Anda di halaman 1dari 30

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien


Cemas (Ansietas)” telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing

Ns. MATHER SODRI, S.Kep, M.Sos

i
KATA PENGATAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep pada Klien Cemas (Ansietas)”
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pontianak, 05 Maret 2020

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGATAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian cemas (ansietas)..........................................................................3
B. Etiology.........................................................................................................4
C. Tanda dan Gejala..........................................................................................5
D. Tingkat dan Respon......................................................................................7
E. Penyebab.....................................................................................................10
F. Jenis-Jenis Cemas (Ansietas)......................................................................11
G. Penatalaksanaan..........................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEMAS (ANSIETAS).................15
A. Pengkajian...................................................................................................15
B. Analisa Data................................................................................................22
C. Diagnosa Keperawatan...............................................................................22
D. Intervensi Keperawatan...............................................................................23
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...................................................24
BAB III PENUTUP...............................................................................................25
A. Kesimpulan.................................................................................................25
B. SARAN.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjalanan hidup manusia di dunia melalui beberapa fase kehidupan,
dimulai dari masa bayi, remaja, dewasa, kemudian menjadi tua. Menurut Bintang
Mara Setiawan (2013: 16) “setiap masa yang dilalui adalah tahaptahap yang saling
memiliki hubungan dan tidak dapat diulang kembali”. Selanjutnya Desmita (2007:
233) menjelaskan “suatu perkembangan pada manusia tidak hanya berhenti ketika
orang mencapai kematangan fisik. Sebaliknya, perkembangan merupakan proses
yang berkesinambungan, mulai dari masa konsepsi berlanjut ke masa sesudah
lahir, masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga menjadi tua”.
Elida Prayitno (2006: 69) mengungkapkan proses menjadi tua kadang
menyenangkan, kadang kurang menyenangkan, namun yang pasti menjadi tua
tidak terelakkan, karena merupakan proses yang alami. Jauh sebelumnya,
Elizabeth B. Hurlock (1980) juga menyatakan usia tua merupakan periode
penutup dalam rentang kehidupan seseorang, yaitu sebuah periode seseorang yang
telah beranjak dari periode yang produktif. Pada setiap periode gangguan
psikologis sering terganggu seperti stres, depresi dan termasuk juga anxiety (Ifdil,
B Khairul, 2015;Taufik, T., & Ifdil, I. 2013) termasuk juga usia lanjut. ((Annisa,
2016)
Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan
meningkat, yang berlangsung 15 sampai 30 menit, ketika individu mengalami
ketakutan emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Prevalensi
gangguan panik pertahunnya adalah 1-2%. Gangguan panik sering ditemukan
pada usia produktif antara 18-45 tahun dan lebih banyak ditemukan pada wanita
Gangguan panik lebih umum terjadi pada individu yang tidak lulus kuliah
dan individu yang tidak menikah. Resiko tersebut meningkat 18% pada individu
yang depresi. (Nugroho & Medicine, n.d.) Terlihat jelas bahwa ansietas ini
mempunyai dampak terhadap kehidupan seseorang,baik dampak positif maupun
dampak negatif. Apalagi bila ansietas ini dialami oleh klien di rumah sakit.
Berbagai situasi dan kondisi akan membuatnya semakin cemas. Oleh karenanya

1
perawat sebagai tenaga kesehatan professional tidak boleh mengabaikan aspek
emosi ini dalam memberikas asuhan keperawatan (Yanti, 2017)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan diatas, rumusan masalah pada makalah ini
adalah :
Apa yag dimaksud dengan cemas (Ansietas) ?
Apa saja tanda dan gejala ansietas?
Apa saja penyebab dari cemas (ansietas)?
Sebutkan jenis-jenis kecemasan?
Apa saja faktor prespitasi ansietas?
Apa saja penatalaksanaan pada klien ansietas?
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien cemas (ansietas)?

