Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PELAKSANAAN SCREENING KESEHATAN KELOMPOK KHUSUS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

ALSYACH DIVA AULIA 20186523003


MELA VIDIA RENATA 20186523023
M. WAHID ICSANNUDIN C. A. 20186513021
MUHAMMAD SYA’BIE 20186513026
VERAWATI 20186523051

MATA KULIAH : KEPERAWATAN KOMUNITAS

DOSEN : IRMA TRIYANI, SKM, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


VISI DAN MISI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN PONTIANAK

VISI

Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan yang bermutu dan mampu bersaing di tingkat
regional tahun 2020

MISI

1. Meningkatkan program pendidikan tinggi kesehatan yang berbasis kompetensi.


2. Meningkatkan program pendidikan tinggi kesehatan berbasis penelitian.
3. Mengembangkan upaya pengabdian masyarakat yang berbasis IPTEK dan teknologi tepat
guna.
4. Mengembangkan program pendidikan tinggi kesehatan yang mandiri, transparan dan
akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik tingakt nasional maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH PELAKSANAAN SCREENING KESEHATAN KELOMPOK KHUSUS

Telah disetujui

Tanggal :

Oleh :

Dosen Penanggung Jawab

IRMA TRIYANI, SKM, M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan Judul
“Pelaksanaan Screening Kelompok Khusus” pada mata kuliah Keperawatan Komunitas.

Dalam penyusunan makalah ini penilis banyak mendapat bimbingan dan


dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Ns, Puspa Wardhani, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIV Keperawatan
Pontianak yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
2. Bu Irma Triyani, SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas yang
telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Semua dosen Program Studi DIV Keperawatan Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.
4. Kedua orangtua, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan.
5. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan Pontianak yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan.

Pontianak, 5 Maret 2020

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbagai jenis penyakit baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular
sekarang banyak bermunculan. Banyak pula penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup
sehingga timbul penyakit baru. Beberapa penyakit bersifat kronis sehingga dapat
membahayakan kesehatan dan mempunyai beberapa kaitan dengan mental emosionalnya.

Saat ini perhatian penyakit tidak menular semakin meningkat karena frekuensi
kejadiannya pada masyarakat semakin tinggi. Dari sepuluh penyebab utama kematian,
dua diantaranya adalah penyakit tidak menular. Keadaan ini terjadi di dunia, baik di
Negara maju maupun Negara dengan ekonomi rendah dan menengah (Putri dan
Isfandiari, 2013).

Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkepanjangan dan jarang sembuh


sempurna. Walaupun tidak semua penyakit mengancam jiwa, tetapi akan menjadi beban
ekonomi bagi individu, keluarga, dan komunitas secara keseluruhan. Penyakit kronis akan
menyebabkan masalah medis, sosial dan psikologis yang akan membatasi aktifitas
manusia sehingga akan menyebabkan penurunan quality of life (Yenny dan Herwana,
2006).

Menurut Harlan (2006), skrining untuk pengendalian penyakit adalah pemeriksaan


orang-orang asimptomatik untuk mengklasifikasikan mereka ke dalam kategori yang
diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit (as likely or unlikely to have
disease).

Skrining merupakan salah satu komponen pelayanan kesehatan yang modern.


Alasannya adalah untuk mendeteksi penyakit pada awal asymptomatic individu dan untuk
mengurangi angka morbiditas (Saquib, Saquib, dan Loannidis, 2015).

Dengan adanya kegiatan skrining, masyarakat dapat mengetahui terlebih dahulu


apakah ia terkena suatu penyakit atau tidak melalui beberapa proses. Sehingga masyarakat
dengan mudah melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
6. Apa Pengertian Skrining?
7. Apa Tujuan Skrining?
8. Bagaimana Syaraat dalam Skrining?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu skrining.
9. Mengetahui tujuan diadakannya skrining.
10. Mengetahui syarat agar skrining dapat dilakukan dengan baik.
11. Mengatahui macam-macam skrining.
12. Mengetahui validitas dan reliabilitas dari skrining.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SKRINING
Menurut Harlan (2006), skrining untuk pengendalian penyakit adalah pemeriksaan
orang-orang asimptomatik untuk mengklasifikasikan mereka ke dalam kategori yang
diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit (as likely or unlikely to have
disease).

Contoh uji skrining antara lain pemeriksaan Rontgen, pemeriksaan sitologi, dan


pemeriksaan tekanan darah. Uji skrining tidaklah bersifat diagnostik. Orang-orang dengan
temuan positif atau mencurigakan harus dirujuk ke dokter untuk diagnosis dan
pengobatannya (Harlan, 2006).

Secara garis besar, skrining adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang
belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan
cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang
mungkin tidak menderita (Amiruddin dkk, 2011).

