Anda di halaman 1dari 6

Narkoba Singkat Tentang Bahaya Narkoba Dikalangan Siswa dan Remaja, mudah-mudahan bisa menjadi satu contoh bagi

kalin dalam membuat sebuah pidato, kalian bisa mengedit kembali contoh pidato narkoba ini. Assalamualaikum Wr Wb Yang terhormat kepala sekolah ... Yang saya hormati Bapak/Ibu Guru serta staf Tata Usaha dan teman teman yang saya cintai Terimakasih atas waktu yang telah diberikan kepada saya untuk menyampaikan Pidato Tentang Narkoba Ini.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat-Nya sehingga kita dapat berkumpul disini dan pada hari ini saya akan menyampaikan pidato tentang Narkoba. Jumlah pengguna narkoba di Indonesia setiap waktunya semakin hari semakin begitu besar, hal tersebut mungkin dikarenakan lemahnya penegakan hukum di Indonesia sehingga para pengedar internasional dapat bekerja sama dengan warga negara Indonesia dan memperoleh keuntungan yang besar. Penyalahgunaan Narkotika dan zat aditif lainnya itu tentu saja membawa dampak yang luas dan kompleks. Sebagai salah satu contoh dari dampaknya antara lain perubahan perilaku, gangguan kesehatan, menurunnya produktivitas kerja secara drastis, kriminalitas dan tindak kekerasan lainnya yang semakin merajalela dan semakin meningkat. Penyalahgunaan narkoba dapat dicegah melalui program-program diantaranya mengikuti kegiatan-kegiatan sosial, tidak bergaul dengan pengguna atau pengedar narkoba, tidak mudah terpengaruh ajakan atau rayuan untuk menggunakan narkoba. Pengguna narkoba biasanya lebih didominasi oleh para remaja dan anak sekolah.
Untuk contoh naskah pidato narkoba yang lebih lengkapnya silahkan Download Contoh Pidato Narkoba

VIVAnews - Pusat rehabilitasi bagi pecandu narkoba yang dimiliki oleh pemerintah sangat terbatas. Pusat rehabilitasi yang dikelola langsung oleh Kementerian Sosial itu bahkan tak dapat menampung semua pecandu narkoba yang hendak menjalani terapi. "Untuk saat ini yang dimiliki dan dikelola langsung Kemensos hanya dua, satu di Bogor dan satu lagi di Medan," kata Deputi Rehabilitasi Kemensos, Max Tuapattittmain usai pembukaan 'The 5th Asian Recovery Symposium' di Hotel Grand Mahakam, Jakarta, Senin 6 Desember 2010. "Itu sangat terbatas." Max mengatakan, selain dua pusat rehabilitasi yang dikelola oleh Kemensos tersebut, pemerintah memiliki enam pusat rehabilitasi yang telah diserahkan kepada pemerintah daerah. Enam pusat rehabilitasi itu berada di Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Bengkulu. "Tapi kapasitasnya terbatas," kata dia. Menurut Max, pihak swasta, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga mempunyai peran signifikan dalam melakukan rehabilitasi itu. Hingga 2010, tercatat 90 tempat rehabilitasi yang dikelola oleh swasta dan tersebar di seluruh Indonesia. Namun, "Kondisinya terbatas, baik jumlah petugas maupun metodologi yang ada," kata dia. Sebelumnya, Kepala Badan Narkotika Nasional, Gories Mere mengatakan jumlah pecandu narkoba di Indonesia yang menjalani rehabilitasi masih sangat rendah. Dia mengatakan, sesuai data yang dihimpun BNN sampai 2009, hanya terdapat 17.734 pecandu yang telah mengakses layanan terapi pecandu narkoba. Angka itu hanya sekitar 0,5 persen dari pecandu narkoba. Sedangkan 99,5 persen pecandu lainnya tidak terlayani.

Detail Artikel Cegah

Pencegahaan Perlu Pendekatan Humanis dan Entertainable


Reporter: Drs. Anang Iskandar, SH.MH | 06 Maret 2009 NARKOBA adalah musuh negara nomor satu yang harus dibasmi dan diberantas hingga ke akar-akarnya. Komitmen ini sudah ditegaskan berkali-kali, baik oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Kapolri, Jenderal Polisi (Purn) Sutanto, Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri, Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (Kalakhar BNN), Komjen Pol. Drs. Gories Mere, dan para petinggi BNN. Intinya kejahatan Narkoba harus dihentikan sekarang juga !!!

