Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIP

TENTANG

PERAWATAN PALIATIF DALAM PERSPEKTIP AGAMA DAN


SPIRITUAL

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1:

1. Anggita Zila Putri


2. Leo Anggara
3. Fauzan febrianto
4. Andesta Putra

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ( S-1 )

FAKULTAS ILMU KESEHATAN ( FIKES )

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpah

rahmatnya,penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul’PERAWATAN

PALIATIP DALAM PERSPEKTIP AGAMA DAN SPIRITUAL’ Penulis menyadari

bahwa dalam penyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu, penulis

menerima kritik dan saran darai perbaikan makalah ini.Demikian Makalah ini dapat penulis

ucapkan melalaui kesempatan yang sangat berharga ini,penulis mengucapkan terimakasih

kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.Akhir kata,semoga makalah

ini bermanafaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulisnya khususnya .

Bengkulu, November 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal
kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam
keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-
benar dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya hanya ingin membagi ide
atau pemikiran saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang
berhubungan dengan pendidikan agama bagi keperawatan.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah
mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga
ada mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan
sikap profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja
diharapkan dengan ini sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan
terampil dan bahkan bisa dikatakan tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam
keperawatan yang pengertiannya tidak jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita
berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa pembentukannya harus dilakukan
dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika keperawatan saja sudah
cukup,Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku kuliah.
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekan)kan aspek tertentu
bagi masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya
yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum
saja yang tidak mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada
gunanya dan jadinya hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut
sebagai institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa guna agama dalam keperawatan Paliatif ?
2. Pengertian Agama yang ada di Indonesia ?
3. Apa Pengertian Keperawatan paliatif dalam masing-masing agama ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui guna agama dalam keperawatan paliatif?
2. Untuk mengerti agama yang ada di Indonesia ?
3. Untuk mengerti keperawatan paliatif dalam masing-masing agama?
BABII

PEMBAHASAN

A. Konsep Teori
Palliative Care (Perawatan palliative) bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah/penyakit yang mengancam jiwa,
melalui pencegahan, penilaian sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah, fisik,
psikososial dan spiritual (Kemenkes RI Nomor 812, 2007).Fokus perawatan palliative
adalah peredaman rasa sakit dan gejala serta stress akibat penyakit kritis seperti kanker
stadium lanjut.Perawatan palliative dapat dilakukan segera setelah diputuskan terapi
yang akan diterima klien bersifat palliative sampai pasien meninggal. Perawatan ini
mencakup perawatan holistik bagi pasien dan keluarganya, serta pemberian informasi
terkini sehingga mereka dapat mengambil keputusan ketika dihadapkan pada peristiwa
anggota keluarganya akan meninggal. Melalui pengawasan, keluarga maupun teman
terdekat dapat membantu memberikan perawatan paliative pada penderita.Perawatan
spesialis berlanjut setelah kematian pasien sampai anggota keluarga yang berduka telah
memulai proses pemulihan. Perawatan palliative merupakan kombinasi unik dukungan
di rumah sakit, hospice, day-centre (tempat perawatan lansia dan orang gangguan jiwa),
dan di rumah masing-masing untuk memenuhi kebutuhan individual pasien dan
keluarganya.
Apa Saja Ruang Lingkup Kegiatan Paliative Care :Jenis kegiatan perawatan palliative
menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
812/Menkes/sk/VII/2007 tentang kebijakan lingkup kegiatan perawatan palliative,
meliputi :
1. pengelolaan keluhan nyeri,
2. pengelolaan keluhan fisik lain,
3. asuhan keperawatan,
4. dukungan psikologis,
5. dukungan sosial, kultural dan spiritual,
6. dukungan persiapan dan selama masa duka cita (bereavement).
Perawatan palliative dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan /rawat.
Perawatan palliative dapat dilaksanakan melalui pendekatan sebagai berikut, :
a. Menyediakan bantuan untuk rasa sakit dan gejala lain yang menganggu klien.
b. Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang normal
c. Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian
d. Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
e. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
f. Aspek medikolegal dalam Palliative Care
g. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien palliative

