Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KEPERAWATAN GAWATDARURAT

TELAAH JURNAL

DOSEN MATA KULIAH :


Ns. Rebi Permata Sari, M. Kep

DISUSUN OLEH :
Cyntia Iswari
( 1710105045 )
VI.B KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


TAHUN AJARAN 2020
JURNAL I

“ ANALISIS OPEN DISLOCATION PROXYMAL INTERPHALANX DIGITI V

MANUS DEXTRA”

A. PENDAHULUAN
1. Metode Pencarian Literatur
a. Database yang digunakan dalam pencarian ini adalah Google
b. Kata kunci pencarian literatur adalah “ Gadar muskoloskeletal dislokasi “
c. Jumlah literatur yang didapat sebanyak 25.000 hasil ( 0,25 detik )
d. Proses seleksi literatur adalah ( kriteria inklusi dan eksklusi )
Berdasarkan literatur yang paling lengkap dan memenuhi keinginan penelaah.
2. Abstrak
a. Konteks
Dislokasi terbuka pada interphalang proksimal jari merupakan kasus umum pada
bidang orthopedic dan memerlukan tindakan pembedahan. Studi epidemiologi
menunjukkan insiden dislokasi terbuka interphalngs proksimal jari cukup sedikit
dan umumnya melibatkan sendi kecil pada kompartemen tangan.
b. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk melaporkan kasus open dislocation proxymal
interphalx akibat trauma tumpul dan memerlukan tindakan operatif.
c. Desain
Desain penelitian ini adalah case control dengan menggunakan data pasien yang
mengalami Dislokasi pada Proxymal interphalanx.
d. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan Studi epidemiologi menunjukkan insiden dislokasi
terbuka interphalngs proksimal jari cukup sedikit dan umumnya melibatkan sendi
kecil pada kompartemen tangan. Laporan ini menunjukkan laki-laki berusia 21
tahun dengan open dislocation proxymal interphalanx pada kompartemen Fleksor
dan Ekstensor digiti V Manus Dextra. Temuan Intraoperatif yaitu open dislocation
proxymal interphalanx digiti V.
e. Panjang abstrak
± 299 kata
f. Kata kunci
open dislocation, proxymal interphalnx, Manus
B. DESKRIPSI JURNAL
1. Deskripsi Umum
a. Judul : OPEN DISLOCATION PROXYMAL INTERPHALANX DIGITI V
MANUS DEXTRA
b. Penulis : Devy Damayanti, Muhammad Ardi Munir, Harris Tata
c. Publikasi : Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical Profession (MedPro)
d. Penelaah : Cyntia Iswari ( 1710105045 )
e. Tanggal telaah : 25 Maret 2020
2. Deskripsi Konten / Isi
a. Masalah
Dislokasi pada Proxymal interphalanx (PIP) merupakan cedera yang umum terjadi,
khususnya pada atlit. Insidensi meningkat pada dewasa dengan rentan usia 40-44
tahun dan lansia pada usia 90 tahun. Kasus terbanyak juga terjadi pada lelaki dari
pada perempuan dengan perbandingan 2,9:1 dan terjadi pada sendi PIP (10% dari
semua dislokasi).
b. Tujuan Penelitian
Untuk melaporkan kasus open dislocation proxymal interphalx akibat trauma
tumpul dan memerlukan tindakan operatif.
c. Hasil Penelitian
Dislokasi biasanya disebabkan karena faktor fisik yang memaksa sendi untuk
bergerak lebih dari jangkauan normalnya, yang menyebabkan kegagalan tekanan,
baik pada komponen tulang sendi, ligamen dan kapsula fibrous, atau pada tulang
maupun jaringan lunak.
d. Kesimpulan Penelitian
Insidensi meningkat pada dewasa dengan rentan usia 40-44 tahun dan lansia pada
usia 90 tahun. Kasus terbanyak juga terjadi pada lelaki dari pada perempuan
dengan perbandingan 2,9:1 dan terjadi pada sendi PIP (10% dari semua dislokasi).
