Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia saaat ini
mengakibatkan persaingan dalam dunia kerja semakin ketat, sehingga
berdampak pada banyaknya pengangguran. Berdasarkan data dari badan
pusat statistik (2013), tingkat pengangguran setiap bulan adalah sekita
5,92% dari jumlah angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 121,2 juta
orang. Banyaknya pengangguran tersebut menyebabkan beberapa dari
mereka menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan yang harus dipenuhi salah satunya adalah kebutuhan dasar
yang dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu kebutuhan
untuk makan. Seseorang dengan tingkat ekonomi menengah kebawah akan
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan mereka sehari-
hari. Tingkat ekonomi menengah kebawah tersebut merupakan suatu hal
yang mendasari perbuatan seseorang untukmemenuhi dorongan social
yang memerlukan dukungan finansial sehingga berpengaruh pada
kebutuhan hidup sehari-hari.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan dasarnya demi meneruskan
kebutuhan hidup, maka mereka menghalalkan segala cara, seperti
pencurian, pengeroyokan, dan pembunuhan. Pelaku kejahatan pasti akan
dijatuhi hukuman yang sesuai dengan berat atau ringannya suatu
pelanggaran yang dilakukan. Pelaku kejahatan yang telah menjalani
persidangan dan divonis hukuman pidana disebut dengan narapidana.
Harsono (Siahaan,2008) mengatakan bahwa narapidana adalah
seseorang yang telah dijatuhi vonis bersalah oleh hukum dan harus
menjalani hukuman atau sanksi, yang kemudian akan ditempatkan di
dalam sebuah bangunan yang disebut rutan, penjara atau lembaga
pemasyarakatan.
Narapidana yang sedang menjalani hukuman pidana tidak hanya
akan mengalami hukuman secara fisik, tetapi juga mengalami hukuman

1
secara psikologis seperti kehilangan kebebasan dan kasih sayang dari
pasangan, anak, maupun orang tuanya. Frank (Siahaan, 2008)
menambhakan bahwa dampak fisik dan psikologis yang dialami
narapidana dapat membuat narapidana merasakan perasaan tidak
bermakna yang ditandai dengan perasaan hampa, gersang, bosan dan
penuh dengan keputusasaan.
Rahmawati (Shofia, 2009) melalui penelitiannya tentang
kepercayaan diri narapidana pasca hukuman pidana menyatakan bahwa
pada dasarnya mantan narapidana memiliki harga diri rendah dan konsep
diri yang negative. Secara garis besar hal ini disebabkan karena
masyarakat cenderung menolak kehadiran mereka dalam kehidupan yang
normal. Penolakan masyarakat terhadap narapidana dianggap sebagai
masalah yang harus diwaspadai.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa bisa menguraikan asuhan keperawatan jiwa pada
narapidana.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui defenisi dari narapidana.
b) Mengetahui etiologi dari narapidana.
c) Mengetahui masalah kesehatan narapidana.
d) Mengetagui klasifikasi dari narapidana.
e) Mengetahui penatalaksaan dari narapidana.
f) Mengetahui rentang respon dari masalah yang terjadi pada
narapidana.
g) Mengetahui bagaimana pohon masalah dari masalah yang terjadi
pada narapidan tersebut.
h) Mengetahui diagnosa, kriteria hasil dan intervensi dari masalah
keperawatan jiwa yang terjadi pada narapidana.