B. Spiritualitas
Spiritualitas merupakan suatu kekuatan yang menyatakan intisari seseorang yang
meresap kedalam seluruh kehidupan, serta bermanifestasi pada diri, pemahaman, dan
tindakan seseorang serta keterhubungan dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan
Tuhan (Campbell, 2013). Spiritualitas diyakini sebagai sumber harapan dan kekuatan
serta merupakan kebutuhan dasar bagi setiap individu pada setiap individu. Spiritualias
memberi kekuatan yang dapat menyatukan antara individu, memberi makna pada
kehidupan dan mempererat ikatan antar individu (Gustavita S, 2015).
Spiritualitas juga diartikan sebagai pemahaman dari jawaban untuk tujuan akhir
hidup yang dicari oleh seseorang dan berkaitan dengan makna, hubungan suci atau
tersenden yang memimpin dan berkembang dari ritual keagaman atau bentukan dari
komunitas (King & Koenig; Yusuf, et al, 2016). Sahl bin Abdullah rahimahullah
berkata,Totalitas spiritualitas seseorang menurut Yusuf et al (2016) akan tampak dalam
domain berikut:
1. Mystery merupakan suatu hal yang dipahami dan menjelaskan tentang
kejadian yang akan terjadi setelah kehidupan ini. Nilai spiritualitas dalam hal ini
muncul dari kepercayaan akan penilaian kualitas perilaku dalam kehidupan untuk
kehidupan akhirat. Pemahaman dimana kehidupan didunia hanya sementara dan
kehidupan akhirat akan kekal selamanya.
2. Love atau cinta merupakan bahan bakar dari nilai spiritual yang menjadi sumber
dari segala kehidupan. Cinta termasuk dalam dimensi cinta diri sendiri, cinta
untuk orang lain, cinta kepada Rosulullah dengan kehidupan rohaniah dan cinta
kepada seluruh aspek kehidupan.
3. Suffering atau penderitaan terjadi karena berbagai masalah seperti masalah fisik,
mental, emosional dan spiritual.
4. Hope merupakan energi spirit untuk mengantisipasi hal yang akan terjadi
kemudian dan bagaimana cara agar menjadi lebih baik. Ini merupakan makna dari
spiritualitas dan harapan yang positif, spiritual well-being, nilai keagamaan
dan perasaan positif lainnya.
5. Forgiveness atau sikap memaafkan adalah kebutuhan yang mendalam dan hal yang
sangat diharapkan untuk dilaksanakan oleh seseorang. Hal ini memerlukan keyakinan
yang besar bahwa Tuhan Maha Pemaaf.
6. Peace and Peacemaking merupakan cita-cita hidup yang tidak dapat
dipisahkan dari keadilan yang melekat pada diri seseorang dan merupakan pencapaian
spiritualitas yang besar.
7. Grace berkaitan dengan rasa bersyukur atau berterimakasih terhadap
kenikmatan dan segala yang telah diberikan oleh Tuhan. Hal ini merupakan indikator
dari keimanan dan pengakuan atas kebesaran Tuhan
8. Prayer merupakan bentuk usaha dan permohonan kepada Tuhan untuk memberikan
kebaikan, keberkahan, jalan keluar dari kesulitan dan lain-lain. Berdoa adalah
insting manusia yang terdalam dan bentuk dari ekspresI

C. Peran Spiritual Dalam Paliative Care


1. spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam penyakit fisik yang serius.
Profesional kesehatan yang memberikan perawatan medis menyadari pentingnya
memenuhi 'kebutuhan spiritual dan keagamaan' pasien (Woodruff , 2004)
2. peningkatan pengetahuan, pemahaman dan pengamalan pasien terminal terhadap
ajaran Islam, seperti mengakui kesalahan (taubatan nasuha), mendekatkan diri pada
Allah, tekun salat, dan menjalani kehidupan selanjutnya dengan lebih bermakna serta
dukungan dari keluarga.
3. Sebuah pendekatan kasih sayang akan meningkatkan kemungkinan pemulihan atau
perbaikan. Dalam contoh terburuk, ia menawarkan kenyamanan dan persiapan untuk
individu melalui proses traumatis
4. mendekatkan pasien pada tuhan nya
5. untuk pemenuhan kebutuhan rohani pasien
6. mengatasi gangguan psikologis pada pasien,hubungan agama dan psikologisbahwa
agama menjadi jawaban atas permasalahan pada manusia yang berkaitan dengan
problem kehidupan
7. Peran perawat sebagai caregiver sesuai dengan buku Nursing Interventions

Classifications (NIC) yaitu mendorong pengikutsertaan pasien dalam ketaatan

beribadah dan membantu pasien dalam melaksanakan ibadah.