C. TELAAH JURNAL
1. Fokus Penelitian
Proxymal interphalx join (PIPJ) merupakan sendi yang paling sering terpapar dan
sering terjadi cedera. Sebagian besar cedera yang terjadi yaitu sprain ligamen, fraktur
dan dislocation. Dislokasi pada Proxymal interphalx join dapat disebabkan oleh 2
mekanisme dasar yaitu avulsion atau impaction shear. Mekanisme avulsion ataupun
impaction shear dapat disebabkan karena hiperekstensi pada proximal
interphalanx.berdasarkan studi yang dilakukan oleh brochers dkk 2012, dislokasi jari
dapat terjadi pada distal interphalangeal, metacarpal interphalangeal dan proxymal
interphalangeal. Tetapi dislokasi proxymal interphalangeal paling sering terjadi. Hal
ini dikarenakan proxymal interphalangeal merupakan sendi yang sangat aktif yang
dapat memberikan 85% gerakan tangan. Pada kasus ini, didapatkan trauma terbuka
akut yang menyebabkan laserasi proxymal interphalangeal.
Berdasarkan uraian tersebut maka, penelitian bertujuan untuk melaporkan kasus open
dislocation proxymal interphalx akibat trauma tumpul dan memerlukan tindakan
operatif.
2. Gaya dan sistematika penulisan
Sistematika telaah tersusun dengan baik dan jelas pada judul penelitian, nama penulis,
abstrak ( konteks,tujuan penelitian,analisis statistic, hasil dan kesimpulan ).
3. Penulis
Penulis dalam penelitian adalah Devy Damayanti, Muhammad Ardi Munir, Harris
Tata. Medical Profession Program, Faculty of Medicine, Tadulako University – Palu,
INDONESIA, 94118 Departement of Medical Law, Health Humanities and Bioethics,
Faculty of Medicine, Tadulako, University – Palu, INDONESIA, 94118 Departement
of Orthopaedic and Traumatologi Surgery, Undata General Hospital – Palu,
INDONESIA.
4. Judul Penelitian
OPEN DISLOCATION PROXYMAL INTERPHALANX DIGITI V MANUS
DEXTRA
a. Kelebihan
1) Judul penelitian cukup jelas, akurat, tidak ambigu serta menggambarkan apa
yang akan diteliti.
2) Penelititi mencantumkan kapan penelitian itu dilakukan
b. Kekurangan
Peneliti tidaj mencantumkan tempat penelitian
5. Abstrak
a. Kelebihan
1) Dapat menggambarkan secara jelas mengenai masalah penelitian dan
metodologi.
2) Jurnal mencantumkan kata kunci
b. Kekurangan
1) Jurnal tidak menyebutkan manfaat penelitian secara tertulis
2) Jurnal tidak menyebutkan rekomendasi apa yang akan diberikan kepada pihak
– pihak yang terkait atau berkepentingan dalam penelitian ini
3) Abstrak melebihi 200 kata.
6. Masalah penelitian
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh brochers ( dkk 2012), dislokasi jari dapat
terjadi pada distal interphalangeal, metacarpal interphalangeal dan proxymal
interphalangeal. Tetapi dislokasi proxymal interphalangeal paling sering terjadi. Hal
ini dikarenakan proxymal interphalangeal merupakan sendi yang sangat aktif yang
dapat memberikan 85% gerakan tangan. Pada kasus ini, didapatkan trauma terbuka
akut yang menyebabkan laserasi proxymal interphalangeal.
Fraktur – dislokasi jari di Amerika sangat umum ditemukan. Pada tahun 2012
didapatkan insiden 68/1000 kasus kunjungan unit gawat darurat. Sedangkan prevalensi
dislokasi jari 12/100.000 selama setahun. Studi yang dilakukan chung ( dkk 2018 ),
kontribusi terjadinya dislokasi pada proxymal interphalangeal yaitu 5 % pada ibu jari,
10 % terjadi pada jari telunjuk, 14 % terjadi pada jari manis dan 24% terjadi pada jari
kelingking.
7. Tujuan penelitian
untuk melaporkan kasus open dislocation proxymal interphalx akibat trauma tumpul
dan memerlukan tindakan operatif.
8. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian kurang jelas karena tidak ditulis oleh peneliti
9. Tinjauan Pustaka
a. Kelebihan
1) Penulis jurnal sudah menggunakan analisis kritis berdasarkan literatur yang ada
dengan membandingkan temuan – temuan pada penelitian sebelumnya dengan
hasil yang didapatkan oleh penulis.
2) Buku – buku yang digunakan sudah cukup relevan sehingga dapat digunakan
dalam penyusunan penelitian ini.
3) Terdapat jurnal yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini.
10. Kerangka konsep
Kerangka koonsep tidak dijelaskan dalam jurnal.