2
3. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran yang dapat bermanfaat sebagai bahan
pembanding tugas serupa.
b. Bagi tenaga kesehatan
Bisa dijadikan bahan acuan untuk melakukan tindakan asuhan
keperawatan kesehatan jiwa pada kasus narapidana.
c. Bagi masyarakat
Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan
jiwa pada narapidana.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Narapidana
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani saksi kurungan
atau saksi lainnya, menurut perundang-undangan. Pengertian narapidana
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBHI) adalah orang hukuman
(orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) atau
terhukum. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor: 12 Tahun 1995
tentang Permasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Permasyarakatan.
Karena terkucilkan dari masyarakat umum, berbagai masalah
kejiwaan narapidana kemungkinan akan muncul, diantaranya:
1. Harga diri rendah dan Konsep diri yang negatif
2. Risiko bunuh diri
B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi narapidana
adalah:
1. Faktor ekonomi
a. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan
bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara
penjualan modern dan lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan
untuk memiliki barang dan sekaligus mempersiapkan suatu dasar
untuk kesempatan melakukan penipuan-penipuan.
b. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan
ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks
keadaan ekonomi pada umumnya. Maka dari itu perubahan-
perubahan harga pasar (market fluctuations) harus diperhatikan.

4
c. Pengangguran
Diantara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak,
mempengaruhi terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu-
waktu krisis, pengangguran dianggap paling penting. Bekerja
terlalu muda, tak ada pengharapan maju, pengangguran berkala
yang tetap, pengangguran biasa, berpindahnya pekerjaan dari satu
tempat ke tempat yang lain, perubahan gaji sehingga tidak
mungkin membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengangguran adalah faktor yang paling
penting.
2. Faktor Mental
a. Agama
Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis
bila dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah
meresap secara menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor
negatif , memang merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang
secara teratur diajarkan oleh bimbingan agama dan khususnya
bersambung pada keyakinan keagamaan yang sungguh,
membangunkan secara khusus dorongan-dorongan yang kuat untuk
melawan kecenderungan-kecenderungan kriminal.
b. Bacaan dan film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan faktor
krimogenik yang kuat, mulai dengan roman-roman dari abad ke-
18, lalu dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan
pornografi, buku-buku picisan lain dan akhirnya cerita-cerita
detektif dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan
kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari
bacaan demikian ialah gambaran suatu kejahatan tertentu dapat
berpengaruh langsung dan suatu cara teknis tertentu kemudian
dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian- harian yang mengenai
bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat berasal dari

5
koran-koran.Di samping bacaan-bacaan tersebut di atas, film
(termasuk TV) dianggap menyebabkan pertumbuhan kriminalitas
tertutama kenakalan remaja akhir- akhir ini.
3. Faktor Pribadi
a) Umur
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan,
baik secara yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas
tertentu berhubungan dengan faktor-faktor seks/kelamin dan
bangsa, tapi faktor-faktor tersebut pada akhirnya merupakan
pengertian- pengertian netral bagi kriminologi. Artinya hanya
dalam kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan mereka
baru memperoleh arti bagi kriminologi. Kecenderungan untuk
berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah dan
memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan
sampai umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti
sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada
garis aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan
manusia.
b) Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas,
seperti pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan
kekerasan, pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan
pembakaran, walaupun alcohol merupakan faktor yang kuat,
masih juga merupakan tanda tanya, sampai berapa jauh
pengaruhnya.
c) Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan
lingkungan, seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya patuh
terhadap hukum, melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu
sesudah perang, ada krisis-krisis, perpindahan rakyat ke lain
lingkungan, terjadi inflasi dan revolusi ekonomi. Di samping

6
kemungkinan orang jadi kasar karena perang, kepemilikan
senjata api menambah bahaya akan terjadinya perbuatan-
perbuatan kriminal.
C. Masalah Kesehatan Narapidana
1. Kesehatan Mental
Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000 tahanan
dilembaga pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa. Penyakit jiwa
yang sering dijumpai adalah skizofrenia, bipolar affective disorder dan
personality disorder. Karena banyak yang mengalami ganguan
kesehatan jiwa maka pemerintah harus menyediakan pelayanan
kesehatan mental.
2. Kesehatan fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan
penyakit menular seperti HIV, Hepatitis dan Tuberculosis.
a) HIV
Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6 kali
lebih tinggi daripada populasi umum.Tingginya angka infeksi HIV
ini berkaian dengan perilaku yang beresiko tinggi seperti
penggunaan obat-obaan, sexual intercourse yang tidak aman dan
pemakaian tato. Pendekatan yang dilakukan untuk menekan angka
kejadian yaitu dengan dilakukannya penegaan dan program
pendidikan kesehatan mengenai HIV dan AIDS.
b) Hepatitis
Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dariopada populasi
umum walaupun data yang ada belum lengkap. Hal ini berkaitan
dengan penggunaan obat-obat lewat suntikan, tato, imigran dari
daerah dengan insiden hepatitis B dan C tinggi. National
Commision on Correctional Healt Care (NCCHC) menyarankan
agar dilakukan skrining pada semua tahanan dan jika diindikasikan
maka harus segera diberikan pengobatan. NCCHC juga
merekomendasikan pendidikan bagi semua staf dan tahanan