C. Tujuan
Tujuan umum
Tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui bagaimana
penulisan asuhan keperawatan pada klien cemas
Tujuan khusus
1. mengetahui apa itu cemas (ansietas)
2. mengetahui tanda dan gejala ansietas
3. mengetahui penyebab dari cemas (ansietas)
4. megetahui apa saja jenis-jenis kecemasan
5. mengetahui faktor prespitasi ansietas
6. mengetahui penatalaksanaa pada klien ansietas
7. mengetahui cara penulisan asuhan keperawatan pada klien cemas
(ansietas)

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian cemas (ansietas)
Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan kecemasan berasal dari
kata Latin anxius, yang berarti penyempitan atau pencekikan. Kecemasan mirip
dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik, sedangkan ketakutan
biasanya respon terhadap beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan
ditandai oleh kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa
depan. Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan
adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang, berkeringat,
kesulitan bernapas (Annisa, 2016)
Definisi yang paling menekankan mengenai kecemasan dipaparkan juga
oleh Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 163) “kecemasan adalah suatu keadaan
emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang
tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi”. Senada dengan pendapat sebelumnya, Gail W. Stuart (2006: 144)
memaparkan “ansietas/ kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya”
(Annisa, 2016)
Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widuri,
2007:73) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan
merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,
pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan
identitas diri dan arti hidup.
Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas
yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi
seseorang dalam kehidupannya. Syamsu Yusuf (2009: 43) mengemukakan
anxiety (cemas) merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak
matang, dan kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan),
kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari. Dikuatkan oleh Kartini Kartono
(1989: 120) bahwa cemas adalah bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan
terhadap hal-hal yang tidak jelas. Senada dengan itu, Sarlito Wirawan Sarwono

3
(2012: 251) menjelaskan kecemasan merupakan takut yang tidak jelas objeknya
dan tidak jelas pula alasannya. Stuart dan laraya (1998) mendefinisika ansietas
sebagai pengelaman emosi dan subyektif yang bersifay individual.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas bahwa
kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat
mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian
dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

D. Etiology
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi
stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi
yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain. Adapun factor-faktor yang
mempengaruhi ansietas adalah :
1. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang di kembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas
adalah:
a. Teori psikionalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian
yaitu ide, ego dan Super ego. Ide melambangkan dorongan insting atau
impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan Ego
digambarkan sebagai mediator antara ide dan super ego. Ansietas
berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu budaya yang perlu
segera diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Berhubungan
juga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan.
Individu dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami
ansietas berat

4
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor ini di
perkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
2. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan seharihari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri
dan integritas fungsi sosial.
3. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas (Yanti, 2017)

E. Tanda dan Gejala


Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam
kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan
yang benar-benar ada. Kholil Lur Rochman, (2010:103) mengemukakan beberapa
gejala -gejala dari kecemasan antara lain :
1. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan
bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
2. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan
sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable,
akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
3. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of
persecution (delusi yang dikejar-kejar).

5
4. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
5. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan
jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164) mengklasifikasikan
gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :
1. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar,
banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa
lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
2. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,
terguncang, melekat dan dependen
3. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan
akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur
aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi
Dadang Hawari (2006: 65-66) mengemukakan gejala kecemasan diantaranya.
1. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang
2. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)
3. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam
panggung)
4. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
5. Tidak mudah mengalah, suka ngotot
6. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah
7. Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir
berlebihan terhadap penyakit
8. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil
(dramatisasi)
9. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu
10. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang
11. Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris

6
F. Tingkat dan Respon
Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart (2006: 144)
mengemukakan tingkat ansietas, diantaranya.
1. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini
menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas.
2. Ansietas sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi
individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang
selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3. Ansietas berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus
pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
4. Tingkat panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci
terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali, individu
yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yangmenyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional (Ajar, 2014)
Menurut fontaine & Fletcher, 2002, fortinash & Hilday-wornet, 1999,
Videbeck, 2008, ansietas terdiri dari 4 tingkatan yaitu ansietas ringan, sedang,
berat dan panik.