11. Hipotesis
Hipotesis seharusnya ada dalam penelitian, namun dalam penelitian tidak
dicantumkan.
12. Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah case control dengan menggunakan data pasien yang
mengalami Dislokasi pada Proxymal interphalanx.
13. Populasi
Populasi adalah pasien yang open dislocation proxymal interphalngeal 2018
Populasi cukup jelas karena disertai waktu
14. Sampling
Pengambilan sampling secara sistematik random sampling. Dislokasi pada Proxymal
interphalanx (PIP) merupakan cedera yang umum terjadi, khususnya pada atlit.
Insidensi meningkat pada dewasa dengan rentan usia 40-44 tahun dan lansia pada usia
90 tahun. Kasus terbanyak juga terjadi pada lelaki dari pada perempuan dengan
perbandingan 2,9:1 dan terjadi pada sendi PIP (10% dari semua dislokasi). Dislokasi
biasanya disebabkan karena faktor fisik yang memaksa sendi untuk bergerak lebih dari
jangkauan normalnya, yang menyebabkan kegagalan tekanan, baik pada komponen
tulang sendi, ligamen dan kapsula fibrous, atau pada tulang maupun jaringan lunak.
15. Sample
Pengambilan sample secara sistematic random sampling
Penulis tidak menjelaskan mengapa memakai teknik sistematik random sampling.
16. Variabel
Peneliti mengambil variabel yaitu dar usia, jenis kelamin,pekerjaan dan sudah cukup
jelas dalam jurnal
17. Definisi operasional variabel
Insidensi meningkat pada dewasa dengan rentan usia 40-44 tahun dan lansia pada usia
90 tahun. Kasus terbanyak juga terjadi pada lelaki dari pada perempuan dengan
perbandingan 2,9:1 dan terjadi pada sendi PIP (10% dari semua dislokasi). Definisi
variabel sudah cukup jelas.
18. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukakan variabel yang berhubungan dengan kejadian secara
umum, pasien dengan open dislocation proxymal interphalngeal yang diterapi dengan
open reduction menunjukkan outcome yang cukup baik. Lou dkk 2018, melaporkan
komplikasi yang terjadi setelah opartif yaitu nyeri (67%), kontraktur dan malfungsi
(15%) dan infeksi (5-18%).14 Setelah dilakukan tindakan operatif, pasien dipulangkan
hari pertama post operatif.
Hasil penelitian ditulis secara jelas,singkat,padat.
19. Pembahasan
Pada pembahasan diskusi jurnal penelitian membahas masalah secara tepat dan tidak
berbelit – belit.
20. Kesimpulan
Isi kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan penelitian
Kesimpulan ditulis secara ringkas dan jelas.
21. Saran
Peneliti memberikan rekomendasi untuk para medis dan pasien yang mengalami
trauma dislokasi
22. Referensi
Literatur yang digunakan sekitar 70% menggunakan literatur terbaru yang berasal dari
jurnal – jurnal yang telah dipublikasikan sebelumnya.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Cedera pada tangan yang paling sering terjadi adalah fraktur jari dan dislokasi sendi
jari. Dislokasi sendi jari merupakan kasus umum pada bidang orthopedi dan
traumatologi. Penanganan yang dapat dilakukan yaitu tindakan operatif.
2. Saran
Diharapkan sebelum penelitian dilakukan, hendaknya peneliti atau pihak terkait
memperhatikan dan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari teknik
tersebut.
JURNAL II

“ ANALISI RONTGEN THORAKS POSTEROANTERIOR UNTUK DIAGNOSIS


PNEUMOTORAKS: METODE, PENGGUNAAN, DAN RESOLUSI “

A. Pendahuluan
1. Metode pencarian literatur
a. Database yang digunakan dalam pencarian ini adalah Google
b. Kata kunci pencarian literatur adalah “ Gadar trauma pneumothorak “
c. Jumlah literatur yang didapat sebanyak 20.000 hasil ( 0,20 detik )
d. Proses seleksi literatur adalah ( kriteria inklusi dan eksklusi )
Berdasarkan literatur yang cukup lengkap dan memenuhi keinginan penelaah.