7
mengenai cara penyebaran, pencegahan, pengobatan dan kemajuan
penyakit.
c) Tuberculosis
Angka TB tiga kali lebih besar di LP dibanding populasi
umum.Hal ini terkait dengan kepadatan penjara dan ventilasi yang
buruk, yang mempengaruhi penyebaran penyakit. Pada tahun 196,
lembaga yang menangani tuberculosis yaitu CC
merekomendasikan pencegahan dan pengontrolan TB di lembaga
pemasyarakatan yaitu:
1. Diadakannya skrining TB bagi semua staf dan tahanan
2. Diadakan penegahan transmisi penyakit dan diberikan
pengobatan yang sesuai
3. Monitoring dan evaluasi skrining
D. Klasifikasi
Berdasarkan populasi narapidana yang mempunyai masalah kesehatan
pada lembaga pemasyarakatan, yaitu:
1. Wanita
Masalah kesehatan yang ada mungkin lebih komplek misalnya tahanan
wanita yang dalam keadaan hamil, meninggalkan anak dalam
pengasuhan orang lain (terpisah dari anak), korban penganiayaan dan
kekerasan social, penyalahgunaan obat terlarang. Tetapi pelayanan
kesehatan yang selama ini diberikan belum cukup maksimal untuk
memenuhi kebutuhan mereka seperti pemeriksaan ginekologi untuk
wanita hamil dan korban kekerasan seksual. NCCHC menawarkan
ketentuan-ketentuan berikut untuk pemenuhan pelayanan kesehatan:
a) LP memberikan pelayanan lengkap secara rutin termasuk
pemeriksaan ginekologi secara koprehensif.
b) Pelayanan kesehatan komprehensif meliputi kesehatan reproduksi,
korban dari penipuan, konseling berkaitan dengan peran sebagai
orang tua dan pemakaian obat-obatan dan alcohol.

8
2. Remaja
Meningkatnya jumlah remaja yang terlibat tindak kriminal membuat
mereka harus ikut dihukum dan ditahan seperti orang dewasa. Hal ini
akan menghalagi pemenuhan kebutuan untuk berkembang seperti
perkembangan fisik, emosi dan nutrisi yang dibutuhkan. Para remaja
ini akan mempunyai masalah-masalah kesehatan seperti kekerasan
seksual, penyerangan oleh tahanan lain atau tindakan bunuh diri.
Disini perawat harus memantau tingkat perkembangan dan
pengalaman mereka dan perlu waspada bahwa pada usia ini paling
rentan terkena masalah kesehatan.
E. Penatalaksanaan
1. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama (Maramis,2005,hal.231).
2. Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok
stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi
aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat, 2005 hal.13). Dari
empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang paling relevan
dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri
rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.Terapi
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah (Keliat dan Akemat, 2005).

