1. Kadarmanta (2020)
1. Pemutusan Jaringan Peredaran gelap Narkoba. Dalam teori pasar terdapat supply
karena ada demand. Pemutusan jaringan merupakan langkah, meniadakan supply.
Aspek demand dicegah dengan pemberian pemahaman dan pendidikan karakter
sehingga masyarakat menjadi imun atau kebal terhadap narkoba.
2. Pemberdayaan Masyarakat, upaya memberikan pembekalan kepada seluruh
komponen masyarakat sehingga mereka memiliki kemampuan memberdayakan diri
untuk mencegah narkoba bagi diri, keluarga dan masyarakatnya. The majority of
homeless families (57 percent) described economic problems (i.e., job loss, loss of
AFDC) or housing problems (i.e., eviction) as the primary precipitating cause of their
homelessness; one-fourth described personal or family problems, such as a
relationship breakup or estrangement from the extended family (Mayoritas keluarga
tunawisma (57 persen) menggambarkan masalah ekonomi (mis., Kehilangan
pekerjaan, kehilangan AFDC) atau masalah perumahan (mis., Penggusuran) sebagai
penyebab pencetus utama tunawisma mereka; seperempat menggambarkan masalah
pribadi atau keluarga, seperti putusnya hubungan atau keterasingan dari keluarga
besar) (Wood, Haldez, Hayashi, & Shen, 1990).
Secara empiris, pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh negara-negara maju mampu
menekan terjadinya penyalahgunaan narkoba.
Kerangka Berpikir
Secara faktual terjadinya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dipengaruhi oleh
beberapa faktor utama yakni individu (daya tahan/resiliensi), keluarga, dan lingkungan
masyarakat. Dampak penyalahgunaan narkoba pada kerugian aspek sosial dan ekonomi.
Aspek soaial meliputi: Hubungan keluarga tak harmonis; Anak terlantar; Kekerasan rumah
tangga; Dijauhi lingkungan tetangga karena stigma masyarakat terhadap penyalahguna
narkoba; tak ada disiplin; Hilangnya figur model keluarga di tengah masyarakat dan keluarga;
dan Hilangnya keteladan hidup baik.Untuk menanggulangi terjadinya kerugian baik aspek
sosial maupun ekonomi tersebut diperlukan strategi yang efektif yang meliputi strategi:
pencegahan, pemutusan jaringan, pengurangan dampak buruk penyalahgunaan narkoba,
rehabilitasi, dan pemberdayaan masyarakat.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research) yang
menggunakan buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai objek yang utama. Jenis
penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan informasi
berupa catatan dan data deskriptif yang terdapat di dalam teks yang diteliti. Dengan penelitian
kualitatif, perlu dilakukan analisis deskriptif.
Metode analisis deskriptif memberikan gambaran dan keterangan yang secara jelas, objektif,
sistematis, analitis dan kritis mengenai penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Pendekatan kualitatif yang didasarkan pada langkah awal yang ditempuh dengan
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan klasifikasi dan deskripsi.
Sumber Data.
Sebagai penelitian kepustakaan, maka sumber data ada dua macam yang akan dipaparkan
sebagai berikut: pertama, Sumber data primer adalah suatu referensi yang dijadikan sumber
utama acuan penelitian. Dalam penelitian ini, sumber primer yang digunakan adalah hasil
survey BNN tahun 2017 tentang Penyalahgunaan narkoba secara nasional. Kedua, Sumber
data sekunder, adalah sumber data yang penulis peroleh dari jurnal, artikel, dan buku-buku
yang membahas tentang penyalahgunaan narkoba dan dampak kerugian sosial ekonomi.
Metode Pengumpulan Data.
Dalam penelitian kepustakaan, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian
berupa data-data kepustakaan yang telah dipilih, dicari, disajikan dan dianalisis (Yin, 2009).
Sumber data penelitian ini mencari data-data kepustakaan yang substansinya membutuhkan
tindakan pengolahan secara filosofis dan teoritis. Studi pustaka di sini adalah studi pustaka
tanpa disertai uji empirik (Sugiyono, 2013).
Teknik Analisis.
Data yang telah dikumpulkan dari literatur, kemudian dianalisis untuk mendapatkan
informasi yang relevan guna menjawab masalah penelitian. Namun terlebih dahulu data
tersebut diseleksi atas dasar reliabilitasnya, melalui analisis data. Pada kegiatan ini berisi
tentang serangkaian upaya mengembangkan, mengolah dan mempresentasikan ke dalam
kerangka kerja penyusunan naskah yang mendeskripsikan gambaran tentang dampak
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terhadap kerugian aspek sosial dan ekonomi.
ANALISIS DAMPAK PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP
NARKOBA
Kondisi Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Di Indonesia.
1. Data penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 13 provinsi di Indonesia (BNN RI,
2017). Jumlah penyalahguna Narkoba tahun 2017 adalah 3.376.115 orang, pada
kelompok usia 10-59 tahun (BNN RI, 2017). Dampak penyalahgunaan narkoba
adalah terganggunya kesehatan. Dengan terganggunya kesehatan maka berdampak
pada produktivitas kerja, dan biaya yang dikeluarkan untuk pemulihan kesehatan.
