I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya
lainnya) adalah bahan/zat apabila dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara
oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan sehingga dapat mengubah pikiran, suasana
hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan
ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sinteti smaupunsemi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa sakit dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Ancaman penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan terlarang (NARKOBA)
atau Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif (NAPZA) sudah menjadi fenomena global
dan merupakan ancaman kemanusiaan (Herindrasti, 2018). Narkoba merupakan zat
psikoaktif narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya yang jika masuk ke dalam
tubuh baik secara oral (dimakan, diminum, maupun ditelan), dihisap, dihirup, atau
disuntikkan dapat mengubah suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang
(Kusmiran, 2011). Efek atau dampak yang timbul akibat penyalahgunaan narkoba
tergantung pada pola penyalahgunaan narkoba itu sendiri.
Pola penyalahgunaan narkoba berdasarkan tahap penggunaan adalah tahap
eksplorasi atau eksperimental, tahap sosial, tahap rekreasional, tahap emosional atau
instrumental, tahap situasional, tahap habitual, tahap penyalahgunaan (abuse), dan
tahap kecanduan (Partodiharjo, 2008). Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian
narkoba di luar indikasi medis, tanpa petunjuk/resep dokter (BNN, 2018).
Penyalahgunaan narkoba menjadi salah satu masalah kesehatan dan sosial yang paling
serius di dunia dan telah menarik perhatian pemerintah.
Sering kali orang terpengaruh oleh bermacam-macam jenis narkoba.
Keingintahuan, mencari-cari sensasi, mentalitas yang negatif, dan pengaruh lingkungan
menjadi faktor utama yang menarik seseorang untuk mudah bersinggungan dengan
narkoba (Li & Ma, 2018). Bahaya narkoba sudah menjadi momok yang menakutkan bagi
masyarakat. Berbagai kampanye anti narkoba dan penanggulangan terhadap orang-
orang yang ingin sembuh dari ketergantungan narkoba semakin banyak di dengung-
dengungkan. Sebab, penyalahgunaan narkoba bias membahayakan bagikeluarga,
masyarakat, dan masad epan bangsa. Dampak narkoba jika di salah gunakan seperti
halnya singkatan kata tersebut NARKOBA (narkotika dan obat/bahan berbahaya),
memang sangatlah berbahaya bagi manusia.
Narkoba dapat merusak kesehatan manusia baik secara fisik, emosi, maupun
perilaku pemakainya. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal
itu biasnya juga memudahkan seseorang untuk terdorong menyalahgunakan narkoba.
Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah
kelompok usia remaja hingga dewasa. Masalah menjadi lebih gawat lagi bila
penggunaan narkoba, para pemuda tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan
pemuda. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara
bergantian.
World Drug Report 2017 memperkirakan bahwa pada tahun 2015 sekitar 5 Persen
dari populasi orang dewasa yang berusia 15-64 tahun menggunakan narkoba
Setidaknya sekali dalam setahun. Dengan kata lain sekitar 158 juta hingga 351 juta
Penduduk dunia menggunakan narkoba. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
Narkoba tetap stabil selama lima tahun terakhir. Lebih dari 11 persen orang yang
Menggunakan narkoba (sekitar 29,5 juta orang) diperkirakan menderita akibat
Mengkonsumsi narkoba. Ini berarti bahwa penggunaan narkoba mereka berbahaya
Sehingga membuat mereka mengalami ketergantungan narkoba (UNODC, 2017). Hasil
penelitian yang dilakukan BNN dan Puslitkes-UI tahun 2015 Menyatakan bahwa angka
prevalensi penyalahgunaan narkoba berada di kisaran 2,20% atau sekitar 4.098.029
orang dari total populasi penduduk Indonesia yang Berusia 10– 59 tahun (BNN, 2015
dalam Ika novitasari & Sudarji, 2017). Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional,
rentang usia penyalahgunaan narkobaPada masing-masing kelompok usia meliputi
kelompok usia 10 – 19 tahun (2,27%), kelompok usia 20 – 29 tahun (4,41%), kelompok
usia 30 – 39 (1,08%), dan kelompok usia di atas 40 tahun (1,06%) (Sitorus, 2014).
Tujuan dibuatnya proposal ini yaitu untuk mengetahui, mengajukan permohonan
pembuatan Program Spesifik (Narkoba) dan mengidentifikasi faktor risiko kejadian
narkoba pada pekerja. Hal ini penting dilakukan agar lebih mudah dalam
mencegah penyakit narkkoba. Hal ini sangat penting karena narkoba dapat
mengakibatkan gangguan fungsi tubuh lainnya.
