Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI HUMAS BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN

MAGELANG DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI

KALANGAN REMAJA

Abstrak :

Narkotika merupakan obat yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu, namun dapat menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama. BNN Kabupaten Magelang memiliki berperan penting dalam
pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Melihat peredaran narkoba di wilayah Kabupaten Magelang teercatat masih cukup tinggi.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan metode kualitatif. Menurut Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi. Peran Humas pada BNN Kabupaten Magelang sendiri adalah melakukan pencegahan Narkotika lewat media digital. Seperti
menerima laporan dari masyarakat lewat media digital. Mengenalkan kepada masyarakat bahwa BNNK Magelang mempunyai program yaitu, memberikan penyuluhan,
pencegahan, pemberantas, dan merehabilitasi. Upaya humas BNN Kabupaten Magelang untuk mencegah penggunaan narkoba di kalangan remaja adalah dengan
melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah lalu memberikan pengertian dan dampak narkoba.

A. Pendahuluan

Narkotika merupakan obat atau yang memiliki manfaat di bidang pengobatan, pelayanan

kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun jika narkotika digunakan tidak sesuai

dosisnya, atau dengan dosis berlebih dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan

apabila dipergunakan secara berlebih tanpa adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan

seksama dari yang berpengalaman (Utami, 2016). Narkoba sering tidak digunakan sebagaimana

mestinya, sebagian orang memakai narkoba bukan untuk maksud sebagai pengobatan tetapi ingin

menikmati pengaruhnya dalam jumlah berlebihan yang bisa mengakibatkan gangguan kesehatan

fisik, mental maupun kehidupan sosial. Akibat yang diakibatkan narkoba pada kehidupan dan

kesehatan memiliki dua sisi, narkoba menjadi zat yang bisa memberikan manfaat tetapi bisa juga

merusak kesehatan. Seperti yang sudah kita ketahui, ada beberapa jenis obat-obatan yang

termasuk ke dalam jenis narkoba tetapi hanya boleh dipergunakan untuk proses penyembuhan
dan sesuai resep dokter yang berpengalaman. Dan tentu saja tidak dipakai dalam dosis yang

berlebih, karena bisa mengakibatkan kecanduan. Penyalahgunaan narkoba awal mula berawal

dari rasa menyenangkan yang dirasakan oleh pemakai. Dari situlah muncul keinginan untuk terus

menggunakan narkoba dengan alasan agar bisa mendapatkan ketenangan yang sifatnya

halusinasi. Dampak narkoba tentunya sudah diketahui oleh banyak orang, tetapi hal itu tetap saja

tidak mengurangi jumlah pemakainya.

Alangkah baiknya jika kita menjauhi narkoba, walaupun bahaya kecanduan narkoba bisa

disembuhkan. Penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi

oleh bangsa Indonesia. Mengingat sudah banyak generasi muda yang terjerumus narkoba, hal

tersebut tentunya dapat merusak generasi muda bangsa Indonesia.

Generasi muda adalah generasi yang menjadi penerus bangsa yang mampu memajukan bangsa

melalui kecerdasan dan prestasinya. Namun, saat ini sudah banyak generasi muda bangsa

Indonesia yang secara perlahan terjerumus akan narkoba. Hal tersebut menyebabkan dampak

yang besar bagi generasi muda saat ini, citra akan generasi muda yang dikenal cerdas dan

berprestasi perlahan akan luntur akibat penyalahgunaan narkoba.

Begitu kompleks dan meluasnya permasalahan narkoba ini, maka sangat diperlukan adanya

sistem informasi nasional mengenai narkoba yang berisikan data-data yang akurat, kondisi

faktual, kebijakan-kebijakan, besarnya permasalahan, dan hal yang lain yang berkaitan dengan

zat adiktif ini. Informasi yang didapat bukanlah hanya sekedar dugaan atau asumsi, tetapi

berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan. Secara khusus, sistem informasi narkoba nantinya

diharapkan dapat menjadi pendukung sebagai alat pengambilan keputusan, penerapan strategi

dan kebijakan, serta berbagai kegiatan untuk kepentingan pelayanan publik.


Tahun 2003 merupakan tahun pertama Badan Narkotika Nasional (BNN) melakukan tugasnya.