9
3. Terapi kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan.Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang
masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan
untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada
pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4. Terapi kerja pada narapidana laki-laki
a) Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang-binatang
dianggap dapat membantu narapidana untuk mendapatkan terapi
secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secara emosional.
Binatang yang dilatih tidak hanya binatang peliharaan, namun juga
binatang yang ditinggalkan atau dibuang oleh pemiliknya.
Diharapkan nantinya binatang-binatang ini juga dapat berguna di
masyarakat, sama seperti narapidana yang mendapatkan pelatihan
untuk dapat diterima dan bekerja dengan masyarakat lainnya.
b) Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai
pelatihan memasak bagi para narapidana. Meskipun ada yang
mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng,
banyak pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara khusus,
mulai dari membuat menu hingga menyusun anggaran. Beberapa
penjara juga bekerja sama dengan restoran lokal untuk memberi
pelatihan ini. Selain itu, dengan pekerja di dapur, mereka tidak
perlu banyak berinteraksi dengan masyarakat yang mungkin
memandang negatif.
5. Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk berkonsultasi pada
mantan penjahat, namun di penjara, narapidana diberikan pengetahuan
mengenai rehabilitasi dan terapi konseling. Hal ini dikarenakan

10
narapidana memiliki pengalaman yang membuat mereka lebih
mengerti mengenai tindak kejahatan. Dengan pelatihan ini, mereka
diharapkan untuk dapat memberikan konseling dengan lebih baik
kepada orang-orang yang bermasalah berdasarkan pengalaman pribadi
mereka serta pelatihan yang mereka terima.
6. Terapi kerja pada anak
Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga sebagai bekal
baginya setelah kembali kemasyarakat nantinya, kepada mereka di
berikan latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini dapat dilakukan oleh
lembaga pemasyarakatan sedangkan tempat penentuan kerja dan jenis
pekerjaan yang akan diberikan kepada narapidana ditetapkan oleh Tim
Pengamat Pemasyarakatan. Latihan kerja ini berupa latihan kerja di
bidang pertanian, Perkebunan, Pengelasan, Penjahitan dan lain
sebagainya.
7. Terapi kerja pada narapidana perempuan
Terapi kerja pada narapidana perempuan
Program pembentukan perilaku wirausaha narapidana di Lapas IIB
Sleman dilaksanakan melalui pembinaan soft kill dan hard skill
dengan pendekatan perilaku wirusaha. Pembinaan soft skill yang
dilaksanakan yaitu pembinaan intelektual, pembinaan kerohanian dan
pembinaan rekreatif. Pembinaan hard skill yang dilaksanakan yaitu
pembinaan keterampilan dan kemandirian melalui bimbingan kerja.
Ketarampilan khusus yang di latihkan pada naraidana perempuan
berupa keterampilan hidup seperti pertukangan kayu, kerajinan sapu,
las listrik, batik tulis, kerajinan sangkar burung, perkebunan, dan
pembuatan souvenir.
F. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart menyatakan bahwa
manusia adalah mahluk sosisal, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif.
Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan

11
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu
hubungan.
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012):

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik Diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling Ketergantungan

a. Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude
umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
b. Otonomi
c. Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
d. Kebersamaan (Mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal di mana
individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
e. Saling ketergantungan (Intedependen)
f. Intedependen merupakan kondisi saling ketergantungan antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
g. Kesepian
Merupakan kondisi di mana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya.

12
h. Isolasi Sosial
Merupakan suatu keadaan di mana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
i. Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan
hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang
lain.
j. Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
k. Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.
l. Narkikisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap
egosentrik, pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung

13
G. Pohon Masalah

Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi


Effect (akibat)

Isolasi Sosial
Core Problem

Harga Diri Rendah


causa

14
N DIAGNOSA PERENCANAAN
TG O KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
L DX
1 2 3 4 5 6 7
Isolasi sosial 1. Klien dapat 1.1 ekspresi wajah bersahabat 1 1.1.1 bina hubungan saling Hubungan saling
membina menunjukan rasa senang ada kontak percaya dengan percaya
hubungan mata, mau berjabat tangan, mau mengngkapkan prinsip merupakan dasar
saling menjawab salam, klien mau duduk komunikasi terapeutik. untuk kelancaran
percaya berdampingan dengan perawat, mau a. Sapa klien dengan hubungan
mengutarakan masalah yang dihadapi ramah baik verbal interaksi
maupun non verbal . selanjutnya.
b. Perkenalkan diri
dengan sopan.
c. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan yang
disukai klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati

15
janji
f. Tunjukan sifat empati
dari menerima klien
apa adanya.
g. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat 2.1 klien dapat menyebutkan 2.1.1 kaji pengetahuan klien Diketahuinya
menyebutka penyebab menarik diri yang tentang perilaku penyebab akan
n penyebab berasal dari: menarik diri dan dapat
menarik diri - diri sendiri tanda-tandanya . dihubungkan
- orang lain 2.1.2 beri kesempatan dengan faktor
- lingkungan kepada klien untuk resipitasi yang
mengungkapkan dialami klien.
perasaan penyebab
menarik diri atau tidak
mau bergaul
2.1.3 diskusikan bersama
klien tetang perilaku

16
menarik diri dan
tanda-tanda serta
penyabab yang
muncul
2.1.4 berikn pujian terhadap
kemampuan klien
dalam menggunakan
perasaannya.
3. Klien dapat 3.1 klien dapat 3.1.1 kaji pengetahuan klien Klien harus
menyebutka menyebutkan tentang manfaat dan dicoba
n keuntungan keuntungan berinteraksi
keuntungan berhubungan dengan berhubungan dengan secara bertahap
berhubungan orang lain. orang lain. agar terbiasa
dengan 3.1.2 beri kesempatan membina
orang lain dengan klien untuk hubungan yang
dan kerugian mengungkapkan sehat dengan
tidak perasaan tentang orang lain
berhubungan keuntungan
dengan berhubungan dengan

17
orang lain orang lain.
3.1.3 diskusikan bersma
klien tentang
keuntungan
berhubungan dengan
orang lain.
3.1.4 beri reinforcement
positif terhadap
3.2 klien dapat kemampuan
menyebutkan kerugian pengungkapan
tidak berhubungan perasaan tentang
dengan orang lain. keuntungan
berhubungan dengan
orang lain.
3.2.1 kaji pengetahuan klien
tentang manfaat dan Mengevaluasi
kerugian tidak manfaat yang
berhubungan dengan dirasakan klien
orang lain. sehingga timbul

18
3.2.2 Beri kesempatan motivasi untuk
kepada klien untuk berinteraksi
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain.
3.2.3 Diskusikan bersama
klien tentang kerugian
tidak berhubungan
dengan orang lain.
3.2.4 Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
pengungkapan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain.

19
4. Klien dapat 4.1 klien dapat 4.1.1 kaji kemampuan klien
melaksanaka mendemonstrasikan membina hubungam
n hubungan hubungan sosial scara dengan orang lain.
sosial scara bertahap, antara: 4.1.2 dorong dan bantu klien
bertahap. K-P untuk berhubungan
K-P-K dengan orang lain
K-P-K-Kel melalui tahap :
K-P-K-Klp K-p
K-P-P Lain
K-P-P lain – K lain
K-P-Kel/Klp/Masy
4.1.3 beri reinforcement
terhadap keberhasilan
yang dicapai.
4.1.4 Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat
berhubungan
4.1.5 Diskusikan jadwal
harian yang dapat

20
dilakukan bersama
klien dalam mengisi
waktu
4.1.6 Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan
ruangan.
4.1.7 Beri reinforcement
atas kegiatan klien
dalam ruangan.
5. Klien dapat 5.1 klien dapat 5.1.1 dorong klien untuk
mengungkap mengungkapkan mengungkapkan
kan perasaannya setelah perasaannya bila
perasaannya berhubungan dengan berhubungan dengan
setelah orang lain : orang lain.
berhubungan - diri sendiri 5.1.2 Deskusikan dengan
dengan - orang lain klien tentang manfaat
orange lain. berhubungan dengan
orang lain
5.1.3 Beri reinforcement

