Anda di halaman 1dari 126

REVIEW

PENDAHULUAN FARMAKOLOGI
FARMAKOKINETIK
FARMAKODINAMIK
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI HUBUNGAN DOSIS
DAN EFEK OBAT
PENGOLONGAN OBAT
BENTUK SEDIAAN, CARA DAN RUTE
PEMBERIAN OBAT
MATERI
PRINSIP DALAM PEMBERIAN OBAT
PERAN KOLABORATIF PERAWAT DALAM
PELAKSANAAN PRINSIP FARMAKOLOGI
OBAT SISTEM PERNAPASAN
OBAT SISTEM SALURAN CERNA
OBAT SISTEM ENDOKRIN
OBAT SISTEM KARDIOVASKULER
OBAT SISTEM NEUROLOGIS DAN
NEUROMUSKULER
OBAT KONDISI KHUSUS
2019
CAPAIAN / TUJUAN
PEMBELAJARAN
• TIU / Standar Kompetensi :
 Pada akhir mata kuliah ini mahasiswa mampu memahami dan
mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar penggunaan/pemberian obat kepada
pasien.
• TIK / Kompetensi Dasar :
 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan Pengertian Penggunaan Obat,
Prinsip-prinsip Pemberian Obat dan konsep Penggunaan Obat Rasional (POR),
 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan konsep Prinsip 6 Benar plus 2 hak
pasien atau 12 benar,
 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan konsep Prinsip 7 T + 1 C +1 W,
 Memahami dan menjelaskan cara penggunaan dan pengaplikasian Obat Yang Baik
dan Benar,
 Memahami dan menjelaskan mampu menerapkan prinsip farmakologi dan
mengubah bentuk sediaan dan menyiapkan obat dalam melaksanakan peran
kolaboratif saat melaksanakan upaya asuhan keperawatan.
Latar Belakang
Tepat Obat ,
Indikasi,
Peresepan
Obat Rasional
Dosis,
Pasien,
waspada efek
samping obat

Efek Samping
Peresepan Obat &
tidak rasional Ketidakpercayaan
Meningkatkan
Pasien
Kepuasaan Pasien
& Meningkatkan
kepercayaan pasien
Latar Belakang
Obat adalah salah satu faktor Pada tahun 1993, peresepan di
penting dalam pelayanan Indonesia masih dikategorikan
kesehatan. Akan tetapi, World tidak rasional. Masalah yang
Health Organization (WHO) terjadi adalah tingginya tingkat
memperkirakan terdapat polifarmasi (3,5 obat per pasien),
sekitar 50% tidak tepat penggunaan antibiotik yang
peresepan, berlebihan (43%), serta injeksi
penyiapan/peracikan & yang tidak tepat dan berlebihan
penjualan (10-80%)

PENGUNAAAN OBAT Peran Tenaga


RASIONAL Kesehatan ???
LATAR BELAKANG
Kebutuhan Klinis KRITERIA :

Jumlah & Dosis sesuai 4T + 1W


kebutuhan 7T + 1C + 1W
PENGOBATAN
Periode waktu sesuai 6 BENAR
RASIONAL
6 Benar + 2 HAK PX
Efektivitas terjamin , 12 BENAR
aman

Biaya rendah

Extravagant Prescribing
Efek Samping
Irrational Overprescribing
DRP
prescribing
Incorrect Prescribing
Multiple Prescribing
Underprescribing
OBAT
•OBAT adalah setiap
zat kimia yang dapat
mempengaruhi
PROSES HIDUP.
OBAT adalah
• setiap substansi/zat kimia (alami maupun sintetik)
selain makanan yang mempunyai pengaruh (dapat
mengubah proses biologis: fisik atau psikis) atau
dapat menimbulkan efek secara spesifik, reversibel
pada organisme hidup dalam keadaan sehat atau sakit,
baik efek psikologis, fisiologis, maupun biokimiawi-WHO-
.
?

 Penetapan diagnosa penyakit, upaya pencegahan


(preventif), penyembuhan/mengobati (kuratif), dan
mengurangi penderitaan simtomatik (mengurangi /
menghilangkan gejala)
 Pemulihan kembali (rehabilitatif) dan peningkatan
kesehatan/kesejahteraan (promotif)
 Kontrasepsi -KONAS (Kebijakan Obat Nasional)-
Obat
OBAT seperti :

 LEBIH menjadi RACUN (Over dose)

 KURANG menjadi TIDAK BEREFEK (Sub terapi)

Tak bermanfaat Manfaat Racun

- - - Dosis +++

“Semua obat adalah racun yg memebedakannya


hanyalah ketepatan DOSIS” (Paracelsus)
KRITERIA OBAT :
I. Safety (Aman) Takaran PAS 
II. Efficacy (Manjur/berkhasiat)
III. Quality (Bermutu/ Pengobatan RASIONAL
Karakteristik) (4T + 1W) :
- tepat INDIKASI
- tepat PASIEN
- tepat REGIMEN DOSIS
- tepat JENIS OBAT
+ Waspada : EFEK SAMPING

REGIMEN = ƩDOSIS, WAKTU minum, Interval/JARAK WAKTU antar DOSIS, LAMA pemakaian, Rute Administratif
Pengertian Penggunaan Obat
Penggunaan Obat
=
Upaya pengaplikasian/penerapan
suatu zat/formulasi sebagai obat
dari suatu bentuk sediaannya
untuk tujuan tertentu.
Atau ADR

(Efek Terapi)

ESO : Efek Samping Obat


ETT : Efek Tak Terkendali/
Terduga (ADR=Adverse Drug
Reaction/Efek yg
merugikan/ROTD)
ETO : Efek Toksik Obat
Selain memiliki Efek UTAMA
sebagai Terapi/Efek Terapetik,
OBAT juga memiliki efek lain,
sehingga memungkinkan
adanya resiko yang
membahayakan bagi
tubuh pengguna.
Faktor Formulasi Dan Cara Penggunaan Obat

Kecepatan Σ obat  diabsorpsi

Efek Lokal EFEK YANG DIPEROLEH Efek Sistemik

Efek TERAPI tujuan terapi Umumnya Efek lain ≠ tujuan terapi


mempunyai efek atau aksi
lebih dari satu
a. Terapi kausal
b. Terapi simtomatik
c. Terapi substitusi Efek SAMPING
EFEK MEMBAHAYAKAN
BAGI TUBUH PENGGUNA
)
(side efect

(ADVERSE EFFECT REACTION)


A. Efek2
pengulangan obat & C. Fotosensitasi
penggunaan obat B. Efek2
waktu yang lama Penggunaan D. Idiosinkrasi
Obat campuran
E. Efek teratogen

1. Reaksi hipersensitif INTERAKSI F. Efek toksis


2. Kumulasi 1. ADISI  (1 + 1 = 2).
3. Toleransi 2. SINERGI  (1+1 = 3) atau A+B
4. Takhifilaksis (onset melambat) = (A + B) > ; Aksi SAMA
3. POTENSIASI  (0+1 = 2) atau
5. Habituasi A+B = (A + B) > ; Aksi Beda
6. Adiksi 4. ANTAGONIS (1+1 = 0) atau
saling mengurangi
7. Resistensi terhadap bakteri.
Faktor FORMULASI dan CARA PENGGUNAAN OBAT
akan menentukan KECEPATAN dan BANYAKNYA OBAT
DAPAT DIABSORPSI dan EFEK yang diperoleh yaitu:

1. Efek SISTEMIK, ialah obat beredar ke seluruh


tubuh melalui aliran darah,
2. Efek LOKAL, ialah efek hanya setempat
dimana obat digunakan.
EFEK OBAT
Umumnya OBAT mempunyai efek atau
aksi LEBIH dari satu, sehingga
memungkinkan adanya resiko yang
membahayakan bagi tubuh
pengguna.
Adapun berbagai variasi efek obat
yang dimaksud dapat berupa :
EFEK OBAT
Adalah suatu respon jaringan tubuh akibat kerja dari obat
tersebut.
Tidak semua obat betul-betul dapat Terapi KAUSAL
Efek yang Efek TERAPI MENYEMBUKAN PENYAKIT, banyak
Efek UTAMA menjadi (Therapeuti diantaranya hanya MENIADAKAN atau Terapi
(Main Effect) TUJUAN c Effect) MERINGANKAN gejala-gejalanya, oleh SIMPTOMATIS
TERAPI karena itu dapat dibedakan tiga jenis Terapi
pengobatan : SUBSTITUSI
 Cth: Antipiretik, Antihistamin, Diuresis

Efek yang tidak Efek


Efek
SEKUNDER
menjadi TUJUAN
TERAPI, timbul
pada DOSIS
SAMPING
(Side
Effect)
Efek yang tidak
dikehendaki
(undesired effect)
:
TERAPI
 Belum tentu merugikan, Cth: Efek sedatif dari CTM, Peningkatan nafsu makan dari ketotifen.
 Merugikan  Adverse Effect Reaction/Adverse Drug Reaction (Efek yang lebih berat dari ESO:
Tidak dapat diprediksi, cth: Syok anafilaktik, Alergi antibiotik, Hepatotoksik dari paracetamol.

o Efek toksik/toksisitas : biasanya terjadi akibat overdosis


akumulasi obat  teridentifikasi dari kadar obat dalam darah
(kadar obat > rentang terapeutik).
o Idiosinkrasi : respons yang tidak diharapkan & abnormal pada
sebagian kecil populasi, seringnya berkaitan dengan
kelainan genetic.
1. Efek Terapi (Therapeutic Effect)
Adalah efek utama, efek yang diinginkan/diharapkan. Efek yg
Menyembuhkan atau hanya menghilangkan gejala.
Tidak semua obat betul-betul dapat MENYEMBUKAN PENYAKIT, banyak diantaranya
hanya MENIADAKAN atau MERINGANKAN gejala-gejalanya, oleh karena itu dapat dibedakan tiga
jenis pengobatan :

•Terapi kausal : obat yang menghilangkan penyebab penyakit, khususnya


pemusnahan kuman, virus, parasit.
Contoh: Kemoterapeutika (sulfonamid, antimikroba/antibiotika, fungisida,
anti malaria, dsb)

•Terapi simptomatis : obat hanya meringankan/menghilangkan gejala


penyakit, tetapi yg lebih mendalam tdk dipengaruhi, misalnya: kerusakan pd
organ atau syaraf.
Cth: analgesik pd rematik atau sakit kepala, obat hipertensi pada
kardiotonik dan obat jantung.

