Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MAMPU MENGURAIKAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN


TRAUMA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Psikologi Dalam Praktik Kebidanan
Dosen : Ns. Wahyu Cahyono S.Kep., M.Kes

Disusun oleh :

1. Marthak kumbun (023.04.0023)


2. Zuhratul Wahyuni (023.04.0028)
3. Septania (023.04.0026)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM TAHUN
AKADEMIK 2023 - 2024
Kata Pengantar
Dengan Menyebut nama Allah
SWT yang maha pengasih dan
lagi maha penyayang, saya
panjatkan dengan rasa puji
syukur ke hadirat Allah
SWT, yang sudah
memberikan atas
rahmat nya dan serta hidayah
nya dan inayah nya kepada diri
saya pribadi, sehingga bisa
menyelesaikan makalah ilmiah
terkait PTSD.
Makalah yang saya buat ini,
secara lengkap dan dikerjakan
dengan maksimal. Salah
satunya
ini bisa mendapatkan bantuan
dari semua macam pihak
sehingga ini bisa memperlancar
dalam pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya disini
hanya bisa menyampaikan
dengan
sebanyaknya ucapan terima
kasih untuk semua pihak
yang telah memberikan
bantuan
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya
juga bisa menyadari dengan
keseluruhan bahwa saya juga
masih ada kekurangan dari segi
susunan kalimat tersebut atau
dari tata bahasanya.
Untuk itu dengan tangan yang
sudah terbuka saya siap
menerima semua segala saran
atau
kritik dari pembaca agar saya
dapat mengasih dalam makalah
ilmiah yang bisa lebih baik.
Dengan akhir kata ini saya juga
berharap dengan makalah
terkait PTSD ini bisa
memberikan
untuk kita semua dari sisi
manfaat atau pengetahuan yang
luas kepada yang membaca.
Depok, Januari 2020
Penyusun
Kata Pengantar
Dengan Menyebut nama Allah
SWT yang maha pengasih dan
lagi maha penyayang, saya
panjatkan dengan rasa puji
syukur ke hadirat Allah
SWT, yang sudah
memberikan atas
rahmat nya dan serta hidayah
nya dan inayah nya kepada diri
saya pribadi, sehingga bisa
menyelesaikan makalah ilmiah
terkait PTSD.
Makalah yang saya buat ini,
secara lengkap dan dikerjakan
dengan maksimal. Salah
satunya
ini bisa mendapatkan bantuan
dari semua macam pihak
sehingga ini bisa memperlancar
dalam pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya disini
hanya bisa menyampaikan
dengan
sebanyaknya ucapan terima
kasih untuk semua pihak
yang telah memberikan
bantuan
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya
juga bisa menyadari dengan
keseluruhan bahwa saya juga
masih ada kekurangan dari segi
susunan kalimat tersebut atau
dari tata bahasanya.
Untuk itu dengan tangan yang
sudah terbuka saya siap
menerima semua segala saran
atau
kritik dari pembaca agar saya
dapat mengasih dalam makalah
ilmiah yang bisa lebih baik.
Dengan akhir kata ini saya juga
berharap dengan makalah
terkait PTSD ini bisa
memberikan
untuk kita semua dari sisi
manfaat atau pengetahuan yang
luas kepada yang membaca.
Depok, Januari 2020
Penyusun
Kata Pengantar
Dengan Menyebut nama Allah
SWT yang maha pengasih dan
lagi maha penyayang, saya
panjatkan dengan rasa puji
syukur ke hadirat Allah
SWT, yang sudah
memberikan atas
rahmat nya dan serta hidayah
nya dan inayah nya kepada diri
saya pribadi, sehingga bisa
menyelesaikan makalah ilmiah
terkait PTSD.
Makalah yang saya buat ini,
secara lengkap dan dikerjakan
dengan maksimal. Salah
satunya
ini bisa mendapatkan bantuan
dari semua macam pihak
sehingga ini bisa memperlancar
dalam pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya disini
hanya bisa menyampaikan
dengan
sebanyaknya ucapan terima
kasih untuk semua pihak
yang telah memberikan
bantuan
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya
juga bisa menyadari dengan
keseluruhan bahwa saya juga
masih ada kekurangan dari segi
susunan kalimat tersebut atau
dari tata bahasanya.
Untuk itu dengan tangan yang
sudah terbuka saya siap
menerima semua segala saran
atau
kritik dari pembaca agar saya
dapat mengasih dalam makalah
ilmiah yang bisa lebih baik.
Dengan akhir kata ini saya juga
berharap dengan makalah
terkait PTSD ini bisa
memberikan
untuk kita semua dari sisi
manfaat atau pengetahuan yang
luas kepada yang membaca.
Depok, Januari 2020
Penyusun
Kata Pengantar
Dengan Menyebut nama Allah
SWT yang maha pengasih dan
lagi maha penyayang, saya
panjatkan dengan rasa puji
syukur ke hadirat Allah
SWT, yang sudah
memberikan atas
rahmat nya dan serta hidayah
nya dan inayah nya kepada diri
saya pribadi, sehingga bisa
menyelesaikan makalah ilmiah
terkait PTSD.