Amiruddin, dkk (2011), mengemukakan pula mengenai cara untuk mendeteksi


tanda dan gejala penyakit secara dini dan menemukan penyakit sebelum menimbulkan
gejala dapat dilakukan dengan cara berikut:

1. Deteksi tanda dan gejala dini


Dalam hal mendeteksi tanda dan gejala dini diperlukan pengetahuan tentang tanda
dan gejala tersebut yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat. Dengan cara
demikian, timbulnya kasus baru dapat segera diketahui dan diberikan pengobatan.
Biasaya penderita datang untuk mencari pengobatan setelah penyakit menimbulkan gejala
dan mengganggu kegiatan sehari-hari yang berarti penyakit telah berada dalam stadium
lanjut. Hal ini disebabkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan penderita.

13. Penemuan kasus sebelum menimbulkan gejala


Penemuan kasus ini dapat dilakukan dengan mengadakan skrining terhadap orang-
orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit. Diagnosis dan pengobatan
penyakit yang diperoleh dari penderita yang datang untuk mencari pengobatan setelah
timbul gejala relatif sedikit sekali dibandingkan dengan penderita tanpa gejala.
D. TUJUAN SKRINING
Tujuan dan sasaran skrining menurut Noor (1997), sebagai berikut:

1. Mendapatkan mereka yang menderita sedini mungkin sehingga dapat dengan segera
memperoleh pengobatan.
14. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat.
15. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin.
16. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat penyakit
dan untuk selalu waspada atau melakukan pengamatan terhadap setiap gejala dini.
17. Mendapat keterangan epidemiologi yang berguna bagi klinisi dan peneliti.

Menurut Morton et al (2008), tujuan skrining adalah untuk mencegah penyakit


atau akibat penyakit dengan mengidentifikasi individu-individu pada suatu titik dalam
riwayat alamiah ketika proses penyakit dapat diubah melalui intervensi. Terdapat tiga
tingkatan pencegahan yang pada umumnya ditargetkan di dalam program-program
skrining:

1. Pencegahan primer, ditujukan kepada orang-orang yang tidak memiliki gejala


atau asymptotic untuk mengidentifikasi faktor resiko dini penyakit guna menahan proses
patologi sebelum timbul gejala. Contohnya, mengidentifikasi orang-orang dalam tahap
awal gangguan toleransi glukosa, dan mengendalikan berat badan serta pola makan
mereka untuk mencegah kemunculan diabetes.
18. Pencegahan sekunder, ditujukan kepada orang-orang dalam proses awal penyakit untuk
memperbaiki prognosis. Contohnya, mengidentifikasi orang-orang pengidap diabetes
yang tidak terdeteksi atau tidak teramati untuk meningkatkan toleransi glukosa guna
mencegah.
19. Pencegahan tersier, ditujukan kepada orang-orang yang mengalamikomplikasi untuk
mencegah dampak lanjutan komplikasi tersebut. Contohnya, melakukan skrining pada
orang-orang untuk mendeteksi riwayat retinopatidiabetik agar mendapat pengobatan
laser untuk mengendalikan perdarahan retina (retinal hemorrhages) dan mencegah
kebutaan. 
E. KRITERIA MENYUSUN PROGRAM SKRINING
Untuk dapat menyusun suatu program penyaringan, diharuskan memenuhi
beberapa kriteria atau ketentuan-ketentuan khusus yang merupakan persyaratan suatu tes
penyaringan.

1. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti dalam
masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut.
20. Tersedianya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang
dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan penyedia obat dan
keterjangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan tes yang
dipilih.
21. Tersedianya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang dinyatakan
positif serta tersedianya biaya pengobatan bagi mereka yang dinyatakan positif melalui
diagnosis klinis.
22. Tes penyaringan terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup lama dan
dapat diketahui melalui pemeriksaan /tes khusus.
23. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas dan
spesifitivitas dan spesifisitasnya.
24. Semua bentuk/teknik dan cara pemeriksaan dalam tes penyaringan harus dapat diterima
oleh masyarakat secara umum.
25. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti.
26. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang
dinyatakan menderita penyait tersebut.
27. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan sampai pada titik akhir
pemeriksaan harus seimbang dengan risiko biaya bila tanpa melakukan tes tersebut.
28. Harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up) terhadap penyakit tersebut
serta penemuan penderita secara berkesinambungan dapat dilaksanakan (Noor, 2008).

F. KRITERIA SKRINING
Menurut Carr (2014), beberapa kriteria harus dipertimbangkan dalam melakukan
pengembangan program skrining. Kriteria tersebut dapat sepenuhnya dipenuhi atau tidak
dapat dipenuhi sama sekali.
Penentuan kelompok sasaran skrining berdasarkan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Kondisi/penyakit merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Jenis


penyakit yang tepat untuk skrining :
a) Merupakan penyakit yang serius, misalnya penyakit kanker payudara ini sangat
berbahaya apabila tidak segera ditangani.
b) Pencegahan sebelum terjadi gejala muncul itu lebih baik daripada setelah gejala
muncul, misalnya hindari kegemukan, kurangi makaan lemak, usahakan hanya
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan C, olahraga secara
teratur, dan chek-up payudara sejak dini secara teratur.
c) Prevalensi penyakit pre-klinik harus lebih tinggi pada populasi yang diskrining
29. Harus ada cara pengobatan untuk penderita yang ditemukan dengan skrining, misalnya
pada kasus kanker payudara penderita yang diketahui terpapar penyakit harus segera
dilakukan pengobatan sesuai dengan tipe dan stadium yang dialami penderita. Seperti
pembedahan, radiotherapy, therapy hormone, chemotherapy, dan pengobatan herceptin.
30. Terseda fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan, misalnya pada kasus kanker payudara
di rumah sakittelah tersedia pelayanan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit
kanker payudara.
31. Harus dikenal simtomatik dini dan masa laten.
32. Tidak berbahaya dan dapat diterima masyarakat.
33. Harus ada cara pemeriksaan yang cocok, misalnya pada kasus kanker payudara deteksi
dini yang paling sederhana adalah sadari atau mammografi.
34. Diketahui riwayat alamiah penyakit. pada kanker payudara sejak ditemukan prakanker
sampai terjadinya kanker memerlukan waktu yang lama yaitu lebih dari satu tahun.
35. Harus ada kebijakan yang dianggap penderita
36. Biaya skrining (termasuk diagnosis dan pengobatan) seimbang dengan biaya medis
keseluruhan.
37. Penemuan kasus merupakan proses yang berlangsung terus menerus, misalnya pada
kasus kanker payudara ini didapatkan data selama satu tahun tiap bulannya.
Masalah yang termasuk dalam kriteria skrining :
a) Harus terdapat kebutuhan yang diidentifikasi.
d) Terdapat uji skrining yang dapat diterima.
e) Strategi intervensi harus tersedia.
f) Tanpa adanya intervensi dini, penyakit dapat berdampak buruk.
g) Menargetkan program skrining.
h) Uji skrining harus memiliki kualitas tertentu.
i) Individu yang berisiko harus memiliki kecenderungan yang kuat agar ikut
berpartisipasi dalam skrining yang ditawarkan (Carr, 2014).

G. MACAM SKRINING
1. Penyaringan Massal (Mass Screening)
Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan.
Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000
wanita
38. Penyaringan Multiple
Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji
penyaringan pada saat yang sama.
Contoh: skrining pada penyakit aids
39. Penyaringan yg. Ditargetkan
Penyaringan yg dilakukan pada kelompok – kelompok yang terkena paparan
yang spesifik.
Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal.
40. Penyaringan Oportunistik
Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita – penderita yang
berkonsultasi kepada praktisi kesehatan
Contoh: screening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.

H. VALIDITAS
Validitas adalah kemampuan daripada tes penyaringan untuk memisahkan mereka
yang betul-betul menderita terhadap mereka yang betul-betul sehat atau dengan kata lain
besarnya kemungkinan untuk menempatkan setiap individu pada keadaan yang
sebenarnya. Validitas ditentukan dengan melakukan pemeriksaan di luar tes penyaringan
untuk diagnosis pasti, dengan ketentuan bahwa biaya dan waktu yang digunakan pada
setiap pemeriksaan diagnostik lebih besar daripada yang dibutuhkan pada penyaringan.
Ada dua komponen yang menentukan tingkat validitas, yakni: (1) nilai sensivitas yaitu
kemampuan dari suatu tes penyaringan yang secara benar menempatkan mereka yang
betul-betul menderita pada kelompok penderita; dan (2) nilai spesifitas yaitu kemampuan
daripada tes tersebut yang secara benar menempatkan mereka yang betul-betul tidak
menderita pada kelompok sehat. (Noor, 2008).

Untuk kepentingan validitas diperlukan beberapa perhitungan tertentu menurut


Noor (2008), sebagai berikut:

1. Positif sebenarnya, yaitu mereka yang oleh tes penyaringan dinyatakan menderita dan
yang kemudian didukung oleh diagnosis klinis yang positif.
41. Positif palsu yaitu mereka yang oleh tes penyaringan dinyatakan menderita, tetapi pada
diagnosis klinis dinyatakan sehat/negatif.
42. Negatif sebenarnya yaitu mereka yang pada penyaringan dinyatakan sehat dan pada
diagnosis klinis ternyata betul sehat.
43. Negatif palsu yaitu mereka yang pada tes penyaringan dinyatakan sehat, tetapi oleh
diagnosis klinis ternyata menderita.

I. RELIABILITAS SKRINING
Azwar (2003) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan salah-satu ciri atau
karakter utama instrumen pengukuran yang baik..

Reliabilitas meliputi dua aspek :

1. Stabilitas (stability) adalah konsistensi hasil atau pengukuran ke pengukuran lainnya


oleh seorang pengamat, terhadap subyek penelitian yang sama dan dengan instrumen
yang sama. Stabilitas dalam jargon yang lebih populer disebut sebagai konsistensi intra-
pengamat.
44. Kesamaan (equivalence) adalah konsistensi antara hasil pengukuran seorang pengamat
dan hasil pengukuran oleh pengamat lainnya,terhadap subjek penilitian yang sama dan
dengan instrumen yang sama. Kesamaan dalam jargon yang lebih populer disebut
sebagai konsistensi antar-pengamat.

Dalam hal tingkat reliabilitas maka ada dua faktor utama yang perlu diperhatikan,
antara lain:

1. Variasi dari cara penyaringan yang sangat dipengaruhi oleh stabilitas alat tes atau
regensia yang digunakan, serta fluktuasi keadaan dari nilai yang akan diukur
(contohnya: tekanan darah yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan alat yang
digunakan).
45. Kesalahan pengamatan atau perbedaan pengamat yang meliputi adanya nilai yang
berbeda karena dilakukan oleh pengamat yang berbeda, atau adanya kesalahan
walaupun dilakukan oleh pengamat yang sama.

Untuk meningkatkan nilai reliabilitas tersebut diatas maka dapat dilakukan


beberapa usaha tertentu.

1. Pembakuan/standarisasi cara penyaringan


46. Peningkatan dan pemantapan keterampilan pengamat melalui training
47. Pengamatan yang cermat pada setiap nilai hasil pengamatan
48. Menggunakan dua atau lebih penagamat untuk setiap pengamatan
49. Memperbesar klasifikasi (kelompok) kategori yang ada,terutama bila kondisi penyakit
juga bervariasi/bertingkat (Noor, 2008).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Skrining/penapisan didefinisikan sebagai "identifikasi dugaan penyakit atau
kecacatan yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian, pemeriksaan atau prosedur
lain yang dapat diterapkan dengan cepat. Tes skrining/penapisan memilah/memisahkan
orang-orang yang terlihat sehat untuk dikelompokkan menjadi kelompok orang yang
mungkin memiliki penyakit dan kelompok orang yang mungkin sehat. Sebuah tes
skrining/penapisan ini tidak dimaksudkan untuk menjadi upaya diagnosa. Orang dengan
temuan positif menurut hasil skrining/penapisan atau suspek suatu kasus harus dirujuk ke
dokter untuk diagnosis dan menjalani pengobatan yang diperlukan.

J. SARAN
 

1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama mahasiswa keperawatan.
50. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajar bagi mahasiswa keperawatan khususnya
dalam mata kuliah keperawatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Ridwan., dkk. 2011. Modul Epidemiologi Dasar. Sumatra Utara: Universitas


Hasanuddin.

Azwar, Saefuddin. 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Noor, Nur Nasry. 1997. Dasar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

___. 2003. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

___. 2008. Epidemiologi. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.

Carr, Susan., Unwin, Nigel., Tanja Pless-Mulloli. 2014. Kesehatan Masyarakat dan


Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Morton, R.F., J. Richard H dan Robert J.McCarter. 2008. Epidemiologi dan Biostatistika:


Panduan Studi Edisi 5.  Alih bahasa: Aprinangsih. Ed: Fema Solekhah B.Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Harlan, Johan. 2006. Epidemiologi Kebidanan. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Yenny dan Elly Herwana. 2006. “Prevalensi Penyakit Kronis dan Kualitas Hidup pada Lanjut
Usia di Jakarta Selatan”. Universa Medicina. Vol: 25. Nomor 4.

Putri, Nurlaili HK dan Muhammad Atoillah Isfandiari. 2013. “Hubungan Empat Pilar
Pengendalian dalam DM Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula Darah”. Journal Berkala
Epidemiologi. Vol 1. Nomor 2: 234-243.

Saquib, Nazmus., Juliann Saquib, dan John PA Loannidis. 2015. “Does Screening for Disease
Save Live in Asymptomatic Adults? Systematic Review of Meta-analyses and
Randomized Trials”. Internasional Journal of Epidemiology. Vol 0. Nomor 0.

Anda mungkin juga menyukai