•Terapi substitusi : obt yg menggantikan zat yg lazimnya dibuat oleh


organ yg sakit.
Contoh : insulin pada diabetes, estrogen pada hipo fungsi ovarium, dan
obat hormon lainnya.
Ex : - Morfin sulphat : analgesia
- Diazepam : penenang,mengurangi kecemasan
2. Efek Samping (Side Effect)  Bagian dari efek farmakologi
: efek sekunder, efek selain efek terapi yg belum tentu terjadi,
tergantung personal; efek fisiologis yg tidak diinginkan yg dpt timbul
bersama efek terapi/efek ikutan terjadi pada dosis lazim; dapat
diperhitungkan dan diprediksi; semakin besar dosis/frekuensi, semakin
manifest  toksik.
Klasifikasi Efek Samping Obat (ESO) :
ESO Tipe A: bersifat farmakologik (side effect/efek samping)
disebabkan dosis/Cp/frekuensi terlalu besar dan/atau meningkatnya
kepekaan sistem yg menjadi target obat. Dapat dikndalikan/diprediksi dg
menurunkan dosis/frekuensi.
ESO Tipe B: bersifat nonfarmakologik (adverse effect/adverse
reaction/ADR/efek merugikan/reaksi obat tdk diharapkan/ROTD) 
toksik.
Efek ini lebih berat dari ESO krn tdk dapat dikendalikan/diprediksi
(Idoisinkrasi = efek tdk diketahui, tdk biasa, tdk diharapkan, abnormal
pd sebagian kecil populasi/jarang terjadi disebabkan kelainan
genetic/metareaksi, imunologik/alergi, inflamatorik serta efek toksik)
Ex : Digitalis : meningkatkan konstraksi miokard, ES : mual, muntah;
CTM : sebagai antihistamin, ES: ngantuk.
TERAPI
OBAT
(Farmakoterapi)

TANPA OBAT
GABUNGAN
(Non farmakoterapi)
Jantung SEHAT
-Radioterapi
S= Seimbangkan gizi
-Hidroterapi
E= Enyahkan rokok
-Fisioterapi
H= Hindari stress
-Operasi
A= Awasi tekanan darah
-Diet
T= teratur olahraga
Proses terapi??
• Proses ilmiah profesional bukan
proses yg berlangsung secara
otomatis dan intuitif

Bekal??
- simtomatologi (gejala)
- Patofisiologi
- Cara terapi
- Analisis setiap temuan
- Komunikasi
- Sifat farmakologik (F’dinamik &
F’kinetik Obat)
TUJUAN FARMAKOTERAPI

DIAGNOSTIK

SEHAT SAKIT SEMBUH

KURATIF
PREVENTIF
PROSES FARMAKOTERAPI

KELUHAN TIDAK SEMBUH


SEMBUH

DIAGNOSIS EFEK

CARA PENYEMBUHAN
PENGGUNAAN OBAT

DRUG THERAPY
PENYERAHAN OBAT

PEMILIHAN OBAT

PENETAPAN ATURAN DOSIS PERESEPAN


Faktor yg berpengaruh terhadap hasil
terapi?

• Ketepatan diagnosis
• Ketepatan pemilihan obat
• Ketepatan aturan dosis
• Mutu obat
• Keparahan penyakit
• Perlakuan pasien dalam
memperlakukan obat
FAKTOR YG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PASIEN

1. PASIEN
• Tidak mampu memahami tuj
terapi
• Tidak mampu memahami intruksi
pemakaian obat
• Khawatir ketergantungan
• Status
• Kepercayaan terhadap dokter
• Ekonomi
FAKTOR YG MEMPENGARUHI KEPATUHAN
PASIEN

2. OBAT
• Jumlah jenis obat
• Frekuensi penggunaan
• Durasi
• Bentuk sediaan
• Bau & rasa
• Takaran obat
• Timbulnya efek samping
FAKTOR YG MEMPENGARUHI
KEPATUHAN PASIEN

3. PENYAKIT
• Jenis penyakit
• Berkurangnya/hilangnya
gejala

4. DOKTER
• Perilaku dokter
Rosenberg: Kegagalan terapi karena 3 faktor

1. MEDIK
- Penyakit belum ada obatnya
- Proses penyakit sudah lanjut
2. KLINIK : komplikasi
3. PENDIDIKAN:
- Pasien tdk taat menggunakan obat
- Pasien tdk taat pantangan (makanan,
minuman, kegiatan fisik)
KERASIONALAN PENGOBATAN

Penggunaan Obat RASIONAL = Penggunaan


obat yang TEPAT, EFEKTIF, AMAN, dan juga
EKONOMIS.
Penggunaan obat dikatakan RASIONAL, jika
pasien menerima pengobatan sesuai dengan
KEBUTUHAN KLINISNYA, dalam DOSIS yang
disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-
masing, dalam PERIODE waktu yang cukup dan
dengan HARGA yang terjangkau oleh pasien dan
masyarakat. (WHO, 1985)
Resep yang Rasional
GOOD PRESCRIBING

• Obat yang tepat


• Dengan dosis yang tepat
• Dalam bentuk sediaan (formulasi) yang sesuai
• Pada waktu (frekuensi pemberian dan jangka
waktu) yang tepat
• Kepada penderita yang tepat dengan semua
parameter yang harus diperhitungkan
FARMAKOTERAPI RASIONAL
1. TEPAT INDIKASI:Obat yg diberikan
berdasarkan diagnosis penyakit yg akurat
2. TEPAT PENDERITA:Tdk ada kontraindikasi
atau kondisi khusus yg memerlukan
penyesuaian dosis atau mempermudah
timbulnya efek samping
3. TEPAT OBAT: Pemilihan obat berdasarkan
keamanan
4. TEPAT DOSIS:takaran, jalur, lama
pemberian sesuai kondisi penderita
5. WASPADA EFEK SAMPING OBAT
Tahap Pengobatan Rasional
Terdapat 6 tahapan yang harus dilalui untuk memberikan pengobatan yang
rasional kepada pasien, yaitu :

6. Pantau (hentikan) 1. Tetapkan masalah


pengobatan pasien (diagnosis)

SIKLUS
TERAPI
RASIONAL
5. Penjelasan tentang obat,
2. Tentukan tujuan terapi
cara pakai dan peringatan

3. Teliti
kecocokan terapi
4. Mulai pengobatan
pasien (Melmilih
obat yg tepat)
33
Cara Pemilihan & Penggunaan
Obat yang Rasional
• Artinya: penggunaan obat yg rasional adalah penggunaan obat yg sesuai dgn kebutuhan klinis
pasien dlm jumlah dan untuk waktu yg memadai, dgn biaya yg terendah
Kriteria penggunaan obat yang rasional, jika memenuhi kriteria:
• Sesuai dgn indikasi/gejala/keluhan penyakit dan tidak ada interaksi merugikan
• Memperhatikan kondisi khusus pasien : hamil, menyusui, bayi, lansia, penyakit pemberat
• Pengalaman alergi / reaksi yg tidak diinginkan thd obat ttt
• Tersedia setiap saat dgn harga terjangkau
• Cara pemberian dgn interval waktu pemberian yg tepat
• Lama pemberian yg tepat
• Obat yg diberikan harus efektif, dgn mutu terjamin dan aman
Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan obat:
• Efikasi/Efektivitas (efficacy)
• Keamanan (safety)
• Kecocokan dengan pasien (Suitability)
• Resiko pengobatan yg paling kecil dan seimbang dgn manfaat dan keamanan yg sama dan
terjangkau oleh pasien (affordable)
• Pertimbangan kinetika dan dinamik obat dan kondisi fisiologis tertentu
• Kesesuaian harga/biaya (cost)
• RUANG LINGKUP OBAT YANG TERPILIH
Penulisan obat terpilih hrs meliputi:
1. NAMA farmakologi atau generic (misalnya
kodein, amoksilin, dan parasetamol).
2. BENTUK SEDIAAN (misalnya tablet, sirup, atau
injeksi).
3. DOSIS (5 mg/kgBB atau 350 mg utk org dewasa).
4. LAMA PEMBERIAN (3 hari, sampai sembuh, atau
jika perlu/prn = pro renata)
Kriteria Penggunaan Obat Rasional
• Tepat diagnosis, obat diberikan sesuai dengan
diagnosis. Apabila diagnosis tidak ditegakkan
dengan benar maka pemilihan obat akan salah.
• Tepat indikasi penyakit, obat yang diberikan
harus yang tepat bagi suatu penyakit.
• Tepat pemilihan obat, Obat yang dipilih harus
memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit.
• Tepat dosis, dosis, jumlah, cara, waktu dan lama
pemberian obat harus tepat. Apabila salah satu
dari empat hal tersebut tidak dipenuhi
menyebabkan efek terapi tidak tercapai.
Kriteria Penggunaan Obat Rasional
• Tepat penilaian kondisi pasien, penggunaan obat disesuaikan
dengan kondisi pasien, antara lain harus memperhatikan:
kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan, menyusui, lanjut usia
atau bayi.
• Waspada terhadap efek samping, obat dapat menimbulkan efek
samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi, seperti timbulya mual, muntah, gatal-
gatal, dan lain sebagainya.
• Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga
terjangkau, untuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur
resmi.
• Tepat tindak lanjut (follow up), apabila pengobatan sendiri telah
dilakukan, bila sakit berlanjut konsultasikan ke dokter.
Kriteria Penggunaan Obat Rasional
• Tepat penyerahan obat (dispensing), penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen.
Resep yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di
Puskesmas akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada
pasien dengan informasi yang tepat.
• Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan,
ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut :
– Jenis sediaan obat beragam
– Jumlah obat terlalu banyak
– Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
– Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
– Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat
– Timbulnya efek samping
Aspek legal pemberian obat :
a. Obat yang diberikan ke pasien
atas order/permintaan dokter
(penulisan resep)
b. Perawat bertanggung jawab
atas sampainya obat ke
pasien
c. Hak asasi pasien harus
diperhatikan.
CARA PEMBERIAN OBAT
Paramedis mempunyai tanggung jawab yang
besar berkaitan dengan pemberian obat yaitu
untuk:
A. Mengecek
-Perintah (baik melalui telepon, resep, catatan
medik).
-Frekuensi pemberian (jika perlu [prn], 1x1
atau 4x1, indikasi, dosis, dan jalur pemberian.
B. Memastikan Pemberian mengikuti 6 benar
(tepat) atau 12 benar atau 7T+1C+1W atau
memenuhi “Prinsip Farmakoterapi
Rasional” :
AGAR tercapai tujuan
pengobatan dengan Memilih
Obat yang Sesuai Berdasarkan
pada KEMANJURAN/EFEKTIF
(Efficacy),
KEAMANAN (Safety),
KENYAMANAN (Quality)
Kecocokan, Kepraktisan,
Tersedia dan
Biaya/EKONOMIS.
Agar tercapai Tujuan Pengobatan yang EFEKTIF,
AMAN dan EKONOMIS maka pemberian obat harus
memenuhi PRINSIP-PRINSIP
FARMAKOTERAPI sbb:
a. Tepat Indikasi
b. Tepat Kondisi Pasien
c. Tepat Obat
d. Tepat Dosis dan Cara Pemberian Obat
e. Tepat Evaluasi & Tindak Lanjut
KRITERIA OBAT :
I. Safety (Aman) Takaran PAS 
II. Efficacy (Manjur/berkhasiat)
III. Quality (Bermutu/
Karakteristik)
Pengobatan
RASIONAL
(4T + 1W) :
- tepat INDIKASI
- tepat PASIEN
- tepat REGIMEN DOSIS
- tepat JENIS OBAT
+ Waspada : EFEK SAMPING