7
1. ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus . pada tingkatan ini, seseoraang masih
mampu untuk memfokuskan pikiran untuk belajar, menyelesaikan
masalah, berpikir, bertindak, merasakan dan melindungi dirinya sendiri.
2. ansietas sedang adalah perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu
yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi.
3. ansietas berat dialami seseorang ketika merasa yakin bahwa ada sesuatu
yang berbeda dan ada ancaman yang akan memperlihatkan respon takut
dan distres.
4. panik adalah jika seorang individu berada pada rentang ansietas ini, seua
pemikiran rasional terhenti dan individu tersebut megalami respon fight,
flight, atau freeze.

Menurut sumiati, 2009, keempat rentang/ tingkat respon ansietas tersebut


menghasilkan respon fisik, kognitif, emosional yang berbeda yaitu

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

1. Tanda dan gejala ansietas ringan


Respon Pelaku dan
Respon Fisiologis Respon Kognitif
Emosi
 Sesekali nafas  Lapangan persepsi  Tidak dapat duduk
pendek meluas tenang
 Nadi dan tekanan  Mampu menerima  Tremor halus pada
darah meningkat rangsangan yang tangan
 Gangguan ringan kompleks  Suara kadang-kadang
pada lambung  Konsetrasi pada meninggi
 Muka bekerut dab masalah

8
bibir begetar  Menyelesaikan
masalah secara efektif
2. Tanda dan gejala ansietas sedang
Respon Perilaku dab
Respon Fiologis Respon Kognitif
Emosi
 Sering nafas  Lapangan persepsi  Gerakan tersentak/
pendek menyempit meremas tangan
 Nadi dan tekanan  Tidak mampu  Bicara banyak dan
darah meningkat menerima rangsang lebih cepat
 Mulut kering dari luar  Insomnia
 Anorexia  Berfokus pada apa  Perasaan tidak aman
 Diare/konstipasi yag menjadi  gelisah
perhatian
3. Tanda dan gejala ansietas berat
Respon Perilaku dan
Respon Fisiologis Respon Kognitif
Emosi
 Nafas pendek  Lapangan  Perasaan adanya
 Nadi dan tekanan darah presepsi sangat ancaman
meningkat sempit meningkat
 Berkeringat dan sakit  Tidak mampu  Verbalisasi cepat
kepala menyelesaikan  blocking
 Penglihatan kabur masalah

 Ketegangan
4. Tanda dan gejala ansietas panik
Respon perilaku dan
Respon Fiologis Respon Kognitif
Emosi
 Nafas pendek  Lapangan persepsi  Perasaan adanya
 Nadi dan tekanan sangat sempit ancaman meningkat
darah meningkat  Kehilangan pemikiran  Menurunnya
 Aktivastas metorik yang rasional berhubungan dengan
mengkat ketegangan  Tidak dapat orang lain
melakukan apa-apa Tidak dapat
walaupun sudah diberi mengendalikan diri
pengarah/ tuntunan

9
G. Penyebab
Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan
beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :
1. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran
2. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering
pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang
terlihat dalam bentuk yang umum.
3. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
4. Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata
dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari
masyarakat menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang baru
dihadapi
Sedangkan menurut sumiati, 2009 , ansietas dapat disebabkan karena :
1. Adanya perasaan takut tidak diterima dalam satu lingkungan
2. Adanya pengalaman traumatis, seperti trauma akan perpisahan, kehilangan
atau perpisahan, kehilangan atau bencana
3. Adanya rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan
4. Adanya ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidak mampuan
fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan kebutuhan dasar
5. Adanya ancaman terhadap konsep diri
Elina Raharisti Rufaidah, 2009: 31, menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan adalah :
1. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga
memudahkan timbulnya kecemasan

10
2. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu,
dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental
yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala
kecemasan.
3. Lingkungan awal yang tidak baik.
Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi
kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan
menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala
kecemasan.