Tentu saja komitmen para pengambil kebijakan baik di legislatif, eksekutif, yudikatif, dan lembaga tinggi negara lainnya, termasuk Polri harus mendukung komitmen bersama bangsa ini. Oleh karena itu pencegahan, pemberantasan dan peredaran gelap narkoba di tanah air menjadi tanggung jawab kita bersama, tidak hanya diserahkan kepada BNN saja. Dalam melakukan pencegahan bahaya Narkoba yang dapat merusak sendi sendi kehidupan berbangsa dan negara, serta dapat merugikan diri sendiri, keluarga, teman, dan lingkungan masyarakat tanpa mengenal strata ekonomi seseorang. Oleh karena itu, konsep, metode, dan strategi membangun jaringan masyarakat anti narkoba, difokuskan pada enam sasaran pencegahan, yaitu lingkup Sekolah atau Kampus, tempat Kerja, Masyarakat, Pemerintah, Keluarga dan Profesi. Sedangkan metode yang digunakan dalam mendukung program pencegahan narkoba adalah satu, metode promotif, dengan tujuan agar masyarakat peduli terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Kedua metode advokasi yang ditujukan kepada para petugas di instansi pemerintah, LSM, maupun swasta, guna membekali kemampuan taktis maupun teknis dalam rangka mencegah penyalahgunaan narkoba dan menangkal beredarnya narkoba. Ketiga metode pemberdayaan masyarakat, hal ini dimaksudkan untuk menggali potensi dan kreatifitas masyarakat dengan membekali kemampuan dan keterampilan pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba. Dalam mengaplikasikan ketiga metode tersebut, perlu pendekatan yang humanis dan entertainable, artinya dilaksanakan secara jujur, spontan, seperti apa adanya dan bersifat menghibur. Ketika metode tersebut disampaikan kepada para peserta yang mengikuti program pencegahan, mereka tidak bosan dan merasa enjoy, diharapkan mereka juga menemukan sendiri semangat untuk memberantas peredaran gelap narkoba. Kenapa saya menandaskan masyarakat harus menemukan sendiri? Berdasarkan pengalaman saya, sebagai tutor out bound, kalau masyarakat hanya sekedar tahu dan mengerti serta paham tentang bahaya narkoba, kemungkinan terjerumus masih ada. Coba tanyakan pada para perokok, apa mereka tidak tahu resiko yang ditimbulkan akibat merokok, meskipun setiap bungkus ditempelkan peringatan bahwa merokok itu dapat membahayakan kesehatan. Tapi kalau pengetahuan tentang akibat merokok itu merupakan temuannya sendiri, saya yakin, masyarakat tidak akan merokok, begitu juga dengan memakai jenis narkoba lainnya.

Bahaya Narkoba Penyalahgunaan narkoba tidak hanya melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang, tetapi juga berkaitan

dengan berbagai perilaku berbahaya seperti pemakaian jarum suntik secara bergantian, dan perilaku seks bebas. Kombinasi dari keduanya akan sangat berpotensi meningkatkan resiko tertular penyakit HIV/AIDS, hepatitis, dan beragam penyakit infeksi lainnya. Penyuntikan zat-zat psikotropika juga dapat menyebabkan kolapsnya saluran vena, serta resiko masuknya bakteri lewat pembuluh darah dan klep jantung. Beberapa jenis narkoba yang dapat merusak kinerja sistem jantung antara lain kokain, heroin, inhalan, ketamin, mariyuana, methamphetamin, nikotin dan steroid. Penyalahgunaan narkoba juga dapat menyebabkan beragam permasalahan sistem pernapasan. Merokok, misalnya, sudah terbukti merupakan penyebab penyakit bronkhitis, emphysema, dan kanker paru-paru. Begitu pula dengan menghisap mariyuana yang bisa membawa dampak lebih parah lagi. Penggunaan sejumlah zat psikotropika juga dapat mengakibatkan lambatnya pernapasan, menghalangi udara segar memasuki paru-paru yang lebih buruk dari gejala asma. Semua perilaku penyalahgunaan narkoba, mendorong otak untuk memproduksi efek euforis. Bagaimanapun, beberapa jenis psikotropika juga memberikan dampak yang sangat negatif pada otak seperti stroke, dan kerusakan otak secara meluas yang dapat melumpuhkan segala aspek kehidupan pecandunya. Penggunaan narkoba juga dapat mengakibatkan perubahan fungsi otak, sehingga menimbulkan permasalahan ingatan, permasalahan konsentrasi, serta ketidakmampuan dalam pengambilan keputusan Penyalahgunaan narkoba yang sudah sampai pada level kronis dapat mengakibatkan perubahan jangka panjang dalam sel-sel otak, yang mendorong terjadinya paranoia, depresi, agresi, dan halusinasi. Bukan hanya itu, penyalahgunaan narkoba juga dapat mengganggu produksi hormon di dalam tubuh secara normal, yang mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat dipulihkan kembali. Semua perusakan ini meliputi kemandulan dan penyusutan testikel pada pria, sebagaimana juga efek maskulinisasi yang terjadi pada wanita. Aktivitas merokok nikotin juga dapat penyebabkan penyakit kanker mulut, leher, lambung, dan paru-paru. Merokok mariyuana bisa mengakibatkan masuknya bakteri karsinogen ke dalam paru-paru, hingga merubah fungsi paru-paru di tahap pra-kanker. Apakah kita masih kesulitan menemukan semangat untuk menghindar dari ancaman narkoba?