REGIMEN = ƩDOSIS, WAKTU minum, Interval/JARAK WAKTU antar DOSIS, LAMA pemakaian, Rute Administratif
PRINSIP PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL
MENURUT WHO, Memenuhi Kriteria :
7T+1W +1C
(7 TEPAT – 1 WASPADA - 1 COST )

TEPAT :
1. DIAGNOSIS
2. INDIKASI, OBAT YG DIBERIKAN HARUS SESUAI INDIKASI PENYAKIT.
3. PEMILIHAN OBAT
4. DOSIS, CARA/JALUR, DURASI/LAMA PEMBERIAN,
INTERVAL WAKTU PEMBERIAN. OBAT DIBERIKAN DGN DOSIS TEPAT. LAMA
PEMBERIAN YG TEPAT. INTERVAL WAKTU PEMBERIAN YG TEPAT.
5. KONDISI PASIEN.
6. INFORMASI.
7. TINDAK LANJUT/EVALUASI, TERSEDIA SETIAP SAAT DGN
HARGA TERJANGKAU, EFEKTIF, DGN MUTU TERJAMIN DAN AMAN.

9. WASPADAI EFEK SAMPING OBAT


8. BIAYA (COST EFFECTIVENESS)
Agar tercapai tujuan pengobatan yg EFEKTIF
(Efficacy/Manjur), AMAN (Safety), dan Nyaman
(Quality) serta EKONOMIS, maka pemberian obat
harus memenuhi “Prinsip Farmakoterapi
Rasional / PERESEPAN RASIONAL” :
1. Tepat DIAGNOSA, Tepat INDIKASI penyakit
2. Tepat OBAT / PEMILIHAN JENIS OBAT
3. Tepat CARA/JALUR/RUTE & WAKTU PEMBERIAN,
Tepat DOSIS regimen dan DURASI pengobatan
4. Tepat PASIEN
5. Tepat INFORMASI
6. Waspada EFEK SAMPING
7. Tepat BIAYA (COST EFFECTIVENESS)
8. Tepat DOKUMENTASI
9. Tepat EVALUASI
Perawat/Bidan juga bertanggung jawab pada
dalam pemberian obat-obatan yang AMAN
kepada pasien dan terhadap efek obat yang
diduga bakal terjadi.
Perawat/Bidan harus mengetahui semua komponen dari perintah
pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika:
 tidak lengkap atau
 tidak jelas atau
bila dosis yang diberikan diluar batas yang
direkomendasikan atau yang lazim
Perawat BERTANGGUNG JAWAB jika mereka :
 Memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya
tidak benar,
 Obat kontraindikasi bagi status kesehatan
pasien

6 BENAR + 2 HAK PASIEN POR 7T + 1C + 1W


12 BENAR
PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN OBAT

PERAWAT TERAMPIL & TEPAT SAAT


MEMBERIKAN OBAT
Perawat sangat penting memiliki TIDAK SEKEDAR MEMBERIKAN
pengetahuan ttg MANFAAT & ESO. PIL UNTUK DIMINUM (ORAL)
Perawat memiliki PERAN UTAMA
dalam meningkatkan dan ATAU INJEKSI OBAT MELALUI
mempertahankan kesehatan pasien, PEMBULUH DARAH (PARENTEAL)
dg MENDORONG pasien PROAKTIF
jika membutuhkan pengobatan.
Perawat berusaha membantu pasien
dalam membangun pengertian yang
benar dan jelas ttg pengobatan, Namun juga
mengkonsultasikan setiap obat yang MENGOBSERVASI
dipesankan dan turut serta
bertanggung jawab dalam
RESPON PASIEN
pengambilan keputusan ttg TERHADAP PEMBERIAN
pengobatan bersama dengan tenaga OBAT
kesehatan lain.
PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN OBAT
HARUS MEMPERHATIKAN :
Dalam 1. RESEP OBAT YG DIBERIKAN
mem-
PERAWAT berikan HARUS TEPAT,
OBAT 2. HITUNGAN YG TEPAT PD
DOSIS YG DIBERIKAN SESUAI
RESEP & SELALU
MENGGUNAKAN PRINSIP 12
BENAR

PRINSIP 12 BENAR
Peran Penting Perawat Dalam
Pengelolaan & Pemberian Obat
Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang AMAN,
seorang perawat harus melakukan 6 HAL YANG BENAR :
1. klien/pasien yang benar,
2. obat yang benar,
3. dosis obat yang benar,
4. waktu pemberian yang benar,
5. cara/rute yang benar, dan
6. dokumentasi yang benar.
PLUS
2 hal tambahan yang hubungannya dengan
HAK PASIEN dalam pemberian obat :
1. Hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat,
2. Hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat.
Hal2 yg perlu diperhatikan dalam
pemberian obat :
1. Benar Klien / Pasien
Sebelum memberikan obat cek kembali identitas pasien.
Tepat dalam menilai kondisi pasien dengan pertimbangan:
- Penyakit yg menyertai (ggn. Ginjal, hati,dll)
- Kondisi khusus: hamil, menyusui (laktasi), lansia (geriatric), balita
(pediatric)
- Riwayat alergi, psikologis
Utk mengurangi kejadian tidak tepat pasien dpt dilakukan :
a. Pastikan pasien yg akan menerima obat
Tanya nama pasien/klien. “Siapa namanya?” bukan : ”namanya
Bapak Hadi?” jika tdk bs verbal isyarat / respon non-verbal seperti
mengangguk
b. Cek identitas pasien dalam bracelet (gelang), Medical Record
number, dan
c. Cek pasien pada papan nama di tempat tidur, dan di pintu
Pemberian obat tidak tepat pasien dapat terjadi seperti pada saat ordernya
lewat telepon, pasien yang masuk bersamaan, kasus penyakitnya sama, suasana
sedang kusut atau adanya pindahan pasien dari ruang satu ke ruang lainnya.
RIWAYAT PENGOBATAN
1. Obat apa yang diterima saat ini / terakhir kali.
- Obat dokter (dengan resep dokter) ?
- Obat bebas / warung ?
- Obat terlarang ?
2. Riwayat alergi obat
- Tanyakan pada pasien, apakah ada riwayat alergi
terhadap obat tertentu.
- Kemungkinannya : pasien mengetahui/ tdk
3. Kaji kemungkinan ketergantungan obat
2. Benar Obat
Periksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah serta ketahui alasan klien
menerima obat. Pilihlah obat sesuai dengan keluhan yang dirasakannya dan
mengetahui kegunaan obat yang diminum.
Pastikan obat yang akan diberikan
(Baca label/etiket : nama obat, sediaan, konsentrasi, cara pemberian, expired date).

Sebelum memberikan obat kepada pasien, label (nama obat dan tanggal kadaluarsa)
pada botol atau kemasan harus di periksa minimal 3 kali :
I. saat melihat botol/kemasan (saat m’baca p’mintaan obatnya & botolnya diambil dr
tempat obat,
II. sebelum menuang (label botol dibandingkan dg obat yg diminta),
III.setelah menuang/mengisap obat (saat dikembalikan di rak / tempat obat).

Hati-hati thd obat yg bunyi/ejaannya sama.


Jika label tdk t’baca, isinya tidak boleh dipakai, dan
Bila isinya tidak uniform, harus segera dikembalikan ke farmasi Saat m’beri obat
perawat hrs ingat utk apa obat itu diberikan → m’bantu m’ingat nama obat & kerjanya

Kesalahan pemberian obat sering terjadi jika perawat memberikan obat yg disiapkan
oleh perawat lain atau pemberian obat melalui wadah (spuit) tanpa identitas atau
label yang jelas. Harus diusahakan menyiapkan sendiri obat yang akan diberikan.
3. Benar Dosis
Sebelum memberikan obat perawat harus memeriksa/menghitung dosis obat dengan hati-hati
dan teliti/akurat (mempertimbangkan tersedianya obat dan dosis obat yg diresepkan, BB klien
(mg/kgBB/hari), rasio dan proporsi, luas permukaan tubuh) jika ragu perawat harus
berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum di lanjutkan ke pasien.
Gunakan obat secara benar meliputi cara pemakaian, aturan pakai dan jumlah obat
yang digunakan
Pastikan dosis yang harus diterima. Dosis yang tdk tepat dpt menyebabkan kegagalan
terapi atau timbul efek berbahaya. Kesalahan dosis sering terjadi pd pasien ANAK-ANAK,
LANSIA atau pd org OBESITAS. Pada org tsb paramedic harus mengerti cara mengkonversi dosis
dari org dewasa normal. Perhitungan dosis scr cermat hrs dilakukan jg pd obat yg diberikan
melalui infus, termasuk perhitungan kecepatan tetesan per menitnya.

