Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu masalah pokok yang dihadapi oleh kota-kota besar dan
kota-kota lainnya tanpa menutup kemungkinan terjadi di pedesaan, adalah
kekerasan pada masyarakat yang merajalela. Siapa saja, tidak menutup
kemungkinan untuk melakukan tindak kekerasan. Apalagi keadaan ekonomi yang
semakin sulit, memaksa sekelompok orang atau individu untuk mencari jalan
pintas untuk mengatasinya. Dalam berbagai acara liputan kriminal di televisi
misalnya, hampir setiap hari selalu ada berita mengenai tindak kriminalitas
kekerasan yang terjadi di masyarakat. Yang sekarang sementara dibahas di media
adalah tindak kekerasan terhadap anak-anak. Hal ini cukup meresahkan dan terus
berkembang di masyarakat.

Tindak kriminal di Indonesia mulai berkembang pada saat ekonomi


semakin sulit dan angka pengangguran semakin tinggi. Akibatnya kelompok
orang masyarakat usia kerja mulai mencari cara untuk mendapatkan penghasilan,
biasanya melalui pemerasan dalam bentuk penyediaan jasa yang sebenarnya tidak
dibutuhkan. Tindak kekerasan yang dilakukan masyarakat juga sangat bervariasi,
mulai dari tawuran antar desa, pencurian, dukun santet, pemerkosaan, penculikan
anak, penipuan, pencabulan, hingga pembunuhan mutilasi.

Dahulu tindakan kriminal yang dilakukan oleh preman identik


dengan tindakan kekerasan fisik, namun seiring dengan perubahan jaman maka
preman juga mengalami perubahan modus dalam melakukan tindak kriminalnya
yaitu dengan cara psikologis atau kejahatan secara halus tanpa melukai fisik
korban. Dengan cara ini kekerasan preman dapat mengurangi resiko dalam
melakukan tindakan kriminalnya. Namun, tidak dapat dipungkiri, hingga saat ini
kekerasan yang dilakukan oleh preman, kriminalitas masih dilakukan dan masih
banyak lagi seseorang atau kelompok yang melakukan tindak kriminal selain
preman.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kekerasan?
2. Apa saja perbuatan yang termasuk dalam tindak kekerasan?
3. Apa faktor-faktor pendorong terjadinya tindakan tindak
kekerasan?
4. Apa akibat dari tindakan kekerasan?
5. Bagaimana cara agar kita tidak terjerumus dalam tindakan
kekerasan?
1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui pengertian kekerasan.


2. Dapat mengetahui, hal-hal yang termasuk dalam tindak kekerasan.
3. Dapat mengetahui faktor-faktor terjadinya tindak kekerasan.
4. Dapat mengetahui akibat dari tindak kekerasan.
5. Bisa mengetahui bagaimana cara agar kita tidak melakukan tindak
kekerasan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kekerasan


