Anda di halaman 1dari 8

SIKAP SEBAGAI GENERASI MUDA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN

NARKOTIKA DAN TERORISME, BAGAIMANA CARA KITA SEBAGAI PEMIMPIN


MENGANTISIPASI KEJAHATAN NARKOTIKA DAN TERORISME

NAMA:MARIA CRESENSIA AKWIN GUINO(2114315401010)


Seperti yang diketahui bersama, narkoba meliputi zat alam atau sintetis
yang bila dikonsumsi dapat menimbulkan perubahan fungsi fisik dan
psikis, serta menimbulkan ketergantungan. Jika disalahgunakan untuk
tujuan di luar pengobatan, narkoba dapat mengubah kerja saraf otak
sehingga akan sulit berpikir, berperasaan, dan berperilaku tidak normal.
Terdapat 5 jenis narkotika, 2 psikotropika, dan 2 zat adiktif lainnya,
dengan beberapa golongan yang saat ini sudah disalahgunakan dalam
pemakaiannya. Berbagai cara telah dilakukan badan negara untuk
mengatasi keadaan ini, mulai dari sosialisasi, pencegahan,
pemberantasan, dan lainnya.
SIKAP SAYA SEBAGAI GENERASI MUDA DALAM MENGHADAPI
KEJAHATAN NARKOTIKA