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan lagi maha penyayang, saya
panjatkan dengan rasa puji Syukur ke hadirat Allah SWT, yang sudah memberikan atas Rahmat
nya dan serta hidayah nya dan inayah nya kepada diri saya pribadi, sehingga bisa menyelesaikan
makalah terkait Mampu Mengurangi Pencegahan Dan Penanganan Trauma.
Makalah yang kami buat ini, secara lengkap dan di kerjakan dengan maksimal. Salah
satunya ini bisa mendapatkan bantuan dari semua macam pihak sehingga ini bisa memperlancar
dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu kami disini hanya bisa menyampaikan dengan
sebanyaknya ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami juga bisa menyadari dengan keseluruhan
bahwa kami juga masih ada kekurangan dari segi susunan kalimat tersebut atau dari tata
bahasanya.
Untuk itu dengan tangan yang yang sudah terbuka kami siap menerima semua segala
saran atau kritik dari pembaca agar kami dapat mengasih dalam nakalah ilmiah yang bisa lebih
baik. Dengan akhir kata ini kami juga berharap dengan makalah terkait Mampu Mengurangi
Pencegahan Dan Penanganan Trauma ini bisa memberikan untuk kita semua dari sisi manfaat
atau pengetahuan yang luas kepada yang membaca.
Mataram, September 2023

