 0c
3. Kulit
Warna kulit(sianosis,ikterus,pucar,eritema dll):pucat
Kelembaban:lemaba
Turgor kulit:elastis
Ada tidaknya oedema:tidak ada
4. Kepala/rambut:
Inspeksi : tidak adanya lesi dan bitak,terdapat lebem pada
kepala,tekstrur rambut lebat.
Palpasi : saat dilakukan tindakan palpasi terdapat benjolan akibat
benturan dan nyeri tekan
5. Mata
Fungsi penglihatan : penglihatan terasa kabur
Ukuran pupil:normal
Kounjungtiva:an anemis
Lensa/iris:normal
Oedema pelpebris:tidak ada
23

6. Telinga
Fungsi pendengaran: baik
Kebersihan: telinga pasien terlihat ada sedikit kotor,dan terdapat darah-darah
kering
Daun telinga: terlihat simetris kiri dan kanan dan tidak terdapat kelainan

7. Hidung dan sinus


Inspeksi: bentuk hidung simetris, terdapat lobang hidung simetris kiri dan
kanan, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada benjolan,
warna sawo matang, dan tidak ada peradangan pada hidung dan
terdapat darah sedikit,terpasang oksigen
Fungsi penciuman: baik
Pembengkakan : tidak ada
pendarahan: ada sedikit pendarahan di hidung
Kebersihan: hidung pasien terlihat berdarah secret : terdapat sekret

8. Mulut dan tenggorokan


Membrane mukosa: kering kebersihan mulut: terdapat
sedikit karanag gigi
Keadaan gigi: lengkap
Tanda radang(bibir,gusi,lidah): tidak ada
Trismus:
Kesulitan menelan: tidak ada

9. Leher
Trakea(simetris/tidak): simetris
Carotid bruit:
JVP:
Kelenjar limpe: tidak ada
Kelenjar tyroid:tidak teraba pembengkakan
Kaku kuduk: tidak terdapat kaku kuduk

10. Thorak/paru
Inspeksi: warna kulit sawo matang, tidak ada pembengkakan, tidakn ada lesi
Perkusi : saat dilakukan perkusi bunyi paru normal suara resonan di semua
dada
Palpasi : saat dilakukan palpasi pada thorak tidak ada pembengkakan, tidak
ada nyeri tekan pada dadad maupun mamae
Auskultasi: normal
24

11. Jantung
Inspeksi:-
Palpasi:teraba denyut jantung
Perkusi:-
Auskultasi:bunyi jantung abnormal lub dup dup

12. Abdomen
Inspeksi : saat dilakukan inspeksi pada abdomen simetris kiri dan kanan,
warna kulit sawo matang, tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi
Palpasi : saat dilakukan palpasi tidak terdapatnya nyeri tekan , tidak ada
kelainan pada abdomen, tida ada pembesaran hati
Perkusi : bising usus 9
Auskultasi: saat dilakiukan auskultasi bisisng usus normal
13. Genetalia : tidak ada kelainan
14. Rectal:normal
15. Ekstremitas
Ekstremitas atas:tangan luka-luka dan tidak ada fraktur
Ektremitas bawah:kaki luk-luka dan lecet dan tidak ada fraktur
ROM:di bantu dengan orang dan alat
Kekuatan otot:4
16. Vascular perifer
Capillary refille:<3 detik
Clubbing:tidak ada
Perubahan warna (kuku.kulit,bibir):kuku puct,bibir kering dan kulit terlihat
pucat
17. Neurulogis
Kesadaran(GCS):9
Status mental:samnolen
Motorik(kejang,tremor,parese,dan paralisis)kejang
Sensorik:
Tanda rangsangan maningeal:baik tidak ada tanda-tanda mengalami maningitis
Saraf cranial:
Reflex fisiologis:normal
Reflex fatologis:normal

E. Pemeriksaan penunjang
(di buat setiap dilakukan pemeriksaan berdasarkan tanggal dilakukan)
Pemeriksaan diagnostic:
Pemeriksaan laboratorium:
25

