Anda di halaman 1dari 56

Drug Related Problem (DRP’s)

apt. Tovani Sri, M. Si


Pendahuluan

Kejadian drug related problems sangat umum terjadi pada pasien rawat inap yang beresiko meningkatkan kesakitan,
kematian dan biaya (Takrouri, 2004).
Pelayanan farmasi klinis di rumah sakit sangat diperlukan untuk memberikan jaminan pengobatan yang rasional
kepada pasien.
Penggunaan obat dikatakan rasional jika obat digunakan sesuai (Aslam,dkk, 2007; WHO, 2003; Trisna, 2004) :
1. Indikasi
2. Kondisi pasien
3. Pemilihan obat yang tepat (jenis, sediaan, dosis, rute, waktu dan lama pemberian)
4. Mempertimbangkan manfaat dan resiko
5. Harganya yang terjangkau bagi pasien tersebut
6. Waspada efek samping
7. Pasien patuh minum obat
Lanjutan

Terapi menggunakan obat


1. Meningkatkan kualitas
2. Mempertahankan hidup pasien
Hal ini dilakukan dengan cara mengobati pasien
1. Mengurangi atau meniadakan gejala sakit
2. Menghentikan atau memperlambat proses penyakit
3. Mencegah penyakit atau gejala.
4. Namun ada hal yang tidak dapat disangkal dalam pemberian obat yaitu
kemungkinan terjadinya hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan
karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya Drug Related Problems
(Pharmaceutical Care Network Europe Foundation,2003 ; Muhlis, 2008
Kondisi saat ini

1. Pasien sakit banyak


2. Berbagai penyakit berkembang
3. Terapi semakin sulit
4. Obat semakin mahal
5. Kondisi pandemic
Prinsip terapi

1. Melihat karakter obat


2. Farmakokinetik/farmakodinamik
3. Evidance Base Medicine
Masalah terkait obat (DRPs)

 Indikasi yang tidak diobati


 Tidak ada indikasi tapi diobati
 Seleksi obat tidak tepat
 Dosis lebih atau kurang
 Interaksi obat
 Efek obat merugikan
 Gagal menerima obat
Drug related problem

Definisi
“Drug Therapy Problems” adalah katagori masalah terkait obat yg masuk
dalam “pharmaceutical care” yang terjadi antara dokter, apoteker dan
pasien .[1]
Masalah terkait obat dapat digunakan spesifik, masalah ini dilakukan oleh
apoteker yaitu identifikasi, mencegah dan solusi masalah terkait obat tetapi
dapat diberikan oleh tenaga kesehatan yang lain tapi harus mengikuti
pharmaceutikal care
Meningkatkan kepatuhan

1. Sistem monitoring dosis


2. Alarm
3. Refill/ obat habis untuk mengingatkan pasien
4. Simplifikasi rejimen obat
5. Lesan atau tertulis tentang informasi obat pasien
a. Meningkatkan perhatian pasien terhadap terapi obat
b. Pengetahuan pasien yg meningkat
c. Meningkatkan tingkat “adheren”
d. Meningkatkan “ health outcome”
e. Melihat selalu “drug related problem”
6. Manajemen yg komprehensif
Persiapan farmasis

1. Selalu mengingat “Drug Related Problem “


2. Mempelajari farmakoterapi dengan baik
3. Memperdalam farmakokinetik klinik
4. Memperdalam pathofisiologi
5. Memperdalam tentang pemeriksaan penunjang
6. Selalu ingat metoda SOAP
7. Dokumentasi untuk pembelajaran
Farmakokinetik klinik

1. Harus diketahui untuk dapat menentukan bagaimana dosis sangat


berguna bagi pasien
2. Pada proses ADME sangat menentukan
a. Absorbsi
b. Distribusi
c. Metabolisme
d. Ekskresi
lanjutan