(Jika salah Gagal terapi/timbul efek berbahaya). Px. Pediatrik, Geriatrik, dll)

 Periksa dosisnya sbl perawat m’beri obat


 P’hatikan titik decimalnya dlm dosis & bedakan antara singkatan mg dan mcg
(bila ditulis tangan)
 Bentuk dosis asli jangan diubah : tablet lepas berkala (btk berlapis / matriksnya
khusus), tablet bersalut tdk boleh digerus krn ciri lepas berkala hilang
- 3 x 24 jam
- 2 x 24 jam ?
4. Benar Waktu Pemberian - 1 x 24 jam
(Lama pengobatan terbatas): Mengetahui kapan harus menggunakan obat dan batas
waktu menghentikannya untuk segera meminta pertolongan tenaga medis jika
keluhannya tidak berkurang.
Ketepatan waktu sangat penting untuk mencapai atau mempertahankan kadar obat
dlm plasma darah yang memadai.
Waktu yang benar adalah saat dimana obat diresepkan harus diberikan,
diantaranya : Frekwensi pemberian obat dosis harian misalnya b.i.d (2xsehari), t.i.d
(3xsehari), q.i.d (4xsehari), q6h (setiap 6 jam). Hal ini disesuaikan waktu paruh obat
(t1/2). Pemberian obat Sebelum/Sesudah/Bersama Makan. Memberikan obat
seperti Kalium dan Aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung Bersama atau
Setelah makan. Obat antasida yang dapat mengikat / menurunkan absorbsi obat
lain diberikan saat Perut Kosong/Sebelum Makan.
Pemberian obat berulang, lebih berpotensi menimbulkan pemberian obat
yg tdk tepat waktu.
Sangat penting, khususnya bagi obat yg efektifitasnya tergantung utk mencapai / mempertahankan
kadar darah yg memadai  obat diberikan pd waktu yg tepat.

 Sebelum makan : utk memperoleh kadar yg diperlukan diberi 1 jam sbl makan atau
perut kosong 2 jam setelah makan
 Setelah makan : utk menghindari iritasi >>> pd lambung
 Obat yg diberi bersama makan yg berlemak : agar diperoleh kadar darah yg > tinggi
FREKUENSI
berpa kali obat diberikan. Misalnya: pd kasus gawat
darurat henti jantung, EPINEFRIN di berikan setiap
3-5 menit, jika tidak dipatuhi akan menghasilkan kadar
obat yg tidak sesuai.

INTERVAL
Jeda waktu/Kecepatan pemberian obat melalui injeksi
(bolus atau lambat) atau pemberian melalui infus. Contoh
DOPAMIN 2-10 µg/kg/menit; ATROPIN injeksi IV
bolus (cepat). Pemberian dopamine scr bolus =
kematian sementara pemberian atropine scr lambat
memperparah bradikardi (perlambatan denyut
jantung). ADENOSIN yg mempunyai waktu paruh (t1/2)
sgt pendek hrs diberikan dg cepat supaya efektif.
FREKUENSI DAN INTERVAL
PEMBERIAN OBAT
• FREKUENSI Pemberian Obat
BERAPA KALI Obat hrs diberikan dlm sehari atau setiap bbrp jam sgt tergantung
dari sifat kimia-fisika obat, besar dosis, dan tujuan pengobatan.
Pemberian obat dpt setiap bulan sekali (injeksi kontrasepsi hormonal), setiap 5
menit (bbrp obat emergensi), terus menerus (infus), sekali sehari, dan bbrp kali
sehari. Itu semua dipengaruhi oleh TUJUAN PEMBERIAN, KINETIKA, t1/2,
ONSET, dan DURASI Obat.
LAMA PEMBERIAN Obat jg bervariasi, mulai hanya sekali, sehari, seminggu, 6
bulan atau bahkan ada yg seumur hidup (obat DM, AIDS, dan Hipertensi).
Jika obat digunakan dlm waktu lama, frekuensi pemakaian yg terllu sering akan
menyebabkan kepatuhan (Adherence) berkurang. Oleh karena itu, Industri
Farmasi berupaya membuat sediaan long acting terutama utk penyakit kronis
supaya pasien tetap patuh dlm meminum obat.
FREKUENSI DAN INTERVAL
PEMBERIAN OBAT
5. Benar Rute/Cara
Metode/cara atau jalur pemberian/route administrasi adalah jalur
obat masuk ke dalam tubuh. Jalur pemberian yg salah dpt
berakibat fatal atau minimal obat yg diberikan tidak efektif.
Banyak rute/cara dalam memberikan obat, perawat harus teliti dan berhati-hati agar
tidak terjadi kesalahan pemberian obat. Perhatikan kemampuan klien dalam menelan
obat oral, menggunakan teknik aseptic saat memberikan obat rute parenteral,
memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama klien sampai obat oral
telah ditelan.
Contoh: EPINEFRIN diberikan SC pd pasien asma krn diabsorbsi scr lambat
dan dpt berefek kira-kira 20 menit. Jika diberikan scr IM akn menyebabkan
NEKROSIS JARINGAN krn terjd vasokonstriksi berlebihan selain pasien jg
tdk akan mendptkan manfaat dr cara pemberian ini. Jk dmnta mmberikn scr
SC namun diberikan injeksi IV dpt menimbulkan efek detrimental pd pasien
dewasa krn peningkatn kebutuhan oksigen di jantung. Sebaliknya pemberian
obat scr SC utk pengurang rasa sakit yg seharusnya injeksi IV akn
menyebabkn perlmbtan efek atau obat kurang efektif.

- per oral Faktor yg menentukan rute p’berian terbaik


- parenteral : IM, IV, SC, IC
: KU pasien, kecepatan respon yg
diinginkan, sifat kimiawi & fisik obat, dan
- topikal : kulit tempat kerja yg diinginkan.
- Supositoria/ovula, intravaginal
6. Dokumentasi

Dokumentasi sgt penting dlm pemberian obat sebagai


sarana evaluasi.

Jika pasien menolak pemberian obat maka harus di


dokumentasikan juga alasan pasien menolak pemberian
obat.

Setelah obat itu di berikan kita harus mendokumentasikan nama


obat, nama pasien, dosis, rute/jalur/cara (tempat pemberian),
waktu/tanggal dan oleh siapa obat itu di berikan (ttd
perawat/petugas atau inisial petugas yang memberikan), alasan
kenapa obat diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku. Selalu
mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah
diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.
Prinsip-Prinsip Pemberian Obat
• Benar KLIEN/PASIEN Sebelum memberikan obat cek kembali identitas pasien.
• Benar OBAT Periksan apakah perintah pengobatan lengkap dan sah serta ketahui alasan klien
menerima obat. Sebelum memberikan obat kepada pasien, label (nama obat dan tanggal
kadaluarsa) pada botol atau kemasan harus di periksa minimal 3 kali (saat melihat botol/kemasan,
sebelum menuang, setelah menuang/mengisap obat). Hati-hati thd obat yg bunyi/ejaannya sama.
• Benar DOSIS Sebelum memberikan obat perawat harus memeriksa/menghitung dosis obat
dengan hati-hati dan teliti/akurat (mempertimbangkan tersedianya obat dan dosis obat yg
diresepkan, BB klien (mg/kgBB/hari), rasio dan proporsi, luas permukaan tubuh) jika ragu perawat
harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum di lanjutkan ke pasien.
• Benar WAKTU Ketepatan waktu sangat penting untuk mencapai atau mempertahankan kadar
obat dlm plasma darah yang memadai. Waktu yang benar adalah saat dimana obat diresepkan
harus diberikan, diantaranya : Frekwensi pemberian obat dosis harian misalnya b.i.d (2xsehari), t.i.d
(3xsehari), q.i.d (4xsehari), q6h (setiap 6 jam). Hal ini disesuaikan waktu paruh obat (t1/2). Pemberian
obat Sebelum/Sesudah/Bersama Makan. Memberikan obat seperti Kalium dan Aspirin yang dapat
mengiritasi mukosa lambung Bersama atau Setelah makan. Obat antasida yang dapat mengikat /
menurunkan absorbsi obat lain diberikan saat Perut Kosong/Sebelum Makan.
• Benar CARA/RUTE Banyak rute/cara dalam memberikan obat, perawat harus teliti dan berhati-
hati agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat. Perhatikan kemampuan klien dalam menelan obat
oral, menggunakan teknik aseptic saat memberikan obat rute parenteral, memberikan obat pada
tempat yang sesuai dan tetap bersama klien sampai obat oral telah ditelan.
• Benar DOKUMENTASI Setelah obat itu di berikan kita harus mendokumentasikan nama obat,
dosis, rute/cara (tempat pemberian), waktu/tanggal dan oleh siapa obat itu di berikan, ttd perawat
serta respon klien terhadap pengobatan. Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang
berlaku. Selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon
klien terhadap pengobatan.
Prinsip-Prinsip Pemberian Obat LANJUTAN …