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Glukosa sewaktu 150 mg/dl 70-140
Urea 32 mg/dl 10-50
Kreatinin 1,00 mg/dl 0,5-1,2
SGOT 23 u/L 0-31
SGPT 14 u/L 0-32
K 41 Mmol/L 3,4-5,4
Na 145 Mmol/L 135-155
Cl 99 Mmol/L 95-108
HbsAg Negatif
WBC 14,59 [10^3/uL] 4,8-10,8
RBC 3,99 [10^6/uL] 4,2-5,4
HGB 10,3 [g/dL] 12-16
HCT 32,6 [%] 37-47

F. Penatalaksanaan pengobatan
Cara
No Nama Terapi Dosis Golongan Obat
Pemberian
1 Ceftriaxone 2x1 Gr I.V Antibiotik

2 Paracetamol 3x1 gr I.V Antipiretik


3 Omeperazole 1x40 ml I.V Analgetik
4 Dobutamin 150 gr Kontinyu I.V Obat jantung
5 Ringer Fundin 500cc Kontinyu I.V Elektrolit

Terapi di rumah sakit


Kalnex : 3 X 50 mg
Vit K : 3X 10 mg
Ondansetron : 3X 8 mg
Program terapi cairan
NaCl 0,9 % 50 ml/ jam
Manitol 4 X 125 cc
26

FORMAT
ANALISA DATA

1. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : klien/keluarga peningkatan Ketidakefektifan
mengatakan adanya kejang tekanan perfusi jaringan
DO : intracranial serebral
 Perubahan tingkat
kesadaran
 Gangguan atau
kehilangan memori
 Deficit sensori
 Perubahan tanda vital
 Perubahan pola
istirahat
 Retensi urine
 Gangguan berkemih
 Nyari akut atau
kronik
 Demam
 Mual
 Muntah
 Bradikardi
Perubahan pupil (ukuran)
2 DS: klien mengatakan spastisitas Gangguan
kesulitan untuk bergerak dan kontraktur, mobilitas fisik
memerlukan bantuan untuk kerusakan saraf
bergarak motorik.
27

DO :
 Kelemahan
 Parestesia
 Paralisis
 Ketidakmampu
an
 Kerusakan
koordinasi
 Keterbatasan
rentang gerak
 Penurunan
kekuatan otot
3 DS: keluarga mengtakan sulit kelemahan otot Gangguan
untuk menelan untuk menguyah kebutuhan
DO: dan menelan. nutrisi
 Klienmenunjukan
ketidakadekuatan
nutrisi
 Terjadi penurunan BB
20 % atau lebih dari
berat badan ideal
Konjungtiva anemis
 Hemoglobin abnormal
Penurunan tingkat
kesadaran
4 DS; klien / keluarga Penurunan Resiko aspirasi
mengatakan klien sulit tingkat
menelan kesadaran
DO:
28

 Batuk saat menelan


 Dispnea
 Delirium
 Soporakoma
 Koma
5 DS: keluarga mengatakan penurunan Resikomenceder
klien gelisah tingkat ai diri sendiri
DO: kesadaran
 Disorentasi waktu
 Gelisah
 Letargi
 Stupor
 CT-scan kepala
menunjukan adanya
kerusakan
29

6 DS: klien mengatakan sulit ketidakseimban Gangguan


bernafas dan sesak nafas gan perfusi pertukaran gas
DO: ventilasi dan
 Gangguan visual perubahan
 Penurunan karbon membrane
dioksida alveolar-kapiler
 Takikardia
 Tidak dapatistirahat
 Somnolen
 Irritabilitas
 Hipoksia
 Bingung
 Dispnea
 Perubahan warna
kulit
(pucat,sianosis)
 rekuensi dan irama
pernafasan
abnormal
 Sakit kepala saat
bangun tidur

G. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebralyang b/ d peningkatan tekanan
intracranial
2. Gangguan mobilitas fisik b/ d spastisitas kontraktur, kerusakan saraf
motorik.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi b/ d kelemahan otot untuk menguyah dan
menelan.
30

4. Resiko aspirasi yang b/ d penurunan tingkat kesadaran


5. Resiko mencederai diri sendirib/ d trauma jatuh berhubungan dengan
penurunan tingkat kesadaran
6. Gangguan pertukaran gas yang b/ d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
dan perubahan membrane alveolar-kapiler.
H. Intervensi
No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
DX
1 Setelah dilakukan intervensi 1. Ubah posisi klien secara a. Klien dengan paraplegia berisko
keparawatan, klien tidak bertahap mengalami luka tekan (dekubitus).
menunjukan peningkatan TIK . 2. Jaga suasana tenang b. Suasana nyaman akan memberikan rasa
Kriteia hasil: 3. Atur posisi pasien bedrest nyaman pada klien dan mengurangi
1. Klien akan mengatakan 4. Kurangi cahaya ruangan ketegangan.
tidak sakit kepala dan 5. Tinggikan kepala c. Bedrest bertujuan mengurangi kerja
merasa nyaman 6. Hindari rangsangan oral fisik,beban kerja jantung.
2. Mencegah cedera 7. Angkat kepala dengan hati-hati d. Cahaya merupakan rangsangan yang
3. GCS dalam batas normal 8. Naikkan kepala 30-45 derajat beriko meningkatkan TIK
4. Peningkatan pengetahuan setelah makan e. Membantu drainase vena untuk
5. pupil membaik mengurangi kongesti serebrovaskuler
6. Tanda vital dalam batas f. Rangsangan oral resiko terjadi
normal peningkatan TIK
g. Tindakan yang kasar beresiko terhadap
peningkata TIK
h. Mencegah resiko ketidak seimbangan

15
16

cairan
i. Mencegah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan dan mempercepat
proses penyembuhan
j. Mencegah resiko cedera jatuh akibat
tidak sadar
Fungsi kortikal dapat dikaji dengan
mengevaluasi
2 Pasien dapat melakukan mobilitas 1. Periksa kembali kemampuan a. Mengidentifikasi kerusakan secara
fisik setelah mendapat perawatan dan keadaan secara fungsional fungsional dan mempengaruhi pilihan
dengan KH : pada kerusakan yang terjadi. intervensi yang akan dilakukan.
- tidak adanya kontraktur, 2. Pertahankan kesejajaran tubuh b. Penggunaan sepatu tenis hak tinggi dapat
footdrop. secara fungsional, seperti membantu mencegah footdrop,
- Ada peningkatan kekuatan dan bokong, kaki, tangan. Pantau penggunaan bantal, gulungan alas tidur
fungsi bagian tubuh yang sakit. selama penempatan alat atau dan bantal pasir dapat membantu
- Mampu mendemonstrasikan tanda penekanan dari alat mencegah terjadinya abnormal pada
aktivitas yang memungkinkan tersebut. bokong.
dilakukannya 3. Berikan/ bantu untuk latihan c. Mempertahankan mobilitas dan fungsi
rentang gerak sendi/ posisi normal ekstrimitas dan
17

4. Bantu pasien dalam program menurunkan terjadinya vena statis.


latihan dan penggunaan alat d. Proses penyembuhan yang lambat
mobilisasi. Tingkatkan aktivitas seringakli menyertai trauma kepala dan
dan partisipasi dalam merawat pemulihan fisik merupakan bagian yang
diri sendiri sesuai kemampuan. sangat penting. Keterlibatan pasien dalam
program latihan sangat penting untuk
meningkatkan kerja sama atau
keberhasilan program
3 Pasien tidak mengalami gangguan 1. Kaji kemampuan pasien untuk a. Faktor ini menentukan terhadap jenis
nutrisi setelah dilakukan perawatan mengunyah dan menelan, batuk makanan sehingga pasien harus terlindung
selama 3 x 24 jam dengan KH : dan mengatasi sekresi. dari aspirasi.
- Tidak mengalami tanda- 2. Auskultasi bising usus, catat b. Fungsi bising usus pada umumnya tetap
tanda mal nutrisi dengan adanya penurunan/ hilangnya baik pada kasus cidera kepala. Jadi bising
nilai lab. Dalam rentang atau suara hiperaktif. usus membantu dalam menentukan respon
normal. 3. Jaga keamanan saat memberikan untuk makan atau berkembangnya
- Peningkatan berat badan makan pada pasien, seperti komplikasi seperti paralitik ileus.
sesuai tujuan. meninggikan kepala selama c. Menurunkan regurgitasi dan terjadinya
makan atatu selama pemberian aspirasi.
makan lewat NGT. d. Meningkatkan proses pencernaan dan
18