Pola penyakit hasil pemeriksaan yang dilaporkan oleh kelompok penyalahguna
berbanding lurus dengan tingkat pemakaian narkoba. Semakin tinggi jumlah
penyalahgunaan maka persentase yang melaporkan hasil pemeriksaan sakitnya lebih
banyak.
2. Data Gangguan Kesehatan Penyalahguna narkoba.
Pada tahun 2017, dari survey BNN, menyatakan bahwa 25% penyalahguna narkoba
mengalami gangguan kejiwaan/depresi, 16% sakit Paru-paru, 15% sakit syaraf/sendi, 15%
HIV AIDS, 9% hepatitis C (BNN RI, 2017). Hal tersebut berkaitan dengan biaya pengobatan
dan stigma masyarakat terhadap penyalahguna narkoba dan keluarganya, berarti pula
penyalahgunaan narkoba terkait dengan dampak kerugian ekonomi dan sosial. Secara
keseluruhan, terdapat 47% penyalahguna narkoba menggunakan ganja ketika pertama kali
pakai narkoba, diikuti oleh Pil Koplo, dan Shabu.
Hampir semua responden pernah menggunakan lebih dari satu jenis narkoba Jenis narkoba
yang pernah pakai: ganja, shabu, heroin, ekstasi, tramadol, codein, trihexyphenidyl, dsb. Jenis
narkoba setahun terakhir yang dipakai adalah shabu, ganja, xanax, ekstasi, trihexyphenidyl,
tembakau gorilla, dan tramadol (BNN RI, 2017)..
Kasus Kecelakaan Lalu Lintas 29%. Kasus Penangkapan oleh Pihak Penegak Hukum Hampir
seperlima dari responden mengaku pernah ditangkap oleh aparat penegak hukum karena
kasus narkoba. Dari mereka yang pernah ditangkap, 19% kejadiannya terjadi dalam setahun
terakhir. 21% 19% Riwayat Pengalaman di Penjara. Ada lebih dari separuh responden (65%)
pernah di penjara. Mengalami penjara dalam setahun terakhir. Sebagian besar responden
mengaku dibantu oleh keluarga ketika berurusan dengan penjara. 65% 16%
1. Terganggunya Aktivitas Karena Penyalahgunaan Narkoba 80% (BNN RI, 2017).
Hampir separuh responden mengaku pernah terganggu aktvitasnya karena pakai narkoba.
Bahkan sekitar dua pertiganya mengaku terganggu dalam waktu setahun terakhir. Aktivitas
yang paling banyak terganggu adalah aktivitas bekerja, kuliah, dan sekolah (Hyde, Xu,
Belcher, Yin, & Liu, 2015).
Kondisi Penyalahgunaan narkoba di Jakarta tahun 2017.
Jakarta sebagai Daerah Khusus Ibukota merupakan wilayah tertinggi penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba dibandingkan 12 wilayah provinsi lainnya yakni Sumatera Utara,
Lampung, Kepulauan Riau , Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta , Jawa Timur, Bali,
NTB, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Papua. Untuk itu penulis merasa perlu
menganalisis dampak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terhadap kerugian aspek
sosial dan ekonomi di Jakarta. Jumlah penyalahguna narkoba di Jakarta 260.656 orang,
prevalensi 3.34. dari jumlah penduduk 7,800,600 orang (BNN RI, 2017). Bila dibandingkan
data tahun 2014 dan 2017, tahun 2014 DKI dengan prevalensi 5.01 dan tahun 2017 prevalensi
3.34, terdapat kecenderungan menurun prevalensi di DKI. Kerugian aspek ekonomi sebesar
Rp. 6,538,644, relative kecil, hal ini terkait dengan sulitnya transparansi terhadap biaya yang
dibelanjakan untuk membeli narkoba. Provinsi DKI Jakarta Jadi Provinsi dengan angka
prevalensi penyalahgunaan narkoba tertinggi. 3.376.115 orang 10-59 tahun. Pada kelompok
usia jumlah penyalahguna narkoba setahun terakhir (2017) teratur pakai 27,25% (920.100
org) coba pakai 59,53% (1.908.319 org) proporsi jumlah penyalahguna setahun terakhir
berdasarkan tingkat ketergantungan pecandu suntik 1,73% (58.498 org) pecandu bukan suntik
14,49% (489.197 orang) (BNN RI, 2017).
Dampak Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
Mengalami
gangguan
1. Lingkungan Keluarga :
1. Perhatian dan pola asuh dalam keluarga. Pola asuh keluarga memiliki kekhasan
masing-masing keluarga namun keterbukaan dan saling menghargai serta mengasihi
seraya membangun keterbukaan di antara anggota keluarga memiliki pengaruh positip
dalam mengendalikan anggota keluarga menuju keharmonisan dan keluarga yang
sehat.