2. Abstrak
a. Konteks
Kebanyakan pneumotoraks di perlihatkan dengan inspirasi maksimal dengan
posisi erect posteroanterior (PA) pada rontgen thoraks. Films dengan posisi
ekspirasi memiliki peran dalam klinikal management pada pasien dengan
cadangan respirasi minimal salah satunya pasien dengan suspek penumothoraks
dan tidak diperlihatkan oleh film dengan posisi inspirasi. Rotgen thoraks PA
digunakan untuk diagnosis pneumothoraks spontan maupun nonspontan. Ketika
pemeriksaan radiologi digital digunakan kebanyakan peneliti menggunakan
resolusi 2.5-lp/mm dan resolusi tersebut memuaskan untuk mendeteksi
pneumothoraks.
b. Tujuan
Untuk mendiskusikan metode, penggunaan, dan resolusi rontgen PA untuk
diagnosis pneumothoraks.
c. Desain
Desain penelitian ini adalah case control dengan menggunakan data pasien yang
mengalami dengan posisi erect posteroanterior (PA) pada rontgen thoraks.
d. Hasil penelitian
Films dengan posisi ekspirasi memiliki peran dalam klinikal management pada
pasien dengan cadangan respirasi minimal salah satunya pasien dengan suspek
penumothoraks dan tidak diperlihatkan oleh film dengan posisi inspirasi. Rotgen
thoraks PA digunakan untuk diagnosis pneumothoraks spontan maupun
nonspontan.
e. Panjang abstrak
<250 kata
f. Kata kunci
radiography, computed tomography, pneumothorax, rontgen dada posteroanterior.
B. DESKRIPSI JURNAL
1. Deskripsi Umum
a. Judul : Rontgen thoraks posteroanterior untuk diagnosis pneumotoraks: metode,
penggunaan, dan resolusi.
b. Penulis : Denise Rosatto Silva Sandra Jungblut Schuh Paulo de Tarso Roth Dalcin
Universidade Federal do Rio Grande do Sul, Purto Alegre-RS, Brazil
c. Publikasi : Reports in Medical Imaging 2010:3 29-34
d. Penelaah : Cyntia Iswari ( 1710105045 )
e. Tanggal telaah : 25 Maret 2020
2. Deskripsi Konten / Isi
a. Masalah /Tujuan Penelitian
Mendiskusikan metode, penggunaan, dan resolusi rontgen PA untuk diagnosis
pneumothoraks.
b. Hasil Penelitian
Diagnosis dini dari pneumothoraks penting untuk mencegah penurunan fungsi
pernapasan dan kematian. Kebanyakan pneumothoraks di gambarkan dengan posisi
rontgen erect PA.
c. Kesimpulan Penelitian
Diagnosis radiografi pneumothoraks di pemeriksaan rontgen PA dengan
diidentifikasikannya garis pleura viseral terpisah dari pleura parietal oleh ruang
udara radiolusen. Pembuluh pulmo mengikuti garis pleura viseral dan tidak terpisah.
C. TELAAH JURNAL
1. Fokus Penelitian
Rontgen dada kebanyakan posisi PA, AP, lateral. Pada posisi PA sinar dari belakang
dada dan sinar keluar ke bagian anterior dada. Apabila foto AP sinar berasal dari depan
dada pasien dan menuju ke belakang/posterior dada. Posisi AP lebih sulit diinterpretasi
dari pada posisi PA, namun posisi AP terkadang digunakan apabila kondisi pasien tidak
dapat bangun dari tempat tidur (film supine) sehingga film supinasi disebut juga posisi
AP. Pada posisi AP terlihat perbedaan dari posisi jantung dimana jantung jadi lebih
membesar pada posisi AP. Pada posisi AP pneumothoraks yang kecil posisinya akan
berpindah ke pleura anterior dan dapat menghilang. Pada posisi lateral akan didapatkan
gambaran seperti posisi PA. Pada posisi lateral pasien berdiri dengan tangan kiri keatas
dan bagian kiri dada menempel dengan permukaan datar. Pada posisi lateral
dikarenakan kurangnya komposisi bayangan, maka udara bebas dengan volume yang
sedikit mudah terlihat dengan posisi sejajar di dinding dada dengan sensitivitas yang
sama dengan CT.
2. Gaya dan sistematika penulisan
Sistematika telaah tersusun dengan baik dan jelas pada judul penelitian, nama penulis,
abstrak ( konteks,tujuan penelitian,analisis statistic, hasil dan kesimpulan ).