4. Berikan makan dalam porsi toleransi pasien terhadap nutrisi yang


kecil dan sering dengan teratur. diberikan dan dapat meningkatkan
5. Kaji feses, cairan lambung, kerjasama pasien saat makan.
muntah darah. e. Perdarahan subakut/ akut dapat terjadi dan
6. Kolaborasi dengan ahli gizi perlu intervensi dan metode alternatif
pemberian makan.
f. Metode yang efektif untuk memberikan
kebutuhan kalori.

4  Klien dapat bernafas dengan 1. Monitor tingkat kesadaran, a. Respiratory Status : Ventilation
mudah, tidak irama, b. Aspiration control
reflek batukdan kemampuan
frekuensi pernafasan normal c. Swallowing Status
 Pasien mampu menelan, menelan
mengunyah tanpa terjadi 2. Monitor status paru
aspirasi, dan
mampumelakukan oral 3. Pelihara jalan nafas
hygiene 4. Lakukan suction jika diperlukan
 Jalan nafas paten, mudah
5. Cek nasogastrik sebelum makan
bernafas, tidak merasa
6. Hindari makan kalau residu
tercekik dan tidak ada suara
masih banyak
nafas abnormal
7. Potong makanan kecil kecil
19

8. Haluskan obat
sebelumpemberian

5 Setelah dilakukan intervensi selama 1. Ubah posisi klien secara a. pembukaan mata dan respons motorik.
1 x 24 jam resiko mencderai diri bertahap Tidak ada respon menunjukan kerusakan
tidak terjadi 2. Jaga suasana tenang masenfalon.
Kh: 3. Atur posisi pasien bedrest b. Perubahan pupil menunjukan tekanan pada
1. Klien aman 4. Kurangi cahaya ruangan saraf okulomotorius atau optikus
2. Tidak terjadi cidera 5. Tinggikan kepala c. Tanda vital menunjukan peningkatan TIK
3. Lingkungan aman 6. Hindari rangsangan oral
7. Angkat kepala dengan hati-hati
8. Awasi kecepatan tetesan cairan
infuse
9. Berikan makanan personde
susuai jadwal
10. Pasang pagar tempat tidur
11. Pantau tanda gejala TIK
12. Kaji respon pupil
13. Kaji tanda vital.
20

6 Setelah dilakukan intervensi selama 1. istirahatkan klien dalam posisi a. Posisi semifowler membantu dalam
1 x 24 jam,gangguan pertukaran semifowler ekpansi otot-otot pernafasan dengan
gas teratasi. 2. Pertahankan oksigenasi pengaruh graviatsi.
kriteria hasil: 3. Observasi tanda vital tiap jam b. Oksigen sangat penting sekali dalam
 klien akan merasa atau sesuai respon klien memelihara suplai ATP. Kekurangan
nyaman 4. Kolaborasimeriksaan AGD oksigen pada jaringan akan menyebabkan
 klien mengatakan sesak lintasan metabolism yang normal dengan
berkurang dan dapat akibat terbentuknya asam laktat (asidosis
membandingkan dengan metabolik) ini bersama dengan asidosis
keadaan sesak pada saat respiratorik akan menghentikan
serangan (onset) yang metabolisme. Regenerasi ATP akan
berbeda waktu. berhenti sehingga tidakada lagi sumber
 TD dalam batas normal. energi yang terisi dan terjadi kematian.
c. Normalnya TD akan sama pada berbagai
posisi.
d. Nadi menandakan tekanan dinding arteri
e. Suhu tubuh abnormal disebabkan oleh
mekanisme pertahanan tubuh yang
menandakan tubuh kehilangan daya tahan
21

