Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. DEFINISI
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani saksi
kurungan atau saksi lainnya, menurut perundang-undangan. Pengertian
narapidana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang
hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana)
atau terhukum.
Pada pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012
tentang sistem peradilan pidana anak menjelaskan bahwa “Anak yang
berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak
yang telah berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18 tahun yang
diduga melakukan tindak pidana”.
Menurut Dirjosworo (dalam Lubis dkk, 2014) narapidana adalah
manusia biasa seperti manusia lainnya hanya karena melanggar norma
hukum yang ada, maka dipisahkan oleh hakim untuk menjalani
hukuman.
Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 (dalam Soraya, 2013) tentang Pemasyarakatan, terpidana adalah
seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dengan demikian, pengertian narapidana adalah seseorang yang
melakukan tindak kejahatan dan telah dinyatakan bersalah oleh hakim
di pengadilan serta dijatuhi hukuman penjara.

1
2. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi
narapidana adalah:
a. Faktor ekonomi
1) Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-
besaran, persaingan bebas, menghidupkan konsumsi dengan
jalan periklanan, cara penjualan modern dan lain-lain, yaitu
menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan
sekaligus mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan
melakukan penipuan-penipuan.
2) Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran
dan gangguan ekonomi nasional, upah para pekerja bukan
lagi merupakan indeks keadaan ekonomi pada umumnya.
Maka dari itu perubahan-perubahan harga pasar (market
fluctuations) harus diperhatikan.
3) Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau
tidak, mempengaruhi terjadinya kriminalitas, terutama
dalam waktu- waktu krisis, pengangguran dianggap paling
penting. Bekerja terlalu muda, tak ada pengharapan maju,
pengangguran berkala yang tetap, pengangguran biasa,
berpindahnya pekerjaan dari satu tempat ke tempat yang
lain, perubahan gaji sehingga tidak mungkin membuat
anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengangguran adalah faktor yang paling
penting.

2
b. Faktor Mental
1) Agama
Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti
krimogemis bila dihubungkan dengan pengertian dan
perasaan moral yang telah meresap secara menyeluruh.
Meskipun adanya faktor-faktor negatif , memang
merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang secara
teratur diajarkan oleh bimbingan agama dan khususnya
bersambung pada keyakinan keagamaan yang sungguh,
membangunkan secara khusus dorongan-dorongan yang
kuat untuk melawan kecenderungan-kecenderungan
kriminal.
2) Bacaan dan film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek
merupakan faktor krimogenik yang kuat, mulai dengan
roman-roman dari abad ke-18, lalu dengan cerita-cerita dan
gambar-gambar erotis dan pornografi, buku-buku picisan
lain dan akhirnya cerita- cerita detektif dengan penjahat
sebagai pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah.
Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan
demikian ialah gambaran suatu kejahatan tertentu dapat
berpengaruh langsung dan suatu cara teknis tertentu
kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian-
harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya
juga dapat berasal dari koran-koran. Di samping bacaan-
bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap
menyebabkan pertumbuhan kriminalitas tertutama
kenakalan remaja akhir- akhir ini.

3
c. Faktor Pribadi
1) Umur
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab
kejahatan, baik secara yuridis maupun kriminal dan sampai
suatu batas tertentu berhubungan dengan faktor-faktor
seks/kelamin dan bangsa, tapi faktor-faktor tersebut pada
akhirnya merupakan pengertian- pengertian netral bagi
kriminologi. Artinya hanya dalam kerjasamanya dengan
faktor-faktor lingkungan mereka baru memperoleh arti bagi
kriminologi. Kecenderungan untuk berbuat antisocial
bertambah selama masih sekolah dan memuncak antara
umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan sampai umur 40,
lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada
hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas
lain yang tergantung dari irama kehidupan manusia.
2) Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan
kriminalitas, seperti pelanggaran lalu lintas, kejahatan
dilakukan dengan kekerasan, pengemisan, kejahatan seks,
dan penimbulan pembakaran, walaupun alcohol merupakan
faktor yang kuat, masih juga merupakan tanda tanya,
sampai berapa jauh pengaruhnya.
3) Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan
lingkungan, seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya
patuh terhadap hukum, melakukan kriminalitas.
Kesimpulannya yaitu sesudah perang, ada krisis-krisis,
perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi dan
revolusi ekonomi. Di samping kemungkinan orang jadi
kasar karena perang, kepemilikan senjata api menambah
bahaya akan terjadinya perbuatan-perbuatan kriminal.