H. Jenis-Jenis Cemas (Ansietas)


Menurut Spilberger (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra,
2012: 53) menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk, yaitu.
1. Trait anxiety
Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang menghinggapi
diri seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya.
Kecemasan ini disebabkan oleh kepribadian individu yang memang
memiliki potensi cemas dibandingkan dengan individu yang lainnya.
2. State anxiety
State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada
diri individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan
secara sadar serta bersifat subjektif.
Sedangkan menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan
kecemasan dalam tiga jenis, yaitu.
1. Kecemasan neurosis
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui.
Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id. Kecemasan
neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, namun
ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting
dipuaskan.

11
2. Kecemasan moral
Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan
ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang
mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa takut
terhadap suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam realitas,
di masa lampau sang pribadi pernah mendapat hukuman karena melanggar
norma moral dan dapat dihukum kembali.
3. Kecemasan realistik
Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan
tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan
realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya nyata yang
berasal dari dunia luar.
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam
dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar.
Mustamir Pedak (2009:30) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan
yaitu :
1. Kecemasan Rasional Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang
memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini
dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan
dasariah kita.
2. Kecemasan Irrasional Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini
dibawah keadaankeadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang
mengancam.
3. Kecemasan Fundamental Kecemasan fundamental merupakan suatu
pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan
kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai
kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi
kehidupan manusia.(Annisa, 2016)

I. Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologi

12
Merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic),
yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone
HCl, meprobamate, dan alprazolam. Salah satu obat cemas adalah
Alprazolam merupakan obat ansiolitik golongan benzodiazepin yang
paling sering digunakan. Alprazolam memiliki waktu paruh sekitar 6,3-
26,9 jam, dengan onset of action yang relatif cepat, sekitar 1-2 jam.
Di Amerika, alprazolam digunakan dalam manajemen gangguan
cemas atau untuk mengatasi gejala kecemasan dalam jangka pendek. Di
Inggris, alprazolam direkomendasikan sebagai terapi jangka pendek untuk
kecemasan akut berat dengan waktu terapi 2-4 minggu yang diberikan
untuk mengurangi gejala-gejala ansietas pada pasien. Alprazolam terbukti
efektif dalam mengontrol gangguan panik, terutama dalam uji klinis
terkontrol jangka pendek, tetapi tidak lagi direkomendasikan sebagai terapi
farmakologis utama, karena risiko terjadinya toleransi, ketergantungan,
dan kemungkinan penyalahgunaan.3,4 Terapi yang dipilih pada pasien
dengan gangguan cemas menyeluruh adalah pemberian obat antidepresan,
yaitu fluoksetin. Penelitian menunjukkan bahwa obat-obatan dari golongan
SSRi seperti fluoksetin merupakan obat yang baik pada gangguan cemas
menyeluruh.
2. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi
keyakinan serta percaya diri.

b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila


dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.

c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudan memperbaiki kembali (re-


konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

13
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihakn fungsu kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

e. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses


dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar


faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung. (Audina & Wowiling, 2017)

14
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEMAS (ANSIETAS)
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Inisial :K
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 55 tahun
Informan : Tn. M
Tanggal Masuk RS : 7 Agustus 2017
Tanggal pengkajian : 8 Agustus 2017
Nomor registrasi : 00 57 83
2. Alasan Masuk
Klien datang dengan keluhan nyeri pada perutnya, tidak mau makan
kurang lebih selama 2 minggu. BAB warna hitam dan sedikit-sedikit,
BAK sedikit warna seperti teh.
Saat Pengkajian : Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya.
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti yang
dialaminya sekarang. Klien takut dengan kondinya saat ini.
Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan : Kecemasan
3. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti ini
sebelumnya.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien
sering menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama
istrinya.
c. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak
berharga walaupun sudah memasuki usia lanjut.