atau mekanisme pengaturan suhu tubuh


yang buruk.
f. Sesak nafas merupakan tanda bahwa tubuh
memiliki mekanisme kompensasi sedang
bekerja guna mencoba membawa oksigen
lebih banyak ke jaringan. Sesak nafas pada
penyakit paru dan jantung
mengkhawatirkan karena dapat timbul
hipoksia.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tgl Diagnose Implementasi Evaluasi


17-5- 1. Ketidakefektifan perfusi 1. Ubah posisi klien secara S:
2018 jaringan serebralyang b/ bertahap 1. keluarga mengatakan ada kejang
d peningkatan tekanan 2. Jaga suasana tenang 2. Pasien mengatakn nyeri pada
intracranial 3. Atur posisi pasien bedrest bagian kepala
4. Kurangi cahaya ruangan 3. Pasien mengatakan sakit kepala
5. Tinggikan kepala mual dan muntah
6. Hindari rangsangan oral 0:
7. Angkat kepala dengan hati-hati 1. Pasien tampak menahan sakit
8. Naikkan kepala 30-45 derajat 2. Skala nyeri 7(1-10)
setelah makan 3. Bradikardi
4. Posisi kepala lebih tinggi
A:masalah belum teratasi
P:intervensi di lanjutkan

17-5- Gangguan mobilitas fisik b/ d 1. Periksa kembali kemampuan S:


2018 spastisitas kontraktur, dan keadaan secara fungsional 1. klien mengatakan kesulitan dalam

15
16

kerusakan saraf motorik. pada kerusakan yang terjadi. bergerak


2. Pertahankan kesejajaran tubuh 2. keluarga mengatakan aktivitas klien
secara fungsional, seperti di bantu keluarga dan alat
bokong, kaki, tangan. Pantau 3. klien mengtakan tidak tau tentang
selama penempatan alat atau latihan rentang gerak
tanda penekanan dari alat o:
tersebut. 1. klien tampak berbaring
3. Berikan/ bantu untuk latihan 2. klien tampak lemas dan
rentang gerak keterbatasan rentang gerak
4. Bantu pasien dalam program 3. klien tampak cemas
latihan dan penggunaan alat a:masalah belum teratasi
mobilisasi. Tingkatkan aktivitas p:intervensi di lanjutkan
dan partisipasi dalam merawat
diri sendiri sesuai kemampuan
17-5- Gangguan kebutuhan nutrisi b/ 1. Kaji kemampuan pasien untuk S:
2018 d kelemahan otot untuk mengunyah dan menelan, batuk 1. Klien mengtakan kesulitan dalam
menguyah dan menelan. dan mengatasi sekresi. menelan
2. Auskultasi bising usus, catat 2. Klien mengtakan tidak nafsu
adanya penurunan/ hilangnya makan
17

atau suara hiperaktif. O:


3. Jaga keamanan saat memberikan 1. Klien tampak pucat
makan pada pasien, seperti 2. Porsi makan hanya habis 1/4 dari
meninggikan kepala selama porsi makan yang di berikan
makan atatu selama pemberian 3. Terlihat lemas dan lesu
makan lewat NGT. 4. Bising usus 9
4. Berikan makan dalam porsi A:masalah belum teratasi
kecil dan sering dengan teratur. P:intervensi di lanjutkan
5. Kaji feses, cairan lambung,
muntah darah.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi
18-5- Ketidakefektifan perfusi 1. Ubah posisi klien secara S:
2018 jaringan serebralyang b/ d bertahap 1. keluarga mengatakan tidak kejang
peningkatan tekanan 2. Jaga suasana tenang lagi
intracranial 3. Atur posisi pasien bedrest 2. Pasien mengatakn masih merasa
4. Kurangi cahaya ruangan nyeri pada bagian kepala
5. Tinggikan kepala 3. Pasien mengatakan sakit kepala
6. Hindari rangsangan oral mual dan muntah
7. Angkat kepala dengan hati-hati 0:
18