4
3. KLASIFIKASI
Seorang narapidana ditempatkan sesuai dengan penggolongan
atas dasar umur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis
kejahatan, kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan
pembinaan, dan lembaga pemasyarakatan,. Artinya, seorang narapidana
harus ditempatkan dengan narapidana lainnya yang golongannya sama
sebagaimana yang telah ditentukan. Seperti halnya narapidana dengan
jenis kejahatan berbeda tidak ditempatkan dalam satu sel secara
bersamaan.
a. Penggolongan narapidana berdasarkan umur terdiri atas:
a) Anak (12 s.d. 18 tahun)
b) Dewasa (diatas 18 tahun)
b. Penggolongan narapidana berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas:
a) Laki –laki
b) Wanita
c. Penggolongan narapidana berdasarkan lama pidana, terdiri atas:
a) Pidana 1 hari sd 3 bulan (Register B.II b)
b) Pidana 3 bulan sd 12 bulan 5 hari (1 tahun) (Register B.II a)
c) Pidana 12 bulan 5 hari (1 tahun keatas) (Register B.I)
d) Pidana Seumur Hidup (Register Seumur Hidup)
e) Pidana Mati (Register Mati)
d. Penggolongan narapidana berdasarkan jenis kejahatan, terdiri
atas:
a) Jenis kejahatan umum
b) Jenis kejahatan khusus
e. Penggolongan narapidana berdasarkan kriteria lainnya sesuai
dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan. Rahmat Hi.
Abdullah (hal. 54) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa adapun
penggolongan narapidana sebagaimana yang tercantum dalam
Pasal 12 UU 12/1995 memang perlu, baik dilihat dari segi

5
keamanan dan pembinaan serta menjaga pengaruh negatif yang
dapat berpengaruh terhadap narapidana lainnya. Jenis kejahatan
juga merupakan salah satu karakteristik ide individualisasi dalam
pembinaan narapidana. Untuk itu, di dalam melakukan pembinaan
terhadap narapidana haruslah dipisah-pisahkan berdasarkan jenis
kejahatannya, seperti narkotika, pencurian, penipuan,
penggelapan, pembunuhan, dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan prisonisasi atas narapidana.
f. Penggolongan narapidana berdasarkan lembaga pemasyarakatan,
terdiri atas :
a) Lapas umum
b) Lapas khusus (Lapas Perempuan, Lapas Anak, Lapas
Narkotika dan Lapas untuk tindak pidana berat

4. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum dampak kehidupan dipenjara merusak kondisi
psikologis seseorang. Gejala-gejala psikologis yang diakibatkan oleh
pemenjaraan terhadap seseorang meliputi :
a. Sulit bergaul
b. Sikap menarik diri dari realitas
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Depresi berat
e. Kecemasan
f. Penurunan produktivitas
g. Penolakan terhadap kemampuan diri
h. Kurang memerhatikan perawatan diri
i. Berpakaian tidak rapih
j. Berkurang selera makan
k. Tidak berani menatap lawan bicara
l. Lebih banyak menunduk

6
5. PENATALAKSAAN
a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia
menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005,hal.231).
b. Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas
kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi
realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok
diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan
gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi.Terapi aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi adalah terapi yang mengunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok
dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
c. Terapi kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni
pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas
tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada
pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk
seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang
lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).

7
1) Terapi kerja pada narapidana laki laki
a) Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat
binatang-binatang dianggap dapat membantu
narapidana untuk mendapatkan terapi secara
psikologis dan menjadi lebih terlatih secara
emosional. Binatang yang dilatih tidak hanya binatang
peliharaan, namun juga binatang yang ditinggalkan
atau dibuang oleh pemiliknya. Diharapkan nantinya
binatang- binatang ini juga dapat berguna di
masyarakat, sama seperti narapidana yang
mendapatkan pelatihan untuk dapat diterima dan
bekerja dengan masyarakat lainnya.
b) Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat
dimanfaatkan sebagai pelatihan memasak bagi para
narapidana. Meskipun ada yang mendapatkan
pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng, banyak
pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara
khusus, mulai dari membuat menu hingga menyusun
anggaran.
c) Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana
untuk berkonsultasi pada mantan penjahat, namun di
penjara, narapidana diberikan pengetahuan mengenai
rehabilitasi dan terapi konseling. Hal ini dikarenakan
narapidana memiliki pengalaman yang membuat
mereka lebih mengerti mengenai tindak kejahatan.