BNN merupakan lembaga baru di lingkungan Pemerintah Republik Indonesia yang dibentuk

berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2002 tentang Badan

Narkotika Nasional (BNN). BNN merupakan lembaga non-struktural yang mempunyai

kedudukan dibawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. BNN mempunyai tugas

pokok membantu Presiden mengkoordinasi instansi pemerintah dalam penyusunan kebijakan dan

pelaksanaannya dibidang ketersediaan, pencegahan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika,

precursor dan zat adiktif lainnya. Sedangkan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten

Magelang sendiri bertugas dan berperan penting dalam pencegahan, pemberantasan,

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Melihat peredaran narkoba di wilayah Kabupaten

Magelang juga tercatat masih cukup tinggi dan cenderung memprihatinkan. Peredaran narkoba di

Kabupaten Magelang meliputi berbagai jenis, diantaranya sabu-sabu, ganja, tembakau gorilla.

Kabupaten Magelang bahkan tercatat memasuki kasus narkoba tertinggi ke-5 di Jawa Tengah,

setelah Semarang, Solo, Banyumas dan Cilacap. Banyaknya pengguna narkoba dan

penyelundupan narkoba dari luar negeri ke Indonesia juga terjadi karena banyaknya pesanan dari

Indonesia sendiri, termasuk di Kabupaten Magelang, sehingga Badan Narkotika Nasional

Kabupaten (BNNK) Magelang pun melakukan berbagai upaya untuk memberantas

penyalahgunaan dan peredaran gelap obat-obatan terlarang. Masalah penyalahgunaan narkotika

pada kalangan remaja dan pelajar bisa dikatakan sulit di atasi, karena penyelesaiannya yang

memperlibatkan banyak faktor dan kerjasama dari semua pihak yang bersangkutan, seperti

pemerintah, aparat, masyarakat, media massa, keluarga, atau remaja itu sendiri. Penyalahgunaan

narkotika bisa terjadi karena korban kurang atau tidak memahami pengertian narkoba sehingga

dapat dengan mudah dikelabuhi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab (pengedar). Oleh
karena itu, Badan Nasional Narkotika Kabupaten Magelang membuat beberapa strategi untuk

mencegah penyalahgunaan narkotika pada kalangan remaja.

B. Metode

Metode Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode

Penelitian deskriptif kualitatif mempunyai tujuan untuk menggambarkan, melukiskan,

menerangkan,menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti

dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian.

Pengumpulan data penelitian ini didapat dari proses wawancara antara pihak BNN Kabupaten

Magelang dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang. Data yang didapat dari proses

wawancara dan observasi akan disajikan secara deskriptif menggunakan kata-kata yang mudah

dimengerti.

C. Hasil dan pembahasan

Bahaya penyalahgunaan narkotika terhadap remaja, pelajar maupun pada khalayak ramai dapat

mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta

dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Penyalahgunaan narkoba maupun obat-

obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini semakin meningkat. Penyalahgunaan

narkotika ini tidak begitu saja terjadi tetapi sebagian besar penggunaan narkotika ini justru telah

dimulai sejak remaja. Menurut Kozier, Erb, dan Oliveri (1991) yang termasuk pada usia remaja

dibagi dalam tiga bagian, yakni remaja awal 12-13 tahun, remaja pertengahan 14-16 tahun,

remaja akhir 17-18 tahun atau 20 tahun. Pada masa ini remaja bisa dibilang memiliki

karakteristik khusus. Karakteristik khusus masa remaja menurut Hurlock (1997) yaitu

merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa, periode penuh perubahan, baik
perubahan emosi, sosial, moral maupun hubungan keluarga. Usia remaja yang menjadi usia

perpindahan dari masa kanak-kanak ke usia yang lebih dewasa, tentunya membuat remaja

menemui hal-hal yang baru, dan masalah yang baru, pada usia ini juga remaja melakukan

pencarian jati diri, pengembangan sikap realistik, dan penuh harapan. Pada umumnya penyalah

guna narkoba dimulai sejak usia 13 tahun (Hawari, 2002). Penggunaan dimulai dengan narkoba

yang berisiko rendah, legal, dan mudah didapat seperti rokok atau alkohol, selanjutnya berpindah

menggunakan narkoba yang lebih berat dan illegal seperti ganja atau heroin. Maraknya

penyimpangan perilaku generasi muda ini tentunya dapat membahayakan keberlangsungan hidup

bangsa ini, karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin

hari semakin rapuh digerogoti zat adiktif penghancur syaraf, sehingga pemuda tersebut tidak

dapat berpikir secara jernih. Akibatnya, generasi muda yang menjadi harapan bangsa yang

tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan saja. Penyalahgunaan narkotika dan obat-

obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa yang kian meningkat sebagai salah satu bukti

nyata bahwa kini penyebaran narkoba kian meningkat dan susah dicegah. Mengingat hampir

seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapatkan narkoba dan obat-obatan terlarang

dari oknum yang tidak bertanggung jawab. Awal mula penggunaan narkoba mungkin hanya

sekedar coba-coba, tetapi bila digunakan secara terus menerus melebihi dosis akan menimbulkan

dampak negatif pada penggunaan yang terus menerus dan berlebihan, narkoba dapat

mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf pusat. Kerusakan sistem saraf pusat akan

mempengaruhi kognisi dan perilaku seseorang seperti halusinasi, kurang konsentrasi, penurunan

memori, malas, berbohong, adiksi yang menyebabkan seseorang melakukan tindak kriminal.