Naikkan kepala 30-45 derajat 1. Pasien tampak menahan sakit


setelah makan 2. Skala nyeri 5(1-10)
3. Bradikardi
4. Posisi kepala lebih tinggi
A:masalah teratasi sebagian
P:intervensi di lanjutkan

18-5- 1. Periksa kembali kemampuan S:


2018 Gangguan mobilitas fisik b/ d dan keadaan secara 1. klien mengatakan masih kesulitan
spastisitas kontraktur, fungsional pada kerusakan dalam bergerak
kerusakan saraf motorik. yang terjadi. 2. keluarga mengatakan aktivitas klien
2. Pertahankan kesejajaran tubuh di bantu alat
secara fungsional, seperti 3. klien mengtakan sudah tau tentang
bokong, kaki, tangan. Pantau latihan rentang gerak
selama penempatan alat atau O:
tanda penekanan dari alat 1. klien tampak berbaring
tersebut. 2. klien tampak lemas dan
3. Berikan/ bantu untuk latihan keterbatasan rentang gerak
rentang gerak 3. klien tampak menggunakan alat
19

4. Bantu pasien dalam program bantu


latihan dan penggunaan alat A:masalah teratasi sebagian
mobilisasi. Tingkatkan aktivitas P:intervensi di lanjutkan
dan partisipasi dalam merawat
diri sendiri sesuai kemampuan
18-05- Gangguan kebutuhan nutrisi b/ 1. Kaji kemampuan pasien untuk S:
2018 d kelemahan otot untuk mengunyah dan menelan, batuk 1. Klien mengtakan masih kesulitan
menguyah dan menelan. dan mengatasi sekresi. dalam menelan
2. Auskultasi bising usus, catat 2. Klien mengatakan makan dalam
adanya penurunan/ hilangnya porsi kecil tapi sering
atau suara hiperaktif. 3. Klien mengatakan menghabiskan 1
3. Jaga keamanan saat memberikan porsi makanan dalam 4x makan
makan pada pasien, seperti 4. Klien mengatakan sudah BAB
meninggikan kepala selama 5. Klien mengatakan meninggikan
makan atatu selama pemberian kepala saat makan
makan lewat NGT. O:
4. Berikan makan dalam porsi 1. Klien tampak tidak pucat
kecil dan sering dengan teratur. 2. Porsi makan habis dari porsi makan
5. Kaji feses, cairan lambung, yang di berikan
20

muntah darah. 3. Bising usus 9


6. Kolaborasi dengan ahli gizi A:masalah teratasi sebagian
P:intervensi di lanjutkan
19-5- Ketidakefektifan perfusi 1. Ubah posisi klien secara
2018 jaringan serebralyang b/ d bertahap S:
peningkatan tekanan 2. Jaga suasana tenang 1. keluarga mengatakan tidak kejang
intracranial. 3. Atur posisi pasien bedrest lagi
4. Kurangi cahaya ruangan 2. Pasien mengatakn masih merasa
5. Tinggikan kepala nyeri pada bagian kepala
6. Hindari rangsangan oral 3. Pasien mengatakan sakit kepala
7. Angkat kepala dengan hati-hati timbul kadang-kadang
Naikkan kepala 30-45 derajat 4. Psien mengatakn sudah agak
setelah makan membaik
0:
1. Pasien tampak tidak menahan sakit
lagi
2. Klien tampak tenang
3. Skala nyeri 3(1-10)
4. Posisi kepala lebih tinggi
21