Kotak Masalah
Kotak segi enam: merupakan kotak keputusan yang selalu mempunyai dua alur
keluar yang mengarah ke kotak tindakan. Kedua alur itu adalah alur “ya” dan alur “tidak”.
Kotak keputusan
Kotak segi empat dengan sudut tajam: merupakan kotak tindakan. Kotak ini
menunjukkan penatalaksanaan yang harus dilakukan
Kotak Tindakan
3500
3000
2500
1500
1000
500
0
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL TOTAL PEKERJA
Chart Title
70
60
50
40
Axis Title
30
20
10
0
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL
B. Tahap Analisa
1. Tabel 2. Data kenaikan penyalahgunaan Narkotika setiap bulan dari 3 penyakit
paling tinggi
Dari tabel diatas maka disimpulkan bahwa penyalahgunaan Narkoba pada pekerja
di PT. X setiap bulannya rata-rata mengalami kenaikan, oleh karena itu program PKDTK
sangat diperlukan untuk mencegah penyebaran Narkoba di lingkungan tempat kerja.
2. Tabel Estimasi biaya kerugian perusahaan karena jam kerja yang hilang
Item Perhitungan Total Vol
Perhitungan rata-rata gaji pekerja per 1 jam
Gaji pekerja 1 X 4.000.000 Rp 4.000.000 1 bulan
Total dalam 1 bulan (200 jam) 4.000.000 : 200 Rp20.000 1 jam
Perhitungan rata-rata pekerja yang meninggalkan kerja selama 1 jam
Laporan klinik ± 30 pekerja / hari yang berobat karena
30 x 20.000 Rp 600.000 1 hari
Penyalahgunaan Narkoba
Estimasi biaya kerugian per hari 1 x 600.000 Rp 600.000 1 hari
Estimasi biaya kerugian per bulan 26 X 600.000 Rp 15.600.000 1 bulan
Dari tabel berikut diketahui bahwa kerugian perusahaan dalam 1 bulan yaitu
sebanyak Rp. 15.600.000 dengan asumsi per 1 orang pekerja menghilangkan jam kerja
selama 1 jam, sedangkan pada kenyataannya pekerja bisa saja menghilangkan jam
kerja lebih dari 1 jam. Apabila pekerja harus di istirahatkan, maka bisa menghilangkan
waktu sekitar 3-4 jam karena harus dirawat terlebih dahulu di klinik. Apabila pekerja
mengalami sakit maka akan kehilangan 1-3 hari, maka kerugian perusahaan dapat
melebihi dari Rp. 15.600.000 / bulan ditambah dengan target produksi yang akan
terhambat karena pekerja yang sakit.
C. Tahap Perencanaan
Untuk melaksanakan program PKDTK mengenai IMS perlu dibuat perencanaan yang
sebaik mungkin sehingga hasil dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek (2016). menyimpulkan bahwa penanganan
penyalahgunaan narkotika Komprehensif dilakukan dengan beberapa langkah yaitu :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik dan pengambilan specimen
3. Diagnosis tepat
4. Detoksifikasi
5. Pengobatan efektif
6. Stabilisasi
7. Rehabilitasi Medis
8. Rehabilitasi Sosial
9. Tindak lanjut klinik
10. Edukasi perilaku sosial
11. Mengadakan kegiatan kerohanian
12. Peningkatan kemampuan
13. Kampanye anti Narkoba
14. Pencatatan dan peloparan kasus
15. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi serta upaya disrtibusi Narkoba
di lingkungan kerja
E. Tahap Persiapan
Setelah disetujui oleh top management, HRD, CR, SPSI, dan komitmen yang kuat
untuk menyehatkan pekerja dari Narkoba maka disusun rencana tindak lanjut berupa
program yang telah disusun seperti skrining test urin setiap 6 bulan sekali, menyediakan
tempat konseling yang nyaman tertutup dengan suasana yang nyaman dan terjamin
kerahasiaannya, MCU berkala, pemasangan poster, pamphlet ditempat yang mudah
dilihat dan dibaca, membuat group kecil pada kelompok yang beresiko tinggi dan
diadakan koseling setiap 1 bulan sekali dengan suasana yang kekeluargaan di “ruang
curhat” setiap jumat di minggu ke 3, menyiapkan materi dengan bahasa yang mudah
dimengerti, disediakannya audiovisual setiap diadakan training, menyiapkan trainer yang
handal, komunikatif, melakukan koordinasi dengan tenaga Kesehatan, membuat
himbauan (poster) atau video terkait bahaya Narkoba, memberikan promosi Kesehatan
(penyuluhan / memberikan pengetahuan) kepada pekerja terkait bahaya Narkoba
dengan waktu 2 minggu 1x yaitu pada senin pagi.