Istilah kekerasan berasal dari bahasa Latin violentia, yang
berarati keganasan, kebengisan, kadahsyatan, kegarangan, aniaya, dan
pemerkosaan (sebagaimana di kutib Arif Roman:2005). Tindak kekerasan,
menunjuk kepada tindakan yang dapat merugikan orang lain. Misalnya:
pembunuhan, penjarahan, pemukulan, dll. Walaupun tindakan tersebut
menurut masyarakat umum dinilai benar. Namun pada dasarnya kekerasan
diartikan sebagai perilaku sengaja maupun tidak sengaja yang ditunjukan
untuk merusak orang lain, baik berupa serangan fisik, mental, sosial,
maupun ekonomi yang melanggar HAM, bertentangan dengan nilai-nilai
dan norma-norma masyarakat sehingga berdampak trauma psikologis bagi
korban.
Sedangkan, menurut Ensiklopedia Indonesia, kekerasan (Violence
berasal dari bahasa Latin violentus yang berasal dari kata vi atau vis
berarti kekuasaan atau berkuasa) adalah dalam prinsip dasar dalam
hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik
yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan
pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat
seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang
umumnya.
2.2 Macam-macam kekerasan
Kekerasan sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Tindak
kekerasan seolah-olah telah melekat dalam diri seseorang guna mencapai
tujuan hidupnya. Tidak mengherankan, jika semakin hari kekerasan
semakin meningkatdalam berbagai macam dan bentuk. Oleh karena itu
para ahli sosial berusaha mengklasifikasikan bentuk dan jenis kekerasan
menjadi dua macam, yaitu:
1. Berdasarkan bentuknya, kekerasan dapat digolongkan menjadi
kekerasan fisik, psikologis, dan struktural.
a. Kekerasan fisik, yaitu kekerasan nyata yang dapat dilihat, dirasakan
oleh tubuh. Wujud kekerasan fisik berupa penghilangan kesehatan
atau kemampuan normal tubuh, sampai pada penghilangan nyawa
seseorang. Contoh: Pengaiayaan, pemukulan, pembunuhan, dll.
b. Kekerasan psikologis, yaitu kekerasan yang memiliki sasaran pada
rohani atau jiwa sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan
kemampuan normal jiwa. (Contoh: kebohongan, ancaman dan
tekanan)
c. Kekerasan Struktural, yaitu kekerasan yang dilakukan oleh individu
atau sekelompok orang dengan menggunakan sistem, hukum,
ekonomi, atau tata kebiasaan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu,
kekerasan ini sulit untuk dikenali.
2. Berdasarkan pelakunya, kekerasan dapat digolongkan menjadi dua
bentuk, yaitu:
a. Kekerasan individual, adalah kekerasan yang dilakukan oleh individu
kepada satu atau lebih individu. Contoh: pencurian, pemukulan,
penganiayaan, dll.
b. Kekerasan Kolektif, adalah kekerasan yang dilakukan oleh banyak
individu atau massa. Contoh: tawuran pelajar, bentrokan antar desa.
2.3 Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Tindak Kekerasan
Ada beberapa hal yang yang mempengaruhi para pelaku dalam
melakukan tindak krimiali dan kekerasan. Faktor ekonomi mungkin yang
paling berpengaruh dalam terjadinya tindak kriminal dan akan semakin
parah pada saat tertentu seperti misalnya pada Bulan Puasa (Ramadhan)
yang akan mendekati Hari Raya Idul Fitri. Pada saat ini kebutuhan
masyarakat akan menjadi sangat tinggi baik primer maupun sekunder dan
sebagian orang lein mencari jalan pintas untuk memenuhi kebutuhannya
dengan melakukan tindakan kriminal dan bahkan disertai dengan tindak
kekerasan.
Banyaknya tindak kekerasan yang terjadi di masyarakat
menimbulkan rasa keprinatinan yag mendalam dalam diri setiap ahli
sosial. Setiap kekerasan yang terjadi, tidak sekedar muncul begitu saja
tanpa sebab-sebab yang mendorongnya. Oleh karena itu, para ahli sosial
berusaha mencari penyebab terjadinya kekerasan dalam rangka
menemukan solusi tepat mengurangi kekerasan.
Menurut Thomas Hobbes, kekerasan merupakan sesuatu yang
alamiah dalam diri manusia. Dia percaya bahwa manusia adalah makhluk
yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasional, anarkis, saling iri, serta
benci sehingga menjadi jahat, buas, kasar dan berpikir pendek. Hobbes