21
positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan klien
manfaat berhubungan
dengan orang lain
6. Klien dapat 6.1 keluarga dapat: 6.1.1 bisa berhubungan saling Keterlibatan
memberdaya - menjelaskan perasaannya percaya dengan keluarga sangat
kan system - menjelaskan cara merawat keluarga : mendukung
pendukung klien manarik diri. - salam, perkenalkan diri terhadap proses
atau - Mendemonstrasikan cara - sampaikan tujuan perubahan
keluarga perawatan klien menarik - buat kontrak perilaku klien.
mampu diri - eksplorasi perasaan
mengemban - Berpartisipasi dalam keluarga
gkan perawatan klien menarik 6.1.2 diskusikan dengan
kemampuan diri. anggota keluarga
klien untuk tentang :
berhubungan - perilaku menarik diri
dengan
- penyebab perilaku
orang lain.
manrik diri

22
- akibat yang akan terjadi
jika perilaku manrik diri
tidak ditanggapi
- cara keluarga
menghadapi klien
menarik diri
6.1.3 dorong anggota
keluarga untuk
memberikan dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi dengan
orang lain.
6.1.4 Anjurkan anggota
keluarga secara rutin
dan bergantian
menjenguk klien
minimal satu minggu
sekali
6.1.5 Beri reinforcement atas

23
hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga
Harga diri rendah 1. Klien dapat 1.1 ekspresi wajah bersahabat 1.1.1 1 bina hubungan saling Hubungan saling
kronik membina menunjukan rasa senang, ada kontak percaya dengan percaya
hubunga mata, mau berjabat tangan,mau mengngkapkan prinsip merupakan dasar
saling menjawab salam, klien mau duduk komunikasi terapeutik. untuk interaksi
percaya berdampingan dengan perawat, mau a. Sapa klien dengan selanjutnya
mengutarakan masalah yang dihadapi. ramah baik verbal
maupun non verbal .
b. Perkenalkan diri
dengan sopan.
c. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan yang
disukai klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati
janji

24
f. Tunjukan sifat empati
dari menerima klien
apa adanya.
g. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
2. Klen dapat 2.1 klien mengidentofokasi 2.1.1 diskusikan Diskusikan
mengidentifi kemampuan dan aspek kemampuan dan tingkat
kasi positif yang dimiliki: aspek positif yang kemampuan klen
kemampuan dimiliki klien. seperti menilai
- kemampuan yang dimiiki
dan aspek realitas, kontrol
klien 2.1.2 Setiap bertemu
positif yang diri atau integritas
klien hindarkan
dimliki. - aspek positif keluarga ego sebagai dasar
dari member nilai
asuha
- aspek positif lingkungan negative
keperawatan.
yang dimiliki klien
2.1.3 Utamakan
Reinforcement
member pujian
positif akan
yang realistik
meningkatkan

25
harga diri.

Pujian yang
realistis tidak
menyebabkan
melakukan
kegiatan hanya
karna ingin
mendapat pujian.

3. Klie dapat 3.1 klien menilai kemampuan 3.1.1 diskusikan dega Keterbukaan dan
menilai yang digunakan. klien kemampua pengertian tentang
kemampuan yang masih dapat kemampuan yang
yang digunakan selama dimiliki adalah
digunakan sakit. prasarat untuk
berubah.
3.1.2 Diskusikan
kemampuan yang Pengertian tentan
dapat dilanjutkan kemampuan yang

26
penggunaan dimiliki diri
motivasi untuk
tetap
mempertahankan
penggunaanya.

4. Klien dapat 4.1 klien membuat rencana kegiatan 4.1.1 rencanakan bersama Klien adalah
(menetapkan harian. klien aktivitas yang dapat individu ang
kegiatan dilakukan setiap hari sesuai bertanggung
sesuai kemampuan : jawab terhadap
dengan dirinya sendiri.
 Kegiatan mandiri
kemampuan
Klien perlu
yang  Kegiatan dengan
bertindak secara
dimiliki bantuan sebagian
realistis dalam
 Kegiatan yang kehidupannya.
membutuhkan bantuan

27
total Contoh peran
yang dilihat klien
4.1.2 tingkatkan kegiatan
akan memotivasi
yang sesuai dengan toleransi
klien utuk
kondisi klien
melaksanakan
4.1.3 beri contih cara kegiatan.
pelaksanaan kegiatan yang
boleh klien lakukan.