F. Tahap Impelentasi
Dilaksanakan dalam beberapa bentuk seperti sesi kelompok (small discussion dan
kelompok lebih besara pada training) di ruang meeting Gedung Utama PT. X dengan di
hadiri para wakil HRD, CR, leader dan beberapa perwakilan dari pekerja, staff klinik
dokter atau pembicara (konseler) dari luar yang mempunyai kompetensi untuk
menjelaskan bahaya penyalahgunaan Narkotika, adapun program lain dengan
memberikan ruang khusus untuk penderita Narkotika ditempat yang lebih privat dan
terjamin kerahasiaannya seperti di klinik inhouse baik berupa konsultasi, informasi dan
edukasi tentang penyalahgunaan Narkoba, memberikan pengetahuan, meningkatkan
kesadaran, memotivasi dan memberikan kesempatan tanya jawab. Pada umumnya
pasien dengan ketergantungan Narkotika, membutuhkan penjelasan tentang penyakit,
jenis obat yang bisa digunakan dan pesan-pesan lain yang bersifat umum. Penjelasan
dokter diharapkan dapat mendorong pasien / pekerja yang kecanduan Narkotika untuk
mau menuntaskan pengobatan dengan benar. Dalam memberikan penjelasan, dokter
atau perawat sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti
oleh pasien, dan bila dianggap perlu dapat digunakan istilah-istilah setempat.
G. Tahap Evaluasi
Setelah dilakukan evaluasi pada program yang sudah berjalan pada 3 bulan pertama
ada beberapa kendala seperti peserta / pekerja belum mengetahui apa itu Narkoba,
resiko dari penyakit akibat penyalahgunaan Narkoba, masih menganggap
ketergantungan Narkoba hal yang tidak memiliki pengaruh yang besar, menganggap
Narkoba bukan merupakan penyakit yang serius, ketidaktahuan pasien kemana harus
berobat jika ketergantungan Narkoba. Kerugian pada perusahaa seperti absesteisme
meningkat, biaya pengoatan yang mahal, produktivitas berkurang dan kehilangan jam
kerja.
Berikut ini adalah perhitungan Severity Rate yang diambil dari kasus terbanyak yaitu
kasus Hepatitis B dan C di PT. X pada bulan April yang berjumlah 20 pekerja.
20 ×2 40
×100 = ×100 = 5 %
20× 40 800
Maka, dapat disimpulkan bahwa 5% dari jadwal telah hilang karena proses
pengobatan di klinik dalam rentang waktu pemeriksaan 2 jam /orang.
Dengan pendekatan program PKDTK yang efisien tidak harus mahal tetapi efektif,
tepat sasaran, dan melakukan pendekatan personal yang lebih komunikatif, personal
dan privat antara pasien / pekerja kepada dokter / konselor memberikan kenyamanan
dan kepercayaan kepada dokter, memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih
perubahan yang sesuai dengan gaya hidupnya sehari-hari.
H. Tahap Kontinuitas
Setiap program yang sudah berjalan di follow up minimal 6 bulan sekali untuk
mengetaui efektivitasnya, program dirancang sedemikian rupa untuk lebih menarik,
dengan menemukan cara – cara baru dalam menyampaikan program PKDTK sehingga
peserta tidak merasa bosan dan bukan hanya suatu rutinitas untuk peserta tetapi
memberikan motivasi dan harapannya menjadi suatu kebutuhan ilmu pengetahuan untuk
pekerja sehingga meningkatkan derajat kesehatan pekerja tidak saja dilingkungan
pekerjaan tapi juga dilingkungan keluarga dan masyarakat pada umumnya.
III. Daftar Pustaka
1. Tanjung, Ain. 2004. Pahami Kejahatan Narkoba. Jakarta: Lembaga
TerpaduPemasyarakatan Anti Narkoba
2. BNK Samarinda. 2007. “Faktor dan Akibat
Narkoba”(online)(http://bnk.samarinda.go.id/index.php?q=faktor-akibat-
narkoba. diakses tanggal24 April 2016)
3. Sunarmo, Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya, penerbit PT,
Bengawan Ilmu Semarang. 2007
4. Makalah Diklat Pengenalan Narkotika dan Psikotropika Pengenalan Jenis-
jenis Narkoba, Jakarta : KANWIL DEP. HUKUM dan HAM DKI, 2006
5. Makalah Diklat Pengenalan Narkotika dan Psikotropika, Aspek Yuridis, Aspek
Sosiologis dan Psikologis tentang Narkoba