Anda di halaman 1dari 11

KONSEP MEDIS DENGAN KASUS NARAPIDANA

A. Pengertian Narapidana

Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan


atau sanksilainnya, menurut perundang- undangan. Pengertian narapidana
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang
sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum. Narapidana
adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
lembagapemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yangtelah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995).

Narapidana yang diterima atau masuk kedalam lembaga


pemasyarakatan maupun rumah tahanan negara wajibdilapor yang
prosesnya meliputi: pencatatan putusan pengadilan, jati diri ,barang danuang
yang dibawa, pemeriksaan kesehatan, pembuatan pasphoto, pengambilan
sidik jaridan pembuatan berita acara serah terima terpidana. Setiap narapidana
mempunyai hak dan kewajiban yang sudah diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah. Narapidana yang ditahan dirutan dengan cara tertentu
menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana
(KUHAP) pasal 1 dilakukan selama proses penyidikan, penuntutandan
pemeriksaan untuk disidangkan di pengadilan.Pihak-Pihak yang menahan
adalah Penyidik, Penuntut Umum, Hakim dan mahkamah agung.
Pada pasal 21 KUHAP Penahanan hanya dapat dilakukan terhadap
tersangka yang melakukan tindak pidana termasuk pencurian. Batas waktu
penahanan bervariasi sejak ditahan sampai dengan 110 hari sesuai kasus dan
ketentuan yang berlaku.