Media Massa Peran Media Massa sangat penting, karena dapat menyampaikan pesan-pesan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan survey yang dilakukan BNN, di lingkungan masyarakat, mayoritas masyarakat mengetahui informasi tentang bahaya narkoba dari media massa, baik media cetak maupun elektronik. Sebagai sarana informasi dan komunikasi, ke depan media massa harus lebih aktif menyuarakan bahaya penyalahgunaan narkoba. Selain itu, media juga punya tugas untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat, agar masyarakat tidak mudah terlena dan terjerat sindikat narkoba. Selama ini mereka yang direkrut para bandar adalah masyarakat yang ragu-ragu dan tidak punya pendirian serta memiliki kepercayaan diri yang rendah. Masyarakat seperti ini harus di imunisasi, agar tidak mudah terpengaruh halhal yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba. Dalam menyampaikan pesan-pesannnya, media massa hendaknya dengan bahasa yang familiar dan komunikatif, agar mudah dipahami masyarakat. Misalnya dalam bentuk cerita pendek, cerita humor dan cerita ringan tentang kejadian sehari-hari yang sering dialami. Teknik penyampaian pesan seperti itu melalui media massa, lebih mudah diterima masyarakat.

Strategi Pencegahan

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan masalah yang sangat kompleks serta dapat menimbulkan dampak yang sangat luas meliputi berbagai aspek, baik kesehatan, kesejahteraan, keamanan, dan ekonomi. Untuk mengatasi hal itu, BNN mengambil suatu kebijakan pendekatan berimbang, ?balanced approach? untuk memadukan pengurangan supply melalui penegakan hukum yang terdiri dari pengawasan, pengendalian ketersediaan dan peredaran narkoba dan pengurangan demand atau permintaan yang mencakupi strategi pencegahan, terapi dan rehabilitasi korban narkoba. Pencegahan adalah upaya untuk mengurangi permintaan dan kebutuhan gelap narkoba. Berdasarkan prinsip dasar ekonomi tentang permintaan dan persediaan, selama permintaan itu ada, persediaan akan selalu ada. Apabila permintaan berhenti, persediaan juga akan berhenti, termasuk pasarnya. Inilah artinya pencegahan. Strategi itu harus digarap terus menerus tidak boleh berhenti, dengan membangun jaringan masyarakat anti narkoba, terhadap enam sasaran diantara di lingkungan sekolah dan kampus, tempat kerja, dan lingkungan masyarakat. Melalui program advokasi, pemberdayaan dan pendidikan masyarakat, serta penyuluhan dan penerangan. Ditataran aplikasi diperlukan peran masyarakat yang lebih besar. Kalau masyarakat sudah tahu dan bisa mengidentifikasi permasalahan narkoba di wilayahnya, baru bisa diketahui bagaimana mencari solusinya. Setelah itu, kita lakukan problem solving secara terus menerus, dengan berbagai alternatif pemecahannya.

Lomba Kampung Anti Narkoba Untuk membangun jaringan masyarakat anti narkoba, langkah awal yang dilakukan adalah menggelar lomba kampung anti narkoba, bekerjasama dengan Jawa Pos Grup. Sebagai pilot project lomba digelar di Surabaya. Dalam lomba kampung anti narkoba, fokusnya menggali kreativitas masyarakat dalam memerangi dan mencegah peredaran narkoba di kampungnya. Kita memberi kebebasan kepada masyarakat untuk berkreasi dalam memerangi narkoba. Karena kita berharap dengan lomba itu, akan tumbuh kesadaran dan kreativitas masyarakat dalam mencegah peredaran narkoba di kampungnya, termasuk memahami metode dan sasarannya. Bukan hanya itu, jaringan masyarakat anti narkoba juga dibina dan dididik mengembangkan jaringan pengaman sosial. Jaringan ini diperlukan untuk menghindarkan masyarakat agar tidak tergiur dengan bisnis narkoba karena tekanan ekonomi yang menghimpitnya. Dalam rangka melaksanakan program social alternatif development, BNN akan menyisir kampungkampung yang disinyalir sebagai sarang peredaran narkoba. Setelah menemukan kampung yang disinyalir rawan peredaran narkoba, maka kampung tersebut dijadikan sasaaran program dengan memberdayakan warganya. Yang tidak punya kerja kita carikan pekerjaan, yang ingin berdagang kita berikan modal dan yang sakit akan kita bawa kerumah sakit untuk diobati. Kalau kampungnya kumuh, kita ajak warga untuk bergotong royong membersihkannya, kalau para pemudanya perlu sarana olahraga, kita akan mengusahakannya. Metode ini akan diprogram setiap tahun dan dilakukan secara terus menerus, diharapkan kampung-kampung yang selama ini menjadi sarang peredaran narkoba bisa berubah menjadi kampung yang bersih dari peredaran narkoba. Syaratnya, untuk mengidentifikasi masalah, harus dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kampung yang disinyalir rawan narkoba.