Pada farmasi klinik harus diperhatikan


1. Masalah absorbsi obat, dilihat pemeriksaan penunjang laboratorium untuk
fungsi ini apakah ada yg terlewat. Juga tentang “protein binding” akan
mempengaruhi ikatannya untuk obat dengan indeks terapi sempit
2. Distribusi merupakan pandangan kita sampai dimana obat akan tercapai
kadar maksimum, T1/2 , on set, durasi dll
3. Metabolisme dilihat fungsi hati dan karakter obatnya, fungsi SGOT/SGPT
4. Ekskresi dilihat fungsi ginjal, klirens ginjal berpengaruh
Pathofisiologi

1. Dalam pelaksanaan kita akan mengetahui suatu penyakit dapat terjadi


2. Masalah pathofisiologi sangat penting dalam memperdalam
pengetahuan kita
3. Buku2 yg ada cukup untuk kita menjadi lebih baik
Dosis

1. Individu pemakai obat


2. Jenis dan berat ringan penyakit
3. Profil obat
4. Epidemi
5. Faktor lingkungan
KONSEP FARMAKOLOGI
Faktor yg Pengaruhi Khasiat Obat

1. Umur :
 Paediatrik (Neonatus, Bayi, Anak-anak);
 Dewasa Muda,
 Geriatrik.
2. Sex : Pria / Wanita
3. Kondisi Klinis Tertentu:
 Ibu Hamil & Menyusui
 Pasien dengan insufisiensi ginjal
 Pasien dengan insufisiensi hati, dll
4. Terdapat Interaksi Obat
5. Variasi Respon Obat secara Individual
Pediatrik

Menurut BPA (British Pediatric Association)


1. NEONATUS  30 hari setelah lahir
2. BAYI (Infant)  umur 1 bulan s/d 1 atau 2 tahun
3. ANAK-ANAK (Child)  umur 2 s/d 12 tahun
4. REMAJA (Adulescent)  umur 12 s/d 18 tahun
5. DEWASA (Adult)  umur di atas 18 tahun
Konsep Pediatrik

Kontra Indikasi  Paediatrik


 Bukan Miniatur Orang 1. Obat yg dapat menyerap Ca, Antibiotik
Dewasa gol.Tetrasiklin dan Ciprofloxacin
 Organisme yang sedang 2. Obat depresan SSP  Narkotika,
tumbuh (semua sistem
metabolisme, enzim, dan Dextrometorphan
lain2) 3. Obat golongan Hormon : Corticosteroid,
Estrogen, Progesteron, Andro gen, Testosteron,
dll
Konsep Pediatrik……..(lanjutan)

PENGATURAN DOSIS:
Rumus Young (Usia): (n/n+12) x D
Rumus Dilling : (n/20) x D
Rumus Fried : (n/150) x D

Keterangan :
n= Tahun
Fried : n = bulan
Geriatrik

 Termasuk dalam golongan geriatrik: mulai umur 60-65


tahun ke atas.
 Pasien pada golongan ini telah mengalami penurunan
hampir semua fungsi-fungsi metabolisme.
 Sehingga dosis obat harus diatur kembali
 Pengaturan Regimen Dosis yg Dianjurkan:

1. 60-74 tahun : Dosis Dewasa - 10 % nya


2. 75-84 tahun : Dosis Dewasa - 20 % nya
3. 84 thn ke atas: Dosis Dewasa - 30 %
nya
Sex (Jenis Kelamin)

1. Perbedaan Pria dgn Wanita adalah pada sistem hormonal  Hormon Kelamin
2. Pria  Dominan Androgen dan Testosteron
3. Wanita  Dominan Estrogen dan Progesteron
4. Obat yang mempengaruhi hormon kelamin harus digunakan secara hati-hati
5. Terutama pada wanita  harus diperiksa kemungkinan hamil atau menyusui bila gunakan
obat tsb.
6. Khusus untuk penggunaan kontrasepsi (baik yang hormonal maupun IUD)  harus diperiksa
wanita tsb dalam keadaan hamil atau tidak
Pasien dg Kondisi Klinis tertentu
Obat yg bersifat Nefrotoksis

