Anda di halaman 1dari 14

DAMPAK PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

TERHADAP ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI DI JAKARTA


 

1. Kadarmanta (2020)

Fakultas Akuntansi, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.


 
ABSTRAK
Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba berdampak kerugian pada aspek sosial dan
ekonomi. Aspek sosial antara lain ketidakharmonisan keluarga, gagal studi,
ketidakproduktivan kerja, dan stigma negatif oleh masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi
meliputi antara lain biaya pembelian narkoba, pengobatan dan rehabilitasi. Masalah
penelitian ini adalah dampak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terhadap aspek
sosial dan ekonomi di Jakarta? Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat analisis dampak
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terhadap aspek sosial dan ekonomi di
Jakarta, serta antisipasi penanggulangannya. Penelitian ini menggunakan metode studi
pustaka (library research) dengan mengkaji buku-buku, literatur-literatur, dan hasil
penelitian lainnya sebagai objek yang utama. Melalui analisis deskriptif ini dapat peneliti
gambarkan secara jelas, objektif, sistematis, analitis dan kritis mengenai penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba serta strategi penaggulangannya.
Kata kunci:       penyalahgunaan, peredaran gelap, narkoba, dampak sosial & ekonomi, &
penanggulangan
                                                                                   ABSTRACT
Drug abuse and illicit trafficking have an adverse effect on social and economic aspects.
Social aspects include family disharmony, study failure, work unproductivity, and negative
community stigma. While the economic aspects such as the costs of purchasing drugs,
treatment and rehabilitation. The problem with this research is the impact of drug abuse and
illicit trafficking on social and economic aspects in Jakarta?         The purpose of this study
is to make an analysis of the effects of drug abuse and illicit trafficking on social and
economic aspects in Jakarta in anticipation of its response.This research uses library
research method by examining books, literature, and other research results as the main
object. Through this descriptive analysis researchers can describe clearly, objectively,
systematically, analytically and critically about drug abuse and illicit trafficking and its
coping strategies.
Keywords:  abuse, illicit trafficking, drugs, social & economic impacts, & countermeasures
 
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di belahan dunia ini merupakan realitas
masyarakat moderen yang tidak bisa dihindarkan. Bisnis narkoba yang merambah ke seluruh
dunia tersebut telah terjadi penyimpangan sehingga menyebabkan penyalahgunaan dan
peredaran gelap. Terjadinya kasus pendistribusian, penyimpanan, dan penggunaan narkoba
dengan segala jenisnya secara tidak sah telah berdampak pada kerugian bagi masyarakat.
Dalam term medis, penyalahgunaan narkoba adalah orang yang menggunakan narkoba non-
medis namun belum menderita ketergantungan. Ketergantungan narkoba (addict) terjadi
ketika seseorang baik secara fisik maupun psikologis telah tergantung kepada narkoba, yang
diikuti dengan berbagai konsekuensi-konsekuensi sosial, psikologis, dan mental. Bagi bangsa
Indonesia penyalahgunaan narkoba merupakan tindakan yang dikategorikan melanggar
perundang-undangan, selain itu juga berdampak kerugian baik aspek sosial maupun ekonomi.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, negara melalui
lembaga Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, memiliki wewenang mengatur tentang
ketersediaan narkotika, pengawasan, pendistribusian, dan penggunaannya. Kesemuanya
adalah untuk kepentingan medis dan pengembangan ilmu pengetahuan, selain untuk
kepentingan ini adalah penyalahgunaan yang lazimnya dilakukan oleh orang-orang yang
tidak bertanggungjawab dan dikategorikan kriminal. Hal ini terkait dengan dampak negatif
yakni kerugian di berbagai aspek kehidupan khususnya sosial dan ekonomi, bila terjadi
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Presiden Republik Indonesia, 2009).
Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan tidak kejahatan. Di Indonesia
Kejahatan narkoba merupakan kategori kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) namun
secara faktual telah merambah di kota-kota besar di Indonesia secara terus menerus terjadi
peredaran sebagai bisnis gelap. Jakarta merupakan salah satu kota besar yang tergolong
metropolitan telah menjadi sasaran yang subur bagi penyalahguna narkoba baik pengguna
maupun pengedar. Bahkan kasus kejahatan narkoba telah menjadi fenomena gunung es
sehingga yang muncul ke permukaan dan dapat dideteksi hanya sedikit jumlah kasusnya
namun yang berada di bawah permukaan dan tidak terdeteksi jauh lebih besar jumlahnya.
Kompleksitas permasalahan telah berpengaruh pada merajalelanya kasus penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba yang berujung pada kerugian masyarakat di berbagai lini kehidupan.
Kerugian aspek ekonomi meliputi antara lain: uang yang dibelanjakan untuk kebutuhan
mengkonsumsi narkoba, biaya rehabilitasi mandiri maupun oleh pemerintah atau LSM.
Kerugian aspek sosial meliputi antara lain: kegagalan studi, hilangnya lapangan pekerjaan,
dikucilkan masyarakat, stigma negatif masyarakat.
Dalam rangka membangun masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera mutlak diperlukan
kondisi masyarakat yang berperilaku hidup sehat tanpa narkoba. Untuk itu guna mengetahui
peran pemerintah, lembaga negara, komponen dan elemen masyarakat dalam mencegah dan
menanggulanginya, diperlukan analisis dampak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
terhadap aspek sosial dan ekonomi (Welte, Wieczorek, Barnes, & Tidwell, 2006).
Sebagaimana yang terjadi secara empiris bahwa penyalahgunaan narkoba di kalangan anak-
anak jalanan pun terkait dengan aspek sosial dan ekonomi (Baron, 1999).
Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi permasalahan adalah: Bagaimanakah Analisis
Dampak Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba terhadap Aspek Sosial dan Ekonomi
di Jakarta guna membangun strategi efektif penanggulangannya?
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuat analisis dampak penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba terhadap aspek sosial dan ekonomi di Jakarta sehingga dapat dilakukan antisipasi
melalui strategi yang efektif untuk penanggulangannya.
 