Beberapa cara untuk mengelola diri agar jauh dari narkoba. Di antaranya:
aktif memegang teguh norma-norma agama dan sosial kemasyarakatan
aktif melibatkan diri dalam kegiatan keluarga, sosial, dan agama;
 hadapilah persoalan hidup dengan tidak takut, panik, ataupun stres karena setiap masalah pasti ada solusinya
ceritakan setiap persoalan kepada orang yang dipercaya; hindari pergaulan dengan orang-orang yang sudah
terindikasi sebagai pemakai narkoba
 Peduli pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar
Perlu diketahui, pencegahan, penanggulangan penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkoba merupakan tanggung
jawab bersama guna mewujudkan kamtibmas yang aman dan kondusif. Harapannya, dapat terwujud stabilitas
pembangunan nasional, masyarakat adil, makmur, dan sejahtera.
SIKAP SEBAGAI PEMIMPIN MENGANTISIPASI KEJAHATAN
NARKOTIKA
• Kewenangan untuk menjamin penyalah guna direhabilitasi sesuai tujuan UU Narkotika diberikan kepada hakim
untuk menjatuhan sanksi pidana rehabilitasi bersifat wajib bila terbukti bersalah. Des rehabilitasi di sini bentuk
huku Kecuali, lanjut dia seperti dilansir Antara, penyalah guna yang terbukti merangkap sebagai pengedar dapat
diberikan hukuman penjara dan hukuman rehabilitasi sampai sembuh.
• Sedangkan sanksi terhadap pengedar adalah sanksi pidana berat dan ditambah sanksi sebagai pelaku tindak pidana
pencucian uang.
• Pencegahan khusus terhadap para penyalah guna agar tidak mengulangi lagi perbuatanya dilakukan dengan cara
direhabilitasi dengan pilihan secara mandiri sukarela, wajib lapor atau ditangkap dan dijatuhi sanksi rehabilitasi
agar tidak menjadi residivis. 
• Pencegahan agar tidak menjadi penyalah guna, dilakukan dengan cara melakukan desiminasi informasi, advokasi
agar tidak dibujuk, ditipu, dirayu, diperdaya bahkan dipaksa menggunakan narkotika.
• Penegakan hukumnya terhadap penyalah guna tidak memenuhi sarat ditahan oleh karena itu, penyalah guna baik
pada proses penyidikan, penuntutan, dan pengadilan ditempatkan dilembaga rehabilitasi, serta penjatuhan
sanksinya berupa sanksi rehabilitasi.
• Berbeda dengan penegakan hukum terhadap pengedar, diberikan upaya paksa berupa penahanan dan dijatuhi saksi
berat.
 Penanganan Terhadap Kejahatan Terorisme
Sebagai negara hukum maka ada dua upaya hukum yang dapat ditempu sebagai upaya preventif dan represif dalam pencegahan
dan penanganan kejahatan terorisme, yaitu melalui sarana penal dan sarana non penal.
1.      Penanganan Secara Hukum Pidana
•Sarana penal adalah cara menuntaskan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana. Karakter dari hukum pidana
adalah bersifat represif, menimbulkan penderitaan yang sengaja ditimpakan kepada seseorang yang melakukan perbuatan
tertentu. Pidana juga adalah nestapa, yakni sesuatu yang tidak enak, yang tidak hanya dirasakan pada saat menjalani pidana
tetapi juga sesudah itu orang masih merasakan akibatnya berupa “cap” oleh masyarakat bahwa ia pernah dipidana. Tujuan
pidana adalah untuk memberikan efek jera kepada pelaku kejahatan serta mencegah munculnya potensi kejahatan dari
masyarakat serta menetramkan masyarakat dengan cara memisahkan pelaku kejahatan dari masyarakat. Demi efektifitas dari
sarana penal (hukum pidana) maka yang perlu mendapat perhatian ialah bagaimana sistim hukum kita. Menurut Lawrence M.
Friedman sistim hukum  mencakup aspek struktur hukum (struktur of law), substansi hukum (substance of the law) dan budaya
hukum dari para penegak hukum (legal culture). Tuntutan terhadap pengesahan terhadap Rancangan Undang- Undang tentang
Terorisme adalah salah satu upaya untuk membenahi sistim hukum demi efektifitas sarana penal dalam penanggulangan
kejahatan.
•Menuntaskan kejahatan dengan memberikan perlindungan keamanan kepada masyarakat merupakan tujuan dari kebijakan
kriminal. Kongres PBB ke- 6 tahun 1980, dalam resolusi mengenai “Crime trends and crime prevention
strategies dikemukakan bahwa pentingnya mengatasi kejahatan untuk membangun masyarakat yang sejahtera dengan cara
mengatasi kondisi- kondisi sosial yang memungkinkan munculnya kejahatan karena, a. Masalah kejahatan merintangi kemajuan
untuk pencapaian kualitas hidup yang pantas bagi semua orang, b. bahwa strategi pencegahan kejahatan harus didasarkan pada
penghapusan sebab- sebab dan kondisi yang menimbulkan kejahatan.
2.      Penangan Di Luar Hukum Pidana
Dalam kebijakan kriminal juga dikenal sarana non penal sebagai upaya pencegahan munculnya kejahatan.