3. Penulis
Penulis dalam penelitian adalah Denise Rosatto Silva Sandra Jungblut Schuh Paulo de
Tarso Roth Dalcin, Universidade Federal do Rio Grande do Sul, Purto Alegre-RS,
Brazil
4. Judul Penelitian
“ Rontgen thoraks posteroanterior untuk diagnosis pneumotoraks: metode, penggunaan,
dan resolusi”.
a. Kelebihan
1) Judul penelitian cukup jelas, akurat, tidak ambigu serta menggambarkan apa
yang akan diteliti.
2) Peneliti mencantumkan kapan penelitian itu dilakukan
b. Kekurangan
1) Pada jurnal bagian atau spesialisasi penulis belum dijelaskan secara spesifik
dan hanya menyertakan institusi besar yang melatarbelakangi
5. Abstrak
a. Kelebihan
1) Dapat menggambarkan secara jelas mengenai masalah penelitian dan
metodologi.
2) Jurnal mencantumkan kata kunci
b. Kekurangan
1) Jurnal tidak menyebutkan manfaat penelitian secara tertulis
2) Jurnal tidak menyebutkan rekomendasi apa yang akan diberikan kepada pihak
– pihak yang terkait atau berkepentingan dalam penelitian ini
3) Abstrak melebihi 200 kata
4) Jurnal kurang informatif karena tidak memaparkan tujuan dan latar belakang
diangkatnya topik tersebut
5) Jurnal tidak ada kesimpulan yang didapat dari penulis artikel kurang dijabarkan
secara lengkap.
6) Jurnal dapat dilihat tidak ditemukannya singkatan yang tidak baku ataupun
singkatan yang tidak diberi keterangan.
6. Masalah penelitian
Masih banyak penelti yang mempertanyakan penggunaan rutin rontgen ekspirasi
padahal harganya lebih mahal dan dosis radiasinya tidak memberikan informasi yang
bermakna dibandingkan film inspirasi saja. < 4% pneumothoraks tidak terlihat oleh foto
inspirasi, disisi lain foto ekspirasi sendiri menghalangi interpretasi sehingga hasilnya
kadang opasitas positif palsu. Film ekspirasi memiliki peran penting dalam klinikal
management pada pasien dengan cadangan respirasi sedikit yaitu yang didiagnosa
pneumothoraks dan tidak digambarkan dengan film inspirasi.
7. Tujuan penelitian
Untuk diagnosis pneumothoraks spontan maupun nonspontan.
8. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian kurang jelas karena tidak ditulis oleh peneliti
9. Tinjauan Pustaka
a. Kelebihan
1) Penulis jurnal sudah menggunakan analisis kritis berdasarkan literatur yang ada
dengan membandingkan temuan – temuan pada penelitian sebelumnya dengan
hasil yang didapatkan oleh penulis.
2) Buku – buku yang digunakan sudah cukup relevan sehingga dapat digunakan
dalam penyusunan penelitian ini.
3) Terdapat jurnal yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini.
10. Kerangka konsep
Kerangka koonsep tidak dijelaskan dalam jurnal.
11. Hipotesis
Hipotesis seharusnya ada dalam penelitian, namun dalam penelitian tidak
dicantumkan.
12. Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah case control dengan menggunakan data pasien yang
mengalami deteksi pneumothoraks dalam posisi berdiri, lateral decubitus.
13. Populasi
Populasi adalah pasien pasien dengan cadangan respirasi sedikit.
Populasi cukup jelas karena disertai waktu
14. Sampling
CT scan mendeteksi pneumothoraks dimana ia tidak terdeteksi melalui rontgen dada,
hal ini disebut dengan occult pneumothoraks. Insiden occult pneumothoraks
ditemukan pada 5% pasien akibat trauma, tetapi 15% ditemukan pada pasien yang
melakukan CT. CT scan menyediakan sensitivitas yang lebih baik dibandingkan
dengan rontgen dada dalam mendiagnosa pasien dengan pneumothoraks kecil dengan
trauma.
15. Sample
Pengambilan sample secara sistematic random sampling
Penulis tidak menjelaskan mengapa memakai teknik sistematik random sampling.