• Benar PENDIDIKAN KESEHATAN PERIHAL MEDIKASI KLIEN Perawat mempunyai


tanggung jawab melakukan Pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan
masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan OBAT  Pasien PATUH.
• Benar HAK KLIEN untuk MENOLAK Klien berhak menolak dalam PEMBERIAN
OBAT. Perawat harus memberikan INFORM CONSENT dalam Pemberian Obat. Hak Klien
Mengetahui Alasan Pemberian Obat dan Hak Klien untuk Menolak Pengobatan.
Perawat harus segera mendokumentasikan penolakan pasien dan memberitahukan
bahaya pembatalan pengobatan yang mungkin terjadi kepada pasien.
• Benar PENGKAJIAN Perawat selalu memeriksa Tanda-Tanda Vital sebelum
pemberian obat; apakah klien perlu pemeriksaan diagnostic tes darah puasa, dll.
• Benar EVALUASI Perawat selalu melihat atau memantau efek kerja/respon dari
obat terhadap klien setelah pemberiannya, mewaspadai efek/reaksi dari obat.
• Benar REAKSI terhadap MAKANAN Obat memiliki EFEKTIVITAS jika diberikan
pada waktu yang tepat. Contohnya : Tetrasiklin diminum sebelum makan (ante coenam
/ a.c.) untuk memperoleh kadar yang diperlukan maka harus diberi 1 jam sebelum
makan/saat perut kosong; dan misalnya Indometasin diminum setelah makan untuk
mengurangi efek samping obat karena mengiritasi lambung.
• Benar REAKSI dengan OBAT LAIN Penggunaan bersama obat lain tidak
menyebabkan efeknya berkurang atau bahkan menyebabkan toksik, harus bebas dari
interaksi merugikan. Contohnya penggunaan Chloramfenicol diberikan Bersama
Omeprazol pada penyakit kronis.
PRINSIP PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL
MENURUT WHO, Memenuhi Kriteria :
7T+1W +1C
(7 TEPAT – 1 WASPADA - 1 COST )

TEPAT :
1. DIAGNOSIS
2. INDIKASI, OBAT YG DIBERIKAN HARUS SESUAI INDIKASI PENYAKIT.
3. PEMILIHAN OBAT
4. DOSIS, CARA/JALUR, DURASI/LAMA PEMBERIAN,
INTERVAL WAKTU PEMBERIAN. OBAT DIBERIKAN DGN DOSIS TEPAT. LAMA
PEMBERIAN YG TEPAT. INTERVAL WAKTU PEMBERIAN YG TEPAT.
5. KONDISI PASIEN.
6. INFORMASI.
7. TINDAK LANJUT/EVALUASI, TERSEDIA SETIAP SAAT DGN
HARGA TERJANGKAU, EFEKTIF, DGN MUTU TERJAMIN DAN AMAN.

9. WASPADAI EFEK SAMPING OBAT


8. BIAYA (COST EFFECTIVENESS)
• Tepat DIAGNOSIS
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang
tepat

TEPAT PEMILIHAN OBAT


Obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan
spektrum penyakit

TEPAT DOSIS
Dosis yang diberikan harus sesuai untuk mendapatkan efek terapi yang
diinginkan.

TEPAT INTERVAL WAKTU PEMBERIAN


Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan
praktis, agar mudah ditaati oleh pasien.

TEPAT LAMA PEMBERIAN


Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing masing
TEPAT PENILAIAN KONDISI PASIEN
Respon individu terhadap efek obat sangat beragam, sehinga
perlu di pertimbangkan sebelum memutuskan pemberian
obat.
TEPAT TINDAK LANJUT (FOLLOW UP)
Perlu dipertimbangkan upaya tindak lanjut apabila pasien
tidak sembuh atau mengalami efek samping

TEPAT PENYERAHAN OBAT (DISPENSING)


Proses penyiapan dan penyerahan harus dilakukan secara
tepat, agar pasien mendapatkan obat sebagaimana harusnya
.
• Tepat Indikasi
Apakah perlu terapi obat atau tidak
Ex: mengubah kebiasaan pola hidup (tdk merokok, menurunkan BB,
shg tdk memerlukan tx obat)
• Keputusan menggunakan obat tsb utk diresepkan berdasarkan obat
telah terbukti manfaat terapi dan keamanannya, serta disesuaikan
dgn tujuan terapi (diagnosa dan hasil pemeriksaan)
• Misal: diuretik/ACEi/CCB (diagnosa hipertensi)

• Tepat Obat
Obat disesuaikan dgn keadaan px dan penyakitnya
Ex: utk infeksi perut diberikan antibiotik golongan cotrimoxsazol
• Tepat dalam memilih obat dengan mempertimbangkan:
- Kelas terapi (efek terapi yg diperlukan)
- Jenis obat (jumlah dan jenis yg sedikit, obat yg paling mudah
didapat, cocok utk pasien)
- Kemanfaatan dan keamanan telah terbukti (ESO dan KI)
• Tepat obat juga  regimen obat tepat dosis, frekuensi,
interval, saat/waktu pemberian, lama pemakaian,
rute/cara pemberian, dan bentuk sediaan
• Dlm penentuan dosis, dipengaruhi oleh faktor : kondisi
fisiologis, genetik, jenis kelamin, umur
• Lama pemberian : antibiotik 3-7 hari, insulin seumur
hidup utk px DM
• Bentuk sediaan: kondisi px, jenis penyakit
(lokal/sistemik), kondisi akut atau kronis
Tepat pemberian, dosis, dan lama pemberian:
• Profil farmakokinetik dan farmakodinamik obat serta
kondisi pasien  dosis, frekuensi, rute  jumlah obat di
tubuh pada range terapi
• akut/kronik/kambuh/berulang  lama pemberian
• Tepat Pasien
Obat yg dipilih utk tiap px tidak sama
Ex: obat utk px yg sedang hamil atau tidak hamil berbeda
Maka tepat pasien :
- Kondisi fisiologis (anak-anak, wanita hamil, lansia, dewasa)
- Kondisi patologis (penyakit yg diderita)

• Tepat Informasi
Sifat informasi: jelas, tidak bias, relevan, akurat
Isi informasi:
- Tentang obat yg digunakan,
- Serta informasi lainnya yg menunjang perbaikan pengobatan
Pemberian edukatif pd px yg dipengaruhi oleh kepatuhan px,
diberikan dlm btk brosur & etiket
• Waspada ESO
- mengetahui efek samping yang timbul pada
penggunaan obat sehingga dapat mengambil
tindakan pencegahan serta mewaspadainya
- Efek samping tdk terjadi pd setiap px
- Jika efek samping berbahaya maka obat dihentikan
Ex: Amoxicillin dpt menyebabkan shock anafilaksis pd px
tttpemberian harus dihentikan

• Tepat Biaya
Memilih obat dengan biaya pengobatan atau harga obat yang efektif,
terjangkau

• TEPAT Evaluasi hasil pengobatan / penilaian kondisi pasien &


tindak lanjut efek pengobatan.
Tertib administrasi
Menilai ketaatan pasien (patient compliance)
Secara praktis, penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria (Kemenkes RI, 2011) :
• Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan
terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya.
• Tepat Indikasi Penyakit
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifi k. Antibiotik, misalnya diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya
dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri.
• Tepat Pemilihan Obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang memiliki efek
terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
• Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan
rentang terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi
yang diharapkan.
• Tepat Cara Pemberian
Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu, karena akan membentuk ikatan,
sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivtasnya.
• Tepat Interval Waktu Pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari
(misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus
diminum dengan interval setiap 8 jam.
• Tepat lama pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masingmasing. Untuk Tuberkulosis dan Kusta, lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan. Lama
pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10-14 hari. Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya akan
berpengaruh terhadap hasil pengobatan.
• Waspada terhadap efek samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka
merah setelah pemberian atropin bukan alergi, tetapi efek samping sehubungan vasodilatasi pembuluh darah di wajah. Pemberian tetrasiklin tidak boleh
dilakukan pada anak kurang dari 12 tahun, karena menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang yang sedang tumbuh.
• Tepat penilaian kondisi pasien
Respon individu terhadap efek obat sangat beragam. Hal ini lebih jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofi lin dan aminoglikosida. Pada penderita
dengan kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya dihindarkan, karena resiko terjadinya nefrotoksisitas pada kelompok ini meningkat secara
bermakna.
• Tepat informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam menunjang keberhasilan terapi.
Penggunaan obat yang
TIDAK RASIONAL
• Definition: irrational or non-rational use is the use of medicine in a way that
is not compliant with rational use as define above.
• Farmakoepidemiologi: (WHO, 2002)
- Di dunia sekitar 50% obat yg diresepkan, diracik atau dijual tidak tepat.
- 50% lainnya pasien gagal menggunakan dgn benar.
- 1/3 populasi dunia kekurangan akses thdp obat esensial
Common types of irrational use of medicine are (WHO):
• Penggunaan obat yg berlebihan (polifarmasi)
• Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, dosis inadekuat, penggunaan utk
non infeksi
• Penggunaan sediaan injeksi yang berlebihan sedangkan terdapat sediaan
yang lebih efektif
• Gagal menulis resep berdasarkan pedoman klinis
• Pengobatan sendiri yang tidak tepat  penggunaan obat-obat resep