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Trauma adalah tekanan emosional dan psikologis pada umumnya karena kejadian
yang tidak menyenangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan kekerasan.Kata
trauma juga bisa digunakan untuk mengacu pada kejadian yang menyebabkan stres
berlebih. Suatu kejadian dapat disebut traumatisbila kejadian tersebutmenimbulkan stres
yang ekstrem dan melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya (Giller.1999).
Trauma melahirkan adalah kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa
menakutkan, entah mengalaminya atau menyaksikannya secara langsung. Ibu dengan
trauma pascamelahirkan umumnya mengalami mimpi buruk, kecemasan parah, kilas
balik peristiwa (flashback), dan pikiran mengenai peristiwa tersebut.Kadang kala,
perhatian pada proses persalinan lebih banyak ditujukan kepada bayi, sedangkan kondisi
ibu kurang diperhatikan.
Berdasarkan (American Psychiatric Association,2013), ibu dengan trauma persalinan
selalu masih terbayang mengenai pengalaman traumatis yang pernah dialami atau
disaksikannya. Kebanyakan ibu yang pernah mengalami pengalaman traumatis mungkin
merasa kesulitan untuk menyesuaikan dirinya kembali. Namun, seiring berjalannya
waktu, perawatan postpartum PTSD yang tepat dapat memperbaiki gejala yang dialami
ibu. Gejala trauma melahirkan pada ibu umumnya meliputi mimpi buruk, kecemasan
parah, terus mengingat peristiawa traumatis, hingga mengalami kilas balik peristiwa
(flashback). Sama halnya seperti pengalaman traumatis lainnya, ibu dengan postpartum
PTSD kerap mengalami kilas balik peristiwa (flashback) yang terus mengingatkan pada
trauma yang pernah dialaminya.
Proses kehamilan dan persalinan memerlukan persiapan baik secara fisik maupun
psikologis. Kesiapan fisik meliputi matangnya sistem reproduksi, kebutuhan nutrisi,
personal hygiene. Kesiapan psikologis adalah dimana seorang perempuan dan
pasangannya merasa telah ingin mempunyai anak dan merasa telah siap menjadi orang
tua termasuk mengasuh dan mendidik anaknya. Dukungan dan peran serta
suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam
menghadapi proses persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI (Hodnett et al., 2014).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberpa masalah, yaitu :
1. Apa yang dimaksud trauma ?
2. Bagaimana cara menjelaskan trauma selama proses persalinan ?
3. Bagaimana tindakan pencegahan trauma ?
3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk dapat memahami pengertian Trauma.
2. Untuk dapat memahami trauma selama peroses persalinan.
3. Untuk dapat memahami cara mencegah Trauma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Trauma
Trauma adalah tekanan emosional dan psikologis pada umumnya karena kejadian
yang tidak menyenangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan kekerasan.Kata
trauma juga bisa digunakan untuk mengacu pada kejadian yang menyebabkan stres
berlebih. Suatu kejadian dapat disebut traumatis bila kejadian tersebut menimbulkan stres
yang ekstrem dan melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya (Giller.1999).
Orang bisa dikatakan mempunyai Trauma adalah mereka harus mengalami suatu
stres emosional yang besar dan berlebih sehingga orang tersebut tidak bisa
mengendalikan perasaan itu sendiri yang menyebabkan munculnya trauma pada hampir
setiap orang (Kaplan dan sadock,1997).
Sejumlah gejala yang dapat menandakan individu dengan pengalaman traumatis.
Beberapa gejala yang umum adalah mempunyai kenangan menyakitkan yang tidak
mudah dilupakan, mimpi buruk berulang akan kejadian traumatis,dan timbulnya
kenangan akan kejadian traumatis ketika melihat hal-hal yang terkait dengan kejadian
tersebut. Dari segi kognitif, kenangan akan kejadian traumatis dapat memicu perasaan
cemas, ketakutan berlebih, dan perasaan tertekan (American Psychiatric Association,
2013).Pada anak-anak gejala trauma dapat berupa kesulitan tidur, perasaan takut ketika
harus tidur sendiri, tidak ingin ditinggal sendirian meskipun untuk waktu singkat,
bersikap agresif ketika diajak membahas masa lalu, dan marah secara tiba-tiba.
B. Trauma Peroses Persalinan
Trauma melahirkan adalah kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa
menakutkan, pada saat persalinan entah mengalaminya atau menyaksikannya secara
langsung. Ibu dengan trauma pascamelahirkan umumnya mengalami mimpi buruk,
kecemasan parah, kilas balik peristiwa (flashback), dan pikiran mengenai peristiwa
tersebut.Kadang kala, perhatian pada proses persalinan lebih banyak ditujukan kepada
bayi, sedangkan kondisi ibu kurang diperhatikan. Berdasarkan (American Psychiatric
Association,2013). Ibu dengan trauma persalinan selalu masih terbayang mengenai
pengalaman traumatis yang pernah dialami atau disaksikannya. Kebanyakan ibu yang
pernah mengalami pengalaman traumatis mungkin merasa kesulitan untuk menyesuaikan
dirinya kembali. Namun, seiring berjalannya waktu, perawatan postpartum PTSD yang
tepat dapat memperbaiki gejala yang dialami ibu. Gejala trauma melahirkan pada ibu
umumnya meliputi mimpi buruk, kecemasan parah, terus mengingat peristiawa traumatis,
hingga mengalami kilas balik peristiwa (flashback). Sama halnya seperti pengalaman
traumatis lainnya, ibu dengan postpartum PTSD kerap mengalami kilas balik peristiwa
(flashback) yang terus mengingatkan pada trauma yang pernah dialaminya.
Berbagai gejala trauma melahirkan atau postpartum PTSD sebagai berikut.
1. Mengalami satu atau beberapa peristiwa yang melibatkan ancaman cedera serius atau
kematian (untuk dirinya sendiri atau bayi mereka).
2. Respons perasaan takut dan tidak berdaya setiap kali mengingat pengalaman tersebut.
3. Teror kilas balik (flashback), mimpi buruk, kenangan mengganggu, dan halusinasi
yang berulang dan kembali dari waktu ke waktu.
4. Merasa tertekan, cemas, atau mengalami serangan panik saat teringat peristiwa
traumatis.
5. Cenderung menghindari apapun yang mengingatkan kepada peristiwa traumatis saat
melahirkan, seperti orang dan tempat.
6. Menghindari pembicaraan mengenai pengalaman traumatis maupun enggan
berinteraksi dan/atau melihat bayi untuk sementara waktu.