mengatakan bahwa manusia adalah serigala bagi manusia (homo homini
lupus). Oleh karena itu, kekerasan adalah sifat alami manusia. Dalam
ketatanegaraan, sikap kekerasan digunakan untuk menjadikan warga takut
dan tunduk kepada pemerintah. Bahkan Hobbes berprinsip bahwa hanya
suatu pemerintahan negara yang menggunakan kekerasan terpusat dan
memiliki kekuatanlah yang dapat mengedalikan situasi dan kondisi
bangsa.
Sedangkan J. J. Rosseau mengungkapkan bahwa pada dasarnya
manusia itu polos, mencintai diri secara spontan, serta tidak egois.
Peradaban serta kebudayaanlah yang menjadikan manusia kehilangan sifat
aslinya. Manusia menjadi kasar dan kejam terhadap orang lain. Dengan
kata lain kekerasan yang dilakukan bukan merupakan sifat murni manusia.
Terlepas dari kedua Tokoh tersebut kekerasan terjadi karena situasi
dan kondisi yang mengharuskan seseorang melakukan tindak kekerasan.
Hal inilah yang melandasi sebagian besar terjadinya kekerasan di
Indonesia. Seperti adanya penyalahgunaan wewenang dan kedudukan oleh
para perjabat negara yang tentunya merugikan kehidupan rakyat, lemahnya
sistem hukum yang dimiliki Indonesia, dll.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tindakan kekerasan,
antara lain sbb:
1. Pertentangan dan persaingan kebudayaan
Hal ini dapat memicu suatu tindakan kriminal yang mengacu pada
kekerasan bermotif SARA (Suku, Agama, Ras, Aliran) seperti
yang terjadi pada kerusuhan di Sampit antara orang Madura dan
orang Kalimantan.
2. Kepadatan dan Komposisi Jumlah Penduduk
Seperti yang terjadi di Kota Jakarta, karena kepadatan penduduk
dan komposisi penduduk yang sangat padat di suatu tempat
mengakibatkan meningkatnya daya saing, tingkat strees, dan lain
sebagainya yang berpotensi mengakibatkan seseorang atau
kelompok untuk berbuat tindakan kekerasan.
3. Perbedaan distribusi kebudayaan
Distribusi kebudayaan dari luar tidak selali berdampakk positif bila
diterapkan pada suatu daerah atau negara. Sebagai contoh budaya
orang barat yang menggunakan busana yang mini para kaum
wanita, hal ini akan mengundang untuk melakukan tindak kriminal
dan kekerasan seperti pemerkosaan dan perampokan.
4. Mentalitas yang labil
Seseorang yang memiliki mentalitas yang labil pasti akan
mempunyai jalan pikiran yang singkat tanpa memikirkan dampak
yang akan terjadi. Layaknya seorang preman jika ingin memenuhi
kebutuhannya mungkin dia hanya akan menggunakan cara yang
mudah, seperti meminta pungutan liar, pemerasan dan lain
sebagainya.
5. Tingkat Pengangguran yang Tinggi
Dikarenakan tingkat pengangguran yang tinggi maka pendapatan
pada suatu daerah sangat rendah dan tidak merata. Hal ini sangat
memicu seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan jalan
pintas dalam memenuhi kebutuhannya dan mungkin dengan cara
melakukan tindak kekerasan.
Namun selain faktor-faktor di atas, tindakan kekerasan
dapat terjadi jika ada niat dan kesempatan. Maka, tindak kekerasan
dapat dilakukan oleh siapa, tidak hanya oleh preman atau
perampok, bahkan dapat dilakukan oleh orang yang paling dekat
bahkan orang yang paling dipercaya.
2.4 Dampak dari Tindakan Kekerasan
Setiap perbuatan pasti memiliki dampak dari perbuatannya.
Termasuk juga dalam tindakan kriminal dan kekerasan yang pasti akan
berdampak negatif seperti:
1. Merugikan pihak lain baik material maupun non- mmaterial
2. Merugikan masyarakat secara keseluruhan
3. Merugikan Negara
4. Mengganggu keamanan masyarakat
5. Mengakibat trauma kepada masyarakat
6. Berurusan dengan hukum
Dengan kata lain dampak dari tindakan kekerasan ini
adalah mengakibatkan keresahan di masyarakat dan peran penegak hukum
seperti polisi akan sangat diandalkan untuk menanggulanginya, namun
peran masyarakat juga akan sangat membantu para polisi dalam
menanggulangi seperti memberikan informasi da pengamanan
dilngkungan sekitarnya dengan melakukan siskamling (sistem keamanan
lingkungan) yang terintregasi dengan tokoh masyarakat dan polisi.
2.5 Solusi Penyelesaian Masalah
Setiap permasalahan pasti ada cara untuk mengatasinya dan ada