KAJIAN TEORETIK
 Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

1. Latar belakang penyalahgunaan narkoba. Masalah Narkoba merupakan persoalan


yang menuntut penanganan secara sungguh-sungguh oleh seluruh komponen dan
elemen masyarakat. Penyalahgunaan Narkoba tentu tidak lepas dari peran pengedar
yang mempunyai jaringan yang luas sulit sekali untuk diberantas dan masyarakat
pengguna. Dalam teori pasar terjadinya transaksi barang karena adanya permintaan
dan penawaran (Mankiw, 2007). Demikian juga terjadinya pasar gelap narkoba.
Peredaran Narkoba kini dilakukan oleh banyak orang yang secara bersama-sama
bahkan merupakan suatu sindikat yang terorganisasi dengan jaringan yang sangat
luas, rapi, dan sangat rahasia. Bagi sebagian warga masyarakat yang ingin coba-coba
begitu mudah mendapatkannya dan memiliki efek kecanduan. Rokok merupakan
gerbang menuju penguunaan narkoba illegal (Humas BNN, 2013). Selain itu
penyebab penyalahgunaan narkoba adalah individu dan lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat teman pergaulan (A. Kadarmanta, 2010). Individu dengan
keingintahuan mencoba narkoba, ketika keluarga kurang memberikan bekal yang
kuat, dan ajakan teman sepergaulan serta mudah untuk mendapatkannya maka terjadi
aksi mencoba narkoba, hingga kecanduan.
2. Penyalahgunaan narkoba adalah mengkonsumsi narkoba dengan tujuan
menghilangkan rasa sakit, untuk mendapatkan rangsangan rangsangan sebagai
sensasi, semangat dan halusinasi, dan mengkonsumsi narkoba tersebut tidak sesuai
dengan peraturan menimbulkan bahaya adanya adiksi/ketergantungan obat.
3. Peredaran gelap narkoba adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara tanpa hak dan melawan hukum yang ditetapkan secara tindak pidana
narkotika berdasarkan undang-undang narkotika.
4. Narkoba singkatan dari Narkotika, psikotropika, dan Obat-obatan berbahaya adalah
bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologis seseorang
(pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan
psikis (Presiden Republik Indonesia, 2009).
5. Teori resiliensi. Resiliensi adalah sebuah proses perkembangan yang menjadi pola
pikir, yang prioritasnya terdapat pada tingkah laku dan pikiran, dan memfasilitasi
perkembangan fisik, emosi, dan spiritual (Allen dalam Resnick dkk., 2010). Radke-
Yarrow dan Brown (Kaplan, 1999) mendefinisikan resiliensi sebagai sebuah keadaan
individu yang tidak memiliki diagnosa masalah apapun dan bukan termasuk dalam
kriteria borderline, sedangkan non resilien didefinisikan sebagai adanya kemunculan
satu atau lebih masalah pada diri individu. (Santrock, 2014), resiliensi adalah
kemampuan suatu individu dalam melakukan adaptasi positif untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik lagi dalam hal yang menyangkut perilaku, prestasi, dan
hubungan sosial, serta tingkat ketahanan individu pada saat menghadapi keadaan yang
cukup merugikan.
6. Teori Adiksi (Addiction Theory). Addiction Theory, Thus, individuals who recognize
that the behaviour is harming them or those whom they care about and themselves
unable to stop engaging in the behaviour when they try to do so (Heather, 1998).
(Dalam teori ketergantungan, individu yang mengakui bahwa perilaku tersebut
merugikan mereka atau orang yang mereka sayangi dan mereka sendiri tidak dapat
menghentikan perilakunya ketika mereka mencoba melakukannya) (Heather, 1998)
(West, 2001) (West, 2001).
7. Teori Pasar (supply and demand theory). Dalam teori ini ditegaskan bahwa adanya
pasokan karena adanya permintaan. Pasokan narkoba illegal ke masyarakat
penyalahguna disebabkan adanya permintaan masyarakat penyalahguna tersebut)
(Amanda, Humaedi, & Meilanny Budiarti Santoso, 2017).
8. Pencegahan adalah suatu usaha yang dilakukan individu atau kelompok orang dalam
menciptakan kondisi agarsesuatu yang tidak diinginkan, tidak terjadi. Dalam
mencegah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terdapat dua jenis
pencegahan yakni: pertama, Pencegahan Primer (pencegahan dini), adalah
pencegahan yang ditujukan kepada individu yang sama sekali belum terpengaruh
penyalagunaan dan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan antara lain:Penyuluhan, tatap
muka dalam bentuk ceramah dan diskusi, sarasehan, dan seminar. Kedua, Pencegahan
Sekunder (pencegahan kerawanan), adalah ditujukan kepada penyalahguna narkoba
yang baru saja menggunakan atau mencoba-coba, mereka perlu disadarkan supaya
nantinya tidak berkembang menjadi pecandu. Ditujukan kepada individu yang rawan
terhadap pengaruh penyalahgunaan narkoba.. Bentuk kegiatan antara lain: Penyuluhan
dengan ceramah, sarasehan, diskusi, pementasan drama/film, peningkatan bakat
(olaraga dan kesenian), keagamaan dan kegiatan sosial. Ketiga, Pencegahan Tersier
(pencegahan kekambuhan). Pencegahan ini ditujukan kepada individu yang pernah
menjadi korban pengguna dan telah ” Sembuh” dari ketergantungan, agar tidak
kambuhnya kembali. Kiat-kiat yang dilakukan antara lain: Pemberian keterampilan
menghindari teman pengguna narkoba; mendalami spiritual; dukungan dan perhatian
keluarga.