B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi
narapidana adalah:
a) Faktor ekonomi
1. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran,
persaingan bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan
periklanan, cara penjualan modern dan lain-lain, yaitu menimbulkan
keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus mempersiapkan
suatu dasar untuk kesempatan melakukan penipuan-penipuan.
2. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan
ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks
keadaan ekonomi pada umumnya. Maka dari itu perubahan-
perubahanharga pasar (market fluctuations) harus diperhatikan.
3. Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak,
mempengaruhi terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu-
waktu krisis, pengangguran dianggap paling penting. Bekerja terlalu
muda, tak ada pengharapan maju, pengangguran berkala yang tetap,
pengangguran biasa, berpindahnya pekerjaan dari satu tempat ke tempat
yang lain, perubahan gaji sehingga tidak mungkin membuat anggaran
belanja, kurangnya libur, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengangguran adalah faktor yang paling penting.
b) Faktor Mental
1. Agama
Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis
bila dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang
telah meresap secara menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor
negatif, memang merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang
secara teratur diajarkan oleh bimbingan agama dan khususnya
bersambung pada keyakinan keagamaan yang sungguh,
membangunkan secara khusus dorongan - dorongan yang kuat
untuk melawan kecenderungan - kecenderungan kriminal.
2. Bacaan dan film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan
faktor krimogenik yang kuat, mulai dengan roman - roman dari abad
ke-18, lalu dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan
pornografi, buku-buku picisan lain dan akhirnya cerita - cerita detektif
dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan kejadian
berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan
demikian ialah gambaran suatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh
langsung dansuatu cara teknis tertentu kemudian dapat
dipraktekkan oleh sipembaca. Harian - harian yang mengenai bacaan
dan kejahatan pada umumnya juga dapat berasal dari koran-koran. Di
samping bacaan-bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap
menyebabkan pertumbuhan kriminalitas tertutama kenakalan remaja
akhir - akhir ini.
c) Faktor Pribadi
1. Umur
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik
secara yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu
berhubungan dengan faktor-faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi
faktor-faktor tersebut pada akhirnya merupakan pengertian - pengertian
netral bagi kriminologi. Artinya hanya dalam kerjasamanya dengan
faktor - faktor lingkungan mereka baru memperoleh arti bagi
kriminologi. Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah
selama masihsekolah dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun
perlahan - lahan sampai umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk
berhenti sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada
garis aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan manusia.
2. Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti
pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan,
pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan pembakaran, walaupun
alcohol merupakan faktor yang kuat, masih juga merupakan tanda
tanya, sampai berapa jauh pengaruhnya.
3. Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan
lingkungan, seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya patuh terhadap
hukum, melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu sesudah
perang, ada krisis - krisis, perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi
inflasi dan revolusi ekonomi. Di samping kemungkinan orang jadi kasar
karena perang, kepemilikan senjata api menambah bahaya akan terjadinya
perbuatan-perbuatan kriminal.
C. Masalah Kesehatan Narapidana
1.) Kesehatan Mental
Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000
tahanan dilembaga pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa. Penyakit
jiwa yangs ering dijumpai adalah skozofrenia, bipolar affective disorder
dan personality disorder. Karena banyak yang mengalami ganguan
kesehatan jiwa maka pemerintah harus menyediakan pelayanan
kesehatan mental.
2.) Kesehatan fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan
penyakit menular seperti HIV, Hepatitis dan Tuberculosis.
 HIV
Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6 kali
lebih tinggi dari pada populasi umum. Tingginya angka infeksi
HIV iniberkaian dengan perilaku yang beresiko tinggi seperti
penggunaan obat - obaan, sexual intercourse yang tidak aman dan
pemakaian tato. Pendekatan yang dilakukan untuk menekan
angka kejadian yaitu dengan dilakukannya penegasan dan
program pendidikan kesehatan mengenai HIV dan AIDS.
 Hepatitis
Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dari pada populasi umum
walaupun data yang ada belum lengkap. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan obat-obat lewat suntikan, tato, imigran dari daerah dengan
insiden hepatitis B dan C tinggi. National Commision on Correctional
Healt Care (NCCHC) menyarankan agar dilakukan skrining
pada semua tahanan dan jika diindikasikan maka harus segera diberikan
pengobatan. NCCHC juga merekomendasikan pendidikan bagi semua
staf dan tahanan mengenai cara penyebaran, pencegahan, pengobatan