Kebijakan ini didasarkan pada kesadaran yang timbul seiring dengan perkembangan ilmu kriminologi yang
berfokus pada kajian tentang kejahatan. Di bidang krimonologi modern diungkapkan bawa sebab- sebab
munculnya kejahatan tidak hanya timbul dari dalam diri pelaku  (criminal biology) tetapi  juga ditemukan bahwa
sebab- sebab timbulnya kejahatan juga timbul dari faktor lingkungan masyarakat yang dihadapi oleh pelaku
kejahatan ( criminal sociology). Untuk itu dibutuhkan upaya atau tindakan yang tepat supaya mencegah potensi
kejahatan yang akan timbul (criminal policy).[2] Sarana non penal atau sarana diluar hukum pidana yang sifatnya
adalah prefentif, yaitu pencegahan terhadap kondisi- kondisi yang memungkinkan munculnya kejahatan teroris.
Kejahatan terorisme sebagai kejahatan luar biasa, extra ordinary craim maka harus pula ditangani dengan cara
yang luar biasa yaitu  dengan cara melibatkan semua komponen bangsa. Sarana- sarana non penal yang dirasakan
sangat penting dalam upaya pencegahan tindakan terorisme adalah melalui agama, pendidiakan dan media.   
·         Peranan Agama
Agama adalah sarana yang melaluinya orang diperkenalkan tentang gambaran Tuhan yang seharusnya diimani.
Agama tidak identik dengan penganutnya tetapi penganut agama adalah ekspresi dari wajah agama. Ajaran- ajaran
agama yang sungguh diyakini kebenarannya seharusnya mampu menjiwai pengikutnya. Hidup dari pengikut
agama adalah bentuk kesaksian dari apa yang diterima, dikenal dalam satu agama. Tidak ada agama yang
mengajarkan tentang kejahatan kemanusiaan seperti apa yang dilakukan oleh terorisme tetapi pelaku kejahatan
yang melakuka kejahatan mengatasnamakan agama untuk memusuhi sesama antar manusia membuat kita sebagai
bangsa yang beragama perlu melakukan langka- langka preventif sebagai wujud panggilan agama dan panggilan
negara. Menghormati keluhuran manusia adalah ekspresi keluhuran agama dan keadaban bangsa.
·         Peranan Pendidikan
Pendidikan adalah pertarungan masa depan suatu bangsa. Suatu bangsa dapat bergerak, berkembanag ke arah yang lebih baik
jika memiliki sistim pendidikan yang baik. Pendidikan kita tidak hanya berorientasi pada kecerdasan kognitif tetapi juga
kecerdasan afektif dan kecerdasan psikomotor. Hal ini menunjukan bahwa totalitas atau keutuhan manusia dalam cara berpikir,
cara merasa dan cara bertindak itu menjadi arah, tujuan orientasi dari sistim pendidikan kita. Jiwa dari pendidikan ini harus
ditingkatkan karena banyak ahli, banyak pakar tetapi tidak bijaksana. Kebijaksanaan identik dengan kecerdasan ketika
kemampuan berpikir dan bertindak berjalan seirama. Ketidak seimbangan ini menyebabkan banyak ahli/ pakar yang mendekam di
penjara. Ahli hukum terperangkap karena kasus hukum, ahli ekonomi terperangkap karena masalah  ekonomi begitu juga dengan
ahli agama.
Para pelaku teror bunuh diri dengan mengatasnamakan agama tidak muncul begitu saja tetapi tindakan itu dilakukan karena
mereka telah dicangkoki oleh pelbagai paham radikalisme. Tindakan mereka tidak hanya mengganggu ketertiban umum tetapi
juga berpotensi untuk merong-rong kadaulan negara. Paham ideology dan konsep negara yang ditawarkan tidak  sesuai dengan
ideology dan konsep negara Pancasila. Pendidikan yang baik dan benar terutama pendidikan agama harus menjangkau kelompok-
kelompok seperti ini.
·         Peranan Media
Salah satu peran dari media sosial adalah memberikan edukasi kepada masyarakat. Di erah kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menunjukan tingkat peradaban saman ini maka sarana- sarana komunikasi yang ada harus dimanfaatkan secara
benar dalam mempublikasikan pelbagai informasi yang sifatnya mendidik. Kemudahan untuk memperoleh sarana komunikasi
harus dibarengi dengan kecakapan dalam penggunaan media secara baik dan benar.
Peranan negara harus mampu untuk mengontrol dan mengendalikan pelbagai informasi yang dikembangkan di media melalui
sistim hukum yang baik. Sistim hukum yang dimaksudkan di sini adalah struktur hukum, substansi hukum dan budaya hukum.
Struktur hukum ini terkait ketersediaan para penegak hukum/ lembaga penegak hukum polri, kejaksaan, kehakiman dll.
Sedangkan substansi hukum itu berhubungan dengan UU. Sejauhmana UU yang ada merespon atau mengakomodir kepentingan
dan kemendesakan yang dibutuhkan oleh bangsa. Budaya hukum disini sehubungan dengan cara dan mentalitas para penegak
hukum dalam menegakan hukum dengan prinsip equality before the law.

Anda mungkin juga menyukai