Dampak Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

1. Pengertian-pengertian yang terkait dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap


narkoba adalah beberapa dampak sebagai berikut:
2. Penyalahgunaan narkoba adalah akibat negative yang ditimbulkan dari penggunaan
narkoba secara tidak sah untuk peruntukannya, baik pada aspek sosial maupun aspek
ekonomi.
3. Peredaran gelap narkoba adalah dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya
pendistribusian narkoba secara tidak sah, sehingga sampai ke tangan orang-orang
yang secara tidak sah pula mereka menggunakan narkoba tersebut.
4. Penanganan dampak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dilakukan oleh
institusi yang memiliki kewenangan dengan dukungan seluruh kpomponen
masyarakat melakukan pencegahan, memberantas peredaran gelap dan melakukan
rehabilitasi pada penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkoba.
5. Penyalahgunaan narkoba berdampak pada perubahan perilaku, “Pada pengguna shabu
dan inex ini, pada saat zat ini dikonsumsi akan mempengaruhi otak, memacu
mengeluarkan zat dopamin. Zat itu dikeluarkan oleh bagian korteks dan akan
menstimulasi terus keluar dan keluar dan akan membanjiri otak depan dan otak
tengah. Nah zat inilah yang merangsang otak untuk menstimulasi rasa si pemakainya,
yang pada gilirannya bila terulang-ulang akan menyebabkan kecanduan. (Harbia,
Multazam, & Asrina, 2018). Perubahan perilaku akibat kecanduan narkoba
berdampak pada aspek kesehatan, sosial, dan ekonomi.
6. Dampak penyalahgunaan narkoba adalah gangguan psikologis yang bersangkutan dan
juga kesehatan masyarakat. Gangguan psikologis akibat kecanduan narkoba secara
empiris mereka akan dijauhi, lahirnya kepedulian kelompok masyarakat untuk
merehabilitasi belum sepenuhnya diterima mengingat mereka menganggap sebagai
aib keluarga, sehingga akan menumbuhkan kualitas kesehatan masyarakat. Bila tidak
ditangani secara efektif melalui strategi penanggulangan yang efektif maka akan
merusak karakter masyarakat (Adam, 2012).
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.
Dalam pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba diperlukan uapaya
upaya pengurangan permintaan, pasokan melalui pemutusan jaringan dalam bentuk:
Demand Reduction
Demand Reduction merupakan usaha mengurangi kebutuhan akan narkoba gelap untuk
tujuan bersenang-senang atau tujuan lain selain keperluan pengobatan di bawah pengawasan
dokter, melalui kegiatan prevensi, terapi, rehabilitasi dan after care. Upaya pengurangan
permintaan seperti pencegahan penyalahgunaan, perawatan dan pemulihan penderita
ketergantungan narkoba. Pencegahan penyalahgunaan narkotika dilakukan di dalam keluarga,
sekolah, komunitas, tempat kerja dan masyarakat luas melalui kegiatan komunikasi,
informasi dan edukasi. Program pencegahan adalah mengembangkan sikap positif serta
tanggung jawab terhadap diri sendiri, keterampilan hidup dan kemampuan pemecahan
masalah. Tujuan jangka panjang pencegahan penyalahgunaan narkotika adalah membebaskan
bangsa Indonesia dari bahaya penyalahgunaan narkotika. Strategi pencegahan
penyalahgunaan narkoba yang baik perlu mencakup kerja sama dan kemitraan antara
pemerintah, masyarakat dan organisasi bukan pemerintah.
Supply Reduction
Supply Reduction, merupakan usaha mengurangi tersedianya narkotika, yaitu dengan
memberantas peredaran gelap narkotika dan menjaga agar kebutuhan narkotika tertentu yang
digunakan untuk pengobatan terjamin dan mengawasinya agar jangan sampai masuk ke jalur
peredaran ilegal. Pengawasan jalur ilegal ini meliputi pengawasan penanaman, produksi,
importasi, transportasi, distribusi dan penyampaian instansi terkait. Strategi pengawasan
sediaan narkoba dapat dilakukan dengan upaya penegakan hukum yang efektif, pelayanan
perawatan dan rehabilitasi bagi penderita ketergantungan narkoba. Adanya larangan pasar
narkoba gelap memiliki dampak positip dalam pengurangan peredaran gelap narkoba (Miron
& Zwiebel, 1995).

1. Pemutusan Jaringan Peredaran gelap Narkoba. Dalam teori pasar terdapat supply
karena ada demand. Pemutusan jaringan merupakan langkah, meniadakan supply.
Aspek demand dicegah dengan pemberian pemahaman dan pendidikan karakter
sehingga masyarakat menjadi imun atau kebal terhadap narkoba.
2. Pemberdayaan Masyarakat, upaya memberikan pembekalan kepada seluruh
komponen masyarakat sehingga mereka memiliki kemampuan memberdayakan diri
untuk mencegah narkoba bagi diri, keluarga dan masyarakatnya. The majority of
homeless families (57 percent) described economic problems (i.e., job loss, loss of
AFDC) or housing problems (i.e., eviction) as the primary precipitating cause of their
homelessness; one-fourth described personal or family problems, such as a
relationship breakup or estrangement from the extended family (Mayoritas keluarga
tunawisma (57 persen) menggambarkan masalah ekonomi (mis., Kehilangan
pekerjaan, kehilangan AFDC) atau masalah perumahan (mis., Penggusuran) sebagai
penyebab pencetus utama tunawisma mereka; seperempat menggambarkan masalah
pribadi atau keluarga, seperti putusnya hubungan atau keterasingan dari keluarga
besar) (Wood, Haldez, Hayashi, & Shen, 1990).