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), peredaran narkoba di kalangan remaja

semakin parah. Sekitar 4,7 persen pemakai narkoba adalah pelajar dan mahasiswa. Badan
Narkotika Nasional (BNN) mengakui, bahwa pengaruh narkoba dan obat-obatan terlarang telah

merambah ke berbagai kalangan. Berdasarkan survei BNN, penggunaan narkoba tercatat

sebanyak 921.695 orang yang tercatat adalah pelajar dan mahasiswa. Berdasarkan pada Undang-

Undang Nomor 27 Tahun 1997 yang dimaksud dengan Narkotika, adalah zat atau obat-obatan

terlarang yang berasal dari tanaman atau bisa jadi bukan tanaman, baik itu sintesis maupun

sistematis, dan mengakibatkan dapat menurunkan atau membuat perubahan kesadaran, hilangnya

rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.,

dan kini KPAI juga membeberkan hasil survei terhadap kasus penyalahgunaan narkoba oleh

anak-anak atau remaja yaitu 82,4 persen remaja yang terjerat narkotika berstatus pemakai

sedangkan 47,1 persen berperan sebagai pengedar dan 31,4 persen sebagai kurir, dari data yang

kita lihat kini, kasus penyalahgunaan narkoba begitu mengkhawatirkan karena selain dengan

meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak) penyebaran

HIV/AIDS pun juga semakin meningkat. Pada awalnya, pelajar atau remaja yang mengkonsumsi

narkoba diawali dengan perkenalannya dengan rokok, karena kebiasaan merokok kini sudah

menjadi hal yang wajar di kalangan remaja saat ini. Kebiasaan ini yang membuat pergaulan

bebas terus meningkat, apalagi ketika remaja tersebut bergabung ke dalam lingkup orang-orang

yang sudah menjadi pencandu narkoba. Mulanya, remaja mencoba karena penasaran, kemudian

mengalami ketergantungan.

Badan Narkotika Nasional Kabupaten Magelang didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Magelang berdasarkan nota kesepahaman Nomor : 019.6/02/01.01/2019 dan Nomor :

PKS/5/1/2019/BNN antara Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dengan Badan Narkotika

Nasional Tentang Kerjasama Percepatan Pengembangan dan Pembangunan Kapasitas Badan

Narkotika Nasional di Kabupaten Magelang. BNN Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan


Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional pada

pasal 36 bertugas untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang BNN dalam wilayah

Kabupaten/Kota. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Badan Narkotika Nasional (BNN), Badan

Narkotika Nasional (BNN) memiliki visi sebagai berikut: “Menjadi Lembaga Non Kementerian

yang profesional tangguh, dan terpercaya dalam melaksanakan Pencegahan dan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Bahan Adiktif

Lainnya.” Dalam rangka mewujudkan visi yang ditetapkan oleh Badan Narkotika Nasional

Kabupaten Magelang (BNN Kabupaten Magelang), maka dirumuskan misi sebagai berikut:

Mengembangkan dan memperkuat kapasitas kelembagaan, mengoptimalisasi sumberdaya dalam

penyelenggaraan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya, melaksanakan pencegahan

penyalahgunaan narkotika secara komprehensif, memberantas peredaran gelap narkotika secara

profesional.

Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, Badan Narkotika Nasional Kabupaten Magelang

memiliki strategi. Strategi adalah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan. Banyak strategi

yang digunakan oleh Badan Narkotika Nasional Kabupaten Magelang, salah satunya adalah

strategi humas. Strategi humas adalah salah satu bentuk komunikasi yang bertujuan menciptakan

kerja sama dan hubungan yang harmonis antara suatu lembaga/perusahaan dengan publik, baik

publik internal maupun eksternal. Menyusun strategi adalah bagian yang paling sulit untuk

dilakukan, karena jika strategi diterapkan tepat, maka segalanya akan berjalan dengan lancar dan

sesuai yang diharapkan. Banyak masyarakat kyang masih tidak mengetahui tentang apa itu

narkoba dan dampaknya, karena itu, upaya pemberantasan melalui pemberian pemahaman

tentang bahayanya Narkotika juga penting utuk dilakukan dan akan terus dilakukan dalam
rangka mewujudkan “Indonesia Bebas Narkoba”. Khususnya untuk generasi muda Bangsa

Indonesia, pemahaman tentang apa narkoba dan dampaknya adalah suatu hal penting yang harus

dilakukan. Begitupun tugas yang harus dilakukan oleh humas BNN Kabupaten Magelang. Salah

satu peran humas pada BNN Kabupaten Magelang sendiri adalah melakukan pencegahan

Narkotika lewat media digital. Karena seperti yang kita tahu, zaman sekarang bisa jadi disebut

sebagai zaman yang mengandalkan media digital. Remaja jaman sekarang juga bisa dibilang

sudah ketergantungan akan gadget, maka dari itu cara BNN Kabupaten Magelang melakukan

pencegahan melalui media digital bisa dibilang cukup efektif. Salah satu hal yang telah

didapatkan oleh BNN Kabupaten Magelang adalah diterimanya laporan pemakai narkoba dari

masyarakat lewat media digital. BNN Kabupaten Magelang mengenalkan kepada masyarakat

akan programnya yaitu, memberikan penyuluhan, pencegahan, pemberantas, dan merehabilitasi.

Maraknya peredaran narkotika yang terjadi di tengah-tengah masyarakat tentunya semakin

membuat resah. Maka dari itu, pihak BNN Kabupaten Magelang melakukan pemahaman

masyarakat khususnya remaja tentang narkotika dan memberikan informasi-informasi

pendidikan kepada masyarakat khususnya remaja tentang bahaya Narkotika. Humas sangat

diperlukan dalam melaksanakan pemberian dan pemahaman bahaya narkotika kepada

masyarakat, khususnya remaja. Melalui peran humas, suatu organisasi/lembaga dapat

menyelesaikan salah satu tujuan terpentingnya.

Dilihat dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa remaja pun rentan terlibat penyalahgunaan

narkoba. Penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) pada tahun 2018 di 18 provinsi menyebutkan jumlah penyalahgunaan narkoba kategori

satu tahun pakai di kalangan pelajar dan mahasiswa mencapai 2.297.492 jiwa (BNN, 2019).

Kemudian penelitian tahun 2019 yang dilaksanakan di 34 provinsi Indonesia menjelaskan bahwa
rata-rata usia penyalahgunaan narkoba berada dalam rentang usia remaja yaitu 19,2 tahun (BNN,

2020). Pada tahun 2021, jumlah tersangka kasus narkoba berdasarkan data dari BNN dan Polri

kategori usia <5 tahun s.d. 16-19 tahun sebesar 4, 74% atau 2.785 orang dari total 58.764 orang

(BNN, 2021).

Remaja merupakan fase transisi dari fase kanak-kanak menuju dewasa, proses tersebut

mengakibatkan remaja rentan terlibat perilaku yang berisiko. Menurut World Health

Organization (WHO), remaja berada pada usia antara 10 sampai dengan 19 tahun. Remaja

adalah usia yang rentan mengalami perubahan yang luar biasa dari aspek fisik, emosional, dan

intelektual. Usia remaja adalah usia yang sangat mudah terpengaruh akan sesuatu tanpa

memikirkan dampaknya. Perkembangan ini adalah proses penyesuaikan diri remaja terhadap

perkembangan fisik baru, identitas sosial, dan pandangan dunia yang luas (Zgourides dalam

Anjaswarni & Nursalam, 2019). Usia remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar dan tertarik

pada hal-hal baru. Pada usia ini juga, Prefrontal cortex pada otak remaja berkembang, yang

mendukung kontrol diri berkembang secara bertahap, sedangkan sistem limbic pada otak yang

mengatur pencarian kesenangan berkembang lebih cepat. Ketidakseimbangan ini yang memicu

remaja untuk mencoba hal-hal baru dan mengambil risiko (Medicine & Council, 2011). Masa

remaja merupakan masa pencarian jati diri. Pada masa ini, remaja akan mudah terpengaruh

pandangan dari temannya(Yunalia dalam Yunalia & Etika, 2020). Penjelasan ini sejalan dengan

hasil penelitian BNN bahwa alasan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa

terbesar adalah karena rasa ingin tahu atau coba-coba, dan yang lainnya beralasan ingin

bersenang-senang, dibujuk teman, atau tekanan pikiran masalah pribadi (BNN, 2019).

Humas BNN Kabupaten Magelang berupaya untuk mencegah penggunaan narkoba di kalangan

remaja, salah satu cara yang dilakukan Humas BNN Kabupaten Magelang adalah dengan
melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah yang berada di Magelang, lalu memberikan

pengertian dan dampak narkoba. Selain itu, BNN Kabupaten Magelang juga pernah membentuk

Sosialisasi Gerakan Anti Narkoba yang pada saat itu dilakukan di SD Kartika XII-1 Komplek

Panca Arga Mertoyudan Magelang. Dalam kesempatan tersebut, BNN Kabupaten Magelang

membentuk Satgas Anti Narkoba, sebagai salah satu program kebijakan dan strategi nasional

Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

(P4GN). Keunggulan dari program kaderisasi siswa Satgas Anti Narkoba dibandingkan kegiatan

penyuluhan adalah siswa tidak hanya sebagai objek dari kebijakan P4GN melainkan juga sebagai

subjek, sebab siswa akan berperan aktif dan terlibat langsung dalam mencegah penyalahgunaan

narkoba di sesama kalangannya. Dalam kesempatan itu, Kepala Sekolah SD Kartika XII-1

mengatakan kegiatan BNN Kabupaten Magelang juga senada dengan progam kerja SD Kartika

dalam rangka meningkatkan pribadi siswa yang religius, nasionalis dan unggul dalam

berprestasi, melalui kegiatan yang bermanfaat dan mengarah kepada edukasi bahaya narkoba

bagi anak usia pendidikan sekolah dasar. Maka dari itu, atas dasar tersebut pihak SD Kartika

menyetujui dibentuknya Satgas Anti Narkoba di SD Kartika XII-1 pada masa bakti tahun 2021

sampai dengan 2022, sebagai upaya pencegahan dan pemahaman narkoba dari dini. Satgas Anti

Narkoba memiliki tujuan berperan sebagai penggerak dalam melakukan upaya preventif dalam

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran narkotika dan prekursor

narkotika. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan juga dituntut tidak hanya fokus terhadap

bidang akademik tetapi juga melakukan upaya-upaya progresif dan revolusioner guna menjaga

dan menyelamatkan masa depan generasi muda dari bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkoba karena generasi muda adalah generasi yang paling menentukan kemajuan suatu bangsa

dan negara, sebagai orang yang lebih mengerti dan paham akan narkoba, tugasnya adalah
menjaga agar generasi penerus bangsa sebagai sumber daya yang unggul dan terhindar dari

ancaman membahayakan salah satunya penyalahgunaan narkoba.

D. Kesimpulan

Strategi yang dilakukan BNN Kabupaten Magelang dalam memberikan pemahaman bahaya

narkoba kepada remaja adalah dengan memberikan penyuluhan dan membuat program ke setiap

sekolah yang ada di kabupaten magelang, memberi pengertian tentang apa itu narkoba serta

memberitahu dampak buruk penggunaan narkoba. Serta cara lain untuk memberi pengetahuan

tentang bahaya narkoba adalah dengan menyebarkan dan mengenalkan kepada masyarakat

bahwa BNNK Magelang mempunyai program yaitu, memberikan penyuluhan, pencegahan,

pemberantas, dan merehabilitasi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Narkotika Nasional RI. (n.d.). Badan Narkotika Nasional Kabupaten Balangan.

https://balangankab.bnn.go.id/

Cookson, M. D., & Stirk, P. M. R. (2019). 済無 No Title No Title No Title. November, 1–6.

H Kara, O. A. M. A. (2014). 済無 No Title No Title No Title. Paper Knowledge . Toward a

Media History of Documents, 7(2), 107–115.

Irawan, F. B. (2019). Menyingkap Kualitas Pelayanan Pada Toko Kelontong Aulia Anugerah

Pati. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 26–35.

https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/B11A/2015/B.111.15.0308/B.111.15.0308-15-File-

Komplit-20200323090502.pdf

Iv, B. A. B., Badan, S., & Nasional, N. (2016). Dokumentasi Badan Narkotika Nasional Kota
Pekanbaru : 2016 39. 39–47.

Nurlaelah, N., Harakan, A., & Mone, A. (2019). Strategi Badan Narkotika Nasional (BNN)

Dalam Mencegah Peredaran Narkotika di Kota Makassar. Gorontalo Journal of

Government and Political Studies, 2(1), 024. https://doi.org/10.32662/gjgops.v2i1.499

Sari, S. amelia. (2017). No Title42–40 ,549 ,‫ מים והשקייה‬.‫השפעות של השקיית גינות במים אפורים‬.

Anda mungkin juga menyukai