16. Variabel
Peneliti mengambil variabel yaitu dariposisi erect posteroanterior (PA) pada rontgen
thoraks sudah cukup jelas dalam jurnal
17. Definisi operasional variabel
Rontgen dada posisi PA digunakan untuk mendiagnosis pneumothoraks spontan dan
nonspontan. Pneumothoraks spontan dibagi menjadi 2 yaitu pneumothoraks spontan
primer (PSP) dan pneumothoraks sekunder (SSP). PSP terjadi tanpa adanya penyakit
paru yang mendasari sebelumnya, sedangkan SSP terjadi karena adanya penyakit paru
yang mendasari sebelumnya seperti osbtruksi pulmo kronik. Pneumothoraks non
pontan dibagi lagi menjadi iatrogenic dan trauma noniatrogenic. Pneumothoraks
noniatrogenic biasanya berasal dari trauma sedangkan pneumothoraks iatrogenik
disebabkan oleh adanya intervensi medis. CT scan thoraks tidak menjadi indikasi
rutin pada pasien dengan PSP sejak dikatakan tidak adanya korelasi antara adanya
blebs pada subpleura dengan kejadian adanya rekurensi pneumothoraks. Pada pasien
dengan penetresi trauma frekuensi occult pneumothoraks sekitar 17% dimana hal
tersebut dapat berkurang apabila menggunakan rontgen thoraks secara berdiri.
Kebanyakan posisi rontgen erect adalah anterior hingga supinasi untuk mendeteksi
pneumothoraks (sensitivitas 92% dan 50% masing-masing), hal itu tidak mungkin
terlihat pada posisi foto rontgen berdiri untuk pasien dengan trauma tumpul atau
trauma penetresi karena adanya sesuatu yang berhubungan seperti tindakan
pencegahan pada tulang servikal, ketidakstabilan hemodinamik, immobilisasi pada
luka ortopedi, resusitasi berkelanjutan, penurunan kesadaran. CT scan merupakan
pilihan terbaik untuk mendiagnosis pneumothoraks pada posisi pasien supinasi.
18. Hasil penelitian
Bagaimanapun dalam penelitian ini dalam mendeteksi tampilan gambar suatu
penyakit berdasarkan seorang spesialis radiologi bukan berasal dari seorang spesialis
penyakit dalam ataupun spesialis bedah. Sebagai tambahan dari 70% kasus
penumothoraks ≥ 10% nya mengalami perluasan pada hemithoraks yang terlibat. Pada
sebagian besar kasus terdapat perbedaan yang sedikit antara monitor LCD dan
monitor CRT.
19. Pembahasan
Pada pembahasan diskusi jurnal penelitian membahas masalah secara tepat dan tidak
berbelit – belit
20. Kesimpulan
Isi kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan penelitian
Kesimpulan ditulis secara ringkas dan jelas.
21. Saran
Peneliti memberikan rekomendasi untuk kasus terdapat perbedaan yang sedikit antara
monitor LCD dan monitor CRT.
22. Referensi
Literatur yang digunakan sekitar 70% menggunakan literatur terbaru yang berasal dari
jurnal – jurnal yang telah dipublikasikan sebelumnya.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pneumothoraks merupaka penyakit paru yang memerlukan diagnosis dini yang akurat.
Foto yang paling sering digunakan adalah proyeksi PA, jika ada keraguan diagnosis
menggunakan PA ekspirasi atau foto lateral dekubitus. CT-scan merupakan gold
standar, namun dipakai apabila pneumothoraks tidak terdeteksi pada foto polos.
2. Saran
Diharapkan sebelum penelitian dilakukan, hendaknya peneliti atau pihak terkait
memperhatikan dan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari teknik
tersebut.
JURNAL III
“ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN CIDERA MUSKULOSKELETAL PADA PEMAIN FUTSAL “
A. PENDAHULUAN
1. Metode Pencarian Literatur
a. Database yang digunakan dalam pencarian ini adalah Google
b. Kata kunci pencarian literatur adalah “ Gadar trauma spain dan strain “
c. Jumlah literatur yang didapat sebanyak 15.000 hasil ( 0,15 detik )
d. Proses seleksi literatur adalah ( kriteria inklusi dan eksklusi )
Berdasarkan literatur yang paling lengkap dan memenuhi keinginan penelaah.