Secara empiris, pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh negara-negara maju mampu
menekan terjadinya penyalahgunaan narkoba.
Kerangka Berpikir
Secara faktual terjadinya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dipengaruhi oleh
beberapa faktor utama yakni individu (daya tahan/resiliensi), keluarga, dan lingkungan
masyarakat. Dampak penyalahgunaan narkoba pada kerugian aspek sosial dan ekonomi.
Aspek soaial meliputi: Hubungan keluarga tak harmonis; Anak terlantar; Kekerasan rumah
tangga; Dijauhi lingkungan tetangga karena stigma masyarakat terhadap penyalahguna
narkoba; tak ada disiplin; Hilangnya figur model keluarga di tengah masyarakat dan keluarga;
dan Hilangnya keteladan hidup baik.Untuk menanggulangi terjadinya kerugian baik aspek
sosial maupun ekonomi tersebut diperlukan strategi yang efektif yang meliputi strategi:
pencegahan, pemutusan jaringan, pengurangan dampak buruk penyalahgunaan narkoba,
rehabilitasi, dan pemberdayaan masyarakat.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research) yang
menggunakan buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai objek yang utama. Jenis
penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan informasi
berupa catatan dan data deskriptif yang terdapat di dalam teks yang diteliti. Dengan penelitian
kualitatif, perlu dilakukan analisis deskriptif.
Metode analisis deskriptif memberikan gambaran dan keterangan yang secara jelas, objektif,
sistematis, analitis dan kritis mengenai penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Pendekatan kualitatif yang didasarkan pada langkah awal yang ditempuh dengan
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan klasifikasi dan deskripsi.
Sumber Data.
Sebagai penelitian kepustakaan, maka sumber data ada dua macam yang akan dipaparkan
sebagai berikut: pertama, Sumber data primer adalah suatu referensi yang dijadikan sumber
utama acuan penelitian. Dalam penelitian ini, sumber primer yang digunakan adalah hasil
survey BNN tahun 2017 tentang Penyalahgunaan narkoba secara nasional. Kedua, Sumber
data sekunder, adalah sumber data yang penulis peroleh dari jurnal, artikel, dan buku-buku
yang membahas tentang penyalahgunaan narkoba dan dampak kerugian sosial ekonomi.
 
Metode Pengumpulan Data.
Dalam penelitian kepustakaan, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian
berupa data-data kepustakaan yang telah dipilih, dicari, disajikan dan dianalisis (Yin, 2009).
Sumber data penelitian ini mencari data-data kepustakaan yang substansinya membutuhkan
tindakan pengolahan secara filosofis dan teoritis. Studi pustaka di sini adalah studi pustaka
tanpa disertai uji empirik (Sugiyono, 2013).
Teknik Analisis.
Data yang telah dikumpulkan dari literatur, kemudian dianalisis untuk mendapatkan
informasi yang relevan guna menjawab masalah penelitian. Namun terlebih dahulu data
tersebut diseleksi atas dasar reliabilitasnya, melalui analisis data. Pada kegiatan ini berisi
tentang serangkaian upaya mengembangkan, mengolah dan mempresentasikan ke dalam
kerangka kerja penyusunan naskah yang mendeskripsikan gambaran tentang dampak
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terhadap kerugian aspek sosial dan ekonomi.
ANALISIS DAMPAK PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP
NARKOBA
Kondisi Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Di Indonesia.

1. Data penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 13 provinsi di Indonesia (BNN RI,
2017). Jumlah penyalahguna Narkoba tahun 2017 adalah 3.376.115 orang, pada
kelompok usia 10-59 tahun (BNN RI, 2017). Dampak penyalahgunaan narkoba
adalah terganggunya kesehatan. Dengan terganggunya kesehatan maka berdampak
pada produktivitas kerja, dan biaya yang dikeluarkan untuk pemulihan kesehatan.
Pola penyakit hasil pemeriksaan yang dilaporkan oleh kelompok penyalahguna
berbanding lurus dengan tingkat pemakaian narkoba. Semakin tinggi jumlah
penyalahgunaan maka persentase yang melaporkan hasil pemeriksaan sakitnya lebih
banyak.
2. Data Gangguan Kesehatan Penyalahguna narkoba.

Pada tahun 2017, dari survey BNN, menyatakan bahwa 25% penyalahguna narkoba
mengalami gangguan kejiwaan/depresi, 16% sakit Paru-paru, 15% sakit syaraf/sendi, 15%
HIV AIDS, 9% hepatitis C (BNN RI, 2017). Hal tersebut berkaitan dengan biaya pengobatan
dan stigma masyarakat terhadap penyalahguna narkoba dan keluarganya, berarti pula
penyalahgunaan narkoba terkait dengan dampak kerugian ekonomi dan sosial. Secara
keseluruhan, terdapat 47% penyalahguna narkoba menggunakan ganja ketika pertama kali
pakai narkoba, diikuti oleh Pil Koplo, dan Shabu.

1. Berbagai Jenis Narkoba Yang Digunakan.

Hampir semua responden pernah menggunakan lebih dari satu jenis narkoba Jenis narkoba
yang pernah pakai: ganja, shabu, heroin, ekstasi, tramadol, codein, trihexyphenidyl, dsb. Jenis
narkoba setahun terakhir yang dipakai adalah shabu, ganja, xanax, ekstasi, trihexyphenidyl,
tembakau gorilla, dan tramadol (BNN RI, 2017)..

1. Alasan Penyalahguna Narkoba Menolak Direhabilitasi.

Terdapat alasan penyalahguna narkoba menolak direhabilitasi yakni: Merasa mampu


mengontrol/berhenti sendiri (57%); Belum bisa lepas dari narkoba (21%); Sedang bekerja
(20%); Orangtua belum tahu (15%); Tidak punya uang (15%); Ragu akan manfaat (15%);
Malu pada teman/keluarga (14%); Tidak tahu tempatnya (12%); dan Sudah berkeluarga.
Selama tahun 2017 telah dilakukan rehabilitasi penyalahguna narkoba secara mandiri sendiri
34%; Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 17%; Rumah Sakit 13%; Badan Narkotika
Nasional (BNN) 12%; dan oleh Panti Rehab Keagamaan 5%. Penyalaguna mengaku pernah
menjual narkoba 23%, pelaku tindak kriminal 25%. Penyalahguna yang pernah mengambil
uang atau barang berharga milik keluarga/orang lain (termasuk penodongan, perampokan,
dan pencurian) untuk keperluan membeli narkoba, yang terbanyak di kelompok pecandu
suntik 25% (BNN RI, 2017)

1. Kecelakaan Lalulintas Akibat Penyalahgunaan narkoba.

Kasus Kecelakaan Lalu Lintas 29%. Kasus Penangkapan oleh Pihak Penegak Hukum Hampir
seperlima dari responden mengaku pernah ditangkap oleh aparat penegak hukum karena
kasus narkoba. Dari mereka yang pernah ditangkap, 19% kejadiannya terjadi dalam setahun
terakhir. 21% 19% Riwayat Pengalaman di Penjara. Ada lebih dari separuh responden (65%)
pernah di penjara. Mengalami penjara dalam setahun terakhir. Sebagian besar responden
mengaku dibantu oleh keluarga ketika berurusan dengan penjara. 65% 16%
1. Terganggunya Aktivitas Karena Penyalahgunaan Narkoba 80% (BNN RI, 2017).

Hampir separuh responden mengaku pernah terganggu aktvitasnya karena pakai narkoba.
Bahkan sekitar dua pertiganya mengaku terganggu dalam waktu setahun terakhir. Aktivitas
yang paling banyak terganggu adalah aktivitas bekerja, kuliah, dan sekolah (Hyde, Xu,
Belcher, Yin, & Liu, 2015).
Kondisi Penyalahgunaan narkoba di Jakarta tahun 2017.
Jakarta sebagai Daerah Khusus Ibukota merupakan wilayah tertinggi penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba dibandingkan 12 wilayah provinsi lainnya yakni Sumatera Utara,
Lampung, Kepulauan Riau , Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta , Jawa Timur, Bali,
NTB, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Papua. Untuk itu penulis merasa perlu
menganalisis dampak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terhadap kerugian aspek
sosial dan ekonomi di Jakarta. Jumlah penyalahguna narkoba di Jakarta 260.656 orang,
prevalensi 3.34. dari jumlah penduduk 7,800,600 orang (BNN RI, 2017). Bila dibandingkan
data tahun 2014 dan 2017, tahun 2014 DKI dengan prevalensi 5.01 dan tahun 2017 prevalensi
3.34, terdapat kecenderungan menurun prevalensi di DKI. Kerugian aspek ekonomi sebesar
Rp. 6,538,644, relative kecil, hal ini terkait dengan sulitnya transparansi terhadap biaya yang
dibelanjakan untuk membeli narkoba. Provinsi DKI Jakarta Jadi Provinsi dengan angka
prevalensi penyalahgunaan narkoba tertinggi. 3.376.115 orang 10-59 tahun. Pada kelompok
usia jumlah penyalahguna narkoba setahun terakhir (2017) teratur pakai 27,25% (920.100
org) coba pakai 59,53% (1.908.319 org) proporsi jumlah penyalahguna setahun terakhir
berdasarkan tingkat ketergantungan pecandu suntik 1,73% (58.498 org) pecandu bukan suntik
14,49% (489.197 orang) (BNN RI, 2017).
Dampak Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

1. Aspek Kerugian Sosial mencakup keluarga, pendidikan dan kesehatan (Agustina,


Andrisman, & Firganefi, 2014).

Mengalami
gangguan

Gambar 2, Dampak Sosial yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan


narkoba
Penyalahguna narkoba berdampak pada aspek kerugian sosial, yakni keluarga, pendidikan,
dan kesehatan. Hubungan keluarga menjadi tidak harmonis jika keluarga tersebut salah satu
anggota keluarga atau kepala keluarga atau seluruh anggota keluarga menjadi penyalahguna
narkoba. Hilangnya sikap disiplin, bila orang tua menjadi penyalahguna maka hilanglah pola
panutan, atau anggota keluarga menjadi penyalahguna narkoba maka keluarga tersebut tak
lagi mampu menjadi panutan bagi keluarga lain. Karier orang tua terhambat, pendidikan
gagal dan kesehatan terganggu baik kesehatan fisik maupun mental.

1. Aspek Kerugian Ekonomi


Bahwa aspek kerugian ekonomi merupakan salah satu aspek dampak penyalahgunaan
narkoba dapat dijelaskan dalam gambar di bawah ini (Jane & Surbakti, 2006)
Penyalahgunaan narkoba berdampak kerugian aspek ekonomi terkait dengan pekrjaan dan
produktivitas kerja. Penyalahguna narkoba meningkat kemangkiran dan menurun
produktivitas kinerjanya. Suasana lingkungan kerja kurang kondusif mengingat terjadi
keresahan dampak lingkungan orang penyalahguna narkoba, daya saing SDM dan produk
melemah ketika kereka dalam posisi sebagai karyawan. Mereka yang dalamn posisi sebagai
pelajar dan mahasiswa maka kinerja belajar tak pernah optimal. Bagi kelompok yang masih
menganggur mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan karena ketidak percayaan
masyarakat dan stigma negative kepada penyalahguna narkoba.
Estimasi Kerugian pada aspek ekonomi dapat dikalkulasi berdasarkan perhitungan biaya
ekonomi (biaya pengeluaran untuk membeli narkoba jenis shabu dan biaya rehabilitasi)
akibat penyalahgunaan narkoba. Perhitungan menggunakan metode besaran satuan biaya
(unit cost) per konsekuensi penyalahgunaan narkoba dikalikan dengan estimasi jumlah
penyalahguna narkoba (Godfrey, J., A. Hodgson, S. Holmes, 2006).
Sebagai estimasi kerugian aspek ekonomi dampak penyalahgunaan narkoba di Jakarta dengan
jumlah penyalahguna narkoba sebanyak 260.656 orang tahun 2017. Perhitungan ini
menggunakan asumsi tiap satu orang mengkonsumsi narkoba jenis shabu sebanyak satu gram
per bulan tiap gram shabu seharga 1 juta Rupiah maka setiap bulan kebutuhan biaya untuk
belanja shabu adalah 260.656 X 1 gram X 1 000.000 X 1 Rupiah =Rp. 260.656.000. 000 X
12 (1 tahun) = Rp. 3.127. 872. 000.000. (tiga triliun serratus dua puluh tujuh miliar
delapanratus tujuh puluh dua juta Rupiah). Jumlah yang fantastis dari perkiraan aspek
ekonomi khusus unsut pembelanjaan narkoba jenis shabu. Biaya rehabilitasi dengan asumsi
seluruh penyalahguna narkoba direhabilitasi selama satu tahun dengan biaya standar
BNNyakni per orang per bulan Rp. 3.500.000; X 260.656 orang = Rp.912.296.000.000. X 12
(satu tahun 12 bulan) = Rp.10.947.552.000.000 (sepuluh triliun Sembilan ratus empat puluh
tujuh lima ratus lima puluh dua juta Rupiah) [1] Jadi untuk kebutuhan belanja narkoba jenis
shabu dan beaya rehabilitasi penyalahguna/pecandu narkoba untuk 260.656 orang = Rp.
3.127. 872. 000.000. + Rp. 10.947.552.000.00. = Rp. 14.075.424.000.000. (empat belas
triliun tujuh puluh lima miliar empat ratus dua puluh empat juta Rupiah).
 