Puscegah BNN Tetap Optimis

Dalam melaksanakan visi BNN mewujudkan masyarakat Indonesia Bebas Narkoba pada tahun 2015 dibutuhkan peran serta aktif, bukan hanya dari instansi pemerintah semata namun juga kepedulian dari berbagai pihak dan masyarakat. Selain itu mengingat dampak serta bahaya penyalahgunaan Narkoba tersebut memiliki korelasi terhadap kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara khususnya para generasi muda, maka diperlukan partisipasi dari semua pihak untuk melawannya. Tahun 2009 ini, Pusat Pencegahan Lakhar BNN, telah membangun jaringan masyarakat anti narkoba di Surabaya dan Jakarta. Tahun depan akan diaplikasikan pada seratus kota yang dinilai rawan peredaran gelap narkoba. Sisanya akan digarap tahun berikutnya. Dengan program ini, saya optimis, visi BNN mewujudkan masyarakat Indonesia Bebas Narkoba pada tahun 2015 dapat tercapai, asal penegakan hukum secara konsisten tetap dilaksanakan dengan metode-metode yang terus dikembangkan dan masing-masing individu menemukan sendiri semangat dan keyakinan untuk tidak mengkonsumsi narkoba. Ini adalah tugas berat Pus Cegah Lakhar BNN. Optimisme keberhasilan program yang sudah dicanangkan ini, perlu didukung infrastruktur dan anggaran yang memadai. Bagaimana mungkin program membangun jaringan masyarakat anti narkoba di seratus kota dapat terlaksana kalau tidak didukung dengan anggaran yang cukup.

Perlu Perhatian Khusus Pemerintah Untuk investasi pencegahan penyalahgunaan narkoba, diharapkan peran legislatif dan eksekutif untuk mendukung program pencegahan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) dengan menyiapkan anggaran dan menjelaskan program-program pencegahan yang dilakukan oleh instansi pemerintah agar program pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba dapat terintegrasi dengan program BNN. Walaupun kegiatan pengintegrasikan program pencegahan telah dikoordinasikan secara terus menerus. Peran yudikatif juga harus dioptimalkan dengan melakukan penegakan hukum dan menindak tegas serta memberlakukan hukuman yang setimpal kepada pengedar dan bandar narkoba, sehingga menimbulkan efek jera. Bagi para korban yang benar-benar hanya sebagai konsumen atau pengguna, hakim perlu menjatuhkan putusan sesuai dengan perundang-undangan, yaitu dapat memilih dimasukkan pada lembaga terapi dan rehabilitasi atau penjara. Karena selama ini hakim dalam putusannya cenderung menjatuhkan putusan penjara. Akibatnya penjara over capacity. Mereka yang benar-benar pengguna tidak mendapatkan terapi dan rehabilitasi yang memadai. Padahal BNN punya Pusat Rehabilitasi yang sifatnya gratis. Ke depan kita mendorong di tiap-tiap pemerintah provinsi memiliki rumah sakit terapi dan rehabilitasi yang dikelola oleh Badan Narkotika Provinsi (BNP) yang bersifat gratis, sehingga korban penyalahgunaan narkoba dapat ditangani dengan baik dan tanpa dipungut biaya. Program pencegahan BNN perlu didukung secara penuh oleh para pengambil kebijakan di negeri ini, mulai dari legislatif, eksekutif, yudikatif, dan instansi pemerintah seperti Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Pendidikan Nasional, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Departemen Hukum dan HAM, Kementerian Pemuda dan Olahraga, TNI dan Polri, para Gubernur, Bupati/Walikota, serta pengusaha, untuk menyatukan persepsi sesuai dengan visi dan misi BNN dalam menyelamatkan generasi bangsa dari ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba di seluruh wilayah Indonesia. (*)

Penulis adalah Kapus Cegah BNN

kembali ke arsip artikel

Anda mungkin juga menyukai