d. Faktor genetik

15
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien.
4. Faktor Presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
b. Faktor biokimia
Adanya rasa kawatir karena penyakitnya sekarang karena belum pernah
mengalami sama sekali sebelumnya.
c. Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang. Dimana klien merasa cemas
dengan masalahnya
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
TD : 120 / 80 mmHg
N : 80 x/mt
S : 36,4o
C P: 22x/mt
b. Ukur
TB :168 cm
BB: 59 kg (^) turun ( )naik
c. Keluhan Fisik (^) ya () tidak
Klien mengatakan nafsu makan menurun sejak 2 minggu yang lalu. Klien
baru merasakan mual dari kemarin. Mukosa bibir klien lembab. Bentuk
bibir normal, rongga mulut bersih. Klien mengatakan biasa gosok gigi 2x
sehari. Klien merasa tidak enak pada ulu hatinya,dan terasa berdebar-debar
jantungnya. Klien mengatakan BAB 1x sehari sedikit-sedikit dengan
konsistensi lembek, berwarna hitam, dan bau khas feses.

6. Psikososial

16
a. Genogram
b. Konsep Diri
1) Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki.
Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak
disukai.
2) Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di sawahnya yang terletak di belakang
rumahnya. Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan
bertani, menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan
istrinya.
3) Peran diri
Klien berperan sebagai suami dan ayah bagi anak-anaknya. Klien
mengatakan sudah menjadi kakek mengurusi cucu-cucunya.
4) Ideal diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya
setinggi-tingginya. Keempat anaknya sudah tamat SLTA dan sudah
bekerja.
5) Harga diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga
dan orang lain.
c. Hubungan sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu istrinya.
Klien berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada istri dan
anaknya pasti akan membantu memecahkan masalah yang dialami klien.
Klien suka mengikuti kegiatan gotong-royang di daerah rumahnya.
d. Spiritual
Klien beragama Hindu dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha
Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Klien rajin sembahyang setiap hari dan
selalu mengikuti upacara keagamaan dirumah. Klien tidak mempunyai
keyakinan yang berlebih terhadap agama yang dianutnya.
7. Status Mental

17
a. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi.
b. Pembicaraan
Klien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu
topik dengan jelas.
c. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan
yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan
penyakitnya klien tampak sedikit cemas
d. Alam perasaan
Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun
gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang
menyenangkan.
e. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
f. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, klien mau menjawab pertanyaan perawat.
Kontak mata klien bagus dan klien menatap wajah perawat saat
wawancara dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
g. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
h. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit,
tidak diulang berkali-kali, dan ada hubungannya antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya dalam satu topik.
i. Isi pikir
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.

j. Tingkat kesadaran

18
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat
kesadaran klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
k. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa
lalu maupun ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien
sudah makan atau belum. Klien tidak pernah mengalami gangguan daya
ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang
ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu
untuk menjawab hitungan sederhana.
m. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
merapikan tempat tidur atau menyapu. Klien memilih merapikan tempat
tidur terlebih dahulu karena kata klien itu juga lebih mendesak.
n. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
8. Persiapan Pulang
a. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi makan habis, jenis makanan nasi,
sayur, lauk-pauk, klien dapat makan tanpa bantuan.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
b. BAB/BAK
Klien dapat BAB dan BAK sendiri di kamar mandi tanpa bantuan
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
c. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan
sabun, shampoo, dan juga sikat gigi.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah

d. Berpakaian/Berhias

19
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Klien menggunakan baju dengan benar.
e. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur nyanyak , namun terkadang klien terbangun
karena diganggu pasien lain.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
f. Penggunaan Obat
Selama perawatan klien mendapat pengobatan secara teratur, obat
diberikan oleh perawat dan harus di tunggu untuk memastikan obatnya
diminum oleh klien
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
g. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjut : (^) ya ( ) tidak
Perawatan pendukung : (^) ya ( ) tidak
h. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan ingin berkumpul dengan keluarga di rumah
Masalah keperawatan : Tidak Ditemukan Masalah
i. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan bila sudah pulang ingin bekerja.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
9. Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya
kepada keluarganya.
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan Masalah
10. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengatakan ingingin berkumpul dengan keluarga, ingin mengikuti
kegiatan-kegiatan sosial di daerah rumahnya. Klien mengatakan lebih
nyaman di rumah daripada di RS. Klien mengatakan perawat di RS baik
dan tidak ada masalah
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