71
Ciri-ciri penggunaan obat irasional
• Pemakaian obat dgn indikasi pemakaian yg samar-samar
• Pemilihan obat yg salah untuk indikasi penyakit tertentu
• Cara pemakaian, dosis, frekuensi, dan lama pemberian yg tdk sesuai
• Pemakaian jenis obat dgn potensi toksisitas atau ESO yg lebih besar dibandingkan
dgn obat lain yg sama efikasinya namun ESO nya lebih rendah
• Tdk memberikan terapi yg telah diketahui dan diterima kemanfaatannya dan
keamanannya (established efficacy and safety)
• Memberikan pengobatan yg kemanfaatan dan keamanan yg msh diragukan
• Pemakaian obat semata-mata didasarkan pengalaman individual, bukan sumber
informasi ilmiah
• Pemakaian berdasarkan insting dan intuisi tanpa melohat fakta dan kebenaran
ilmiah
Other type of Irrational prescribing:
•Overprescribing
•Underprescribing
•Polifarmasi
•Extravagant prescribing
• Penggunaan obat yang tidak rasional sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari.
• Identifikasi Berbagai Masalah Penggunaan Obat Yang Tidak
Rasional: Peresepan obat tanpa indikasi yang jelas; penentuan
dosis, cara, dan lama pemberian yang keliru, serta peresepan obat
yang mahal merupakan sebagian contoh dari ketidakrasionalan
peresepan.
• Penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional jika kemungkinan
dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar dibanding
manfaatnya. Dampak negatif di sini dapat berupa:
• a. Dampak klinik (misalnya terjadinya efek samping dan
resistensi kuman),
• b. Dampak ekonomi (biaya tidak terjangkau)
Dampak negatif penggunaan
obat yang tidak rasional
• Sulitnya mendapatkan obat dan dosis yg tdk tepat menyebabkan kejadian
morbiditas dan mortalitas serius.
• Terutama pada penyakit infeksi pada anak dan penyakit kronik (hipertensi,
diabetes, epilepsi, dan gangguan mental)
• Penggunaan obat yang tidak tepat dan berlebihan dpt menyebabkan
pemborosan sumber obat (terutama vital) dan keuangan, outcome yg
buruk, dan ADR
• Penggunaan antibiotik yg berlebihan menyebabkan peningkatan kejadian
resitensi antimikroba
• Penggunaan injeksi non-steril meningkatkan resiko transmisi hepatitis,
HIV/AIDS, dan penyakit yg ditularkan melalui darah lainnya
• Pd akhirnya, penggunaan obat yg Irasional dan berlebihan dapat
menstimulasi peningkatan permintaan obat (yg tdk tepat) dan mengurangi
kunjungan pasien, kepercayaan thdp sistem kesehatan
• Dampak psikososial: pasien mulai percaya “a pill for every ill”  increased
demand

74
Dampak Negatif Penggunaan
Obat/Pemberian Resep IRRASIONAL

a. Pemborosan dari segi ekonomi


b. Menurunkan mutu pelayanan pengobatan:
1. Meningkatkan ESO
2. Meningkatkan kegagalan pengobatan
3. Meningkatkan resistensi antimikroba
4. dsb
DAMPAK NEGATIF
KETIDAKRASIONALAN PENGGUNAAN OBAT

Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan


1
Dampak terhadap biaya pengobatan
2
Dampak terhadap kemungkinan efek
3
samping dan efek lain yang tidak diharapkan
Dampak terhadap mutu ketersediaan obat
4

5 Dampak psikososial
Dampak Pada Mutu Pengobatan Dan Pelayanan

Peningkatan angka morbiditas dan mortalitas penyakit


 Contoh :
1.Penderita diare akut non spesifik umumnya mendapatkan
antibiotika dan injeksi, sementara pemberian oralit (yang
lebih dianjurkan) umumnya kurang banyak dilakukan.
Padahal diketahui bahwa resiko terjadinya dehidrasi pada
anak yang diare dapat membahayakan keselamatan jiwa
anak yang bersangkutan.
2.Penderita ISPA non pneumonia pada anak yang umumnya
mendapatkan antibiotika yang sebenarnya tidak diperlukan.
Sebaliknya pada anak yang jelas menderita pneumonia
justru tidak mendapatkan terapi yang adekuat.
Dampak Terhadap Biaya Pengobatan

Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas, atau pemberian obat untuk
keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat, jelas
merupakan pemborosan dan sangat membebani pasien. Di sini termasuk
pula peresepan obat yang mahal, padahal alternatif obat yang lain
dengan manfaat dan keamanan sama dengan harga lebih terjangkau
telah tersedia.
Peresepan antibiotika bukannya keliru, tetapi memprioritaskan
pemberiannya untuk penyakit-penyakit yang memang memerlukannya
(yang jelas terbukti sebagai infeksi bakteri) akan sangat berarti dalam
menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi. Oleh sebab itu
jika pemberiannya sangat selektif, maka pemborosan anggaran dapat
dicegah dan dapat direalokasikan untuk penyakit atau intervensi lain
yang lebih prioritas. Dengan demikian mutu pelayanan kesehatan dapat
dijamin.
Dampak Terhadap Kemungkinan Efek Samping Dan Efek Lain
yang Tidak Diharapkan

Dampak lain dari ketidakrasionalan penggunaan obat adalah meningkatkan resiko


terjadinya efek samping serta efek lain yang tidak diharapkan, baik untuk pasien maupun
masyarakat.
Beberapa data berikut mewakili dampak negatif yang terjadi akibat penggunaan obat yang
tidak rasional:
1) Resiko terjadinya penularan penyakit (misalnya hepatitis & HIV) meningkat pada
penggunaan injeksi yang tidak lege artis, (misalnya 1 jarum suntik digunakan untuk lebih
dari satu pasien).
2) Kebiasaan memberikan obat dalam bentuk injeksi akan meningkatkan resiko terjadinya
syok anafilaksis.
3) Resiko terjadinya efek samping obat meningkat secara konsisten dengan makin banyaknya
jenis obat yang diberikan kepada pasien. Keadaan ini semakin nyata pada usia lanjut. Pada
kelompok umur ini kejadian efek samping dialami oleh 1 di antara 6 penderita usia lanjut
yang dirawat di rumah sakit.
4) Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika merupakan salah satu akibat dari
pemakaian antibiotika yang berlebih (overprescribing), kurang (underprescribing), maupun
pemberian pada kondisi yang bukan merupakan indikasi (misalnya infeksi yang disebabkan
oleh virus).
Dampak Terhadap Mutu Ketersediaan Obat

Sebagian besar dokter masih cenderung meresepkan antibiotika untuk keluhan batuk dan
pilek. Akibatnya kebutuhan antibiotika menjadi sangat tinggi, padahal diketahui bahwa
sebagian besar batuk pilek disebabkan oleh virus dan antibiotika tidak diperlukan.
Dari praktek pengobatan tersebut tidaklah mengherankan apabila yang umumnya
dikeluhkan oleh Puskesmas adalah tidak cukupnya ketersediaan antibiotik. Akibatnya jika
suatu saat ditemukan pasien yang benar-benar menderita infeksi bakteri, antibiotik yang
dibutuhkan sudah tidak tersedia lagi. Yang terjadi selanjutnya adalah pasien terpaksa
diberikan antibiotik lain yang bukan pilihan utama obat pilihan (drug of choice) dari infeksi
tersebut.
Di sini terdapat 2 masalah utama:
1. seolah-olah mutu ketersediaan obat sangat jauh dari memadai. Padahal yang terjadi
adalah antibiotik telah dibagi rata ke semua pasien yang sebenarnya tidak memerlukan.
2. dengan mengganti jenis antibiotik akan berdampak pada tidak sembuhnya pasien (karena
antibiotik yang diberikan mungkin tidak memiliki spektrum antibakteri untuk penyakit
tersebut, misalnya pneumonia diberi metronidazol). Atau penyakit menjadi lebih parah dan
pasien kemudian meninggal.
Dampak psikososial (Injeksi)
Pemberian substitusi terapi pada diare. Dengan
memasyarakatnya penanganan diare di rumah tangga,
petugas kesehatan seolah dihinggapi keengganan (keraguan)
untuk tetap memberikan Oralit tanpa disertai obat lain pada
pasien dengan diare akut non spesifik. Oleh sebab itu tidak
mengherankan apabila sebagian besar penderita diare akut
non spesifik masih saja mendapat injeksi maupun antibiotik,
yang sebenarnya tidak diperlukan. Sementara Oralit yang
menjadi terapi utama justru sering tidak diberikan.
Memberikan roboransia pada anak dengan dalih untuk
merangsang nafsu makan sangatlah keliru apabila tidak
disertai upaya untuk memotivasi orang tua agar memberikan
makanan yang bergizi, apalagi pada saat anak sakit.
FARMAKOTERAPI IRRASIONAL

1. BOROS: misal penggunaan obat yg


mahal padahal ada obat dg manjur
dg harga murah
2. KURANG: obat yg diperlukan tdk
dipakai/dosis kecil waktu pendek
3. BERLEBIHAN: Dosis terlalu besar &
waktu pendek
4. SALAH: Obat yg digunakan tdk tepat
dg indikasi
5. MAJEMUK/POLIFARMASI:
penggunaan obat yg berlebihan yg
tidak dibutuhkan.
Macam-macam ketidakrasionalan dalam
Peresepan Obat

a. Peresepan Boros (extravagant prescribing)


1. Obat mahal, sementara masih ada pilihan
obat lain dengan manfaat dan keamanan
sama.
2. Terlalu berorientasi mengobati gejala
penyakit tanpa mencari faktor penyebab
utama.
3. Obat merk dagang, sementara tersedia
generik dengan kualitas, kemanfaatan dan
keamanan sama
Macam-macam ketidakrasionalan dalam
Peresepan Obat

b. Polifarmasi / Peresepan Majemuk (multiple prescribing)


Jika memberikan beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang sama.
Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk
penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.
1. Resep lebih dari 2 macam obat yang manfaat dan
keamanannya sama.
Pemberian puyer pada anak dengan batuk pilek berisi:
 Amoksisilin,
 Parasetamol,
 Gliseril guaiakolat,
 Deksametason,
 CTM
 Luminal.
Macam-macam ketidakrasionalan dalam
Peresepan Obat
c. Peresepan Berlebihan (over prescribing)
Jika memberikan obat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk penyakit
yang bersangkutan.
1. Resep obat yang tidak dibutuhkan
Contoh: Pemberian antibiotik pada ISPA non pneumonia
(umumnya disebabkan oleh virus)
2. Dosis berlebihan menyebabkan lamanya pengobatan
Pemberian obat dengan dosis yang lebih besar daripada yang
dianjurkan.
3. Jumlah/Macam obat yang diberikan melebihi kebutuhan
Jumlah obat yang diberikan lebih dari yang diperlukan
Pemberian obat berlebihan memberi resiko lebih besar untuk timbulnya efek yang
tidak diinginkan seperti:
Interaksi
Efek Samping
Intoksikasi
Macam-macam ketidakrasionalan dalam
Peresepan Obat

d. Peresepan kurang (under prescribing)