A:masalah teratasi
P:intervensi di hentikan
19-5- Gangguan mobilitas fisik b/ d 1. Periksa kembali kemampuan S:
2018 spastisitas kontraktur, dan keadaan secara fungsional 1. klien mengatakan sudah bisa
kerusakan saraf motorik.. pada kerusakan yang terjadi. melakuka rom
2. Pertahankan kesejajaran tubuh 2. pasien mengatakan aktivitas klien
secara fungsional, seperti kadang-kadang di bantu alat dan
bokong, kaki, tangan. Pantau kadang-kadang mandiri
selama penempatan alat atau 3. klien mengtakan sudah tau tentang
tanda penekanan dari alat latihan rentang gerak
tersebut. o:
3. Berikan/ bantu untuk latihan 1. klien tampak berbaring
rentang gerak 2. klien tampak menggunakan alat
Bantu pasien dalam program bantu
latihan dan penggunaan alat 3. klien tampak lebih baik
mobilisasi. Tingkatkan aktivitas a:masalah teratasi
dan partisipasi dalam merawat diri
p:intervensi di hentikan
sendiri sesuai kemampuan
19-5- Gangguan kebutuhan nutrisi b/ 1. Kaji kemampuan pasien untuk S:
2018 d kelemahan otot untuk mengunyah dan menelan, batuk 1. Klien mengtakan tidak kesulitan
22

menguyah dan menelan. dan mengatasi sekresi. dalam menelan


2. Auskultasi bising usus, catat 2. Klien mengatakan makan dalam
adanya penurunan/ hilangnya porsi kecil tapi sering
atau suara hiperaktif. 3. Klien mengatakan menghabiskan 1
3. Jaga keamanan saat memberikan porsi makanan dalam 2x makan
makan pada pasien, seperti 4. Klien mengatakan sudah BAB
meninggikan kepala selama 5. Klien mengatakan meninggikan
makan atatu selama pemberian kepala saat makan
makan lewat NGT. O:
4. Berikan makan dalam porsi 1. Klien tampak tidak pucat
kecil dan sering dengan teratur. 2. Porsi makan habis dari porsi makan
5. Kaji feses, cairan lambung, yang di berikan
muntah darah. 3. Bising usus 9
6. Kolaborasi dengan ahli gizi A:masalah teratasi
P:intervensi di hentikan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara hasil CT
Scan dengan nilai GCS pada pasien cedera kepala. Dimana hal ini dapat
dipengaruhi oleh efek buruk cedera kepala karena melalui mekanisme langsung
dan tidak langsung. Pengaruh secara langsung terjadi beberapa saat setelah trauma
terjadi sedangkan trauma secara tidak langsung merupakan cedera otak sekunder
yang bisa terjadi beberapa jam setelah kejadian bahkan beberapa hari setelah
penderita terpapar trauma. Cedera otak sekunder terjadi karena perubahan aliran
darah ke otak dan juga terjadi peningkatan tekanan intrakranial karena
meningkatnya volume isi kepala. Kedua mekanisme tersebut memperberat cedera
otak yang sudah ada.Cedera otak bisa menimbulkan dampak fisik, kognitif, emosi
dan sosial. Prognosis cedera otak bisa sangat bervariasi dari mulai sembuh total
sampai cacat menetap bahkan kematian.
B. Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah
ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

15
16

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk.(2011). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
media Aesculapius
Rendy.(2012).Asuhan Keperawatan Medikal BedahPenyakit Dalam. Yogyakarta:
Nuha Medika
Judha, M.,& Rahil, H. N. 2012. Sistem Asuhan Keperawatan Dalam Asuhan
Keperawatan. Yogyakarta : Gosyeng Publishing.
Mardjono & Sidharta. 2010; Neurologi Klinik Dasar, cetakan ke 15; Dian Rakyat,
Jakarta.
Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha Medika.
Turner. 2012. Pengantar TeoriKomunikasi Analisis dan Aplikasi. Terjemahan dari
Introducing Communication Theory: Analysis and Application.Jakarta:
Salemba Humanika
TimPokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai