Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU ASKEB RENTAN

ARTIKEL DAN JURNAL TENTANG “PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA


REMAJA”

Dosen pengampu : Baiq Nova Aprilia Azamti, S.Si.T., M.Kes

Disusun oleh :

Zuhratul Wahyuni (023.04.0028)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2023
1. ARTIKEL

Penggunaan Narkotika di Kalangan Remaja Meningkat


Oleh PUSLITDATIN12 Agu 2019

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisiaris Jenderal Polisi Heru


Winarko menyebut, penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja makin meningkat.
Di mana ada peningkatan sebesar 24 hingga 28 persen remaja yang menggunakan
narkotika.
“Hasil dari penelitian kita bahwa penyalahgunaan itu beberapa tahun lalu,
milenial atau generasi muda hanya sebesar 20 persen dan sekarang meningkat 24 -28
persen itu adalah kebanyakan pengguna anak-anak dan remaja,” kata Heru di The
Opus Grand Ballroom At The Tribrata, Jakarta Selatan, Rabu (26/6).
Heru menerangkan, kalangan remaja yang terpapar narkotika lebih rentan
sebagai pengguna jangka panjang. Sebab, mereka memiliki waktu yang cukup
panjang dalam mengkonsumsi narkoba. “Karena kalau milenial yang sudah
menggunakan, maka rentan penggunaan jangka panjang. Sehingga market mereka
terjaga dan mereka enggak pusing lagi.
Misalnya umur 15 tahun mengunakan narkoba sampai umur 40 tahun, berapa
jangka waktu mereka menggunakan narkoba,” ujarnya. Heru juga mempunyai
sebuatan lain dari penggunaan narkotika, yakni imun. Hal itu disebabkan karena
penggunaan narkotika semakin meningkat. “Mengunakan narkoba ada namanya imun.
Jadi akan meningkat, yang tadi mungkin sebutir bisa fly, jadi nanti ditingkatkan 1,5
hingga 2 butir karena itu kebutuhan akan semakin meningkat. Ini yang kita khawatir
mengenai narkoba,” papar Heru.
Untuk itu, ia mengajak segenap pihak untuk memerangi narkotika. Hal itu
dilakukam agar tak ada lagi kaum remaja yang mengkonsumsi narkoba.
World Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United Nations Office on Drugs and
Crime (UNODC), menyebutkan sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau 5,6 % dari
penduduk dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi narkoba. Sementara di
Indonesia, BNN selaku focal point di bidang Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) mengantongi
angka penyalahgunaan narkoba tahun 2017 sebanyak 3.376.115 orang pada rentang
usia 10-59 tahun.
Sedangkan angka penyalahgunaan Narkoba di kalangan pelajar di tahun 2018
(dari 13 ibukota provinsi di Indonesia ) mencapai angka 2,29 juta orang. Salah satu
kelompok masyarakat yang rawan terpapar penyalahgunaan narkoba adalah mereka
yang berada pada rentang usia 15-35 tahun atau generasi milenial.

2. Masalah pada artikel


Meningkatnya penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja.
3. Cara penyelesaian masalah dari sudut pandang jurnal
a. Penyelesaian masalah di dalam negeri
Judul jurnal : PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA
(ADOLESCENT SUBSTANCE ABUSE)
1) Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, atau disebut sebagai fungsi
preventif. Biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi
mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll. Instansi
pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap
intervensi ini. Dalam menjalankan fungsi ini, upaya yang harus di lakukan
oleh pemerintah meliputi melakukan sosialisasi secara berkala, pendirian
lembaga-lembaga pengawasan, membentuk aturan perundang-undangan
dalam berbagai bentuk, dan bahkan menjalin kerjasama inernasional baik
bilateral, regional, maupun multilateral. Selain itu, kegiatan yang dapat
dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang ditujukan kepada remaja
langsung dan keluarga.
2) Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: 1) fase penerimaan awal
antara 1 - 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental; 2) fase
detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 - 3 minggu untuk
melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara
bertahap.
3) Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan
dalam proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas: 1) fase
stabilisasi, antara 3-12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke
masyarakat; 2) fase sosialiasi dalam masyarakat, agar mantan
penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang
bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan konseling,
membuat kelompokkelompok dukungan, mengembangkan kegiatan
alternatif, dan lain-lain.
4) Pendekatan agama (religius). Melalui pendekatan ini, mereka yang masih
‘bersih’ dari dunia narkoba, senantiasa ditanamkan ajaran agama yang
mereka anut. Setiap agama mengajarkan pemeluknya untuk menegakkan
kebaikan, menghindari kerusakan, baik pada dirinya, keluarganya, maupun
lingkungan sekitarnya. Sedangkan bagi mereka yang sudah terlanjur
masuk dalam lingkaran narkoba, hendaknya diingatkan kembali nilai-nilai
yang terkandung di dalam ajaran agama yang diyakini. Dengan jalan
demikian, diharapkan ajaran agama yang pernah tertanam dalam benak
mereka mampu menggugah jiwa mereka untuk kembali ke jalan yang
benar.
5) Pendekatan psikologis. Dengan pendekatan ini, mereka yang belum
terjamah narkoba diberikan nasihat dari hati ke hati oleh orangorang yang
dekat dengannya, sesuai dengan karakter kepribadian mereka. Langkah
persuasif melalui pendekatan psikologis ini diharapkan mampu
menanamkan kesadaran dari dalam hati mereka untuk menjauhi dunia
narkoba. Adapun bagi mereka yang telah larut ke dalam narkoba, melalui
pendekatan ini dapat diketahui, apakah mereka masuk dalam kategori
pribadi yang ekstrovert (terbuka), introvert (tertutup), atau sensitif. Dengan
mengetahui latar belakang kepribadian mereka, maka pendekatan ini
diharapkan mampu mengembalikan mereka pada kehidupan nyata,
menyusun kembali perjalanan hidup yang sebelumnya mulai runtuh,
sehingga menjadi utuh kembali.
6) Pendekatan sosial. Dengan menciptakan lingkungan keluarga dan
masyarakat yang positif. Hal ini dapat dilakukan melalui komunikasi dua
arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati
pendapat anak.
b. Penyelesaian maslah di luar negeri
Judul jurnal : KEBIJAKAN ASEAN DALAM MENANGGULANGI
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKAN DAN OBAT-OBATAN BERBAHAYA
DI ASIA TANGGARA
1) Membangun kurikulum penegakkan hukum sesuai dengan kapasitas
kawasan Asia Tenggara.
2) Berkolaborasi dengan pihak Bea Cukai atau Pabean untuk saling
berintegrasi terhadap kontrol keluar-masuknya barang ke dalam negara.
3) Melakukan kampanye pencegahan yang tepat sasaran terhadap
penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya.
4) Meningkatkan cakupan pengobatan dan memperluas jaring sosial dari
program-program berbasis masyarakat yang menangani ketergantungan
narkoba.
5) Mengadopsi pendekatan science-based untuk mengatasi HIV/AIDS.
6) Mencari partispasi aktif dari sektor swasta untuk memastikan pelaksanaan
alternaive development atau pembangunan alternatif.
7) Memperluas dan memperkuat Border Liaison Offices atau kantor
penghubung perbatasan sebagai metode utama untuk meningkatkan kerja
sama regional.
8) Mengintensifikasikan pengendalian berbagai peralatan dan bahan kimia
ataupun obat-obatan ilegal di wilayah Asia Tenggara.
9) Peningkatan partisipasi dalam pendekatan regional untuk memerangi
money laundering, terorisme, dan financing transnational crime.

Anda mungkin juga menyukai