dan kemajuan penyakit.
 Tuberculosis
Angka TB tiga kali lebih besar di LP dibanding populasi umum.
Hal ini terkait dengan kepadatan penjara dan ventilasi yang buruk, yang
mempengaruhi penyebaran penyakit. Pada tahun 196, lembaga yang
menangani tuberculosis yaitu CC merekomendasikan pencegahan dan
pengontrolan TB di lembaga pemasyarakatan yaitu:
1.) Diadakannya skrining TB bagi semua staf dan tahanan
2.) Diadakan penegahan transmisi penyakit dan diberikan
pengobatan yang sesuai
3.) Monitoring dan evaluasi skrining
D. Klasifikasi
Berdasarkan populasi narapidana yang mempunyai masalah kesehatan pada
lembaga pemasyarakatan, yaitu :
a) Wanita
Masalah kesehatan yang ada mungkin lebih komplek misalnya tahanan
wanita yang dalam keadaan hamil, meninggalkan anak dalam pengasuhan
orang lain (terpisah dari anak), korban penganiayaan dan kekerasan
social, penyalahagunaan obat terlarang. Tetapi pelayanan kesehatan yang
selama ini diebrikan belum cukup maksimal untuk memenuhi kebutuhan
mereka seperti pemeriksaan ginekologi untuk wanita hamil dan korban
kekerasan seksual. NCCHC menawarkan ketentuan – ketentuan berikut
untuk pemenuhan pelayanan kesehatan :
 LP memberikan pelayanan lengkap secara rutin termasuk pemeriksaan
ginekologi secara koprehensif.
 Pelayanan kesehatan komprehensif meliputi kesehatan reproduksi,
korban dari penipuan, konseling berkaitan dengan peran sebagai orang
tua dan pemakaian obat- obatan dan alcohol.
b) Remaja
Meningkatnya jumlah remaja yang terlibat tindak kriminal membuat
mereka harus ikut di hukum dan ditahan seperti orang dewasa. Hal ini akan
menghalangi pemenuhan kebutuan untuk berkembang seperti
perkembangan fisik, emosi dan nutrisi yang dibutuhkan. Para remaja
ini akan mempunyai masalah - masalah kesehatan seperti kekerasan
seksual, penyerangan oleh tahanan lain atau tindakan bunuh diri. Disini
perawat harus memantau tingkat perkembangan dan pengalaman mereka
dan perlu waspada bahwa pada usia ini paling rentan terkena masalah
kesehatan.
E. Penatalaksanaan
 Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama.
 Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi). Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok
diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan
konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi ataualternatif
penyelesaian masalah.
 Terapi kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni
pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang
telah ditetapkan.Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan
yang masih ada padaseseorang, pemeliharaan dan peningkatan
bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung
pada pertolongan orang lain (Riyadidan Purwanto, 2010).
 Terapi kerja pada narapidana laki laki
1.) Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang- binatang
dianggap dapat membantu narapidana untuk mendapatkanterapi
secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secaraemosional.
Binatang yang dilatih tidak hanya binatang peliharaan, namun
juga binatang yang ditinggalkan ataudibuang oleh pemiliknya.
Diharapkan nantinya binatang - binatang ini juga dapat berguna di
masyarakat, sama seperti narapidana yang mendapatkan pelatihan
untuk dapat diterima dan bekerja dengan masyarakat lainnya.
2.) Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai
pelatihan memasak bagi para narapidana. Meskipun ada yang
mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng,
banyak pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara
khusus, mulai dari membuat menu hingga menyusun anggaran.
Beberapa penjara juga bekerja sama dengan restoran lokal
untuk memberi pelatihan ini. Selain itu, dengan pekerja
didapur, mereka tidak perlu banyak berinteraksi dengan
masyarakat yang mungkin memandang negatif.
3.) Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk
berkonsultasi pada mantan penjahat, namun di penjara
,narapidana diberikan pengetahuan mengenai rehabilitasi danterapi
konseling. Hal ini dikarenakan narapidana memiliki
pengalaman yang membuat mereka lebih mengerti mengenai tindak
kejahatan. Dengan pelatihan ini, mereka diharapkan untuk
dapat memberikan konseling dengan lebih baik kepada orang-
orangyang bermasalah berdasarkan pengalaman pribadi mereka
sertapelatihan yang mereka terima.
 Terapi kerja pada anak
Keterampilan Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga
sebagai bekal baginya setelah kembali kemasyarakat nantinya, kepada
mereka diberikan latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini dapat
dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan sedangkan tempat
penentuan kerja dan jenis pekerjaan yang akan diberikankepada
narapidana ditetapkan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan.
Latihan kerja ini berupa latihan kerja dibidang pertanian,
Perkebunan, Pengelasan, Penjahitan dan lainsebagainya.
 Terapi kerja pada narapidana perempuan
Program pembentukan perilaku wirausaha narapidana di Lapas IIB
Sleman dilaksanakan melalui pembinaan soft kill dan hard skill dengan
pendekatan perilaku wirusaha. Pembinaan soft skill yang dilaksanakan
yaitu pembinaan intelektual, pembinaan kerohanian dan pembinaan
rekreatif. Pembinaan hard skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan
keterampilan dan kemandirian melalui bimbingan kerja. Keterampilan
khusus yang di latihkan pada narapidana perempuan berupa keterampilan
hidup seperti pertukangan kayu, kerajinan sapu, las listrik, batik tulis,
kerajinan sangkar burung, perkebunan, dan pembuatan souvenir.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan pada Narapidana Anak