 Gentamisin  Hati-hati digunakan


pada pasien dengan pe
 an Kreatinin Serum
atau pe  an Klirens
Kreatinin
 Perlu penyesuaian dosis
Obat yg bersifat Hepatotoksis

 Hati-hati digunakan
 Parasetamol pada pasien dengan
pe ↑ an SGOT dan
SGPT
 Perlu penyesuaian
dosis
Interaksi Obat

Saat
Di Luar Tubuh Farmasetika peracikan/Penca
mpuran

Efek Sinergis
Interaksi Obat
Farmakodinamik

Efek Antagonis
Di Dalam Tubuh

ADME (absorpsi,
Menurunkan/Men
distribusi,
Farmakokinetik ingkatkan kadar
metabolisme,
dalam darah
dan eliminasi)
Contoh Interaksi Obat-Obat

http://ioni.pom.go.id/ioni/cari/interaksi-
obat?field_obat_1_value=&field_obat_2_value=&page=695
Interaksi Obat dan Makanan
Contoh Interaksi Obat-Makanan
Contoh Interaksi Obat-Suplemen/Vitamin
lanjutan

Katagori interaksi obat


1. Minor
2. Moderate
3. Mayor
VARIASI RESPON OBAT SECARA INDIVIDU

Idiosinkrasi obat :

“Respon abnormal dari obat yang berbeda dari efek farmakologisnya. Hal ini
timbul pada pasien yang suseptibel dan kejadian bisa / tidak bisa
diperkirakan. Terjadi karena metabolisme obat ataupun defisiensi enzim”
Adverse Drug Reactions
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

PENILAIAN
KONDISI
PASIEN

DIAGNOSIS INDIKASI HARGA


TERJANGKAU

TEPAT WASPADA
ESO
KEPATUHAN PASIEN

INFORMASI JENIS OBAT

DOSIS, CARA &


LAMA PEMBERIAN
Warfarin, Insulin and Digoxin are
the most Dangerous drugs in the
elderly.
Do we believe that?
The Risk to Benefit Ratio

When prescribing drugs a doctor must assess


risk to benefit ratio in the individual patient by
• Choosing an appropriate class of drug then
an appropriate individual agent
•Is it effective ?
•What are the chances of adverse effect ?
•Are there features in this patient which
affect choice eg other drugs, organ failure,
RISK BENEFIT aged
• Tailoring the dose
• Considering duration of treatment
Efek Samping Obat/Adverse Drug
Reactions…
Respon terhadap suatu obat yang merugikan dan tidak diinginkan
dan yang terjadi pada dosis yang biasanya digunakan pada
manusia untuk pencegahan, diagnosis, atau terapi penyakit atau
untuk modifikasi fungsi fisiologik
Efek samping

1. Dapat diperkirakan
a. Efek farmakologi yg berlebih ( efek toksik)
b. Gejala penghentian obat (withdrawal syndrom)
c. Efek yg bukan merupakan efek utama misal mengantuk karena histamin
2. Tidak dapat diperkirakan
a. Alergi
b. Faktor genetik
c. Reaksi idiosinkrasi
lanjutan

1. Faktor bukan obat


a. Intrinksik dari pasien : usia, jenis kelamin, genetik, cenderung alergi, penyakit
dan kebiasaan hidup
b. Ekstrinksik : pencemaran antibiotik
2. Faktor obat
a. Intrinksik obat yaitu sifat dan potensi oabt untuk menimbulkan efek samping
b. Pemilihan obat
c. Cara penggunaan
d. Interaksi
Contoh efek samping

1. Kerusakan janin akibat thalidomide dan accutane


2. Perdarahan usus oleh aspirin
3. Penyakit kardiovaskular oleh penghambat Cox-2
4. Data kematian oleh propofol
5. DM oleh obat psikiatri neuroleptik
6. Glaukoma akibat tetes mata kortikosteroid
7. Rambut rontok dan anemi karena kemoterapi kanker
Hasil Penelitian ADR :