beberapa cara untuk mengatasi tindak kriminal dan kekerasan, diantaranya
sbb:
1. Menggunakan sanksi hukum yang tegas dan adil kepada para pelaku
kriminalitas tanpa pandang bulu atau derajat. Hal ini akan sangat
ampuh untuk memberikan efek jera kepada para pelaku agar tidak
mengulangi kembali tindakannya.
2. Mengaktifkan peran serta orang tua dan lemabaga pendidikan dalam
mendidik anak. Dikarenakan hal ini merupakan dari pencegahan sejak
dini untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan dan mencegah
untuk menjadi pelaku tindakan kekerasan
3. Selektif terhadap budaya asing yang masuk agar tidak merusak nilai
budaya bangsa sendiri. Karena setiap budaya luar belum tentu baik
untuk budaya kita, misalnya berbusana mini, berperilaku seperti anak
punk, dan lain sebagainya.
4. Menjaga kelestarian dan kelangsungan nilai dan norma dalam
masyarakat dimulai sejak dini melalui pendidikan multi kultural,
seperti sekolah, beribadah, dan organisasi masyarakat.
5. Melakukan pelatihan atau kursus keahlian bagi para pelaku tindak
kriminal atau pengangguran agar memiliki keterampilan yang dapat
dilakukan untuk mencari lapangan pekerjaan atau wirausaha yang
dapat membuka lapangan pekerjaan baru.
Solusi ini akan berjalan baik bila peran serta pemerintah dan
masyarakat untuk mengatasi permasalahan ini. Dan semua pihak harus
melakukan rekonsiliasi untuk memulihkan ekonomi terutama dengan
masyarakat kelas bawah dan harus diingat bahwa kemerosotan ekonomi
mengakibatkan tingkat kejahatan meningkat.
Selain itu, perlu juga mempolisikan masyrakat. Artinya ada fungsi
pengamanan dan pencegahan kejahatan yang dijalankan oleh masyarakat.
Kondisi sekarang sangat memprihatinkan; masyarakat; seolah todak peduli
apabila terjadi kejahatan di sekelilingnya, bahkan di depan matanya, sikap
tak acuh masyarakat itu dalam kerangka psikologi sosial dapat dipahami
dalam masyarakat modern telah ada semacam share of responsibility.
Tugas keamanan telah diambil alih oleh agen-agen formal, yakni polisi itu
sendiri. Dalam kerangka itu juga dapat dipahami jika kita tidak lagi bisa
berharap pada lembaga informal seperti tokoh masyarakat untuk
mengendalikan keamanan karena peran-peran institusi informal telah
diruntuhkan oleh pemerintah.
2.6 Upaya Pencegahan Tindak Kekerasan
Kini tindakan kekerasan menjadi tindakan alternatif manakala
keinginan dan kepentingan suatu individu atau kelompok tidak tercapai .
Terlebih di Indonesia, kekerasan melanda di segala bidang kehidupan baik
sosial, politik, budaya bahkan kelurga. Walaupun tindakan ini membawa
kerugian yang besar bagi semua pihak, angka terjadinya kekerasan terus
meningkat dari hari ke hari. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan
untuk mencegah semakin membudayanya tindak kekerasan. Upaya-upaya
tersebut antara lain:
1. Kampanye Anti-kekerasan
2. Mengajak Masyarakat untuk Menyelesaikan Masalah Sosial dengan
Cara Bijak
3. Tidak memakai perhiasan yang berlebih
4. Jangan mudah percaya kepada orang yang baru dikenal
5. Tidak berpenampilan terlalu mencolok
6. Bila bepergian ada baiknya tidak sendirian
7. Menguasai ilmu bela diri.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari keseluruhan materi, dapat
disimpulkan bahwa kekerasan adalah tindakan agresi yang menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain, hingga batas tertentu.
Segala penyimpangan yang terjadi ini sebenarnya hanya karena
dipengaruhi oleh tuntutan lingkungan sekitar. Untuk itu peran orang tua
dan lingkungan sekitar harus memberikan conntoh-contoh yang baik, agar
kepribadian mereka juga menjadi baik pula.

B. Saran
Sikap untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan harus dimulai
sejak dini. Dan harus mampu mengontrol emosi.
DAFTAR PUSTAKA

1.4 id.m.wikipedia.org/wiki/kekerasan
1.5 asiaaudiovisualra09gunawanwibisono.wordpress.com/2009/07/05/pengerti
an-kekerasan/
1.6 sitikra.blogspot.com/2013/10/pengertian-kekerasan_7.html?m=1
1.7 juliardiheri.blogspot.com/2013/04/makalah-kekerasan-premanisme.html

Anda mungkin juga menyukai