Jika pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baik dalam hal
dosis, jumlah maupun lama pemberian. Tidak diresepkannya obat yang
diperlukan untuk penyakit yang diderita juga termasuk dalam kategori ini.
1. Tidak diberikan resep obat yang diperlukan
2. Dosis obat yg diresepkan tdk mencukupi
3. Jumlah obat yg diberikan kurang shg menyebabkan lamanya
pengobatan
Contoh:
Tidak memberikan oralit pada anak yang jelas menderita diare.
Pemberian antibiotik selama 3 hari untuk ISPA pneumonia.
Tidak memberikan tablet Zn selama 10 hari pada balita yang diare
Macam-macam ketidakrasionalan dalam
Peresepan Obat
e. Peresepan keliru (incorrect prescribing)
Mencakup pemberian obat untuk kondisi yang sebenarnya merupakan
kontraindikasi pemberian obat, memberikan kemungkinan resiko efek samping
yang lebih besar, pemberian informasi yang keliru mengenai obat yang
diberikan kepada pasien, dan sebagainya.
1. Penegakan diagnosis yg tidak tepat
2. Diagnosis yg ditegakkan tepat tetapi pemilihan obat keliru
3. Penulisan resep yg tidak tepat
4. Menggunakan obat yang salah indikasi
Contoh:
 Pemberian antibiotik golongan kuinolon (misalnya siprofl oksasin & ofl
oksasin) untuk anak.
 Meresepkan asam mefenamat untuk demam, bukannya parasetamol yang
lebih aman.
Contoh penggunaan obat irasional
• Penggunaan obat tanpa indikasi, misal: antibiotik untuk infeksi virus
• Penggunaan obat yg salah utk kondisi tertentu yg memerlukan terapi spesifik,
misal: tetrasiklin digunakan pd diare anak yg sbnrnya memerlukan oralit
• Penggunaan obat yg efikasinya meragukan atau belum terbukti, misalkan
penggunaan antimotil pd diare akut
• Gagal menyediakan obat yg aman dan efektif, misal: vaksinasi campak, tetanus,
Gagal meresepkan ORS utk terapi diare akut
• Salah menggunakan obat (rute, dosis, dan durasi), misal: penggunaan
metronidazol iv
• Penggunaan obat mahal yg tidak perlu, misal: antibiotik generasi III
• Lainnya yg sering ditemui:
- Penggunaan antibiotik yg berlebih pd diare akut anak
- Penggunaan sediaan injeksi scr sembarangan
- Resep obat ganda (multiple drug prescriptions)
- Penggunaan antibiotik berlebihan untuk infeksi minor
- Penggunaan mineral dan tonikum utk malnutrisi
88
Contoh lain ketidakrasionalan penggunaan obat dalam praktek sehari hari

a. Pemberian obat untuk penderita yang tidak


memerlukan terapi obat. Contoh: Pemberian e. Penggunaan obat yang harganya
roboransia untuk perangsang nafsu makan pada
anak padahal intervensi gizi jauh lebih
mahal, sementara obat sejenis dengan
bermanfaat. mutu yang sama dan harga lebih murah
b. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan tersedia.
indikasi penyakit. Contoh: Pemberian injeksi
vitamin B12 untuk keluhan pegal linu.
Contoh: Kecenderungan untuk
c. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan meresepkan obat bermerek yang relatif
aturan. Contoh: - Cara pemberian yang tidak mahal padahal obat generik dengan
tepat, misalnya pemberian ampisilin sesudah manfaat dan keamanan yang sama dan
makan, padahal seharusnya diberikan saat perut harga lebih murah tersedia.
kosong atau di antara dua makan. - Frekuensi
pemberian amoksisilin 3 x sehari, padahal yang f. Penggunaan obat yang belum terbukti
benar adalah diberikan 1 kaplet tiap 8 jam. secara ilmiah manfaat dan
d. Penggunaan obat yang memiliki potensi keamanannya.
toksisitas lebih besar, sementara obat lain
dengan manfaat yang sama tetapi jauh lebih Contoh: Terlalu cepat meresepkan obat
aman tersedia. obat baru sebaiknya dihindari karena
Contoh: Pemberian metilprednisolon atau umumnya belum teruji manfaat dan
deksametason untuk mengatasi sakit tenggorok atau
sakit menelan.padahal tersedia ibuprofen yang jelas
keamanan jangka panjangnya, yang
lebih aman dan effi cacious. justru dapat merugikan pasien.
Hal-hal yg melatarbelakangi
penggunaan obat irasional
• PASIEN
- Salah persepsi ttg informasi obat
- Kepercayaan yg menyesatkan
- Kebutuhan pasien/ harapannya
• DOKTER (Prescriber)
- Kurang Pengetahuan dan Keterampilan
- Panutan (role model) kurang tepat
- Informasi objektivitas obat terbatas
- Pengalaman terbatas
- Kepercayaan thdp efisiensi obat ttt salah

90
Hal-hal yg melatarbelakangi
penggunaan obat irasional (cont’d)
• TEMPAT KERJA •REGULASI OBAT
- Beban kerja berat (heavy -Tidak tersedia obat
patient load) esensial
- Tekanan dalam merespkan -Kurang nya pelaksanaan
- Kapasitas laboratoriun terbatas peraturan
- Jumlah staf tdk cukup •INDUSTRI
- Motivasi terhadap profit -Promosi
• KETERSEDIAAN OBAT -Kesalahan klaim
PENYEBAB LAINNYA:
- Sistem penyediaan obat tdk
• Informasi independen (medical and
ada pharmaceutical journal, refference books,
- Obat kurang software, training)
- Obat kadaluarsa • Ketersediaan obat yang dibatasi
• Pekerjaan nakes yg berlebihan (overwork)
• Promosi obat yg tidak tepat
• Motivasi thdp profit
91
• Unsur sosial budaya masyarakat
RANTAI PELAYANAN OBAT
Pabrik
Penulisan
resep
Pemesanan
apotik Penerimaan
Identifikasi
resep
Penerimaan DRP
Penyimpanan Screening
di gudang resep
Distribusi Penyimpanan
Status &
di Apotik
data pasien

MEDICATION ERROR Etiket


Penyiapan
Obat (Compounding)

Pemanggilan pasien Keterangan


Penyerahan obat Screening resep :
COUNSELING (Dispensing
Informasi/Counseling •Administrasi error
•Pharmaceutical
Pemahaman Ketaatan error
•Clinical error
Monitoring Outcome HK 2002
Drug Related Problems (DRPs) / PTO
(Problem Terkait Obat)
DRPs adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang
dialami oleh pasien yang mana melibatkan atau diduga
melibatkan terapi obat itu sebenarnya atau berpotensi
berpengaruh terhadap hasil yang diinginkan pasien
(Cipolle, dkk, 1998).
Kejadian suatu kondisi terkait dengan terapi obat yang secara
aktual atau potensial mengganggu hasil klinis kesehatan yang
diinginkan.
MEDICATION RELATED PROBLEM: Merupakan suatu
kejadian atau kondisi terkait terapi penyembuhan/
pengobatan yang secara nyata atau dapat berpotensi
mempengaruhi luaran (outcome) optimal seorang
pasien++> Bagi farmasi dikenal sbg “DRP”
DRP/PTO
aktual dan potensial
• PTO aktual: problem obat telah/sedang
terjadi terkait terapi obat yang sedang
diberikan pada pasien dan harus segera
diselesaikan
• PTO potensial: problem yg sangat mungkin
diperkirakan dapat terjadi dan pasien yg
mendapat obat tsb memiliki resiko mengalami
PTO jika tdk segera dilakukan intervensi atau
pencegahan

94
PTO / DRP dan penyebabnya
Problem Terapi Obat (PTO) Penyebab PTO
Terapi obat yang tidak diperlukan -Tidak ada indikasi medis
- Obat yg adiktif/obat rekreasional
[Tidak tepat seleksi obat (improper drug - Terapi non obat lebih sesuai
selection) : Ada obat, tidak ada indikasi, atau - Terapi duplikasi
obat tidak efektif bahkan racun]. - terapi thdp ADR yg dpt dihindari
[Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas
(Drug use without indication)]

Pemilihan obat yang tidak tepat/tidak - Bentuk sediaan obat yg tidak sesuai
memperoleh obat - Adanya kontraindikasi
- Obat tidak diindikasikan utk kondisi
[Tidak tepat indikasi (untreated tertentu pd pasien/indikasi tidak jelas
indications) : Ada indikasi, tidak ada - Ada obat yg lebih efektif
terapi].

Dosis subterapi - Dosis keliru


- Frekuensi pemakaian yg tdk tepat
[Dosis dibawah dosis terapi - Lama pemakaian yg tdk tepat
(Suptherapeutic dosage)] - Penyimpanan tdk benar
- Cara/rute penggunaan yg tdk benar 95
Problem Terapi Obat (PTO) Penyebab PTO
Dosis terlalu besar -Salah dosis
- Frekuensi pemakaian tdk tepat
[Overdosis (over dosage)] - Lama pemakaian tdk tepat

Reaksi obat yg tidak dikehendaki - Obat tidak aman utk pasien


(ROTD)/ Adverse Drug Reaction (ADR) - Reaksi alergi
- Pemakaian tdk benar
[Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse - Kenaikan dosis terlalu cepat
Drug Reaction) : Pasien mengalami masalah
kesehatan sehingga efek/reaksi obat
berlawanan dari harapan].