8
Dengan pelatihan ini, mereka diharapkan
untuk dapat memberikan konseling dengan lebih baik
kepada orang-orang yang bermasalah berdasarkan
pengalaman pribadi mereka serta pelatihan yang
mereka terima.
2) Terapi kerja pada anak
a) Keterampilan
Agar narapidana anak menjadi terampil dan
juga sebagai bekal baginya setelah kembali
kemasyarakat nantinya, kepada mereka di berikan
latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini dapat
dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan sedangkan
tempat penentuan kerja dan jenis pekerjaan yang akan
diberikan kepada narapidana ditetapkan oleh Tim
Pengamat Pemasyarakatan. Latihan kerja ini berupa
latihan kerja di bidang pertanian, Perkebunan,
Pengelasan, Penjahitan dan lain sebagainya.
3) Terapi kerja pada narapidana perempuan
Program pembentukan perilaku wirausaha
narapidana di Lapas II B dilaksanakan melalui pembinaan
soft kill dan hard skill dengan pendekatan perilaku
wirausaha. Pembinaan soft skill yang dilaksanakan yaitu
pembinaan intelektual, pembinaan kerohanian dan
pembinaan rekreatif. Pembinaan hard skill yang
dilaksanakan yaitu pembinaan keterampilan dan
kemandirian melalui bimbingan kerja.Ketrampilan khusus
yang di latihkan pada naraidana perempuan berupa
ketrampilan hidup seperti pertukangan kayu, kerajinan sapu,
las listrik, batik tulis, kerajinan sangkar burung,perkebunan,
dan pembuatan souvenir.

9
B. KONSEP DASAR MEDIS
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian
1) Identitas klien
a) Nama
b) Umur
c) Jenis kelamin
d) Tanggal dirawat
e) Tanggal pengkajian
f) Nomor rekam medis
2) Faktor predisposisi
a) Genetik
b) Neurobiologis : penurunan volume otak dan
perubahan sistem neurotransmiter.
c) Teori virus dan infeksi
3) Faktor presipitasi
a) Biologis
b) Sosial kutural
c) Psikologis
4) Penilaian terhadap stress
5) Sumber koping
a) Disonasi kognitif (Gangguan jiwa aktif)
b) Pencapaian wawasan
c) Kognitif yang konstan
d) Bergerak menuju prestasi kerja
6) Mekanisme koping
a) Regresi (Berhubungan dengan masalah dalam proses
informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga
dalam upaya mengelola ansietas)

10
b) Proyeksi (Upaya untuk menjelaskan presepsi yang
membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab
kepada orang lain)
c) Menarik diri
d) Pengingkaran

2. POHON MASALAH

Effect Defisit Perawatan Diri

Care Problem Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Harga Diri Rendah Situasional

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Harga Diri Rendah Situasional
2) Isolasi Sosial
3) Defisit Perawatan Diri

11
4. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi


(SDKI) Kriteria Hasil Keperawatan (SIKI)
(SLKI)
1 Harga Diri Rendah Setelah dilakukan Promosi kesadaran diri
Situasional tindakan Observasi
Tanda Mayor : keperawatan selama 1. Identifikasi
1. Menilai diri negative 3 X 24 jam maka keaadaan
(mis. Tidak berguna, harga diri emosional saat ini
tidak tertolong) meningkat, dengan 2. Identifikasi
2. Merasa malu/bersalah kriteria hasil respon yang
3. Melebih-lebihkan 1. Penilaian diri ditunjukkan
penilaian negative positif berbagai situasi
tentang diri sendiri meningkat Terapeutik
4. Menolak penilaian 2. Perasaan 3. Diskusikan nilai-
positif tentang diri memiliki nilai yang
sendiri kelebihan atau berkonstribusi
5. Berbicara pelan dan kemampuan terhadap konsep
lirih positif diri
6. Menolak berinteraksi meningkat 4. Diskusikan
dengan orang lain 3. Penerimaan tentang pikiran,
7. Berjalan menunduk penilaian positif perilaku atau
8. Postur tubuh menunduk terhadap diri respon terhadap
sendiri kondisi
Tanda Minor : meningkat 5. Diskusikan
9. Sulit berkonsentrasi 4. Minat mencoba dampak penyakit
10. Kontak mata kurang hal baru pada konsep diri
11. Lesu dan tidak meningkat 6. Ungkapkan
bergairah 5. Berjalan penyangkalan
12. Pasif menampakan tentang kenyataan