2. Abstrak
a. Konteks
Olahraga futsal sering mengakibatkan cedera muskuloskeletal. Cidera
muskuloskeletal dipengaruhi usia, pendidikan, pengalaman, dan kurangnya
pengetahuan yang berdampak tidak terbentuknya sikap yang positif terhadap
pencegahan cedera yang selanjutnya memiliki perilaku yang buruk terhadap
pencegahan cedera muskuloskeletal. Hasil studi pendahuluan di lapangan Forza
Futsal masih kurangnya pengetahuan, sikap dan perilaku dalam pencegahan cedera
muskuloskeletal.
b. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia, pendidikan, lama
bermain futsal, pengetahuan, dan sikap dengan perilaku pencegahan cedera
muskuloskeletal pada pemain futsal di lapangan Forza Futsal
c. Desain
Desain penelitian ini adalah cross sectionalpenelitian kuantitatif observasional
analitik
d. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku pencegahan cedera muskuloskeletal pada pemain
futsal di lapangan Forza Futsal. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan
perilaku pencegahan cedera muskuloskeletal pada pemain futsal di lapangan Forza
Futsal.
e. Panjang abstrak
< 299 kata
f.Kata kunci
Pencegahan Cedera Muskuloskeletal, Perilaku, Sikap, dan Tingkat Pengetahuan
B. DESKRIPSI JURNAL
1. Deskripsi Umum
a. Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Cidera
Muskuloskeletal Pada Pemain Futsal
b. Penulis : Siti Fadlilah, Nazwar Hamdani Rahil
c. Publikasi : Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019
d. Penelaah : Cyntia Iswari ( 1710105045 )
e. Tanggal telaah : 25 Maret 2020
3. Deskripsi Konten / Isi
a. Masalah
Akibat tidak melakukan beberapa tindakan atau latihan dalam pencegahan sebelum
bermain futsal, yang selanjutnya dapat menyebabkan cedera muskuloskeletal.
b. Tujuan Penelitian
mengetahui hubungan usia, pendidikan, lama bermain futsal, pengetahuan, dan
sikap dengan perilaku pencegahan cedera muskuloskeletal pada pemain futsal di
lapangan Forza Futsal
c. Hasil Penelitian
Terdapat hubungan antara resiko cedera muskuloskeletal ekstremitas bawah
dengan kekuatan core stability pada pemain basket Sekolah Menengah Atas
(SMA) usia 15 sampai 17 tahun
d. Kesimpulan Penelitian
Terdapat mitos-mitos keliru mengenai cedera ankle dan terapi latihan, sehingga
membutuhkan pembenahan agar tingkat pengetahuan atlet bisa meningkat menjadi
lebih baik.
C. TELAAH JURNAL
1. Fokus Penelitian
Pada penelitian ini meliputi definisi cedera muskuloskeletal, penyebab cedera
muskuloskeletal (latihan yang berlebihan dan tidak proposional), macam-macam
cedera muskuloskeletal (sprain dan strain), dan pencegahan cedera muskuloskeletal
(warm up, balance exercises, tapping, stretching, protective equipment, cool down dan
recovery). Pengetahuan yang baik berarti pemain futsal sudah mengetahui dan
memahami yang selanjutnya akan diaplikasikan, menganalisi, sintesis dan evaluasi,
yang selanjutnya akan diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku dalam pencegahan
cedera muskuloskeletal.
2. Gaya dan sistematika penulisan
Sistematika telaah tersusun dengan baik dan jelas pada judul penelitian, nama penulis,
abstrak yang didalamnya menggambarkan semua yang dibutuhkan oleh peneliti dan
juga dibutuhkan oleh penelaah.
3. Penulis
Penulis dalam penelitian adalah Siti Fadlilah, Nazwar Hamdani Rahil, Universitas
Respati Yogyakarta, sitifadlilah@respati.ac.id, Universitas Respati Yogyakarta,
nhrahil@respati.ac.id
4. Judul Penelitian
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Cidera
Muskuloskeletal Pada Pemain Futsal
a. Kelebihan
1) Judul penelitian cukup jelas, akurat, tidak ambigu serta menggambarkan apa
yang akan diteliti.
2) Penelititi mencantumkan kapan dan tempat penelitian itu dilakukan
5. Abstrak
a. Kelebihan
1) Dapat menggambarkan secara jelas mengenai masalah penelitian dan
metodologi.
2) Jurnal mencantumkan kata kunci
3) Jurnal mencantumkan tujuan
4) Jurnal mencantumkan desain yang digunakan
5) Jurnal mencantumkan teknik yang dipakai
b. Kekurangan
1) Jurnal tidak menyebutkan manfaat penelitian secara tertulis
2) Abstrak melebihi 200 kata.
6. Masalah penelitian
Cidera muskuloskeletal dipengaruhi usia, pendidikan, pengalaman, dan kurangnya
pengetahuan yang berdampak tidak terbentuknya sikap yang positif terhadap
pencegahan cedera yang selanjutnya memiliki perilaku yang buruk terhadap
pencegahan cedera muskuloskeletal.
7. Tujuan penelitian
Mengetahui hubungan usia, pendidikan, lama bermain futsal, pengetahuan, dan sikap
dengan perilaku pencegahan cedera muskuloskeletal pada pemain futsal di lapangan
Forza Futsal
8. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian kurang jelas karena tidak ditulis oleh peneliti.
9. Tinjauan Pustaka
a. Kelebihan
1) Penulis jurnal sudah menggunakan analisis kritis berdasarkan literatur yang ada
dengan membandingkan temuan – temuan pada penelitian sebelumnya dengan
hasil yang didapatkan oleh penulis.
2) Buku – buku yang digunakan sudah cukup relevan sehingga dapat digunakan
dalam penyusunan penelitian ini.
3) Terdapat jurnal yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini.
10. Kerangka konsep
Kerangka koonsep tidak dijelaskan dalam jurnal.
11. Hipotesis
Hipotesis seharusnya ada dalam penelitian, namun dalam penelitian tidak
dicantumkan.
12. Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif observasional analitik dengan desain
cross sectional
13. Populasi
Populasi penelitian adalah pemain futsal yang bermain di lapangan Forza Futsal
Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.
14. Sampling
Sampling berjumlah 82 pemain sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
yaitu bersedia menjadi responden, usia 17-35 tahun, laki-laki, dan bermain futsal lebih
dari 1 bulan. Kriteria eksklusi yaitu pemain yang sedang mengalami cidera. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
15. Sample
Pengambilan sample secara sistematic random sampling
Penulis tidak menjelaskan mengapa memakai teknik sistematik random sampling.
16. Variabel
variabel perancu yang tidak dikendalikan oleh peneliti sendiri yang dapat menjadi
faktor terkait hasil penelitian yang ada.
17. Definisi operasional variabel
Perilaku baik akan dilakukan seseorang apabila sudah terbentuknya sikap positif.
Namun tidak menutup kumungkinan seseorang yang memiliki sikap positif tetapi
memiliki perilaku yang buruk, ini disebabkan karena sikap bukan hanya kondisi
internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap
lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya indidual, artinya proses ini terjadi
secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh
adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang
dipertahankan dan dikelola oleh individu.
18. Hasil penelitian
Menunjukkan tidak ada hubungan antara usia, lama bermain, dan pengetahuan dengan
dengan perilaku pencegahan cidera muskuloskeletal pada pemain futsal di lapangan
Forza Futsal. Hasil penelitian ditulis secara jelas,singkat,padat.
19. Pembahasan
Pada pembahasan diskusi jurnal penelitian membahas masalah secara tepat dan tidak
berbelit – belit.
20. Kesimpulan
Isi kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan penelitian
Kesimpulan ditulis secara ringkas dan jelas.
21. Saran
Peneliti memberikan untuk pihak Forza Futsal dapat memberikan peraturan terhadap
setiap pemain futsal yang hendak bermain untuk melakukan unsur-unsur dalam
pencegahan cedera muskuloskeletal
22. Referensi
Literatur yang digunakan sekitar 70% menggunakan literatur terbaru yang berasal dari
jurnal – jurnal yang telah dipublikasikan sebelumnya.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara usia, lama bermain, dan
pengetahuan dengan dengan perilaku pencegahan cidera muskuloskeletal pada pemain
futsal di lapangan Forza Futsal. Sedangkan pendidikan dan pengetahuan mempunyai
hubungan dengan dengan perilaku pencegahan cidera muskuloskeletal pada pemain
futsal di lapangan Forza Futsal.
2. Saran
Diharapkan sebelum penelitian dilakukan, hendaknya peneliti atau pihak terkait
memperhatikan dan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari teknik
tersebut. Diharapkan untuk pihak Forza Futsal dapat memberikan peraturan terhadap
setiap pemain futsal yang hendak bermain untuk melakukan unsur-unsur dalam
pencegahan cedera muskuloskeletal, serta pihak Forza Futsal juga memberikan
informasi mengenai pencegahan cedera muskuloskeletal melalui media seperti poster
dan sejenisnya, sehingga setiap pemain futsal akan terhindar dari cedera
muskuloskeletal

Anda mungkin juga menyukai