ANALISA JURNAL

A. Judul Jurnal
1. KONTRIBUSI KONSELING ISLAM DALAM MEWUJUDKAN
PALLIATIVE CARE BAGI PASIEN HIV/AIDS DI RUMAH
SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG (Ema Hidayanti,
Siti Hikmah Universitas, Wening Wihartati, Maya Rini Handayani,
2016 )
2. Dakwah Terhadap Pasien: Telaah Terhadap Model Dakwah Melalui
sistem layanan Bimbingan Rohani islam di Rumah sakit (Agus
Riyadi, 2014)
B. Metode jurnal pertama
1. Menggunakan Metode Counselling, konseling Islam yang dilakukan
diarahkan pada peningkatan pengetahuan, pemahaman dan
pengamalan pada pasien HIV/AIDS terhadap ajaran Islam, seperti
mengakui kesalahan (taubatan nasuha), mendekatkan diri pada Allah,
tekun salat, dan menjalani kehidupan selanjutnya dengan lebih
bermakna. Proses ini mampu mengantarkan pasien mendapatkan
kondisi psikologis positif, dan pada perkembangannya mampu
meningkatkan imunitas tubuh dengan meningkatnya jumlah CD4.
Dengan demikian pada akhirnya dapat dilihat bahwa konseling Islam
mampu meningkatkan kualitas hidup pasien terutama dalam
menangani masalah psiko-sosiospiritual pasien. Peningkatan kualitas
hidup pasien inilah yang berarti terwujudnya palliative care.
2. Hasil penelitian, Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa praktik konseling Islam berkontribusi
sebagai salah satu cara untuk mewujudkan tujuan palliative care
yaitu meningkatkan kuliatas hidup pasien HIV/AIDS dan
keluarganya, dengan memberikan solusi atas problem psikologis,
sosial dan spiritual pasien HIV/AIDS dan keluarganya.
C. Metode jurnal kedua
1. Menggunakan Metode Dakwah, Bimbingan rohani terhadap pasien
di rumah sakit selain untuk memberikan motivasi, pelaksanaan
bimbingan rohani tersebut juga sekaligus sebagai sarana dakwah
Islam. Hal tersebut secara teoritik merupakan ajakan kepada orang-
orang (individu, kelompok, masyarakat, bangsa) ke jalan Allah (Qs.
al-Nahl: 125) atau untuk berbuat kebaikan dan menghindari
keburukan (Qs. Ali Imran: 104) (Kuntowijoyo, 1994: 229). Dakwah
terhadap pasien di rumah sakit seperti ini tentu memiliki cara
(manhaj) dan pendekatan berbeda dengan dakwah kepada mad’u
yang terbilang “normal”. Jika terhadap mad’u yang terbilang
“normal” bisa diterapkan metode ceramah, maka kurang tepat bila
diterapkan untuk pasien. Cara berdakwah yang tepat untuk orang
sakit adalah dengan cara atau pendekatan yang memungkinkan
dirinya mendapatkan motivasi, hiburan, dukungan, sugesti, empati
dan berbagai hal yang menyangkut aspek kejiwaan (Basit, 2006:
141).
2. Hasil Penelitian, formulasi layanan ideal bimbingan dan konseling
Islam bagi pasien semestinya diterapkan. Bukan sekedar berupa
pemberian layanan doa, nasehat, atau bimbingan ibadah saja, tetapi
juga disertai layanan konseling yang difokuskan untuk membantu
pasien menemukan core problem yang dialami serta membantunya
terlepas dari core problem-nya tersebut. Semua proses kegiatan
layanan seperti itu harus pula tercatat dan teradministrasi dengan
rapi dan baik, sehingga pelaksanaannya pun dapat
dipertanggungjawabkan baik secara profesional maupun ilmiah.
D. Pustaka Jurnal
1. Hidayanti Erna, dkk. 2016.” KONTRIBUSI KONSELING ISLAM
DALAM MEWUJUDKAN PALLIATIVE CARE BAGI PASIEN
HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG”. Vol. 19 No. 1, April 2016. Hlm. 113-132.
Semarang.
2. Riyadi Agus, 2014.” Dakwah TeRhaDaP Pasien: Telaah Terhadap
Model Dakwah Melalui sistem layanan Bimbingan Rohani islam
di Rumah sakit”. Vol. 5, No. 2, Desember 2014.Semarang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan Paliatif tidak hanya berfokuskan kepada keperawatan
pengelolaan keluhan nyeri, pengelolaan keluhan fisik lain, maupun
pemberian intervensi pada asuhan keperawatan, dukungan psikologis,
dukungan social saja tetapi kita tahu fungsi perawat sebelumya yaitu
salah satunya adalah holistic care pada keperawatan palliative yaitu
kultural dan spiritual, serta dukungan persiapan dan selama masa duka
cita (bereavement). Berdasarka penelitian-penelitian yang sudah ada
ternyata peran aspek agama dalam keperawatan paliative sangatlah
penting dilihat dari psikologis pasien yang memerlukan dukungan dalam
menghadapi penyakitnya. Banyak penelitian juga mengatakan terapi
yang menggunakan keagamaan seperti ceramah, dakwah, siraman rohani,
membaca doa-doa, berserah diri kepada Tuhan TYE cukup membantu
pada pasien palliative dalam mengurangi rasa cemas, ataupun nyeri yang
di alami.

B. Saran
Kami menyarankan bahwa kegiatan terapi menggunakan metode holistic
keagamaan atau mendekatkan kepada Tuhan sangatlah berdampak
positif bagi kualitas hidup pada pasien terminal, karena dengan rasa
bersyukur, pasrah, menyadari bahwa kehidupan ini tidaklah semua abadi
pastilah semua mahluk hidup akan wafat pada akhirnya. Akan lebih
meringankan beban bagi pasien terminal baik secara psikologis dan
fisiknya siap menerima keadaanya sampai dengan akhir hayatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayanti Erna, dkk. 2016.” KONTRIBUSI KONSELING ISLAM


DALAM MEWUJUDKAN PALLIATIVE CARE BAGI PASIEN
HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG”. Vol. 19 No. 1, April 2016. Hlm. 113-132.
Semarang. http://e-journal.stain-
pekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/view/662

Riyadi Agus, 2014.” Dakwah TeRhaDaP Pasien: Telaah Terhadap Model


Dakwah Melalui sistem layanan Bimbingan Rohani islam di
Rumah sakit”. Vol. 5, No. 2, Desember
2014.Semarang.http://ejournal.wiraraja.ac.id/index.php/JIK/article/
view/119

Anda mungkin juga menyukai