19061013
FAKULTAS TEKNIK
ABSTRAK
Para pecandu narkoba merupakan salah satu makhluk berfikir yang mempunyai keputusan
sendiri dalam berinteraksi di lingkungannya, pola perilaku para pecandu narkoba dapat diamati
dan dipahami sesuai kebutuhan yang mereka perlukan. Konsep arsitektur perilaku dapat
dijadikan sebagai alat untuk mengetahui bahwa sebuah bangunan khususnya, bangunan
rehabilitasi narkoba dapat mempengaruhi perilaku penggunanya. Salah satu bangunan yang
menerapkan konsep arsitektur perilaku yaitu Rumah Rehabilitasi Kabupaten Lamongan.
Bangunan rehabilitasi ini dibuat dengan mempertimbangkan perilaku pengguna narkoba dapat
dilihat melalui interaksi dari pengguna narkoba terhadap lingkungannya. Penelitian ini
bermaksud untuk mendeskripsikan serta mengetahui penerapan konsep Arsitektur Perilaku pada
bangunan Rumah Rehabilitasi Kabupaten Lamongan. Metode yang digunakan yaitu deskriptif
kualitatif. Pada ruang-ruang di Rumah Rehabilitasi Kabupaten Lamongan dalam penataan
perabotan di dalam ruangan dapat mempengaruhi psikologi dari perilaku pengguna narkoba.
Begitu pun dengan warna, suara, temperatur dan pencahayaan yang diterapkan pada bangunan
Rumah Rehabilitasi Kabupaten Lamongan sangat berpengaruh bagi penggunanya karena tidak
menimbulkan kesan menakutkan, sehingga dapat meningkatkan psikis dari pengguna narkoba.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah Di zaman serba modern seperti yang telah terjadi saat ini mengakibatkan
permasalahan kehidupan semakin kompleks dan beraneka ragam. Seiring dengan
perkembangan zaman, modernisasi di Indonesia tidak hanya memberikan pengaruh yang
positif. Banyak pengaruh negatif yang ditimbulkannya, salah satunya adalah timbulnya
permasalahan dalam kehidupan sosial, dan permasalahan sosial yang perlu mendapatkan
perhatian adalah meningkatnya kenakalan remaja dari tahun ke tahun.
Perkelahian termasuk jenis kenakalan remaja akibat kompleksinya kehidupan kota yang
disebabkan karena masalah sepele. Tawuran pelajar sekolah menjadi potret buram dalam
dunia pendidikan di Indonesia,
Menyimak perkembangan peredaran dan pengguna narkotika yang terus meningkat di
Indonesia dari tahun ke tahun membuat hati kian miris. Coba tilik hasil surbei BNN (Badan
Narkotika Nasional) dengan Universitas Indonesia dan juga Universitas lain. Berdasarkan
data dari kominfo 2021 menjelaskan bahwa pengguna narkoba berada di kalangan anak muda
berusia 15-35 tahun dengan persentase sebanyak 82,4% berstatus sebagai pemakai,
Sedangkan 47,1% berperan sebagai pengedar, dan 31,4% sebagai kurir.
Kenakalan remaja yang dimaksud disini adalah perilaku menyimpang atau melanggar
hukum. Wujud dari kenakalan remaja tersebut antara lain perkelahian, perkosaan, pencurian,
membolos sekolah, seks pranikah, dan juga penyalahgunaan obat. Berdasarkan akibat yang
ditimbulkannya bagi para remaja, penyalahgunaan obat, baik narkotika, psikotropika, alkohol
maupun zat adiktif lainnya, dicatat sebagai kendala terparah dibandingkan dengan kenakalan
remaja lainnya.
Negara Indonesia pada umumnya adalah negara yang sedang berkembang. Sebagaimana
negara-negara yang sedang berkembang, Indonesia banyak menerima pengaruh yang berasal
dari negara sekitarnya, baik itu pengaruh yang sifatnya positif maupun yang bersifat negatif.
Dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat maka negara berusaha untuk mengikuti
perkembangan teknologi yang sudah ada di negara-negara maju, baik itu di bidang pertanian,
perindustrian, maupun teknologi pengobatan. Salah satu obat-obatan yang berkhasiat dan
sangat dibutuhkan bagi kepentingan umat manusia adalah narkotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
undangundang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
Sumber daya manusia pada umumnya di Indonesia merupakan salah satu modal
pembangunan nasional yang perlu di tingkatkan secara terus-menerus termasuk derajat
kesehatan. Untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan dibidang pengobatan
dan pelayanan kesehatan.
Ketersediaan narkotika jenis tertentu yang sangat di butuhkan sebagai obat. Obat ini
ditujukan untuk kepentingan pengobatan dan sangat berbahaya jika disalahgunakan karena
apabila disalahgunakan akan membahayakan si pemakai dan dapat menjadi pecandu
narkotika atau sering juga disebut ketergantungan pada narkotika. Penyalahgunaan narkotika
yang dilakukan oleh remaja erat hubungannya dengan tingkah laku remaja itu sendiri, yang
berakibat tidak saja merugikan dirinya sendiri tetapi juga masyarakat dan lingkungannya.
Pemakaian narkotika yang berlebihan dari yang dianjurkan oleh seorang dokter akan
membawa pengaruh terhadap si pemakai atau si pecandu, sebagai reaksi dari pemakaian
narkotika, yang berupa pengaruh terhadap kesadaran serta memberikan dorongan yang
berpengaruh terhadap perilaku yang dapat berupa penenang, dan menimbulkan halusinasi
atau khayalan.
Salah satu persoalan besar yang telah dihadapi bangsa Indonesia pada umumnya saat ini
adalah seputar maraknya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya yang
semakin hari semakin mengkhawatirkan. Jutaan orang telah terjerumus ke dalam lembah
hitam narkotika dan ribuan nyawa melayang karena jeratan lingkaran setan bernama
narkotika. Telah banyak keluarga yang hancur karenanya dan tidak sedikit pula generasi
muda yang kehilangan masa depan karena perangkap yang disebut narkotika.
Psikotropika dan zat adiktif lainnya sangat bermanfaat bagi pengobatan namun bila
disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan
terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi
individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya penyalahgunaan
narkotika tidak hanya di kota-kota besar saja tetapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh
wilayah Indonesia mulai dari tingkat sosial, ekonomi, menengah, bawah sampai tingkat
sosial ekonomi atas.
Berbisnis narkotika sekarang tidak lagi menjadi milik kalangan tertentu saja tetapi telah
menjadi pilihan banyak orang yang terdesak dalam keadaan ekonomi akibat krisis yang
masih berlangsung hingga saat ini. Golongan ekonomi lemah ini berada pada pilihan sangat
sulit untuk menolak tawaran menjual dan menjajakan barang terlarang ini dengan imbalan
yang menggiurkan sementara mereka harus dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
atau keluarganya akan kelaparan jika mereka tidak melakukannya.
Sebagian besar pengguna narkotika adalah remaja, walau tidak semua remaja
menggunakan obat-obatan terlarang ini. Masa remaja adalah masa transisi atau masa
peralihan, dimana remaja akan mengalami goncangan dahsyat tentang perkembangan
dirinya. Namun ketika tugas perkembangan itu belum terpenuhi maka akan berakibat pada
dampak negatif dan melakukan pelarian ke penggunaan dan penyalahgunaan narkotika pada
remaja.
Menurut pakar kesehatan, narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman dan
biasa dipakai sebagai obat-obatan untuk penyakit tertentu, zat tersebut biasa dipakai para staf
medis untuk membius pasien saat akan menjalani operasi. Bahaya dari penyalahgunaan
narkoba merupakan permasalahan yang sedang dialami bangsa Indonesia. Penyalahgunaan
narkoba di Indonesia sebagian besar berasal dari kalangan selebritas, kalangan profesional,
mahasiswa dan bahkan remaja yang masih rentan dapat terpengaruh. Pasal 54 Undang-
Undang Tahun 2009 digunakan dalam penerapan pada panti rehabilitasi narkoba dikarenakan
kajian dari konsep arsitektur perilaku ini menekankan bahwa lingkungan sangat bersifat
personal dan sangat berpengaruh terhadap setiap individu.
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mengetahui dari
penerapan konsep arsitektur perilaku pada bangunan rehabilitasi narkoba di Rumah
Rehabilitasi Kabupaten Lamongan. Dalam proses perancangan dengan konsep arsitektur
perilaku, harus memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan pengguna ruangnya. Setiap
pengguna ruang memiliki aktivitas dan perilaku yang berbeda, jadi untuk memaksimalkan
fungsi ruang yang akan dirancang perlu diperhatikan perilaku penderita pecandu
narkoba yang akan menggunakan ruang tersebut. Dengan konsep arsitektur perilaku desain
perancangan pusat rehabilitasi narkoba diharapkan dapat memudahkan para pelaku pecandu
narkoba mendapatkan fasilitas yang lengkap dan terpadu untuk para penderita pecandu
narkoba dalam melakukan proses pemulihan kemandirian dan beradaptasi dengan
lingkungan.
LANDASAN TEORI
Pusat Rehabitasi Narkoba dikota Lamongan ini didesain untuk memberikan suatu
kesembuhan baik mental atau spriritual bagi para korban NAPZA. Di dalam Pusat Rehabiitasi
Narkoba ni terdapat tahapan – tahapan dalam proses penyembuhan , sehingga para korban harus
melalui tahapan yang ada untuk menuju kesembuhan dan didalam tahapan ini juga terdapat
pembekalan keterampilan. Karena dengan adanya bekal keterampilan maka para korban NAPZA
yang telah sembuh, tidak hanya sembuh tetapi dapat berguna bagi masyarakat maupun keluarga.
Dengan begitu mereka tidak akan dikucilkan dari masyarakat sebaliknya akan diterima baik oleh
masyarakat.
Suatu perkumpulan dari kegiatan yang terdiri dari beberapa elemen kecil yang
mempunyai interaksi antar masing-masing kegiatan atau pokok pangkal yang bisa
menjadi tumpuan. (WJS.poerwardanninta, 1978).
Cara penangangan :
Dari data di atas kita mengetahui bahwa arsitektur adalah seni merancang bangunan
bagi manusia yang bernaluri mencari keamanan dan kenyamanan diri demi kesejahteraan
jiwa dan raganya, serta untuk memenuhi kepuasan diri menciptakan suatu keindahan.
a. Privasi
Privasi merupakan usaha untuk mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan pada
manusia, dimana privasi manusia berbeda-beda tergantung pada kondisi fisik dan
psikologisnya.
b. Density (Kepadatan) dan Crowding (Kesesakan)
Density adalah ukuran matematis dari jumlh orang perunit ruang, sedangkan
Crowding merupakan psikologis atau menunjuk pada pengalaman terkurung atau
terhalang oleh terlalu banyak orang.
c. Proksemik
Merupakan suatu teori dan pengamatan yang mengungkapkan tentang kondisi
ruang yang menyenangkan bagi manusia untuk melakukan interaksi sosial. Faktor
ini nantinya akan mengupas masalah bentuk, ukuran, dan penempatan perabot
yang menyenangkan bagi tiap-tiap kegiatan yang dilakukan manusia.
d. Territoriality
Kecenderungan untuk menyatakan suatu wilayah atau daerah sebagai milik
seseorang atau sekelompok manusia. Territoriality bertujuan untuk mendapatkan
privasi dan pengakuan, sehingga daerah tersebut akan dijaga dengan rasa memiliki
dan tanggung jawab.
e. Ruang Pribadi dan Personalia
Selain wilayah teritori yang ditujukan secara fisik, manusia juga memiliki adanya
ruang peribadi. Dimensi ruang yang dibutuhkan bisa berubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan dan dipengaruhi oleh karakteristik individu( keperibadian, suasana hati,
jenis kelamin, usia)
f. Antropometrik
Proporsi dimensi tubuh manusia serta karakteristik fisiologisnya dari kesanggupan
relatif terhadap kegiatan manusia yang berbeda-beda. Faktor ini terkait dengan
terpenuhinya kebutuhan dan kegiatan manusia secara nyaman dan menyenangkan.
g. Makna dan Persepsi
Manusia bereaksi terhadap lingkungan melalui makna lingkungan itu baginya.
Komunikasi dalam masyarakat diwakili dalam susunan ruang dan bentuk. Selain itu,
bangunan mempunyai makna-makna atau persepsi bagi masyarakat yang
dipengaruhi oleh tata letak, organisasi dan sifat bangunan itu sendiri. Persepsi
dapat mengacu pada dua sudut pandang, yaitu:
1. Persepsi manusia sebagai manusia
2. Persepsi manusia sebagai perancang
h. Lambang dan Simbol
Manusia sangat membutuhkan identitas, baik bagi dirinya maupun benda-benda
disekitarnya. Pada kenyataan sehari-hari, kebutuhan identitas ini akan ditampilkan
dengan simbol.
i. Orientasi
Terhadap beberapa cara srsitektural agar seseorang tidak tersesat di dalam suatu
daerah bangunan yang cukup besar. Diantaranya adalah penempatan ruang-ruang
yang fungsinya penting pada tempat yang paling dikenali oleh masyarakat,
penempatan tanda-tanda itu di tempat yang mudah terlihat, dan pembedaan zona
dengan penggunaan bahan, bentuk, warna yang berbeda-beda.(Fikriarini &
Maslucha.2007:48)
2.2.3 Pengertian Behaviour Architecthure (Arsitektur Perilaku)
Behavior (arsitek perilaku) adalah studi mengenai hubungan manusia dengan
lingkungan atau yang dikenal sebagai studi perilaku-lingkungan, serta bagaimana
perkembangan teori dan proses desain arsitektur.
Perancangan arsitektur berdasarkan pendekatan perilaku ini mendasarkan
pertimbangan-pertimbangan perancangan, diantaranya pada hasil penelitian di dalam
bidang psikologi arsitektur atau psikologi lingkungan.
a. POE (Post Occupancy Evaluation), merupakan penilaian sistematis tentang
bagaimana sebuah bangunan atau obyek arsitektur berfungsi, dilihat dari sudut
pandang penghuni atau penggunanya.
b. BM (Behavioral Mapping), merupakan metode pemetaan untuk merekam
kebiasaan manusia, termasuk lokasi favorit di mana mereka duduk, berdiri
atau menghabiskan waktu.
c. CM (Cognitive Mapping), umumnya digunakan dalam perancangan kota
untuk mengetahui bagaimana suatu masyarakat mengidentifikasi places,
landmarks dan ciri-ciri kota lainnya.
d. SDT (Semantic Differential Technique), teknik untuk melakukan penilaian
afektif tentang bagaimana seseorang memiliki perasaan tertentu terhadap
tempat-tempat tertentu.
e. TM (Trace Measure), mempelajari jejak-jejak interaksi yang terjadi.
Keterangan :
1. Kebutuhan Fisik (Phisiological Needs)
Kebutuhan fisiologis/ dasar udara, air, makan, minum, tidur dst adalah kebutuhan
yang paling mendasar diperlukan untuk kelangsungan hidup. maslow percaya bahwa
ini adalah kebutuhan yang paling mendasar dari hirarki. semua kebutuhan akan
menjadi pilihan selanjutnya setelah kebutuhan fisiologis ini tercapai. Munculnya
kebutuhan fisiologis didasarkan atas dua aspek, yaitu homeostasis dan selera
(appetite). Homeostasis merupakan usaha dari dalam tubuh sendiri untuk
mempertahankan aliran darah yang konstan dan stabil.
2. Kebutuhan Keamanan (Security Needs)
Kebutuhan akan keamanan tinggal di tempat yang aman, asuransi, cadangan
finansial adalah kebutuhan perlindungan keselamatan akan bahaya menjadi
kebutuhan yang penting untuk kelangsungan hidup setelah kebutuhan fisiologis
terpenuhi.
Dari penjelasan diatas kita tau bahwa Kebutuhan-kebutuhan harus dipenuhi dari
kebutuhan tingkat pertama dan naik ke tangga-tangga kebutuhan berikutnya, tanpa
bisa meloncat. keempat tingkat terbawah digolongkan menjadi satu sebagai D-needs
(deficiency needs atau kebutuhan defisiensi) dan berkaitan dengan kebutuhan
fisiologis; sementara tingkat teratas merupakan B-needs (being/growth needs atau
kebutuhan untuk menjadi atau bertumbuh). Kebutuhan tertinggi yaitu self
transcendence yaitu hidup itu mempunyai suatu tujuan yang lebih tinggi dari dirinya.
penerapan kelima aspek Hierarki Human Needs pada bangunan pusat rehabilitasi
narkoba yaitu dimana korban napza yang masuk ke pusat rehabilitasi pertama-tama
ditangani secara fisik, karena orang yang terkena narkoba keadaan fisiknya akan
melemah. setelah itu dalam menjalani rehabilitasi secara fisik mereka membutuhkan
ketenangan yang bisa membantu dalam proses penyembuhan dengan menciptakan
ruang-ruang yang berbeda sesuai dengan tingkat kecanduan para korban napza. Jika keadaan
para korban napza sudah mulai sembuh mereka bisa sedikit demi sedikit
bersosialisasi lagi dengan orang lain dalam hal ini dengan menciptakan ruang-ruang
yang bisa digunakan mereka untuk bersosialisasi. sedangkan kebutuhan ego dan
kehormatan bisa tercapai setelah ketiga kebutuhan yang telah disebutkan terpenuhi,
kebutuhan ego dan kehormatan di pusat rehabilitasi narkoba bisa dicapai dengan
menyediakan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan bakat dan minat para korban
napza. kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan puncak yang harus terpenuhi
dimana para korban napza yang sudah sembuh bisa diakui lagi di masyarakat dan bisa
kembali hidup normal.
Kamar Tidur
Kamar Mandi
Kantin
Ruang isolasi
Ruang jenguk
Dapur
Ruang olahraga
4. Lansekap
Lansekap yang ada pada bangunan ini tidak tertata dengan baik. Kita tahu
bahwa kondisi lingkungan yang alami bisa membantu dalam proses penyembuhan
sehingga pengaturan lasekap sangat penting.
5. Pencahayaan
b. Pencahayaan buatan pada bangunana digunakan pada malam hari dengan bantuan
lampu.
6. Penghawaan
Penghawaan berfungsi sebagai pengkondisian sirkulasi udara pada sebuah
bangunan. Bangunan ini sistem penghawaan yang digunakan pada asrama korban napza
hanya satu sisi bukaan pada dinding, hal ini mengakibatkan udara tidak dapat mengalir
secara sempurna. Sisitem penghawaan yang baik adalan cross ventilasi.
7. Penzoningan
pada bangunan ini penzoningan tidak memperhatikan perilaku penghuninya
terutama para korban napza. Dimana asrama dan klinik yang membutuhkan konsentrasi
tinggi diletakkan dekat kantin. Dan tidak ada pembatas pagar antara asrama laki-laki
dan perempuan.
BAB III
METODE PERANCANGAN
Untuk memperoleh data yang kongkrit dalam penelitian di lapangan, maka desain
penelitian dalam seminar ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengertian
metode kualitatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Kirk dan Miller yang dikutup oleh Lexy
J. Moleong yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut, pembahasannya dan peristilahannya (Lexy, 2003: 13).
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu
penyelidikan yang dilakukan pada orang-orang atau obyek untuk mendapatkan data deskriptif.
Adapun metode penelitian yang rencana penulis terapkan di Perancangan Bangunan Tempat
rehabilitasi pecandu narkoba di Lamongan adalah, sebagai berikut :
3.1.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Agar diperoleh data yang valid dalam penelitian ini perlu ditentukan teknik-teknik
pengumpulan data yang sesuai. Dalam hal ini penulis menggunakan metode:
1. Observasi
Metode observasi adalah suatu metode yang digunakan dengan cara
pengamatan dan pencatatan data secara sistematis terhadap fenomenafenomena yang
diselidiki. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan observasi atau disebut
pula dengan pengamatan meliputi penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan
pengecap (Arikunto, 2002: 133).
2. Interview
Menurut Arikunto (2002: 132) interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau
kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer)
untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku-buku, majalah, dokumen, peraturan- peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya (Arikunto, 2002: 135).
Dalam metode dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data-data yang dimiliki lembaga dan
peneliti menformulasikan dan menyususun dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan.
3.1.2.2 Analisis Data
Data yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini akan disajikan secara
deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif menurut bogon dan
taylor adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan data
melalui bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati (Moleong,
2003: 3), sehingga dalam penelitian deskriptif kualitatif ini peneliti menggambarkan realitas
yang sebenarnya sesuai dengan fenomena yang ada secara rinci, tuntas dan detail.
3.2.1 Analisis
Proses analisis terdiri atas dua bagian besar, yaitu analisis makro dan analisis
mikro. Analisis makro merupakan analisis dalam skala kawasan yaitu analisis tapak,
sedangkan analisis mikro merupakan analisis terhadap obyek perencanaan, meliputi
analisis pelaku, analisis aktifitas, analisis ruang, analisis citra (image), analisis bangunan,
analisis elemen fisik serta analisis struktur dan utilitas.
Data yang diperoleh selanjutnya di analisis melalui pendekatan programatik
perancangan, yaitu dengan menggunakan teori-teori perancangan arsitektur yang
berkaitan dengan perancangan kembali pasar tradisional Karangploso. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
3.2.1.1 Analisis Tapak
Semua ruang, baik dalam ataupun luar, dirancang untuk menunjang satu atau
beberapa kegiatan. Sifat-sifat perilaku suatu kegiatan spesifik akan mempengaruhi bentuk
yang akan diambil oleh ruang, ataupun sebaliknya. Jadi secara keseluruhan terdapat
hubungan antara perilaku, persepsi dan bentuk. Analisis perancangan tapak ini berfokus
pada hubungan tersebut. Analisis tapak menghendaki perhatian yang sistematis dari tiga
konteks utama, yaitu :
1. Konteks ruang dan tapak (alami dan buatan)
2. Konteks perilaku (kegiatan sosial dan ekonomi)
3. Konteks persepsi (kegunaan ruang)
Analisis tapak dengan menggunakan metode tautan menghasilkan program tapak yang
terkait dengan fungsi dan fasilitas yang akan diwadahi pada tapak perancangan. analisis
ini meliputi: Analisis Aksesbilitas dan sirkulasi, Analisis vegetasi, Analisis View dan
Orientasi, dan Analisis Zoning Tapak.