12
13. Tidak mampu membuat wajah 7. Motivasi dalam
keputusan meningkat meningkatkan
6. Postur tubuh kemampuan
menampakkan belajar
wajah Edukasi
meningkat 8. Anjurkan
7. Perasaan malu mengenali pikiran
menurun dan perasaan
8. Perasaan tentang diri
bersalah 9. Anjurkan
menurun menyadari bahwa
9. Perasaan tidak setiap orang unik
mampu 10. Anjurkan
melakukan mengungkapkan
apapun perasaan (mis.
menurun Marah atau
10. Meremehkan depresi)
kemampuan 11. Anjurkan
mengatasi meminta bantuan
masalah orang lain, sesuai
menurun kebutuhan
12. Anjurkan
mengubah
pandangan diri
sebagai korban
13. Anjurkan
mengidentifikasi
perasaan bersalah
14. Anjurkan
mengidentifikasi
situasi yang

13
memicu
kecemasaan
15. Anjurkan
mengevaluasi
kembali presepsi
negative tentang
diri
16. Anjurkan dan
mengekspresikan
diri dengan
kelompok sebaya
17. Ajarkan cara
membuat prioritas
hidup
18. Latih kemampuan
posistif diri yang
dimiliki.
2 Isolasi Sosial Setelah dilakukan Promosi sosialisasti
Tanda Mayor : tindakan Observasi :
1. Merasa ingin sendirian keperawatan selama 1. Identifikasi
2. Merasa tidak aman di 3 X 24 jam maka kemampuan
tempat umum keterlibatan sosial melakukan
3. Menarik diri meningkat dengan interaksi dengan
4. Tidak kriteria hasil orang lain
berminat/menolak 1. Minat interaksi 2. Identifikasi
berinteraksi dengan meningkat hambatan
orang lain atau 2. Verbalisasi melakukan
lingkungan sosial menurun interaksi dengan
Tanda Minor : 3. Verbalisasi orang lain
5. Merasa berbeda dengan ketidakamanan
orang lain di tempat umum

14
6. Merasa asyik dengan menurun Terapeutik :
pikiran sendiri 4. Perilaku 3. Motivasi
7. Merasa tidak menarik diri meningkatkan
mempunyai tujuan menurun keterlibatan dalam
yang jelas suatu hubungan
8. Afek datar 4. Motivasi
9. Afek sedih kesabaran dalam
10. Riwayat ditolak mengembangkan
11. Menunjukan suatu hubungan
permusuhan 5. Motivasi
12. Tidak mampu berpartisipasi
memenuhi harapan dalam aktivitas
orang lain baru dan kegiatan
13. Kondisi difabel kelompok
14. Tindakan tidak berarti 6. Motivasi
15. Tidak ada kontak mata berinteraksi diluar
16. Perkembangan lingkungan (mis.
terlambat Jalan-jaln, ketoko
17. Tidak bergairah/lesu buku)
7. Diskusikan
kekuatan dan
keterbatasan
dalam
berkomunikasi
dengan orang lain
8. Diskusikan
perencanaan
kegiatan dimasa
depan
9. Berikan umpan
balik posistif

15
dalam perawatan
diri
10. Berikan umpan
balik positif pada
setiap
peningkatan
kemampuan
Edukasi :
11. Anjurkan
berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
12. Anjurkan ikut
serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakatan
13. Anjurkan
berbagai
pengalaman
dengan orang lain
14. Anjurkan
menigkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain
15. Anjurkan
menggunakan alat
bantu (mis.
Kacamata dan alat
bantu dengar)

16
16. Anjurkan
membuat
perencanaan
kelompok kecil
untuk kegiatan
khusus
17. Latih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi
18. Latih
mengekspresikan
marah dengan
tepat
3 Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
Tanda Mayor : tidakan keperawatan Observasi :
1. Menolak melakukan selama 3 X 24 jam 1. Identifikasi
perawatan diri maka perawatan diri kesiapan dan
2. Tidak mampu meningkat denga kemampuan
mandi/mengenakan kriteria hasil menerima
pakaian/makan/ketoilet 1. Kemampuan informasi
/berhias secara mandiri mandi 2. Identifikasi
3. Minat melakukan meningkat faktor-faktor yang
perawatan diri kurang 2. Kemampuan dapat
Tanda Minor : mengenakan meningkatkan dan
(Tidak tersedia) pakaian menurunkan
meningkat motivasi perilaku
3. Kemampuan hidup bersih dan
makan sehat
meningkat

17
4. Kemampuan Terapeutik :
ketoilt 3. Sediakan materi
(BAB/BAK) dan media
meningkat pendidikan
5. Verbalisasi kesehatan
keinginan 4. Jadwalkan
melakukan pendidikan
perawatan diri kesehatan sesuai
meningkat kesepakatan
6. Minat 5. Berikan
melakukan kesempatan untuk
perawatan diri bertanya
meningkat Edukasi :
6. Jelaskan faktor
yang risiko yang
dapat
mempengaruhi
lkesehatan
7. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
8. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

18

Anda mungkin juga menyukai