 
Faktor-Faktor Pengaruh terjadinya Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
Faktor-faktor berpengaruh terhadap penyalaghunaan dan peredaran gelap narkoba meliputi
foktor: Individu. Individu merupakan salah satu faktor terjadinya penyalahgunaan narkoba.
Kondisi ini disebabkan karena lemahnya daya tahan individu untuk menyesuaikan diri
menghadapi lingkungan karena lemahnya daya tahan tersebut sehingga melahirkan perilaku:
Karakter dan watak yang mudah ikut arus atau lemah pendiriannya; Cita-cita dan aspirasi
yang terlalu tinggi yang tidak sesuai dengan realita seseorang bisa mengalami kekecewaan
dan pelarian dalam hidupnya; Kebiasaan hidup atau pola hidup/perilaku, semakin konsumtif
dan ingin mencoba-coba maka salah satu yang ditawarkan lingkungan Jakarta adalah
mencoba narkoba; Prinsip, nilai /norma, atau ide yang kurang tepat mengenai kehidupan
maka dengan mudahnya seseorang jatuh ke dalam pergaulan lingkungan Jakarta;
Ketidakpuasan dan protes terhadap sesuatu dengan cara berperilaku mencoga narkoba; Rasa
ingin tahu yang berlebihan seperti apa dan bagaimana merasakan narkoba di Jakarta mudah
memperolehnya; Rasa rendah diri/tidak memiliki kepercayaan diri salah satu bentuk
pelariannya adalah mencoba narkoba yang diawali dengan merokok karena merokok adalah
pinti gerbang menuju narkoba jenis lainnya.

1. Lingkungan Keluarga :

1. Perhatian dan pola asuh dalam keluarga. Pola asuh keluarga memiliki kekhasan
masing-masing keluarga namun keterbukaan dan saling menghargai serta mengasihi
seraya membangun keterbukaan di antara anggota keluarga memiliki pengaruh positip
dalam mengendalikan anggota keluarga menuju keharmonisan dan keluarga yang
sehat.
2. Kurangnya pemahaman bahaya narkoba. Keluarga yang memiliki kepedulian
memberikan pemahaman bahaya narkoba dan memberikan contoh hidup sehat
memberikan pengaruh yang positip bagi anggota keluarganya.
3. Perubahan aturan, nilai, dan norma budaya atau zaman. Sebagaimana keluarga
merupakan seminari dasar atau tempat persemaian dasar bagi tumbuhkembangnya
karakter kepribadian anggota keluarga. Penanaman nilai, norma dan aturan akan
memampukan anggota keluarga untuk menghadapi perubahan budaya masyarakat
yang individualis dan konsumtif.
2. Lingkungan Masyarakat
3. Tingginya tuntutan hidup masyarakat yang cenderung meningkat dari waktu
ke waktu berdampak pada perilaku manusia untuk menyesusikan diri,
mengikuti dengan resiliensi yang berbeda-beda.
4. Kehidupan sosial dan ekonomi di masyarakat akan menyeret individu yang
memiliki resiliensi/daya tahan untuk menyesuaikan diri, kemampuan tersebut
akan membawa keberhasilan individu atau sebaliknya terjerumus dalam
tuntutan perubahan yang terjadi di masyarakat.
5. Aturan, nilai-nilai, sanksi, atau batas-batas tertentu yang berlaku dalam suatu
lingkungan tertentu (keluarga, lingkungan, budaya, agama) yang tidak
realistis, menekan dan ekstrim untuk dijalankan.
6. Deskriminasi dan penolakan dari lingkungan. Stigma masyarakat terhadap
individu yang menjadi penyalahguna narkoba akan membawa pengaruh
sulitnya untuk pulih ke dalah kehidupan yang sehat tanpa narkoba, sehingga
tidak ada lingkungan yang menjadi support untuk menghadapi masalah
penyalahgunaan narkoba.

