PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini, Indonesia masih menjadi bangsa yang memegang tinggi
kaidah dan nilai hokum sebagaimana telah diatur pada pasal 1 ayat (3)UUD
1945. Dalam menjalankan system kenegaraan, suatu bangsa harus mampu
melindungi segala hak yang melekat pada tiap individu. Pada upaya sebagai
pelaksanaan sebuah peraturan perundang-undangan maka diatur sebuah
kebijakan yang disahkan sesuai konstitusi. (Utami dan Wijaya, 2017).
Narkotika merupakan suatu zat atau bukan zat yang terbuat dari tanaman
ataupun bahan kimia yang dapat memberikan efek menurunya kesadaran dan
menyebabkan ketergantungan bagi penggunanya. Narkotika jika dilihat dalam dunia
medis membawa dampak yang positif dan membantu dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dalam dunia medis akan tetapi ada oknum yang menyalahgunakan
penggunaan narkotika yang tidak sesuai dosis dan tanpa pengawasan dari pihak
yang berwenang sehingga terjadinya perubahan kesadaran, perilaku dan
menimbulkan ketergantungan. Walaupun narkotika sudah banyak diketahui
memiliki dampak yang negatif tetapi penyalahgunaan tingkat konsumsinya masih
tinggi3 . Penyalahgunaan narkotika menyebabkan seseorang mengalami
ketergantungan yang berkelanjutan sehingga terjadinya stigmatisasi yang negatif
terhadap dirinya. Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika menjadi
salah satu acuan dasar dalam memberikan hukuman bagi seseorang yang akan
mendekam diLembaga Pemasyarakatan sebagai akibat melawan hukum dalam
penyalahgunaan Narkotika. ketika mereka mendekam dibalik jeruji besi beban
mental yang luar biasa pasti akan mereka alami mulai dari penyesalan, rasa malu
pada pihak keluarga dan stigma negatif dari masyarakat
Saat ini Indonesia merupakan negara yang tingkat penyalahgunaan narkotika sangat
tinggi berdasarkan data dari (BNN, 2020) yang mengatakan bahwa jumlah tersangka
penyalahgunaan narkotika berdasarkan jenis kelamin sebanyak 52.709 (Lima puluh dua ribu
tujuh ratus sembilan) orang, 49.613 (empat puluh sembilan ribu enam ratus tiga belas)
orang pria dan 3.096 (tiga ribu sembilan puluh enam) wanita. Jumlah kasus penyalahgunaan
narkoba sebanyak 40.506 (empat puluh ribu lima ratus enam )dengan kategori
penyalahgunaan sabu dan ganja menduduki peringkat teratas, penyalahgunaan sabu
sebanyak 33.442 kasus dengan alat bukti sebanyak 17.928.345,79 (tujuh belas juta sembilan
ratus dua puluh delapan ribu tiga ratus empat puluh lima tujuh puluh sembilan) gram dan
penyalahgunaan ganja sebanyak 3.552 kasus dengan alat bukti sebesar 17.534,83 (tujuh
belas ribu lima ratus tiga puluh empat delapan puluh tiga) gram. Mayoritas masyarakat
melakukan penyalahgunaan narkoba jenis amfetamin, ganja kering, ekstasi, obat keras,
daftar G, miras, obat keras terbatas, golongan IV, ganja sintesis, tembakau gorila. Dari
seluruh provinsi yang ada di Indonesia, ada sepuluh wilayah pengungkapan kasus narkoba
terbesar diantaranya provinsi Sumatera utara sebanyak 6.542 kasus, provinsi DKI jakarta
sebanyak 5.885 kasus, provinsi jawa timur sebanyak 4.674 kasus, provinsi jawa barat
sebanyak 2.203 kasus, provinsi kalimantan selatan sebanyak 1.882 kasus, provinsi sumatera
selatan sebanyak 1.638 kasus, provinsi lampung sebanyak 1.609 kasus, provinsi jawa tengah
sebanyak 1.600 kasus, provinsi Riau sebanyak 1.598 kasus, provinsi Kalimantan timur
sebanyak 1.528 kasus
Bandar
Lembaga 368
1 Pemasyarakatan 958
Kelas I Semarang
Pengguna
590
Permasalahan akibat dari penyalahgunaan narkotika yang dihadapi saat ini perlu
penanganan yang serius dalam memberikan pemulihan bagi pengguna dan untuk
mencegah terjadinya pengguna yang baru. Proses pemulihan memerlukan strategi
yang tepat sehingga program yang diberikan dapat membawa dampak positif bagi
pengguna. Pemerintah indonesia mengambil langkah cepat dengan menerapkan
P4GN sebagai upaya untuk mencehah dan memberantas beredarnya narkotika . Hal
ini untuk meminimalisir bahkan menghentikan oknum individu terkhusus pada
generasi emas remaja yang menyalahgunakan narkotika. Keadaan ini tentu akan
sangat merugikan apabila tindak pidana penyalahgunaan narkotika tidak bisa
teratasi secara optimal. Indonesia yang pada tahun 1995 kebawah hanya sebagai
negara transit dalam penyalahgunaan narkotika diindonesia, saat ini menjadi
produsen dan konsumen terhadap penyalahgunaan narkotika. Banyaknya temuan
pabrik narkoba yang diungkap oleh aparat penegak hukum membuktikan bahwa
indonesia berada dalam keadaan darurat terhadap kasus penyalahgunaan narkoba.
B. Rumusan Masalah
Setelah diuraikan latar belakang, terdapat rumusan masalah yang
muncul dalam penelitian yakni:
1. Bagaimana Pengaruh Kelekatan Keluarga Terhadap Criminal Thingking
Narapidana Kasus Narkoba untuk pembinaan lanjutan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang
C. Tujuan Penelitian
Adapun penulisan penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh Kelekatan Keluarga Terhadap Criminal Thingking
Narapidana Kasus Narkoba untuk pembinaan lanjutan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat digunakan serta diperoleh dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk bidang Akademik
Sebagai ilmu pengetahuan sehingga menambah wawasan mengenai
pengaruh Kelekatan Keluarga Terhadap Criminal Thingking Narapidana
Kasus Narkoba untuk pembinaan lanjutan di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I Semarang Politeknik Ilmu Pemasyarakatan Sebagai bahan
masukan bagi unit pelaksana teknis pemasyarakatan untuk dapat
melakukan inovasi cara mengatasi criminal thingking dengan kelekatan
keluarga di Lembaga Pemasyarakatan.
2. Bagi Peneliti
Sebuah tantangan dan pengalaman baru bagi peneliti untuk dapat
mengkaji permasalahan yang terjadi di unit pelaksana teknis
Pemasyarakatan. Melalui penelitian ini, penulis mendapat gambaran dan
wawasan baru tentang pengaruh Kelekatan Keluarga Terhadap Criminal
Thingking Narapidana Kasus Narkoba untuk pembinaan lanjutan di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang
E. Hipotesis Penelitian
Dari uraian rumusan masalah diatas, peneliti dapat membuat hipotesi
penelitian sebagai berikut:
H0 : tidak ada pengaruh Kelekatan Keluarga Terhadap Criminal Thingking
Narapidana Kasus Narkoba untuk pembinaan lanjutan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
H1 : adanya pengaruh Kelekatan Keluarga Terhadap Criminal Thingking
Narapidana Kasus Narkoba untuk pembinaan lanjutan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang