Anda di halaman 1dari 14

PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN DAN

PEREDARAN GELAP NARKOBA

Disusun Oleh:

Abstrak

Indonesia semakin hari semakin meningkat angka penyalahgunaan narkoba. Bermacam pogram dalam
pemulihan masalah ketergantugan akan nakoba sudah banyak dilakukan oleh peerintah. Penyalahgunaanyang
terjadi di remaja sangat sulit diatasi. Inilah patologi sosial sebagaimana yang telah dirumuskan oleh gillin
and gillin. Tujuan dalam penelitian ini adlah untuk mengambarkan patologi sosial yang mana sudah terjadi di
dalam penyalahgunaan narkoba dan langkah dalam melakukan sebuah dekontruksi dalam sebuah
pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkobayang terjadi di Indonesia. Hasil
dari pembahasan menunjukkan bahwa dalam peredaran narkoba sudah menyasr pada anak-anak dan remaja
yang mana ini mengakibatkan jatuhnya korban yang sudah cukup banyak dan efek dariya merupakan angka
menurunnya nilai dan moral bagi anak dan remaja. Dekontruksi yag sudah dibangun oleh BNN dalam
menanggulangi peredaran narkoba yang ada di Indonesia sudah berhasil. Patologi tidak dapat dihindari
namun juga dapat dicegah dan di kendalikan

Keyword : narkoba, desa, BNN, patologi sosial

A. Pendahuluan

Penyalahgunaan narkoba yang terjadi di Indonesia semakin harinya semakin meningkat hingga
permasalahan yang ditimbulkan sangat genting dan kompleks. Kejahatan narkoba adalah kejahatan lintas
negara yang terorgansir, dan sangat serius yang dapat menimpa berbagai lapisan masyarakat, baik dari
kalangan remaja maupun orang dewasa.

Masalah penyalahgunaan narkoba yang terjadi dikalangan remaja dan pelajar bisa dikatakan sangat
sulit diatasi, disebabkan penyelesaiannya melibatkan banyak faktor dan kerjasama dari berbagai pihak yang
bersangkutan, seperti media massa, masyarakat, pemerintah, aparat, dan remaja.
Penyalahgunaan dari narkoba sendiri terjadi karena korban kurang atau tidak memahami apa narkoba
itu sesungguhnya sehingga dapat dengan mudah dibohongi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab atau
pengedar dari narkoba tersebut

Narkotika berasal dari kata “narke” yang asalnya dari Yunani, yang artinya terbius sehingga tidak
merasakan apa-apa. Namun, sebagian orang juga berpendapat bahwa kata narkotika itu berasal dari kata
“narcissus” yang mana artinya adalah sejenis tumbuh-tumbuhan yang memiliki bunga yang dapat
menyebabkan orang tidak akan sadarkan diri.

Narkotika menurut M.Ridha Ma’roef ada dua macam yaitu narkotika sintesis dan narkotika alam.
Narkotika sitetis adalah pengertian narkotika secara luas dan juga termasuk dalam Hallucinogen, stimulant,
dan juga depressant. Sedangkan narkotika alam seperti jenis candu, heroin, ganja, morphine, hashish, cocaine
dan juga codein.

Nama lain dari narkotika sendiri adalah NAPZA (Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain), yang
merupakan bahan obat atau juga bukan makanan yang dimium lalu diisap, ditelan, atau disuntikkan, yang
menimbulkan pengaruh terhadap tubuh terutama di otak, yang akan mengakibatkan gangguan pada
kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan dan juga ketergantungan
terhadap NAPZA tersebut.

Narkoba sudah banyak merambah pada segala lapisan masyarakat. Yang menjadi sasaran utama dari
narkoba adalah bukan hanya tempat-tempat hiburan malam, namun juga sudah merambah di daerah
pemukiman, kampus dan bahkan sekolah-sekolah.

Korban dari penyalahgunaan narkoba ini semakin hari semakin bertambah banyak dan juga tidak
terbatas di kalangan masyarakat yang mampu, mengigat akan harga narkoba yang sangat tinggi, namun juga
sudah merambah di kalangan masyarakat ekonomi rendah.

Hal seperti ini dapat terjadi jika komoditi dari narkoba ini memiliki berbagai macam jenis, dari yang
harganya paling mahal yang biasanya hanya mampu dibeli kalangan elit atau selebritis, dan juga harga yang
paling murah yang hanya dikonsumsi oleh kelompok masyarakat ekonomi rendah.

Penyalahgunaan dari narkoba sangat berkaitan dengan peredaran gelap sebagai bagian dari dunia
tindak pidana internasional. Mafia dari perdagangan gelap ini memasok narkoba agar orang yang sudah
memiliki ketergantungan sehingga jumlah supply meningkat.

Terjalinnya hubungan yangng terjadi antara pengedar dan korban, membuat korban sangat sulit
melepaskan diri, bahkan tidak jarang korban yang juga telah terlibat dengan peredaran gelap karena telah
meningkatnya kebutuhan dan ketergantungan mereka terhadap narkoba.
Kehidupan di zaman modern sangat jauh dari kata ramah, sangat terlihat dari tingginya tingkat
kesibukan dari masyarakatnya, banyaknya anak-anak yang kurang perhatian dari orang tua, tingkat depresi,
dan juga beraneragam kegiatan yang dilakukan sampai dengan ramainya kegiatan dijam-jam malam, ini
terlihat dari banyaknya tempat hiburan malam yang dibuka dan berkembang. Hal inilah yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat, salah satunya adalah keberadaan obat bius dan zat-zat narkotika.

Peredaran narkoba di saat sekarang menggunakan teknik yang canggih, terjadi perubahan modus dari
para sindikat, jenis narkotika psikotropika tidak lagi diimpor namun diproduksi sendiri di pabrik. Tindak
pidana narkotika sekarang sudah bersifat transnasional karena sudah menggunakan modus operasi yang
sangat tinggi, dengan didukung teknologi yang semakin canggih, jaringan organisasi yang semakin meluas
dan juga tidak lepas dari sudah banyaknya menimbulkan korban.

Indonesia awalnya adalah negara transit dalam pengedaran narkoba, namun sejalan dengan waktu
Indonesia kini sudah dijadikan daerah dengan tujuan jaringan narkoba internasional. Penyalahgunaan
narkoba sebagian besarnya adalah kelompok yang mencoba memakai narkoba, terutama adalah pekerja.
Alasannya karena pekerjaan yang berat, tekanan lingungan, dan kemampuan sosial ekonomi adalah faktor
yang melatar belakangi penyalahgunaan narkoba.

Proses perubahan sosial yang terjadi di Indonesia ini ditandai dengan perkembangan kota-kota dimana
kompleksitas fungsinya yang tidak hanya fokus pada administratif dan komersial, namun tumbuh sebagai
interaksi sosial yang dapat berpengaruh terhadap sistem norma dan nilai dan juga perilaku masyarakat.

Semakin tahun, semakin menigkat penggunanya, bahkan pengedar makin mempunyai keberanian
dalam meluaskan pasar. Namun di sisi lain yang cukup menggelisahkan adalah daya jangkau dari BNN dan
pihak-pihak yang membantu untuk mempersempit ruang gerak para pecandu maupun pengedarnya, tidak
sebanding dengan cepatnya peredaran yang sedang berlangsung. Semua itu merupakan patologi sosial dalam
masyarakat. Patologi ada batasannnya, pertama patologi sosial merupakan kajian disorganisasi sosial atau
maladjusment yang mana dibahas dalam arti yang luas, sebab, hasil dan juga usaha dalam perbaikan atau
juga faktor yang dapat menganggu atau mengurangi penyesuaian sosial.

Banyak faktor yang menjadi sebab tejadinya penyakit di dalam masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan
hasil penelitian yang mana diyatakan dengan gangguan mental yang cukup besar kontribusinya terhadap
waktu yang podutif dan ekonomi.

Patologi yang terjadi di masyarakat dihadapi oleh BNN dengan dekonstruksi atas pengelolaan dan
pengendalian narkoba, menjadi hal yang wajib dilakukan. Dekonstruksi yang dimaksud adalah mengubah
sebuah tindakan yang lebih komprehensif, dan manusiawi, namun tetap berpegang teguh pada ketentuan
yang berlaku.
Dalam pembahasan kali ini patologi sosial yang ditempatkan pada pnyalahgunaan narkoba,
dekontruksi adalah affirmatif action BNN dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi patologi sosial akibat penyalahgunaan narkoba dan menggambarkan langkah-
langkah BNN dalam pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Peraturan perundang-undangan hadir yang berfungsi sebagai pengendali sosial, untuk memaksa
masyarakat untuk mematuhi peraturan perundang-udangan yang berlaku di Indonesia. Kepolisian Republik
Indonesia adalah garda depan dalam memerangi narkoba di Indonesia, peran penting pihak kepolisian adalah
untuk memberantas kasus kejahatan yang berkaitan dengan narkoba harus memiliki dukungan yang baik,
walaupun angka kasusnya tetap meningkat.

Upaya pemberantasn tidak pidana penyalahgunaan narkotika telah dilakukan oleh berbagai pihak
seperti kepolisian, BNN, maupun lembaga swadaya masyarakat. Polri dan BNN telah merilis berbagai upaya
pemberantasan tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan secara prefemtif, preventif, represif
dengan tujuan agar Negara Indonesia bebas Narkoba.