Strategi penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap narkoba


Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba hingga saat ini terus merambah ke di pelosok
Jakarta, sehingga perlu strategi penaggulangannya melalui:
Pencegahan
Sebagaimana dahsyatnya dampak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terhadap
berbagai lini kehidupan manusia khususnya aspek sosial dan ekonomi maka strategi
pencegahan merupakan salah satu langkah yang efektif bila dilakukan secara efektif pula.
Mencegah lebih baik daripada mengobati terlebih mencegah dari kecanduan narkoba, prinsip
pencegahan adalah memberikan pengetahuan yang memadai sehingga terjadi daya imun yang
tinggi. Terdapat tuga jenis pencegahan yang menjadi best practice di berbagai negara dan
pengurangan dampak buruk yakni:

1. Pencegahan Primer (pencegahan dini)


Pencegahan Primer merupakan tindakan pencegahan yang dilakukan sejak dini supaya orang
tidak menyalahgunakan narkoba. Pencegahan ini ditujukan kepada individu yang sama sekali
belum terpengaruh penyalagunaan dan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan:Penyuluhan tatap
muka dalam bentuk ceramah dan diskusi, sarasehan, seminar

1. Pencegahan Sekunder (pencegahan kerawanan)

Pencegahan Sekunder untuk menginisiasi penyalahguna narkoba yang baru saja


menggunakan atau mencoba-coba. Mereka perlu disadarkan supaya nantinya tidak
berkembang menjadi pecandu karena efek adiktif dari narkoba yang dikonsumsi. Pencegahan
ini ditujukan kepada individu yang rawan terhadap pengaruh penyalah gunaan. Untuk
mencegah perluasan pengaruh dilaksanakan dalam bentuk kegiatan: Penyuluhan dengan
ceramah, sarasehan, diskusi, pementasan drama/film, peningkatan bakat (olaraga dan
kesenian), keagamaan dan kegiatan sosial

1. Pencegahan Tersier (pencegahan kekambuhan)

Pencegahan Tersier ini ditujukan kepada individu yang pernah menjadi korban pengguna dan
telah ” Sembuh” dari ketergantungan. Untuk mencegah kambuhnya kembali mantan
pengguna yang perlu dilakukan adalah menumbuhkan niat dan tekat yang kuat untuk tidak
lagi menjadi pegguna dan kiat-kiat yang dapat dilakukan adalah: Hindari teman pengguna
Narkoba; mendalami spiritual; Diperlukan dukungan dan perhatian keluarga.
Pemberantasan Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba

1. Supply Reduction (pengurangan pasokan). Pemberantasan sindikat jaringan


penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan cara memetakan dan
mengungkap sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba serta
menyita aset pelaku tindak kejahatan narkoba melalui kerjasama dengan berbagai
pihak serta menggali berbagai informasi dari pelaku pengedar yang tertangkap.
Melakukan penyelidikan dan penidikan serta penegakan hukum terhadap pengguna
dan pengedar narkoba yang tertangkap guna untuk melakukan pengejaran terhadap
bandar narkoba dalam skala jaringan besar, hal ini dapat memungkinkan
berkurangnya sindikat peredaran gelap narkoba.

1. Demand Reduction (pengurangan permintaan). Pesatnya peningkatan jumlah


pengguna narkoba tidak terlepas dari karakteristik kota Jakarta. Sebagai kota
metropolitan dengan pertumbuhan tempat hiburan malam dan hotel yang terus
meningkat pula. Maka upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba dengan cara membangun dan meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan
kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Membuat setiap orang memiliki perilaku imun/kebal dalam pemahaman tidak
terpengaruh untuk mencoba mengkonsumsi narkoba, sehingga terjadi pengurangan
permintaan. Sebagaimana teori pasar akan terus beroperasi ketika ada permintaan.
2. Pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba. Dalam proses pencapaian tujuan program Pencegahan
dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) semua
komponen bangsa untuk bersama-sama melaksanakan pencegahan, pemberdayaan
masyarakat, pemberantasan dengan dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat
yang dimaksudkan untuk mendorong dan meningkatkan peran aktif masyarakat guna
menciptakan lingkungannya bebas dari masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba (Maritta Törrönen, Olga Borodkina, Valentina Samoylova & Voyko, 2013).
Dalam pemberdayaan masyarakat ini komponen masyarakat berkoalisi
memberdayakan diri dan lingkungan masyarakatnya sehingga memiliki kemampuan
daya cegah terhadap penyalahgunaan narkoba (Powell & Peterson, 2014).
3. Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh BNN Provinsi Sulawesi
Selatan sesuai dengan yang ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika. Rehabilitasi Penyalah guna Narkoba terbagi dua, yaitu Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial. Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan terapi secara terpadu
untuk membebaskan pecandu Narkoba dari ketergantungan Narkoba. Sedangkan Rehabilitasi
Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun
sosial, agar pecandu Narkoba dapat pulih kembali dan dapat melaksanakan fungsi sosial
dalam kehidupan bermasyarakat
SIMPULAN, DISKUSI, dan REKOMENDASI
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Bahwa penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba berdampak pada kerugian pada
sosial yang meliputi antara lain ketidakharmonisan keluarga, gagal studi,
ketidakproduktivan kerja, dan stigma negatif masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi
meliputi antara lain biaya pembelian narkoba, pengobatan, dan rehabilitasi, serta
rendahnya produktivitas kinerja.
2. Dalam rangka penanggulangan narkoba diperlukan strategi yang efektif melalui
pencegahan, bila masih terjadi peredaran gelap narkoba, maka dilakukan pemutusan
jaringan, apabila masih terdapat penyalahguna maka dilakukan rehabilitasi dan
pemberdayaan masyarakat agar masyarakat mampu memiliki daya tahan terhadap
penyalahgunaan narkoba.
3. Penyalahgunaan dan Peredaran gelap narkoba masih tetap terus terjadi, bahkan makin
banyak jaringan internasional yang ingin memasarkan produknya ke Jakarta, karena
banyaknya masyarakat yang berperilaku konsumtif, hegemoni, “hepi-hepi” dan ingin
coba-coba hal-hal baru yang mangarah pada penggunaan narkoba.