5. Klien dapat 5.1 klien melakukan kegiatan 5.1.1 beri kesempatan Memberikan
melakukan sesuia kondisi sakit dan kepada klien kesempatan
kegiatan kemampuannya. untuk mencoba kepada klien
sesuia kegiatan yang mandiri dirumah.
kondisi telah
Reinforcement
sakit. direncanakan.
positif akan
5.1.2 Beri pujian atas meingkatkan
keberhasilan klien harga diri.
Memberikan
5.1.3 Diskusikan
kesempatan
kemungkinan

28
pelaksanaan kepada klien
dirumah untuk tetap
melakukan
kegiatan yang
biasa dilakukan.

6. Klien dapat 6.1 klien memanfaatkan system 6.1.1 beri pendidikan Mendorong
memanfaatk pendukung yang ada kesehatan pada keluarga untuk
an system dikelurga keluarga tetang mampu merawat
pendukung cara merawat klien mandiri
yang ada klien dengan dirumah
harga dirirendah
Support system
kronik.
keluarga akan
6.1.2 Bantu keluarga sangan
memberikan berpengaruh
dukungan selama dalam
klien dirawat. mempercepat
proses

29
6.1.3 Bantu keluarga penyembuhan.
menyiapkan
Meningkatkan
lingkungan
peran serta
dirumah.
keluarga dlam
merawat klien
dirumah

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
(UU No.12 Tahun 1995). Seseorang yang terpaksa tinggal di lembaga
pemasyarakatan karena menjalani hukuman akan mempengaruhi kondisi
psikologisnya. Mereka akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan
kehidupannya di lembaga pemasyarakatan, tetapi mereka harus tetap
mengikuti aturan-aturan yang berlaku di lembaga pemasyarakatan. Selain
itu, mereka juga harus terpisah dari keluarganya, kehilangan barang dan
jasa, kehilangan kebebasan untuk tinggal diluar, atau kehilangan pola
seksualitasnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang menjadi narapidana
adalah faktor ekonomi, faktor mental, dan faktor pribadi. Masalah
kesehatan yang muncul pada narapidana yang berada di lapas yaitu
kesehatan mental dan fisik. Kebanyakan masalah kesehatan terjadi pada
narapidana wanita dan remaja karena adanya koping tidak efektif.
Penatalaksanaan pada narapidana yang mengalami gangguan jiwa yaitu
terapi psikoterapi, keperawatan, terapi kerja.
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai
andil dalam memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan
kepada semua masyarakat bahkan narapidana sekalipun, karena banyak
narapidana yang mengalami gangguan psikologis seperti cemas, stress,
depresi dari ringan sampai berat (Butler, dkk. 2005).
B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penangan masalah
keperawatan khusunya pada narapidana harus memiliki pengetahuan yang
luas dan tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit dan

31
asuhan keperawatan hendaknya diberikan secara komprehensif,
biopsikososial cultural dan spiritual. 

32
DAFTAR PUSTAKA

Syafaat, Rachmad. 2002. Dagang Manusia-Kajian Trafficking Terhadap


Perempuan dan Anak di Jawa Timur .Yogyakarta : Lappera Pustaka
Utama.

Sumardi.Mulyanto. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok . Jakarta:


Rajawali.

Halfiah. Fikri.(2009). Perdagangan


Manusia.http://kubil.academiedu.com/2009/06/perdagangan-
manusia.html. Karundeng, Narwasti Vike.2005. Sosialisasi Penyadaran Isu
Trafiking: apa itu trafiking. [terhubung berkala]
http://osdir.com/ml/culture.region. Indonesia. ppi- india/2005-
03/msg01095.html (24 Februari 2011).

33

Anda mungkin juga menyukai