1. Efek samping obat terjadi pada 10-20% pasien di rumah sakit.


2. Efek samping obat bertanggungjawab (5%) terhadap masuknya
pasien ke rumah sakit.
3. Efek samping obat bertanggungjawab terhadap kematian 1 dari
1000 pasien di rumah sakit.
4. Efek samping merupakan penyebab yang paling umum dari
iatrogenic pada pasien di rumah sakit (Whiffen P,2007).
Masalah ESO

 Mengapa penting ?  % ESO terus  masalah kesehatan –


ekonomi – sosial
 Mengapa % ESO terus   obat yg beredar  tanpa disertai
informasi yg proposional  promosi   penggunaan 
ESO yg sering dilaporkan...

Aspirin
NSAID
anti-coagulan
Diuretik
Antimikroba
Glukokortikoid
Antineoplasma
ADO+insulin : 90%
Klasifikasi (Reaksi)

1. Mild  rash kulit ringan


2. Moderate  nausea
3. Severe  tekanan darah
4. Serius  perlu dirawat,
mengancam jiwa,
menyebabkan kecacatan
Klasifikasi (jenis)

1. dose-dependent (type A)  makin > dosis makin  kemungkinan ESO


2. dose-independent (type B) tidak tergantung dosis  hipersensitivity
3. penggunaan jangka lama (type C)  makin lama  ESO makin 
4. delayed effect (type D) obat sudah lama dihentikan ESO baru +
5. type E, jangka lama  dihentikan tiba-tiba
Monitoring efek samping obat (MESO)

 Aktivitas yg terkoordinasi, bertujuan u/ mengumpulkan


laporan ESO, terutama ESO yg jarang terjadi, yg severe
atau serius
 Panitia akan mengevaluasi laporan yg masuk
 Beberapa cara melakukan MESO (spontaneous reporting,
voluntary , Intensive Hospital Monitoring , Record linkage,
Limited Record, dll)
Siapa yang melaporkan?
(healthcare provider)

 dokter,
 dokter spesialis,
 dokter gigi,
 apoteker,
 bidan,
 perawat, dan
 tenaga kesehatan lain.
Kapan Melaporkan?

Segera setelah muncul kasus diduga


ESO atau segera setelah adanya kasus
ESO yang teridentifikasi dari laporan
keluhan pasien yang sedang
dirawatnya.
Pertimbangan apoteker

Medical
Medical Related
Related Problem Drug Related
Problem Problem
Versus

Dokter Apoteker
We are the great team

• Menetapkan • Memberikan • Merawat

Apoteker dan TTK


Dokter

Perawat
diagnosis & pertimbangan penderita
terapi obat, dengan
• Menuliskan berdasarkan : melaksanakan
resep dan Efficacy, Safety asuhan
informasi obat dan Cost keperawatan
• Monitoring efective • Sesuai standar
perkembangan • Melaksanakan kompetensi
panderita pelayanan
• Sesuai standar farmasi klinik
kompetensi • Sesuai standar
kompetensi
Komunikasi dengan dokter

1. Harus dilakukan dengan komunikasi yang efektif


2. Pada beberapa kasus diperlukan konsultasi dengan profesional kesehatan
tentang masalah terapi obat dan catatan yg ada
3. Hal ini akan mengurangi medication error yg akan terjadi
4. Standar untuk pengobatan 155 penyakit, sesuai dengan sk 5/2014
Komunikasi dengan perawat

1. Komunikasi yang efektif


2. Informasikan cara penggunaan obat dan waktu pemberian
3. Stabilitas obat injeksi setelah dilakukan pengenceran
4. “Incompatibilitas”
5. Standar formularium
ASSESMENT DRP’s
Buku panduan

Anda mungkin juga menyukai