Diskusi

1. Berdasarkan teori pasar yakni adanya supply karena adanya demand. Supply narkoba


illegal terus berlanmgsung karena adanya demand narkoba sebagai kebutuhan
masyarakat tersebut sehingga terjadi peredaran gelap narkoba yang terus berlangsung
meski berdampak negatif pada aspek sosial dan ekonomi di kota Jakarta. Menyikapi
dampak penyalahgunaan terhadap kedua aspek tersebut perlu dilakukan
penanggulangan melalui strategi pencegahan setidaknya untuk mengurangi
permintaan (demand reduction). Strategi pengurangan pasokan (supply reduction),
untuk mengurangi hingga meniadakan pasokan Narkoba ilegal. Melaksanakan
program rehabilitasi kepada para penyalahguna narkoba agar tidak lagi menjadi
pangsa pasar. Strategi pemberdayaan masyarakat adalah untuk menjadikan
masyarakat memiliki kepedulian untuk memberdayakan diri dan lingkungannya guna
memiliki wawasan yang memadai dan tumbuhnya perilaku yang kebal terhadap
narkoba.
2. Pemutusan Jaringan peredaran Gelap Narkoba. Langkah meniadakan atau mengurangi
pasokan narkoba illegal melibatkan penegak hukum dan peran serta aktif masyarakat
melalui kepedulian dan tidak terlibat sebagai pelaku peredaran gelap narkoba.
Mengingat supply narkoba illegal terjadi karena ada faktor permintaan (demand)
untuk itu maka diperlukan kepedulian seluruh elemen dan komponen masyarakat
untuk melakukan pembangunan karakter hidup sehat tanpa narkoba dan
pemberdayaan diri dalam menanggulangi narkoba.
3. Optimalisasi peran komponen dan elemen masyarakat dalam mendukung
penyelenggaraan rehabilitasi penyalahguna narkoba baik oleh pemerintah, LSM
maupun suasta. Dalam konteks ini maka Undang-undang nomor 35 tahun2009
tentang Narkotika perlu direvisi dan sehingga secara tegas dinyatakan dalam undang-
undang tersebut bahwa penyalahguna dana tau kurban penyalahguna narkoba
direhabilitasi bukan dipidana.

Rekomendasi
Berdasarkan uraian di atas maka direkomendasikan kepada:

1. Seluruh komponen dan elemen masyarakat dan lembaga negara dan pemerintah untuk
berperanserta aktif melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui
pengembangan model perilaku hidup sehat tanpa narkoba melalui pendidikan karakter
yang diselenggarakan di lingkungan keluarga, di lingkungan masyarakat, dan di
lingkungan lembaga pendidikan formal yakni pendidikan dasar hingga pendidikan
tinggi.
2. Seluruh lembaga negara, instansi pemerintah dan suasta, tokoh masyarakat dan agama
untuk memberdayakan diri dan lingkungannya guna menjadikan diri dan
lingkungannya berperilaku imun terhadap narkoba, melalui aksi nyata mencegah
narkoba.
3. Pemerintah bersama DPR melakukan revisi Undang-undang nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika sehingga muatan pasal rehabilitasi dan ancaman pidana penjara
dapat ditegaskan bagi penyalahguna narkoba di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kadarmanta. (2010). Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa. Jakarta: Forum Media


Utama.

Adam, S. (2012). Dampak Narkotika Pada Psikologi Dan Kesehatan Masyarakat.


Komunikasi Penyiaran Islam Iain Sultan Amai Gorontalo, 1(1), 1–8.
Https://Doi.Org/10.1017/Cbo9781107415324.004
Agustina, D., Andrisman, T., & Firganefi. (2014). Analisis Terhadap Faktor-Faktor Penyebab
Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Oleh Wanita (Studi Pada Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Bandar Lampung). Retrieved From
Http://Download.Portalgaruda.Org/Article.Php?Article=375029&Val=8357&Title=Analisis
Terhadap Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Oleh Wanita
(Studi Pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Bandar Lampung)
Amanda1, M. P., Humaedi2, S., & Meilanny Budiarti Santoso3. (2017). Penyalahgunaan
Narkoba Di Kalangan Remaja (Adolescent Substance Abuse). Jurnal Penelitian & Ppm, 4.
Baron, S. W. (1999). Street Youths And Substance Use The Role Of Background, Street
Lifestyle And Economic Factors. (University Of Windsor).
Https://Doi.Org/Doi:10.1177/0044118×99031001001
Bnn Ri. (2017). Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi. Hasil Survey
Penyalahgunaan Narkoba. Retrieved From
Http://Www.Rumahcemara.Or.Id/Rumahcemara.Or.Id/2017 Survei Nasional Bnn.Pdf
Godfrey, J., A. Hodgson, S. Holmes, Dan A. T. (2006). Accounting Theory (6th Ed.; A. J. W.
& S. Australia, Ed.). Australia: John Wiley & Sons Australia Ltd.
Harbia, Multazam, M., & Asrina, A. (2018). Dampak Penyalahgunaan Narkotika ,
Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya (Napza) Terhadap Perilaku Seks Pranikah. Window Of
Health : Jurnal Kesehatan, 1(3), 204–216.
Humas Bnn. (2013). Rokok Gerbang Narkoba. (Humas Bnn). Retrieved From
Https://Bnn.Go.Id/Rokok-Gerbang-Narkoba/
Hyde, W. F., Xu, J., Belcher, B., Yin, R., & Liu, J. (2015). Conclusions And Policy
Implications. In China’s Forests: Global Lessons From Market Reforms.
Https://Doi.Org/10.1515/9789048501052-010
Jane, O., & Surbakti, N. (2006). Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba.
Mankiw, N. G. (2007). Makro Ekonomi (Edisi Keen). Jakarta: Erlangga.
Maritta Törrönen, Olga Borodkina, Valentina Samoylova, E. H. (Eds.., & Voyko. (2013).
Empowering Sosial Work Research And Practice (C. Design By Darya, L. By M. Petroff, &
(Paperback), Eds.). Retrieved From
File:///C:/Users/Hp/Documents/Empowering_Social_Work.Pdf
[1] https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20180409/Tingkat-Kambuhnya-Kecil/

Anda mungkin juga menyukai