B. Metode

Peneltian ini menggunakan metode penelitian perpustakaan, yang mana penelitian ini adalah
peneltian yang mana dilaksanakan dengan menggunakan kepustakaan atau literatus, baik itu berupa buku,
catatan, dan jugalaporan penelitian terdahulu. Metode ini bertujuan untuk memperoleh data yang mendalam
atau data yang mengandung makna. Makna yag mengungkapkan sebuah fenomena yang sebenarnya.

Penyajian data menggunakan teknik deskriptif yaitu dengan tujuan agar tergambar, meringkas segala
kondisi, berbagi situasi atau berbagi situasi dan fenomena yang disebabkan oleh pecandu narkoba, kemudian
menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu.

Penelitian ini berusaha untuk mengetahui dan juga memahami gambaran secara menyeluruh tentang
praktik sosial pecandu narkoba di Indonesia. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan strukturalis
genetis yang mana pendekatan ini berusaha untuk menguraikan cara berpikir dan cara mengajukan
pertanyaan

Praktik sosial yang muncul menggambarkan perilaku dan kondisi pecandu yang mana berusaha untuk
menangkkap setiap makna yang terjadi di dalam simbol-simbol yang nampak selama proses rehabilitasi.
Analisis asal-usul struktur metal dalam individu biologis yang sebagian merupakan produk dari struktur itu
sendiri

C. Hasil
Patologi sosial asal katanya dari pathos yang mana artinya penyakit atau penderitaan. Dan logos
berasal dari kata logos yang berarti ilmu. Jika digabungkan patologi adalah ilmu yang berkaitan dengan
penyakit. Sosial merupakan wadah pergaulan hidup antar manusia yang mana perwujudannya berupa sebuah
kelompok organisasi,yang berinteraksi atau berhubungan secara timbal balik, bukan manusia dalam artian
fisik.

Patologi sosial merupakan sebuah ilmu yang berupa gejala sosial yang dianggap sakit, di karenakan
oleh faktor sosial atau ilmu yang berupa asal usul dan sifat-sifatnya, penyakit yang memiliki hubungan
dengan hakikat adanya manusia dalam sebuah kehidupan masyarakat.

Dalam kehidupan sosial, perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang disebut dengan perubahan
sosial. Perubahan sosial bisa ke arah positif maupun negatif. Kedua bentuk perubahan tersebut sangatlah
rentan terjadi di masyarakat. Perubahan sisial yang mengarah pada positif merupakan suatu hal yang mana
harus dimiliki oleh setiap masyarakat, tetapi perubahan sosial yang mengarah ke negatif adalah masalah yang
seharusnya dihindari. Semakin meningkatnya gejala patologi sosial, membuat kondisi masyarakat semakin
tidak stabil. Berbagai macam permasalahan di media cetak maupun media elektronik, contohnya narkoba

Patologi sosial merupakan masalah sosial, disorganisasi sosial, sosial maladjutment, sociopathic,
abnormal, atau sosiatri. Patologi sosial merupakan semua hal yang menyangkut tingkah laku sosial yang
mana telah bertentangan dengan norma dan nilai kebaikan, pola kesederhanaan, stabilitas lokal, moral,
solidaritas kekeluargaan, hak milik, disiplin, kebaikan, hidup rukun bertetangga, dan juga hukum formal.
Blacmar dan billin mengatakan bahwa pantologi sosial adalah kegagalan individu dalam hal menyesuaikan
diri terhadap kehidupan sosial dan ketidakmampuan struktur dan institusi sosial yang melakukan suatu bagi
perkembangan kepribadian.

Ini merupakan sebuah keadaan yag mana dirumuskan dan dinyatakan oleh suatu entitas yang
berpengaruh untuk mengancam nilai dalam masyarakat dan keadaan yang diharapkan dapat diatasi melalui
aktivitas bersama.

Pantologi sosial terjadi dalam masyarakat yang mudah emosi dan frustasi dalam menghadapi
kehidupan, contohnya penyalahgunaan narkoba yang semakin hari semakin meluas. Masuknya masyarakat
pada tingkat pelajar dan mahasiswa dalam kasus peyalahgunaan narkoba, mengindikasikan kurangnya akan
pemahaman oleh pelajar dan mahasiwa terhadap dampak dan bahaya dari narkoba.

D. Analisis
Peredaran narkoba yang terjadi di kalangan remaja saat ini semakin parah. Sekitar 4,7% dari pengguna
narkoba adalah pelajar dan mahasiswa. BNN(Badan Narkotika Nasional) telah mengakui akan pengaruh
narkoba yang sudah merambah ke berbagai kelompok masyarakat. Berdasarkan survei dari BNN, pengguna
narkoba telah mencatat sebanyak 4.827.619 pada tahun 2021.

Menurut Undang-Undang nomor 27 tahun 1997 yang dimaksud dengan narkotika yaitu zat atau obat-
obatan yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun sintesis maupun sistematis, yang
dapat menurunkan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Jenis dan golongan narkoba ada beberapa yaitu : Narkoba golongan 1 merupakan yang paling
berbahaya, biasanya narkoba golongan ini digunakan untuk ilmu pengetahuan dan penelitian yang UU yang.
Jenis dari narkoba golongan ini adalah heroin, kokain, opium, ganja dan morfin. Narkoba golongan 2 adalah
yang memiliki daya adiktif kuat sangat bermanfaat bagi penelitian dan pengobatan. Jenis narkoba gologan
ke-2 ini seperti betametadol, benzetidin, dan petidin. Dan Narkoba golongan 3 adalah narkoba yang akan
mempunyai daya adiktif ringan, tetapi juga sangat bermanfaat bagi penelitian dan pengobatan. Jenis narkoba
golongan ke-3 kodein dan turunannya.

Sebab terjadinya penyalahgunaan narkoba, ada beberpa faktor: Fator subversi, Dengan jalan
memasyarakatkan narkoba di negara yang menjadi sasaran, maka akan lebih praktis penduduknya untuk
berangsur-angsur melupakan akan kewajibannya sebagai warga negara, seperti ini tidak berdiri sendiri, dan
juga biasanya diikuti dengan subversi dalam bidang moral, sosial dan kebudayaan. Faktor ekonomi Pecandu
narkoba yang sudah kecanduan akan membutuhkan narkotika guna kebutuhan hidupnya yang cenderung
dosisnya akan selalu bertambah. Faktor lingkungan,seperti Faktor dari luar lingkungan keluarga,Lingkungan
yang sudah mulai tercemar oleh kebiasaan,Lingkungan “LIAR”, dan Faktor dari dalam lingkungan keluarga

Ciri penyalahgunaan Narkoba biasanya terjadi perubahan perilaku sepertoi, Prestasi di sekolah atau
ditempat kerja turun secara mendadak, Pola tidur yang berubah, Selera makan yang berkurang, Banyak
menghindari pertemuan,Lebih bersikap kasar dan juga Perubahan kelompok pertemanan.

Modus operasi penyeludupan narkoba

Berbagai cara dilakukan oleh sindikat narkoba guna mengedarkan dan menyelundupkan narkoba,
seperti diselipkan pada wortel buatan, pada pemijat kaki, diselipkan pada hak sepatu wedges, diselipkan di
pinggiran termos, pada pinggiran tas wanita, dikemas dalam susu balita, didalam paket Al-Quran, kokain
dalam papan selancar, diselipkan pada kaki palsu dan shabu yang ditelan

cara sindikat melakukan rekrutmen kepada TKI/TKW :

1. secara langsung, si calon secara sadar akan mau menjadi kurir dengan resiko (alasan ekonomi)
2. secara tipu muslihat, dijebak dan dan di perdaya
a. dipacari dan diajak menikah di luar negeri, namun seolah-olah ditunda pernikahannya dan ketika
pulang ke Indonesia, akan dititipi koper yang telah berisi narkoba
b. diajak jalan-jalan gratis ke luar negeri, namun ketika pulang akan dititipi koper berisi narkoba.
c. diajak untuk membangun bisnis di luar negeri, jika sudah berhubungan dengan baik, maka ketika
pulang ke tanah air akan dititipi koper isi narkoba
d. dititipi paket yang isinya narkoba
e. dipinjami alamat untuk menerima paket dari luar negeri
3. kurir yang direkrut berasal dari TKW/TKI yang bekerja diluar negeri dan akan segera pulang ke
Indonesia

Karena kurangnya informasi dan penyuluhan ke masyarakat akan bahayanya penyalahgunaan narkoba.
Kegiatan tindakan eduktif dan penyuluhan harus direncanakan, diadakan dan dilaksanakan secara intensif
dan efektif kepada masyarakat yang disampaikan dengan sarana atau media yang tepat untuk masyarakat.

Bahaya akan pemakaian narkoba sangat besar pengaruhnya terhadap negara, namun jika terjadi
pemakaian narkoba yang dilakukan secara besar-besaran di masyarakat, bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang sakit, jika terjadi negara Indonesia akan rapuh dari dalam karena ketahanan nasional yang merosot.

Narkoba memiliki efek berbagai bentuk, seperti, Akan menyebabkan penurunan dan perubahan
kesadaran, Depresan, Simulan, Hallucinogen, Menghilangkan rasa, Menimbulkan ketergantungan/ adiktif,
Megurangi hingga menghilangkan rasa nyeri

Penyalahgunaan akan narkoba adalah penggunaan nakoba yang sudah dilakukan tidak untuk dimaksud
dengan pegobatan, namun karena ingin menikmati akan pengaruhnya. Karena dalam pengaruhnya tersebut,
narkoba banyak disalahgunakannya. Dalam pengaruh pada narkoba bersifat sementara sebab setelahnya akan
mengakibatkan perasaan yang tidak enak. Dalam mengilangkan persaan yang tidak enak tersebut, maka
seseoang harus mengonsumsi narkoba lagi sehingga terjadilah kecanduan atau ketergantungan yang akan
megakibatkan pada kesehatan berupa gangguan kejiwaan, jasmani dan juga fungsi sosial. Ketergantungan ini
memang tidak terasa secara langsung, namun akan melalui sebuah rangkaian dalam proses penyalahgunaan.