Interaksi obat - Interaksi obat-obat


- Interaksi obat-makanan
[Interaksi Obat (Drug Interaction) : - Interaksi obat-minuman
- Interaksi obat-nutrisi
Interaksi obat-obat, obat-makanan,
-Interaksi obat-penyakit
obat-penyakit, obat-hasil lab].
- Interaksi obat-environment agent
96
Problem Terapi Obat (PTO) Penyebab PTO
Komplians tidak terpenuhi - Produk obat tdk tersedia
- Tidak mampu menebus obat
[Kegagalan menerima pengobatan - Tidak dpt menelan/memakai obat
(failure to receive drugs) : Pasien tidak - Tidak mengerti aturan pemakaian
dapat menerima/menggunakan obat - Pasien memilih tdk menggunakan
yang diberikan] obat

Memerlukan terapi tambahan obat - Kondisi yang belum tertangani


- Terapi sinergistik
- Terapi profilaktik

97
AGAR TERHINDAR DARI
BAHAYA OBAT
1. Dapatkan Obat Dengan Benar
2. Gunakan Obat Dengan Benar
3. Simpan Obat Dengan Benar
4. Buang Obat Dengan Benar

DA GU SI BU
MA KAN IN DO M iE

1. NAMA & KANDUNGAN


2. INDIKASI/KHASIAT
3. DOSIS
4. CARA MENGGUNAKAN
5. EFEK SAMPING
PENGGUNAAN

 Perhatikan dosis
 Perhatikan frekuensi
 Perhatikan cara
misal : tablet salut jangan ditumbuk,dosis bisa meningkat
 Perhatikan fisik obat
PERHATIKAN

 Obat yang diminum tidak untuk orang lain


 Tidak berusaha menyesuaikan dosis
misal : dosis didouble atau diparuh
 Tidak menggunakan obat sisa
Harus disesuaikan dengan kondisi medis
 Tidak mengulang resep,kecuali sesuai dengan aturannya
ANJURAN

 Tidak membeli sembarang obat


 Beli di tempat yang benar
 Perhatikan informasi
 Tidak melepas info dari kemasan
 Tidak menawarkan obat ke orang lain
 Tidak menyesuaikan takaran obat
 Menyimpan dengan benar
 Menggunakan dengan benar
PEMBERIAN INFORMASI
PENGGUNAAN OBAT SEBAGAIMANA MESTINYA

FREKUENSI PEMBERIAN OBAT-OBATAN YG PERLU


DIKETAHUI

NAMA OBAT FREKUENSI PEMBERIAN


ANTIBIOTIKA

 KOTRIMOKSAZOL 2 X SEHARI
 METRONIDAZOL 3 X SEHARI
 AMOKSISILIN 3 X SEHARI
 AMPISILIN 4 X SEHARI
 KLORAMFENIKOL 4 X SEHARI
 ERITROMISIN 4 X SEHARI
 PENISILLIN 4 X SEHARI
 TETRASIKLIN 4 X SEHARI
ANALGETIKA

ASETOSAL
PARASETAMOL
ANTALGIN

HANYA DIMINUM BILA DEMAM, PUSING, SAKIT


KEPALA ATAU NYERI.
( OBAT DIHENTIKAN BILA GEJALA HILANG )
 YANG DIPERHATIKAN PADA SAAT PENGGUNAAN/
PEMAKAIAN OBAT

AMATI :
- WADAH / KEMASAN OBAT
- SECARA VISUAL ( FISIK OBAT)
- EXPIRED DATE ( TGL KADALUARSA )
BEBERAPA HAL YG PERLU DI INGAT :
1. Minumlah obat SESUAI ANJURAN : • 3 X SEHARI
( SETIAP 8 JAM )
- JUMLAH ( DOSIS /TAKARAN)
•1 SENDOK MAKAN
1 SENDOK TEH
- WAKTU YG TEPAT 1 SENDOK BUBUR
UKURAN PIPET

- JANGKA WAKTU
(SESUAI ATURAN) SEBELUM MAKAN
( ½ jam – 1 jam )
SESUDAH MAKAN
- CARA PEMAKAIAN ( 1 jam – 2 jam )
Yang baik & benar

sampai habis antibotik

BUANG 7 hari setelah


pencapuran sirup
kering; 1 bulan setelah
sediaan steril dibuka
kemasannya
YANG PERLU DI PERHATIKAN

 KOCOK DAHULU OBAT KUNYAH (tablet obat


 BILA PERLU / JIKA SAKIT MAAG)cewebels
 Kapan PAGI HARI (diuresis ) SPRAY / SEMPROT
 Kapan MALAM HARI OBAT HISAP ( dihisap seperti permen )
 UKURAN PIPET ( ml atau OBAT KUMUR ( jangan ditelan )
tetes ) OBAT SUB. LINGUAL---- BUCAL
• Diminum dgn air putih ( bkn ( diselipkan dibawah lidah )
air the dan susu )
• ( dianjurkan segelas air /200
ml air putih )
2. Untuk obat bebas& bebas terbatas :

 PENGGUNAAN OBAT BEBAS ATAU BEBAS


TERBATAS--- DIGUNAKAN UTK KEADAAN ATAU
MASALAH KESEHATAN YG RINGAN & TDK
DIMAKSUD UTK MENGGUNAAN SCR TERUS
MENERUS.

 IKUTI ATURAN YG TERCANTUM PD KEMASAN


KECUALI YG DISARANKAN OLEH NAKES
LANJUTAN :

• BERBAGAI JENIS OBAT-OBAT JGN DICAMPUR DLM


SATU WADAH

• JIKA MERASA OBAT YG DIGUNAKAN TDK


MEMBERIKAN MANFAAT OR MENIMBULKAN HAL-
HAL YG TDK DIINGINKAN HUBUNGI SGR TENAGA
KES. TINGKAT LEBIH LANJUT YG TERDKT
LANJUTAN :

• ETIKET PD WADAH JGN DIBUANG KRN PD ETIKET TSB TERTERA CARA


PENGGUNAAN & INFORMASI PENGGUNAAN YG PENTING

• UTK MENGHINDARI KESALAHAN, JGN MINUM OBAT DI TMPT GELAP.

• BACALAH CARA PEMAKAIAN SBLM MEMINUM OBAT JUGA LIHAT TGL


KADALUARSANYA

• Tempatan kebali obat pada kemasan aslinya

• Perhatikan penandaan pd kemasan, Kondisi penyimpanan dan kestabilan obat


• Kelembapan
• Sinar matahari
• Temperatur / panas
• Kerusakan fisik
• Kontaminasi fisik
• Pengotoran
• TUMPUKAN
BIJAKLAH DALAM MENGGUNAKAN
OBAT
“Tanpa pengetahuan FARMAKOLOGI
yang baik, obat dapat berbahaya
bagi pasien karena tidak ada obat
yang betul-betul aman. Masing-
masing obat memiliki INDIKASI,
KONTRAINDIKASI, EFEK SAMPING,
INTERAKSI OBAT serta DOSIS yang
perlu dipahami dengan baik.
Jika digunakan dengan cermat maka
obat akan memberikan MANFAAT
yang jauh lebih besar dibanding
dengan EFEK SAMPING yang tidak
diinginkan”.
NASEHAT ORANG BIJAK

Sesungguhnya

OBAT Itu adalah ibarat Tongkat

Bagi mereka yg susah berjalan

Namun Hanya

akan menjadi BEBAN bagi mereka

Yang tidak memerlukan


PR
• Jelaskan prinsip dasar pemberian obat ?
• Jelaskan apa yang dimakasud penggunaan obat yang
rasional dan bagaimana kriteria pengobatan rasional?
• Apa dampak dari pengobatan yang tidak rasional dan
berikan contoh pengobatan yang tidak rasional
tersebut!
• Jelaskan bagaimana cara menghindari kesalahan dalam
pemberian obat ?
• Jelaskan bagaimana cara pemilihan dan cara
penggunaan obat?
Sekian
& TERIMA KASIH

Selamat Belajar !!
Pertemuan KE-2
PERAN KOLABORATIF
PERAWAT
DALAM
PELAKSANAAN
PRINSIP FARMAKOLOGI
TUGAS KELOMPOK
• Bagi kelas menjadi 6 Kelompok dan buat
powerpoint presentasi sebaik mungkin dan
menarik dengan topik masing-masing:
 OBAT SISTEM PERNAPASAN
 OBAT SISTEM SALURAN CERNA
 OBAT SISTEM ENDOKRIN
 OBAT SISTEM KARDIOVASKULER
 OBAT SISTEM NEUROLOGIS DAN
NEUROMUSKULER
 OBAT KONDISI KHUSUS
TUGAS KELOMPOK
Deskripsi isi slide presentasi kurang lebih memuat : (NB. TULISKAN DAFTAR PUSTAKA)
1. Judul Presentasi dan nama kelompok
2. Pengertian & Sejarah
3. Fisiologis & biokimiawi normal
4. Patofisiologis
5. Kelompok/Golongan obat serta Macam-macam obatnya
6. Mekanisme aksi/cara kerja masing- masing kelompok/golongan obat
7. Aspek Farmakokinetika & farmakodinamika masing- masing obat berdasarkan
kelompok :
 Indikasi
 Kontra Indikasi
 Dosis
 Peringatan
 Interaksi (makanan / Obat lain)
 Efek samping & cara mengatasinya
 Resiko Kehamilan & menyusui
 Catatan penting
8. Rangkuman/Ringkasan obat dalam table / bagan contohnya sebagai berikut:
RESIKO
NAMA / DOSIS
KONTRA KETERANGAN
NO KELOMPOK DAN INTERAKSI
HAMIL MENYUSUI INDIKASI PENTING LAINNYA
OBAT INDIKASI
1

2
HASIL AKHIR TUGAS KELOMPOK
BERUPA :
1. SOFT COPY POWER POINT PRESENTASI (PPT)
2. 10 SOAL MULTIPEL CHOICE & 5 SOAL ESSAI SESUAI
DENGAN ISI PRESENTASI MASING-MASING TOPIK
BESERTA JAWABAN (DIKETIK DIBAGIAN BELAKANG
SLIDE PRESENTASI MASING-MASING) .
• POIN 1 DAN 2 DI ATAS DIKUMPULKAN KE PJ MATA
KULIAH FARMAKOLOGI DAN DIKIRIMKAN 1 FOLDER
LENGKAP SEMUA KELOMPOK KE EMAIL:
hadi.kurniawan@pharm.untan.ac.id
• Deadline : PALING LAMBAT 23 maret 2019 pukul
23.59 WIB

Anda mungkin juga menyukai