2. Kurangnya pemahaman bahaya narkoba. Keluarga yang memiliki kepedulian
memberikan pemahaman bahaya narkoba dan memberikan contoh hidup sehat
memberikan pengaruh yang positip bagi anggota keluarganya.
3. Perubahan aturan, nilai, dan norma budaya atau zaman. Sebagaimana keluarga
merupakan seminari dasar atau tempat persemaian dasar bagi tumbuhkembangnya
karakter kepribadian anggota keluarga. Penanaman nilai, norma dan aturan akan
memampukan anggota keluarga untuk menghadapi perubahan budaya masyarakat
yang individualis dan konsumtif.
2. Lingkungan Masyarakat
3. Tingginya tuntutan hidup masyarakat yang cenderung meningkat dari waktu
ke waktu berdampak pada perilaku manusia untuk menyesusikan diri,
mengikuti dengan resiliensi yang berbeda-beda.
4. Kehidupan sosial dan ekonomi di masyarakat akan menyeret individu yang
memiliki resiliensi/daya tahan untuk menyesuaikan diri, kemampuan tersebut
akan membawa keberhasilan individu atau sebaliknya terjerumus dalam
tuntutan perubahan yang terjadi di masyarakat.
5. Aturan, nilai-nilai, sanksi, atau batas-batas tertentu yang berlaku dalam suatu
lingkungan tertentu (keluarga, lingkungan, budaya, agama) yang tidak
realistis, menekan dan ekstrim untuk dijalankan.
6. Deskriminasi dan penolakan dari lingkungan. Stigma masyarakat terhadap
individu yang menjadi penyalahguna narkoba akan membawa pengaruh
sulitnya untuk pulih ke dalah kehidupan yang sehat tanpa narkoba, sehingga
tidak ada lingkungan yang menjadi support untuk menghadapi masalah
penyalahgunaan narkoba.
Pencegahan Tersier ini ditujukan kepada individu yang pernah menjadi korban pengguna dan
telah ” Sembuh” dari ketergantungan. Untuk mencegah kambuhnya kembali mantan
pengguna yang perlu dilakukan adalah menumbuhkan niat dan tekat yang kuat untuk tidak
lagi menjadi pegguna dan kiat-kiat yang dapat dilakukan adalah: Hindari teman pengguna
Narkoba; mendalami spiritual; Diperlukan dukungan dan perhatian keluarga.
Pemberantasan Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba
Rehabilitasi merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh BNN Provinsi Sulawesi
Selatan sesuai dengan yang ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika. Rehabilitasi Penyalah guna Narkoba terbagi dua, yaitu Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial. Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan terapi secara terpadu
untuk membebaskan pecandu Narkoba dari ketergantungan Narkoba. Sedangkan Rehabilitasi
Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun
sosial, agar pecandu Narkoba dapat pulih kembali dan dapat melaksanakan fungsi sosial
dalam kehidupan bermasyarakat
SIMPULAN, DISKUSI, dan REKOMENDASI
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Bahwa penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba berdampak pada kerugian pada
sosial yang meliputi antara lain ketidakharmonisan keluarga, gagal studi,
ketidakproduktivan kerja, dan stigma negatif masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi
meliputi antara lain biaya pembelian narkoba, pengobatan, dan rehabilitasi, serta
rendahnya produktivitas kinerja.
2. Dalam rangka penanggulangan narkoba diperlukan strategi yang efektif melalui
pencegahan, bila masih terjadi peredaran gelap narkoba, maka dilakukan pemutusan
jaringan, apabila masih terdapat penyalahguna maka dilakukan rehabilitasi dan
pemberdayaan masyarakat agar masyarakat mampu memiliki daya tahan terhadap
penyalahgunaan narkoba.
3. Penyalahgunaan dan Peredaran gelap narkoba masih tetap terus terjadi, bahkan makin
banyak jaringan internasional yang ingin memasarkan produknya ke Jakarta, karena
banyaknya masyarakat yang berperilaku konsumtif, hegemoni, “hepi-hepi” dan ingin
coba-coba hal-hal baru yang mangarah pada penggunaan narkoba.
Diskusi
Rekomendasi
Berdasarkan uraian di atas maka direkomendasikan kepada:
1. Seluruh komponen dan elemen masyarakat dan lembaga negara dan pemerintah untuk
berperanserta aktif melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui
pengembangan model perilaku hidup sehat tanpa narkoba melalui pendidikan karakter
yang diselenggarakan di lingkungan keluarga, di lingkungan masyarakat, dan di
lingkungan lembaga pendidikan formal yakni pendidikan dasar hingga pendidikan
tinggi.
2. Seluruh lembaga negara, instansi pemerintah dan suasta, tokoh masyarakat dan agama
untuk memberdayakan diri dan lingkungannya guna menjadikan diri dan
lingkungannya berperilaku imun terhadap narkoba, melalui aksi nyata mencegah
narkoba.
3. Pemerintah bersama DPR melakukan revisi Undang-undang nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika sehingga muatan pasal rehabilitasi dan ancaman pidana penjara
dapat ditegaskan bagi penyalahguna narkoba di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA