DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
VISI
Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan yang bermutu dan mampu bersaing di tingkat
regional tahun 2020
MISI
Telah disetujui
Tanggal :
Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan Judul
“Pelaksanaan Screening Kelompok Khusus” pada mata kuliah Keperawatan Komunitas.
1. Ns, Puspa Wardhani, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIV Keperawatan
Pontianak yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
2. Bu Irma Triyani, SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas yang
telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Semua dosen Program Studi DIV Keperawatan Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.
4. Kedua orangtua, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan.
5. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan Pontianak yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai jenis penyakit baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular
sekarang banyak bermunculan. Banyak pula penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup
sehingga timbul penyakit baru. Beberapa penyakit bersifat kronis sehingga dapat
membahayakan kesehatan dan mempunyai beberapa kaitan dengan mental emosionalnya.
Saat ini perhatian penyakit tidak menular semakin meningkat karena frekuensi
kejadiannya pada masyarakat semakin tinggi. Dari sepuluh penyebab utama kematian,
dua diantaranya adalah penyakit tidak menular. Keadaan ini terjadi di dunia, baik di
Negara maju maupun Negara dengan ekonomi rendah dan menengah (Putri dan
Isfandiari, 2013).
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu skrining.
9. Mengetahui tujuan diadakannya skrining.
10. Mengetahui syarat agar skrining dapat dilakukan dengan baik.
11. Mengatahui macam-macam skrining.
12. Mengetahui validitas dan reliabilitas dari skrining.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SKRINING
Menurut Harlan (2006), skrining untuk pengendalian penyakit adalah pemeriksaan
orang-orang asimptomatik untuk mengklasifikasikan mereka ke dalam kategori yang
diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit (as likely or unlikely to have
disease).
Secara garis besar, skrining adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang
belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan
cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang
mungkin tidak menderita (Amiruddin dkk, 2011).
1. Mendapatkan mereka yang menderita sedini mungkin sehingga dapat dengan segera
memperoleh pengobatan.
14. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat.
15. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin.
16. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat penyakit
dan untuk selalu waspada atau melakukan pengamatan terhadap setiap gejala dini.
17. Mendapat keterangan epidemiologi yang berguna bagi klinisi dan peneliti.
1. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti dalam
masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut.
20. Tersedianya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang
dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan penyedia obat dan
keterjangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan tes yang
dipilih.
21. Tersedianya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang dinyatakan
positif serta tersedianya biaya pengobatan bagi mereka yang dinyatakan positif melalui
diagnosis klinis.
22. Tes penyaringan terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup lama dan
dapat diketahui melalui pemeriksaan /tes khusus.
23. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas dan
spesifitivitas dan spesifisitasnya.
24. Semua bentuk/teknik dan cara pemeriksaan dalam tes penyaringan harus dapat diterima
oleh masyarakat secara umum.
25. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti.
26. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang
dinyatakan menderita penyait tersebut.
27. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan sampai pada titik akhir
pemeriksaan harus seimbang dengan risiko biaya bila tanpa melakukan tes tersebut.
28. Harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up) terhadap penyakit tersebut
serta penemuan penderita secara berkesinambungan dapat dilaksanakan (Noor, 2008).
F. KRITERIA SKRINING
Menurut Carr (2014), beberapa kriteria harus dipertimbangkan dalam melakukan
pengembangan program skrining. Kriteria tersebut dapat sepenuhnya dipenuhi atau tidak
dapat dipenuhi sama sekali.
Penentuan kelompok sasaran skrining berdasarkan syarat-syarat sebagai berikut :
G. MACAM SKRINING
1. Penyaringan Massal (Mass Screening)
Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan.
Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000
wanita
38. Penyaringan Multiple
Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji
penyaringan pada saat yang sama.
Contoh: skrining pada penyakit aids
39. Penyaringan yg. Ditargetkan
Penyaringan yg dilakukan pada kelompok – kelompok yang terkena paparan
yang spesifik.
Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal.
40. Penyaringan Oportunistik
Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita – penderita yang
berkonsultasi kepada praktisi kesehatan
Contoh: screening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.
H. VALIDITAS
Validitas adalah kemampuan daripada tes penyaringan untuk memisahkan mereka
yang betul-betul menderita terhadap mereka yang betul-betul sehat atau dengan kata lain
besarnya kemungkinan untuk menempatkan setiap individu pada keadaan yang
sebenarnya. Validitas ditentukan dengan melakukan pemeriksaan di luar tes penyaringan
untuk diagnosis pasti, dengan ketentuan bahwa biaya dan waktu yang digunakan pada
setiap pemeriksaan diagnostik lebih besar daripada yang dibutuhkan pada penyaringan.
Ada dua komponen yang menentukan tingkat validitas, yakni: (1) nilai sensivitas yaitu
kemampuan dari suatu tes penyaringan yang secara benar menempatkan mereka yang
betul-betul menderita pada kelompok penderita; dan (2) nilai spesifitas yaitu kemampuan
daripada tes tersebut yang secara benar menempatkan mereka yang betul-betul tidak
menderita pada kelompok sehat. (Noor, 2008).
1. Positif sebenarnya, yaitu mereka yang oleh tes penyaringan dinyatakan menderita dan
yang kemudian didukung oleh diagnosis klinis yang positif.
41. Positif palsu yaitu mereka yang oleh tes penyaringan dinyatakan menderita, tetapi pada
diagnosis klinis dinyatakan sehat/negatif.
42. Negatif sebenarnya yaitu mereka yang pada penyaringan dinyatakan sehat dan pada
diagnosis klinis ternyata betul sehat.
43. Negatif palsu yaitu mereka yang pada tes penyaringan dinyatakan sehat, tetapi oleh
diagnosis klinis ternyata menderita.
I. RELIABILITAS SKRINING
Azwar (2003) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan salah-satu ciri atau
karakter utama instrumen pengukuran yang baik..
Dalam hal tingkat reliabilitas maka ada dua faktor utama yang perlu diperhatikan,
antara lain:
1. Variasi dari cara penyaringan yang sangat dipengaruhi oleh stabilitas alat tes atau
regensia yang digunakan, serta fluktuasi keadaan dari nilai yang akan diukur
(contohnya: tekanan darah yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan alat yang
digunakan).
45. Kesalahan pengamatan atau perbedaan pengamat yang meliputi adanya nilai yang
berbeda karena dilakukan oleh pengamat yang berbeda, atau adanya kesalahan
walaupun dilakukan oleh pengamat yang sama.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Skrining/penapisan didefinisikan sebagai "identifikasi dugaan penyakit atau
kecacatan yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian, pemeriksaan atau prosedur
lain yang dapat diterapkan dengan cepat. Tes skrining/penapisan memilah/memisahkan
orang-orang yang terlihat sehat untuk dikelompokkan menjadi kelompok orang yang
mungkin memiliki penyakit dan kelompok orang yang mungkin sehat. Sebuah tes
skrining/penapisan ini tidak dimaksudkan untuk menjadi upaya diagnosa. Orang dengan
temuan positif menurut hasil skrining/penapisan atau suspek suatu kasus harus dirujuk ke
dokter untuk diagnosis dan menjalani pengobatan yang diperlukan.
J. SARAN
1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama mahasiswa keperawatan.
50. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajar bagi mahasiswa keperawatan khususnya
dalam mata kuliah keperawatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Yenny dan Elly Herwana. 2006. “Prevalensi Penyakit Kronis dan Kualitas Hidup pada Lanjut
Usia di Jakarta Selatan”. Universa Medicina. Vol: 25. Nomor 4.
Putri, Nurlaili HK dan Muhammad Atoillah Isfandiari. 2013. “Hubungan Empat Pilar
Pengendalian dalam DM Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula Darah”. Journal Berkala
Epidemiologi. Vol 1. Nomor 2: 234-243.
Saquib, Nazmus., Juliann Saquib, dan John PA Loannidis. 2015. “Does Screening for Disease
Save Live in Asymptomatic Adults? Systematic Review of Meta-analyses and
Randomized Trials”. Internasional Journal of Epidemiology. Vol 0. Nomor 0.