Beberapa tahapan dan pola pemakaian narkoba hingga terjadi ketergantungan dan kecaduannya
sebagai berikut:

1. Ajang uji coba


Dalam tahapan ini, kelompok sebaya yang besar pengaruhnya dalam menawarkan penggunaan
narkoba. Ketidakmampuan dalam menolak dan perasaan untuk ingin tahu yang sangat besar akan
mendorong seseorang dalam mengonsumsi narkoba
2. Pola pemakaian sosial
Narkoba jenis ini digunakan dalam kepentingan pergaulan dan juga diselingi dengan keinginan
untuk diakui oleh kelompoknya
3. Pola pemakaian situsional
Biasanya narkoba digunakan dalam situasi tertentu, seperti pada saat kondisi kesepian dan stress.
Narkoba dikonsumsi gunanya untuk mengatasi masalah. Tahap ini biasanya pengguna narkoba
akan selalu berusaha untuk mengonsumsi secara aktif
4. Pola habituasi
Pemakiannya akan sering dilakukan dan umumnya pada tahapan inilah terjadinya proses
ketergantungan narkoba
5. Pola ketergantungan
Pada tahapan ini terjadi gejala yang sangat khas, misalnya timbulnya toleransi gejala putus zat dan
pengguna narkoba akan selalu berusaha untuk memperoleh narkoba dengan berbagai cara.

seseorang mempunyai ketergantungan jika paling sedikit ada tiga atau lebih gejala seperti berikut ini :
Kesulitan dalam mengendalikan penggunaan narkoba, Keinginan yang kuat dalam memakai narkoba yang
secara berulang kali, Mengabaikan alternatif kesenangan lain, Adanya toleransi, sepeti jumlah narkoba yang
dibutuhkan pegguna akan semakin besar dan dalam memperoleh pengaruh yang sama terhadap tubuh ,
Terus memakai, meski telah menyadari akibatnya, dan Menyangkal adanya masalah

Ketergantungan akan narkoba adalah penyakit yang sangat kronis yang mana ditandai dengan adanya
gangguan fisik, psikologis dan sosial yang mana sebagai akibat pemakaian narkoba yang secara terus
menerus dan berlebihan. Jika dalam pemakaian zat diberhentikan maupun dikurangi secara tiba-tiba, maka
akan muncul sebuah gejala putus zat yang mana berat ringannya gejala putus zat ini sangat tergatung pada
dosis, jenis dan lamanya atas pemakaiannya.

Sasaran utama jalur pengedar gelap narkoba adalah pedesaan, biasanya desa yang tempatnya di
perbatasan negara dan akan menjadi sasaran yang paling aman bagi bandar narkoba. Desa adalah wilayah
yang sangat strategis untuk jalur penyelundupan dan penyebaran serta pengedaran gelap narkoba, desa
menjadi garda yang paling depan dalam melakukan pencegahan dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba. Upaya yang dilakukan ini harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat desa, harus ikut andil
dalam memeranginya.

Keterlibatan pemerintah desa dalam memerangi peredaran gelap narkoba menjadi strategi yang sangat
tepat karena desa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 memiliki kewenangan
dalam membina masyarakat desa untuk berhak mendapatkan pengayoman serta perlindungan dari gangguan
ketentraman dan ketertiban di Desa agar terciptanya situasi yang aman, nyaman dan tentram di desa.
Desa adalah wilayah kesatuan masyrakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia mempunyai peran yang besar dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan
pembangunan di wilayahnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kepala desa wajib untuk melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat desa dan juga
memberdayakan masyarakat desa, ini termasuk dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan kondisi tentram dan tertib bagi masyarakat desa. Untuk
pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan salah satu kewenangan pemerintah
desa dalam hal mewujudkan keadaan yang tentram dan tertib, maka kegiatan seperti ini bisa dirumuskan
dalam rencana pembangunan jangka menengah desa dan rencana kegiatan pemerintah desa serta juga
dianggarkan dalam APB desa.

Dalam kegiatan pelaksanaan program dan kegiatan pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat
dilakukan oleh beberapa pihak desa seperti RT, RW, tokoh agama, PKK, posyandu, tokoh masyarakat adat,
dan juga karang taruna.

Dilihat dari indikator keberhasilan biasanya di wilayah desa/ kelurahan mempunyai kegiatan
pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan juga desa/kelurahan
mempunyai relawan anti narkoba.

Rehabilitas adalah rumah sakit bagi pecandu narkoba untuk membersihkan penyakit sosial atau
patologi sosial dimasa lampaunya. Penyakit sosial itu banyak macamnya mulai dari ketergantungan akan
obat-obat narkoba sampai dengan perilaku, emosi dan psikologi yang tidak sesuai dengan nilai dan norma
yang ada di lingkungan masyarakat. Tetapi tidak sedikit pula pecandu yang menganggap rehabilitasi sebagai
penjara, yang akan ada pengekangan dalam beraktivitas.

Dibawah ini penjelasan beberapa motivasi rehabilitas pada pecandu narkoba:

Yang pertama, motivasi keadaan. Ini adalah motivasi rehabilitasi yang mana dirasakan oleh pecandu
karena adanya keadaan yang memaksakan untuk mengikuti rehabilitasi. Padahal pecandu kurang maupun
tidak mempunyai niat untuk mengikuti rehabilitasi. Biasanya pecandu seperti ini, kemungkinan besar
sembuhnya hanya setengah, karena kurang adanya niat dalam mengikuti rehabilitasi.

Faktor terbentuknya motivasi keadaan pada pecandu beragam. Mulai dari faktor orang tua yang sakit
sampai keadaan yang tidak diterima lagi oleh keluarga. Biasanya motivasi sepeti ini kebanyakan pecandu
dari ekonomi yang mapan, karena pecandu memiliki ekonomi yang mapan sehingga motivasi mendorongnya
untuk menjalani rehabilitas hanya dihadapkan oleh keadaan.
Untuk megatasi pecandu yang mempunyai motivasi keadaan adalah dengan merubah pandangannya
tehadap rehabiltas. Ciri pecandu motivasi keadaan adalah akan selalu merasa gelisah dan tidak akan nyaman
jika melakukan rehabilitasi. Para pecandu jenis ini juga tidak memiliki rasa tanggung jawab akan tugas dan
kewajiban yang telah diberikan kepadanya.

Kedua, motivasi paksaan. Motivasi ini memotivasi pecandu narkoba dalam mengikuti rehabilitasi
dikarenakan adanya paksaan baik itu berasal dari keluarga maupun dari orang terdekat lainnya. Tipe ini
hampir sama degan motivasi keadaan, namun dalam motivasi paksaan ini kondisinya akan lebih parah karena
hampir tidak ada niat dalam menjalani rehabilitasi.

Alasan yang paling sering dijumpai yag membuat pecandu melakukan motivasi keadaan adalah
paksaan itu muncul dari orang tua. Ciri dari pecandu yang melakukan rehabilitasi motivasi paksaan ini akan
sangat terlhat dari sikap dan biasanya pecandu akan berlebihan dalam mengikuti rehabilitasi seperti tidak
dapat diatur dan selalu mencoba untuk melanggar aturan yang telah dibuat di panti rehabilitasi. Pecandu juga
akan menunjukkan perilaku yang aneh seperti berusaha untuk kabur dari rehabilitasi

Tipe pecandu motivasi paksaan ini kebanyakan dari kelompok kalangan ekonomi yag sederhana.
Karena kebanyakan orang tua yang sudah tidak sanggup lagi untuk menampung dan menasehati pecandu
tersebut, sehingga degan sengaja dimasukkan ke panti rehabilitasi.

Ketiga, motivasi pelarian, motivasi jenis ini adalah motivasi yang digunakan oleh pecandu karena
adanya keadaan yang mengancam diluar. Motivasi pelarian memiliki faktor, pertama karena untuk
menghindari kejaran oleh pengguna atau bandar lain, kedua karena ancaman oleh petugas wajib.

Tingkat kesembuhan dari motivasi pelarian ini tergolong sangat tinggi, dikarenakan pecandu
mempunyai motivasi rehabilitasi ini akan serius dalam menghadapi rehabilitasi. Rasa takut untuk berada
diluar merupakan salah satu alasan pecandu jenis ini mengikuti rehabilitasi dengan serius.

ciri-ciri dari pecandu jenis motivasi pelarian ini adalah taat akan peraturan tetapi masih sering
mengunjing petugas sosial dibelakang. Kebiasaan itu disebabkan karena atas ketaatan yang telah mereka
lakukan bukan didasarkan pada hati pecandu. Ketaatan pecandu narkoba hanya merupakan kamuflase yang
dilakukan pecandu agar bisa diterima di panti rehabilitasi. Namun seorang pecandu yang tidak menaati
peraturan akan dikembalikan ke lingkungan asalnya, ketakutan yang membuat para pecandu menaati
peraturan.

Kebanyakan dari para pecandu yang mempunyai motivasi ini biasanya sudah tergolong
penyalahgunaan. Pecandu penyalahgunaan sendiri adalah mamakai narkoba yang pola penggunaannya
bersifat patologis atau penyimpangan. Kadar pemakaian yang cukup lama diatas satu bulan juga merupakan
ciri-ciri dari para pecandu penyalahgunakan narkoba. Mereka berpikir bahwa lebih baik mereka di panti
rehabilitasi dari pada harus merdekam dalam penjara.

Keempat, adalah motivasi sukarela. Motivasi jenis ini adalah motivasi rehabilitasi yang mana
dirasakan oleh pecandu yang disebabkan karena adanya sebuah keinginan yang tulus untuk mengikuti
rehabilitasi. Pecandu akan mengalami sadar dan berhenti dalam penggunaan narkoba. Faktor dari motivasi
sejenis ini biasnya karena telah mengetahui akan bahaya narkoba.

pecandu jenis ini, kemungkinan untuk sembuhnya sangat tiggi, karena adanya niat yang sangat dalam
oleh pecandu untuk benar-benar ingin sembuh. Lama atau tidaknya proses rehabilitasi pecandu tidak akan
memengaruhi cepat atau lambatnya perubahan yang dialami pecandu.

Ciri dari motivasi sukarela biasanya kemauan untuk sembuh yang tinggi, disiplin dalam menjalankan
kegiatan yang ada di rehabilitasi, taat peraturan dan juga berperilaku baik terhadap lingkungan sekitar
rehabilitasi.

Pemberantasan dalam penyalahgunaan narkoba seharusnya memang tidak serta merta terfokus pada
tindak penyalahgunaan oleh pengguna narkoba, tetapi secara lebih luas juga pada penyalahgunaan narkoba
sebagai pengedar dan bandar.

Kecenderungan penyebaran narkoba yang semakin menyebar dan berpindah-pindah mengharuskan


pihak berwajib untuk dapat melakukan penindakan secara tepat dan akurat. Penindakan atas kasus
penyalahgunaan narkoba dan pemberantasan narkoba dalam hal seperti ini adalah salah satu cara dalam
pemberantasan nakoba yang dapat dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat. Pemberantasan dilakukan
dengan menyusun atau membuat daerah rawan penyalahgunaan narkoba. Tujuan dari penyusunan peta
daerah rawan penyalahgunaan narkoba tersebut guna mempermudah penindakan dalam penyalahgunaan
narkoba, sebagai langkah dari pemberantasan tindak narkoba juga dilakukan dengan menghidupkan kembali
kring serse.

Kring resense merupakan sistem pemantauan situasi di lingkungan lokasi rawan kejahatan melalui
pembagian wilayah berdasarkan analisis kerawanan wilayah. Mekanisme dari kerja kring reserse merupakan
dengan penugasan anggota reserse yang secara menetap atau secara insdentil untuk memonitor kejadian
gangguan kamtibmas yang khususnya kasus tersebut menonjol yang timbul di wilayah reserse. Kring reserse
memiliki tugas yang menetap atau insidentil untuk melakukan pemantauan dan memonitor kejadian tindak
pidana kriminal di wilayah kring resese kriminal.

Dalam pelaksanaan atas kegiatan atas pemberantasan narkoba yang masih ditemukan beberapa
permasalahan yang lain:
1. Terbatasnya akan jumlah anggota kelompok yang mempunyai kemampuan dalam bidang teknologi
informasi, sehingga pengguna IT belum secara optimal dalam mendorong keberhasilan
pemberantasan penyalahgunaan narkoba
2. Sarana pendukung IT dalam lidik masih terbatas
3. Dalam memberantas kasus terkait bandar narkoba pelakunya masih belum mau bekerjasama,
sehingga mengakibatkan bandar narkoba yang menjadi inti dari peredaran narkoba yang masih
belum dapat terselesaikan
4. Belum adanya SOP yang jelas bagi masyarakat guna melakukan penindakan kasus nakoba
dilingkugannya
5. Belum terdapat kelompok satgas yang memiliki fungsi guna menindaklanjuti kasus narkoba yang
ada dilingkungan kelurahan
6. Kerjasama masyarakat dalam penindakan kasus narkoba yang masih belum optimal, keaktifan
masyarakat dalam hal melaporkan masih sangat terbatas

Penyadaran, pengobatan dan rehabilitasi pelaku penyalahan narkoba dilakukan didalam beberapa
langkah yaitu rehabilitasi pada masa pidana rehabilitasi yang dilakukan di dalam rutan, rehabiitasi menjelang
selesainya tindak pidana dilakukan di luar rutan dengan bantuan bapas dan tahap pemberian obat yang
dilakukan di puskesmas dalam menahan dan rumah sakit

Rehabilitas dilakukan di bapas dalam proses selanjutnya. Dalam pelaksanaannya rehabilitasi bapas
tidak hanya berfokus pada tindak pidana narkoba tetapi juga pada tindak pidana terorisme dan tindak pidana
lainnya. Bapas tidak hanya terfokus pada pendampingan narkoba dewasa saja, tetapi juga dalam
pendampingan akan penyalahgunaan narkoba terhadap anak. Penyadaran, pengobatan dan rehabilitasi
penyalahgunaan akan nakoba juga dilakukan dengan pemberian obat melalui puskesmas dan rumah sakit.

E. Kesimpulan

dua hal yang menarik untuk disimpulkan dalam penelitian ini adalah

1. Pantologi sosial di dalam hal peyalahgunaan narkoba telah meluas bukan di kalangan orang dewasa
saja, namun juga sudah merebak ke anak-anak, remaja dan perempuan. Di dalam perpektif
klasifikasi sosial, pantologi ini tidak hanya ada pada kelompok marginal, namun juga kelompok elit
seperti artis, pengusaha, PNS dan pegawai swasta. Patologi sosial ini tidak pernah mengenal waktu
dan ruang yang menyerang pada kelompok masyarakat yang rentan dari sisi moralitas dan
ketidaksanggupan yang menghadapi kehidupan.
2. Dekontruki yang sudah dilakukan BNN belum sempurna, namun upaya affimative action yang
sudah dilakukan dalam membangun sinergi dengan berbagai pihak yang harus diakui dalam
membawa perubahan yang berupa nilai-nilai akan kebersamaan dalam pemberantasan narkoba.
Nillai ini penting dalam membangun kesadaran masyarakat, bahwa narkoba bisa menyerang siapa
saja, kapan saja dan dimana pun saja.

Referensi

Amanda, dkk, ‘Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja (Adolescent Substance Abuse)’, Prosiding
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4.2 (2017), 339–45

Badan Narkotika Nasional, Awas Narkoba Masuk Desa, Bnn Ri, 2020

Bayu, Puji Hariyanto, ‘Pencegahan Dan Pemberantasan Peradaran Narkoba Di Indonesia’, Jurnal Daulat
Hukum , 1.1 (2018), 201–11

Burlian, Paisol, Patologi Sosial (bumi aksara, 2016)

Destian Fahdi Adam, ‘Implementasi Kebijakan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran
Gelap Narkoba ( P4GN ) Di Provinsi DKI Jakarta Implementasi Kebijakan Pencegahan
Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba ( P4GN ) Di Provinsi DKI
Jakarta’ (UNIVERSITAS BRAWIJAYA, 2018)

Djaba, Misbahudin, and Ellys Rachman, 'Implemntasi Kebijakan Pencegahan Pemberantasan


Penyalahgunaan Dan Peredaan Gelap Narkotika (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional Kota
Gorontalo', Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Administrasi Dan Pelayanan Publik,
VI.2 (2019), 83–93

Eleanora, Fransiska Novita, ‘Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan Dan
Penanggulangan’, Jurnal Hukum, 25.1 (1970), 439

Hardiansyah, 'Penyalahgunaan Narkoba' (UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI


TANJUNGPINANG, 2013)

Mallisa, NP, ‘Bahaya Narkoba Terhadap Kehidupan Sosial Keberagamaan Remaja’, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makasar (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR,
2017)

Pahlezi, Gensadita, and Martinus Legowo, ‘Praktik Sosial Pecandu Narkoba Di Unit Pelaksana Tugas
Rehabilitasi Sosial Anak Nakal Dan Korban Napza Provinsi Jawa Timur’, Paradigma, 2.3
(2014)
paisol burlian, Patologi Sosial.Pdf (jakarta: bumi aksara, 2016)

Prasetyani, Muhithiana, ‘Penggunaan Instagram Sebagai Bentuk Eksistensi Diri Mahasiswa FTIK
Universitas Semarang’, Universitas Semarang, 2019, 1–7

Priambada, bintara sura, ‘Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja’, Penyalahgunaan Narkoba Di


Kalangan Remaja (Universitas Surakarta, 2003)

Putranto, Andy Dwi, Dkk, ‘Kontrol Sosial Tim Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran
Gelap Narkoba (P4Gn) Dan Komunitas Terhadap Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Di
Kabupaten Sukoharjo’, Jurnal Sosiologi DILEMA, 30.1 (2015), 1–16

Radhiah, ‘Analisis Perilaku Sosial Pengguna Narkoba Pada Remaja Di Kota Makassar (Studi Sosiologi
Komunikasi)’ (UIN ALAUDDIN MAKASSAR, 2013)

Salsabila, Annisa, ‘Narkoba Dan Cara Pencegahannya’ (SMA NEGERI 3 MEDAN, 2020)

Widadi, Hamdi Yassar, Muhammad Noor, and Eddy Iskandar, ‘Dalam Pencegahan Peredaran Narkoba Di
Kota Samarinda’, Journal Ilmu Pemerintahan, 6.2 (2018), 931–44

Anda mungkin juga menyukai