5. Julfikar 199904152020121001
Pembahasan
Dalam keseharian kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan yang namanya NARKOBA,
bahkan sampai saat ini narkoba belum bisa dimusnahkan atau dihilangkan. Banyak orang-orang yan
terpengaruh dengan narkoba, ada beberapa penyebab kenapa masyarakat kita bias terpengaruh dengan
narkoba, yaitu pergaulan, stress dan pekerjaan.
Banyak anak muda sekarang terlibat dengan narkoba dikarenakan oleh pergaulan, dengan
alasan ingin terlihat keren, tanpa memikirkan efek atau untuk apa narkoba tersebut mereka konsumsi,
dan mungkin anak- anak muda sekarang adalah sasaran empuk para bandar narkoba. Dikarenakan
anak-anak muda sekarang belum memiliki pendirian yang teguh, karena orang yang sudah dewasa
saja banyak yang terpengaruh oleh narkoba.
Stress juga dapat menjadi penyebab seseorang untuk mengkonsumsi narkoba, contohnya ada
seseorang yang mungkin penat dengan masalah yang menurutnya tidak bias selesai dan berfikir untuk
mengkonsumsi narkoba jenis GANJA yang dapat memberikan efek tenang setelah dikonsumsi, dan
dapat membuat banyak saraf di dalam kepala itu menjadi rusak.
Dalam hal pekerjaan mungkin kita pernah mendengar pilot yang tertangkap positif
mengkonsumsi narkoba jenis SABU-SABU, ini dikarenakan narkoba jenis SABU-SABU dapat
memberikan efek seperti menambah stamina agar tetap terjaga dan focus, para pilot mungkin
terjerumus dengan narkoba mungkin dekarenakan jam terbang yang padat sehingga mereka tidak
cukup istirahat yang membuat mereka tidak mungkin menebrangkan pesawat jika mereka tidak
mengkonsumsi narkoba jenis SABU-SABU. Padahal narkoba jenis tersebut memiliki efek samping
yang berbahaya jika efek candu dari narkoba tersebut sudah masuk kedalam kategori pecandu berat,
yang bias menimbulkan rasa sakit yang membuat mereka hilang kesadaran dan membuat mereka tidak
bias berfikir jernih.
Metode pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba yang paling efektif dan
mendasar adalah metode promotif dan preventif. Upaya yang paling praktis dan nyata adalah represif
dan upaya yang manusiawi adalah kuratif serta rehabilitatif.
1. Promotif
Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau program pembinaan.
Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya adalah para anggota masyarakat yang belum
memakai atau bahkan belum mengenal narkoba sama sekali. Prinsip yang dijalani oleh program ini
adalah dengan meningkatkan peranan dan kegitanan masyarakat agar kelompok ini menjadi lebih
sejahtera secara nyata sehingga mereka sama sekali tidak akan pernah berpikir untuk memperoleh
kebahagiaan dengan cara menggunakan narkoba. Bentuk program yang ditawrkan antara lain
pelatihan, dialog interaktif dan lainnya pada kelompok belajar, kelompok olah raga, seni budaya, atau
kelompok usaha. Pelaku program yang sebenarnya paling tepat adalah lembaga-lembaga masyarakat
yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.
2. Preventif
Preventif dilakukan oleh pemerintah, juga sangat efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi
dan institusi lain termasuk lembaga-lembaga profesional terkait, lembaga swadaya masyarakat,
perkumpulan Program promotif ini disebut juga sebagai program pencegahan dimana program ini
ditujukan kepada masyarakat sehat yang sama sekali belum pernah mengenal narkoba agar mereka
mengetahui tentang seluk beluk narkoba sehingga mereka menjadi tidak tertarik untuk
menyalahgunakannya. Program ini selain, organisasi masyarakat dan lainnya. Bentuk dan agenda
kegiatan dalam program preventif ini:
3. Kuratif
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana program ini ditujukan kepada
para peakai narkoba.Tujuan dari program ini adalah mebantu mengobati ketergantungan dan
menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan peakaian
narkoba.
4. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan
kepada penderita narkoba yang telah lama menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak
memakai dan bisa bebas dari penyakit yang ikut menggerogotinya karena bekas pemakaian narkoba.
Kerusakan fisik, kerusakan mental dan penyakit bawaan macam HIV/AIDS biasanya ikut
menghampiri para pemakai narkoba.
5. Represif
Represif ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para produsen, Bandar,
pengedar dan pemakai narkoba secara hukum. Program ini merupakan instansi peerintah yang
berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi aupun distribusi narkoba. Selain itu juga
berupa penindakan terhadap pemakai yang melanggar undang-undang tentang narkoba. Instansi yang
terkain dengan program ini antara lain polisi, Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM), Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan. Begitu luasnya jangkauan peredaran
gelap narkoba ini tentu diharapkan peran serta masyarakat, termasuk LSM dan lembaga
kemasyarakatan lain untuk berpartisipasi membantu para aparat terkait tersebut Masyarakat juga harus
berpartisipasi, paling tidak melaporkan segala hal yang berhubungan dengan kegiatan yang terkait
dengan penyalahgunaan narkoba dilingkungannya.
Peredaran Narkoba 2,5 Ton Senilai Rp 1,2 Triliun Dikendalikan dari Lapas
Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan kasus narkoba seberat 2,5 ton
dikendalikan dari lembaga pemasyarakatan (Lapas).
"Di mana ada tersangka atas inisial KMK, AW, AG, A, MI, dan AL yang merupakan terpidana
di lapas dengan hukuman di atas 10 tahun dan hukuman mati," kata Sigit saat jumpa pers di Mabes
Polri, Jakarta, Rabu, 28 April 2021.
Polri mengungkap kasus peredaran narkoba jenis sabu seberat 2,5 ton dari jaringan internasional,
setelah bekerja sama dengan Ditjen Bea dan cukai Kementerian Keuangan, Drug Enforcement
Administration (DEA) dan Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham.
Sebanyak 18 tersangka yang ditangkap, 17 orang merupakan warga negara Indonesia dan satu
warga Nigeria. Satu tersangka WNI dilakukan penembakan.
Tujuh tersangka merupakan jaringan pengendali, delapan orang sebagai jaringan transporter dan
tiga orang sebagai jaringan pemesan.
Beberapa waktu lalu, anggota Komisi III DPR RI Santoso meminta Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly untuk tegas menindak para bandar yang mengendalikan
peredaran narkoba dari dalam lembaga pemasyarakatan (lapas).
"Di tahun 2021 harus lebih maksimal dilakukan. Bukan rahasia umum bahwa para bandar setelah
ditangkap, lebih nyaman dan bahkan lebih leluasa mengendalikan narkoba dibandingkan saat
mereka di luar lapas," kata Santoso saat rapat kerja dengan Menkumham, di Jakarta.
Santoso mencontohkan di lingkungan tempat tinggalnya, terdapat seorang bandar kecil narkoba.
Sebelum ditangkap penegak hukum, bandar itu hanya tinggal di rumah kontrakan. Namun, pada
saat ditahan di lapas, bandar itu mampu membeli rumah tempat tinggal.