11. Kurang Pengetahuan Tentang

20
Klien mengatakan sudah mengetahui obat yang diminum, baik bentuk,
warna, dan manfaat obat tersebut. Klien menyebutkan ada 9 macam
jumlah obat yang diminum.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan Masalah
12. Aspek Medis
Diagnosa medis klien adalah : CKD std IV + Dispepsia
Therapi obat:
‒ Baxima 2×1
‒ Letonal 2×1
‒ Ranitidine 3×1
‒ Hepamax 3×1
‒ Neurosanbe 1×1
‒ Tonar 2×1
‒ Zibac 2×1
‒ Opilac 3×1
‒ Sanmag 3×1

21
J. Analisa Data
No Data Masalah
DS :
‒ Klien mengatakan merasa cemas dengan
keadaannya
1 Kecemasan
DO :
‒ Wajah klien tampak takut
‒ Klien tampak gelisah
DS :
‒ Klien mengatakan baru merasakan mual
dari kemarin
‒ Klien mengeluh nyeri pada perutnya, tidak
mau makan kurang lebih selama 2 minggu.
2 DO : Gangguan rasa nyaman
‒ Klien tampak pucat
‒ BAB klien warna hitam dan sedikit-
sedikit, BAK sedikit warna seperti teh.
‒ Klien tampak hanya menghabiskan ½
porsi makannya
DS :
‒ Klien mengatakan takut akan kondisinya
saat ini
3 ketakutan
DO :
‒ Klien tampak gelisah dan berkeringat
‒ Wajah klien tampak ketakutan

K. Diagnosa Keperawatan

1. Kecemasan
2. Ngguan rasa nyaman
3. ketakutan

22
L. Intervensi Keperawatan
No
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi rasional
.dx
1,2 TUM : Klien mampu 1. Bina hubungan 1. Pembinaan
,3 mengurangi dan mengontrol saling percaya hubungan
kecemasannya. dengan : Sapa saling
klien dengan percaya
TUK DX.1 : ramah baik merupakan
Setelah diberikan askep selama 2 verbal maupun dasar
kali pertemuan (tiap pertemuan 20 non verbal terjalinnya
menit) diharapkan klien membina 2. Perkenalkan diri komunikasi
hubungan saling percaya dengan dengan sopan. terbuka
KH : 3. Tanyakan nama sehingga
‒ Wajah klien cerah dan lengkap klien dan meningkatka
tersenyum nama panggilan n rasa
‒ Klien mau membalas salam. yang disukai. komunikasi
‒ Klien mau menyebutkan nama 4. Jelaskan tujuan klien.
sambil berjabat tangan dan ada pertemuan. Jujur 2. Dapat
kontak mata dan menepati mengetahui
‒ Klien bersedia menceritakan janji kapan klien
perasaannya 5. Tunjukkan sikap mengalami
empati dan kecemasan
TUK DX.2 : menerima klien 3. Untuk
Setelah diberikan askep selama 2 apa adanya. mengadopsi
kali diharapkan Klien dapat 6. Adakan kontak koping yang
mengidentifikasi dan sering dan baru, klien
menggambarkan perasaan tentang singkat secara pertama kali
kecemasannya dengan KH : bertahap. harus
‒ Klien dapat menyebutkan 7. Bantu klien untuk menyadari
waktu, isi, frekuensi timbulnya mengidentifikasi perasaan dan
kecemasan. dan mengatasi
‒ Klien dapat mengungkapkan menggambarkan penyangkala
perasaannya terhadap perasaan yang n yang
kecemasannya. mendasari disadari atau
kecemasannya. tidak disadari
TUK DX.3 8. Kaitkan perilaku 4. Mengetahui
Setelah dilakukan askep selama 2 klien dengan cara yang
kali diharapkan Klien dapat perasaan tersebut terbaik untuk
mengidentifikasi penyebab 9. Gunakan mengontrol
kecemasannya dengan KH : pertanyaan kecemasan
‒ Klien dapat menceritakan terbuka beralih
penyebab kecemasan dari topik yang
‒ Klien dapat menyebutkan tidak mengancam
tindakan yang biasanya ke isu konflik
dilakukan untuk 10. Gunakan
mengendalikan kecemasannya. konfrontasi yang
‒ Klien dapat memilih cara suportif denga

23
mengatasi kecemasannya bijaksana.
11. Bantu klien
menggambarkan
situasi dan
interaksi yang
mendahului
kecemasan.
M. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No
implementasi evaluasi paraf
.dx

24
1,2 1. membina hubungan saling percaya S: klien mengatakan
,3 dengan : Sapa klien dengan ramah sudah bisa mengontrol
baik verbal maupun non verbal kecemasannya
H/ Klien merasa nyaman O:
2. memperkenalkan diri dengan sopan. ‒ Klien Mampu
3. menanyakan nama lengkap klien dan mengontrol
nama panggilan yang disukai. kecemasannya
4. menjelaskan tujuan pertemuan. Jujur ‒ Wajah klien berseri
dan menepati janji ‒ kontak mata (+),
R/ Klien mengikuti pertemuan ‒ Klien mampu
secara rutin menyebutkan cara
5. menunjukkan sikap empati dan mengontrol kecemasan
menerima klien apa adanya. Klien melakukan cara
6. Adakan kontak sering dan singkat berikutnya untuk
secara bertahap. mengontrol kecemasan
7. membantu klien untuk (2 kali dalam sehari
mengidentifikasi dan tiap 20 menit)
menggambarkan perasaan yang A : Masalah teratasi
mendasari kecemasannya P : intervensi dihentikan
8. mengkaitkan perilaku klien dengan
perasaan tersebut
9. menggunakan pertanyaan terbuka
beralih dari topik yang tidak
mengancam ke isu konflik
10. menggunakan konfrontasi yang
suportif denga bijaksana.
11. membantu klien menggambarkan
situasi dan interaksi yang
mendahului kecemasan.
BAB III
PENUTUP

25
A. Kesimpulan
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan,
rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman
sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal . Kecemasan mungkin hadir pada
beberapa tingkat dalam kehidupan setiap individu, tetapi derajat dan frekuensi
dengan yang memanifestasikan berbeda secara luas. Respon masingmasing
individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional yang memprovokasi
kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan pemecahan masalah,
yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis. Kecemasan terdiri dari
beberapa tingkat yaitu ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat, dan panik.

N. SARAN
Masalah – masalah dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun
global. Sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang , aktualisasi diri,
keutuhan, kebebasan diri sangat diperlukan untuk dimiliki oleh setiap individu.

26
DAFTAR PUSTAKA
Ajar, B. (2014). KEPERAWATAN.
Annisa, D. F. (2016). Konsep Kecemasan ( Anxiety ) pada Lanjut Usia ( Lansia ).
5(2).
Audina, M., & Wowiling, F. (2017). No Title. 5.
Nugroho, A., & Medicine, F. (n.d.). Laki-Laki 39 Tahun dengan Gangguan
Cemas Menyeluruh A 39 OLD MAN WITH PANIC DISORDER.
Yanti, L. (2017). Asuhan Keperawatan pada Ny . E dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Aman dan Nyaman : Ansietas di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan
Medan Polonia.
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3,
Jakarta : EGC. Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto.2009.Asuhan Keperwatan Jiwa.
Yogyakarta.Graha Ilmu

Sumiati,dkk. 2009.Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling.Jakarta. Trans Info


Media

iv

Anda mungkin juga menyukai