7. Sulit tidur dan susah berkonsentrasi karena mengingat kenangan buruk yang pernah
dialami atau dilihat terkait proses melahirkan.
8. Mungkin merasa marah, mudah tersinggung, sangat waspada, dan selalu merasa
gelisah.
9. Bereaksi berlebihan saat berada di kondisi yang mengingatkan tentang peristiwa
traumatis, misalnya ketika dikejutkan oleh suara atau sentuhan.
Penyebab trauma melahirkan adalah karena adanya kejadian traumatis yang
berkaitan dengan kehamilan maupun proses persalinan. Terkadang, kombinasi dari baby
blues, depresi postpartum, dan psikosis postpartum sering dihubungkan dengan trauma
pascamelahirkan. Tentu saja, kombinasi dari kondisi kesehatan mental ibu melahirkan
tersebut dapat memperburuk satu sama lain. Melansir dari laman Postpartum Depression,
penyebab trauma persalinan atau postpartum PTSD yakni sebagai berikut.
1. Persalinan memakan waktu terlalu lama, sulit, dan menyakitkan
2. Pengunaan alat forceps melahirkan maupun ekstraksi vakum
3. Harus menjalani operasi caesar darurat saat proses melahirkan normal mengalami
hambatan
4. Mengalami kondisi seperti histerektomi, preeklampsia, eklampsia, robekan perineum
(area antara vagian dan anus) yang parah, hingga perdarahan postpartum
5. Ibu atau mengalami masalah yang mengancam kesehatan selama proses persalinan
berlangsung
6. Kematian bayi selama melahirkan atau setelah kelahiran
7. Bayi mengalami prolaps tali pusat saat lahir
8. Bayi berada di unit perawatan intensif neonatal alias neonatal intensive care unit
(NICU)
9. Ibu merasa kurang adanya dukungan selama persalinan.
C. Cara Pencegahan Trauma
Setiap ibu hamil menghadapi risiko terjadinya kematian, sehingga salah satu
upaya menurunkan tingkat kematian ibu adalah meningkatkan status kesehatan ibu hamil
sampai bersalin melalui pelayanan ibu hamil sampai masa nifas (Kemenkes, 2013).
Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan periode kehidupan yang normal yang dialami
oleh setiap perempuan. WHO menyatakan hanya sepuluh persen (10%) dari kehamilan,
persalinan dan nifas berjalan tidak normal yang memerlukan tindakan medis.
Proses kehamilan dan persalinan memerlukan persiapan baik secara fisik maupun
psikologis. Kesiapan fisik meliputi matangnya sistem reproduksi, kebutuhan nutrisi,
personal hygiene. Kesiapan psikologis adalah dimana seorang perempuan dan
pasangannya merasa telah ingin mempunyai anak dan merasa telah siap menjadi orang
tua termasuk mengasuh dan mendidik anaknya. Dukungan dan peran serta suami dalam
masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses
persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI (Hodnett et al., 2014).
Komponen penting dalam proses persalinan adalah passageway (jalan lahir),
passenger (janin), power (kekuatan kontraksi), pelvic/position (posisi ibu), placenta dan
psyche (psikologis ibu) serta penolong (Mochtar, 2011). Penyulit dapat terjadi ketika
komponen diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya. Setiap tahap persalinan terjadi
perubahan fisik dan psikologis. Penelitian yang dilakukan Tumblin dan Simkin (2001)
tentang persepsi ibu hamil tentang peran perawat/bidan ketika persalinan menyimpulkan
bahwa ibu mengharapkan perawat menyediakan waktu untuk memberi rasa nyaman,
dukungan emosional dan dukungan informasi (Sunarti & Soejono, 2012). Rasa takut atau
senang dan kesiapannya menghadapi persalinan mempengaruhi kemajuan persalinan
(Bobak et al., 2005).
Edukasi dianggap cara terbaik dalam mempersiapkan persalinan (Ip et al., 2003).
Edukasi pada ibu hamil dapat mempengaruhi cara persalinan (Afshar et al., 2017).
Penelitian menyebutkan bahwa program persiapan persalinan akan meningkatkan
kepuasaan ibu dalam menghadapi persalinan, dapat berkomunikasi lebih baik dengan
penyedia layanan, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan selama persalinan dan
mengurangi persepsi nyeri persalinan (Akca et al., 2017; Serçekuş & Başkale, 2016).
Studi kualitatif di Brazil menemukan bahwa ibu yang mengikuti kelas edukasi dalam
kehamilan, lebih dapat mengendalikan diri selama persalinan dan menggunakan latihan
pernafasan, latihan dengan bola persalinan serta posisi tegak untuk mengontrol rasa nyeri
selama persalinan (Miquelutti et al., 2013).
Kelas edukasi persalinan dilakukan untuk mempersiapkan ibu dalam menghadapi
persalinan secara fisik dan khususnya persiapan psikologis. Rendahnya kepercayaan ibu,
rasa takut, stress dan trauma menunjukkan perbaikan setelah mengikuti kelas edukasi
persalinan. Hal ini dianggap penting karena dapat mewujudkan proses kehamilan dan
persalinan yang aman, nyaman dan minim trauma (Byrne et al., 2014). Kelas edukasi
mempertemukan ibu dengan ibu lain dengan situasi yang sama dan mengembangkan
jejaring (Brixval et al., 2015). Ibu yang mendapatkan dukungan pada masa persalinan
akan berpeluang untuk bisa melahirkan normal lebih tinggi dan minimal intervensi
(Hodnett et al., 2014). Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan kelas edukasi persiapan
persalinan pada pasangan hamil sehingga dapat menyambut kelahiran dengan nyaman
dan aman.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Trauma secara umum adalah tekanan emosional dan psikologis pada umumnya
karena kejadian yang tidak menyenangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan
kekerasan.Kata. Sedangkan trauma melahirkan adalah kondisi kesehatan mental yang
dipicu oleh peristiwa menakutkan, entah mengalaminya atau menyaksikannya secara
langsung. Ibu dengan trauma pascamelahirkan umumnya mengalami mimpi buruk,
kecemasan parah, kilas balik peristiwa (flashback), dan pikiran mengenai peristiwa
tersebut.Kadang kala, perhatian pada proses persalinan lebih banyak ditujukan kepada
bayi, sedangkan kondisi ibu kurang diperhatikan. Sedangkan cara penangaanan trauma
adalah kesiapan fisik meliputi matangnya sistem reproduksi, kebutuhan nutrisi, personal
hygiene. Kesiapan psikologis adalah dimana seorang perempuan dan pasangannya
merasa telah ingin mempunyai anak dan merasa telah siap menjadi orang tua termasuk
mengasuh dan mendidik anaknya. Dukungan dan peran serta suami dalam masa
kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses
persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI.

DAFTAR PUSTAKA

Afshar, Y., Wang, E. T., Mei, J., Esakoff, T. F., Pisarska, M. D., & Gregory, K. D. (2017).
Childbirth Education Class and Birth Plans Are Associated with a Vaginal Delivery.
Birth, 44(1), 29–34.
Akca, A., Corbacioglu Esmer, A., Ozyurek, E. S., Aydin, A., Korkmaz, N., Gorgen, H., &
Akbayir, O. (2017). The Influence of The Systematic Birth Preparation Program on
Childbirth Satisfaction. Archives of Gynecology and Obstetrics, 295(5), 1127–1133.
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder Edition (DSM-V). Washington : American Psychiatric Publishing.
Bobak, L., Lowdermilk, D., & Jensen, M. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas
Brixval, C. S., Axelsen, S. F., Lauemøller, S. G., Andersen, S. K., Due, P., & Koushede, V.
(2015). The effect of antenatal education in small classes on obstetric and psycho-social
outcomes a systematic review. Systematic Reviews,4(1),20.
Byrne, J., Hauck, Y., Fisher, C., Bayes, S., & Schutze, R. (2014). Effectiveness of a
Mindfulness-Based Childbirth Education Pilot Study on Maternal Self-Efficacy and
Fear of Childbirth. Journal of Midwifery & Women’s Health, 59(2), 192– 197.
Giller, E. (1999, May). What is psychological trauma, Safaria & Ekasaputra.
Hodnett, E. D., Gates, S., Hofmeyr, G. J., & Sakala, C. (2014). Continuous support for women
during childbirth. Cochrane, 10(i), 1–59.
Ip, W. Y., Chien, W. T., & Chan, C. L. (2003). Childbirth Expectations of Chinese First-Time
Pregnant Women. Journal of Advanced Nursing, 42(2), 151–158.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jilid Satu. Edisi Ketujuh.
Alih Bahasa: Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS ) 2013.
Miquelutti, M. A., Cecatti, J. G., & Makuch, M. Y. (2013). Antenatal Education and The
Birthing Experience of Brazilian Women: a Qualitative Study. BMC Pregnancy and
Childbirth, 13(1), 171.
Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri (3rd ed.). EGC.
Sunarti, M., & Soejono, S. K. (2012). Konseling dan Mekanisme Koping Ibu Bersalin. Journal
of Educational Health and Community Psychology, 1(1), 1.

Anda mungkin juga menyukai