Nn. R berumur 19 tahun, masuk RSJ di Kota Kendari dibawa oleh petugas
lapas karna sejak seminggu yang lalu mendekam di lapas. Diketahui
bahwa Nn.R melakukan tindak pencurian dikarnakan ekonomi dia dan
keluarga sulit. Perawat mendapat informasi bahwa gadis tersebut nyaris
melakukan percobaan bunuh diri di lapas
a. Pengkajian
I. Identitas klien
Nama : Nn. R
Umur : 19 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Kendari
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum Menikah
II. Alasan Masuk
Seminggu sebelum masuk ke lapas klien melakukan tindakan
pencurian
III.Faktor Predisposisi
1) Klien belum pernah melakukan kejahatan sebelumnya
2) Klien dan keluarga memiliki ekonomi sulit
IV. Pemeriksaan fisik
1) Tanda – tanda vital
1.1 Tekanan darah : 140/80 mmHg
1.2 Nadi : 84x/menit
1.3 Suhu : 36,5 derajat selsius
1.4 Pernapasan : 26x/menit
2) TB dan BB
2.1 Tinggi badan : 156 cm
2.2 Berat badan : 57 kg
3) Kondisi fisik
Klien tidak mengeluh apa-apa dan tidak ada kelainan fisik
V. Psikososial
1) Konsep diri
- Citra tubuh : klien mengatakan bagian tubuh yang
disukai adalah mata karna bisa melihat
- Identitas : klien anak ke-4 dari 5 bersaudara
- Peran : Klien mengatakan didalam keluarga atau
rumah sebagai anak
- Ideal diri : Klien mengatakan dia takut jika keluar
lapas, Klien mengurung diri ketika di lapas
- Harga diri : klien mengatakan malu berhadapan
langsung dengan orang lain, klien merasa tidak pantas jika
berada diantara orang lain, kurang interaksi sosial karena
statusnya sebagai narapidana
2) Hubungan sosial
- Peran serta kelompok/masyarakat : sebelum klien masuk
lapas selalu berada diluar rumah keluyuran tidak jelas
3) Status mental
- Penampilan : penampilan klien kurang rapi, rambut jarang
disisir, klien menggunakan baju yang disediakan di lapas
- Pembicaraan : Klien berbicara lambat dan lirih tetapi dapat
tercapai dan dapat dipahami
- Aktivitas Motorik : Klien lebih banyak menunduk, aktivitas
klien menyesuaikan
- Alam perasaan : Klien mengatakan merasa malu jika masa
tahanannya sudah selesai karena takut tidak diterima oleh
masyarakat.
- Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang karena
menunduk, sesekali klien menengadah, pasif ketika ditanya
- Persepsi : halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan
- Pola Fikir : Tidak ada waaham
- Tingkat kesadaran : klien sadar hari, tanggal dan waktu saat
pengkajian
- Memori : daya ingat jangka Panjang klien masih ingat masa
lalunya
- Tingkat konsentrasi dalam berhitung : Klien berhitung lancar
dan jawabannya tepat
- Kemampuan penilaian : klien mampu menilai antara masuk
kamar setelah makan atau membiarkan kursi tidak rapi, klien
memilih membereskan kursi
- Daya tilik diri : klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah
sakit jiwa
b. Diagnosa
1. Harga diri rendah situsional
2. Isolasi sosial
3. Koping defensif

c. Intervensi

DAFTAR PUSTAKA

abdullah, r. (2015). URGENSI PENGGOLONGAN NARAPIDANA DALAM


LEMBAGA PEMASYARAKATAN. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum
Volume 9 No. 1, Januari-Maret 2015., 1978-5186.

Dewi , N. (2015). Hubungan antara gangguan jiwa dengan kualitas hidup


narapidana wanita. jakarta: skripsi fakultas kedokteran indonesia.

Fitri Maharani, S. (2019). DUKUNGAN SOSIALDAN HUBUNGANNYA


DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA NARAPIDANA ANAK. Jurnal
keperawatan jiwa 6 (2), 83-90.

Mustikasari. (2014). LOGOTERAPI MENINGKATKAN HARGA DIRI


NARAPIDANA PEREMPUAN PENGGUNA NARKOTIKA. Jurnal
keperawatan indonesia, 48-56.25

Anda mungkin juga menyukai