Anda di halaman 1dari 54

PRINSIP TERAPI

OBAT Kelompok 5 :
Ulfa Rahmawati
Jararizki Budi S
Salshabilla Nur Susilowati
Rensa Alsya Fitri
Hal yang harus
Prinsip dalam terapi dipertimbangkan
obat terhadap dalam penggunaan
pasien obat yang rasional

Outline Klasifikasi EBM Klasifikasi DRP

Penggunaan obat Faktor yang


pada kondisi mempengaruhi
patologis tertentu efek obat
Prinsip-prinsip dalam
terapi obat terhadap
pasien
PRINSIP TERAPI OBAT
1. Accurate Diagnosis
• Tanpa adanya diagnosis yang akurat semua usaha terapi tidak akan
berjalan dengan baik

2. Apakah terapi obat diperlukan?


• Penyebab terjadinya penyakit harus diatasi terlebih dahulu.
Contohnya merokok, meminum alcohol, obesitas dan lain-lain

3.Memilih obat yang benar


• Apakah obat ini sesuai dengan penyakit yang dialami pasien?
• Terapi obat apa yang paling baik untuk pasien ini?
PRINSIP TERAPI OBAT

4.Menggunakan obat dengan benar


• Memperhatikan loading dose
• Memperhatikan dosis awal
• Mempertimbangkan dosis sesuai dengan pasiennya
• Memperhatikan rute pemberian obat

5.Menentukan tujuan terapi


• Menyembuhkan (contoh: pemberian antibiotic untuk infeksi)
• Menghilangkan/mengurangi gejala klinis pasien
• Menggantikan kekurangan
• Mencegah kondisi yang tidak diinginkan
PRINSIP TERAPI OBAT

6. Memonitor efek obat


• Efek samping
• Mengukur konsentrasi obat

7.Durasi terapi
• Dosis tunggal ( cth : Sumatriptan = obat migraine)
• Untuk beberapa waktu singat ( cth : antibiotic)
• Seumur hidup ( cth : Anti hipertensi = Maintate)
8. Promote Compliance
Talk your Patient about their drug
• Therapeutic relationship
• Pasien mendapatkan informasi yang spesifik mengenai obat yang
dikonsumsi.

Keep drug regimen simple


• Drug regimen adalah cara, jumlah, dan frekuensi pemberian obat yang
mempengaruhi kerja obat didalam tubuh
Compliance aid
• Adalah perangkat sederhana untuk membantu
pasien dalam mengingat untuk mengambil obat
mereka.
• Mereka juga bertindak sebagai prompt visual
untuk pengasuh bahwa pasien telah mengambil
obat mereka
PRINSIP TERAPI OBAT

9. Know your drugs


• Menggunakan obat yang kita ketahui

10.Therapeutic Parsimony
• Use the lowest dose of few drugs for short as possible to
achieve the desired effect

11.Review Therapy
• Ketika konsultasi, menambahkan obat baru dan ketika
terjadi sesuatu
PRINSIP TERAPI OBAT

12. Menghindari memberi resep berlebihan

13.Menghindari memberi resep terlalu sedikit

14. Resep obat yang akurat


• Clear
• Concise
• Correct
• Complete
Hal yang harus
dipertimbangkan dalam
penggunaan obat yang
rasional
WHO mendefinisikan Penggunaan Obat yang Rasional (POR) :

“Pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan


kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang sesuai
dengan kebutuhan individual, untuk jangka waktu
yang tepat dan dalam biaya terapi yang terendah
bagi pasien maupun komunitas mereka.”
Pengertian EBM
• Suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti
ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan
penderita

Tujuan EBM
• Membantu proses pengambilan keputusan klinik, baik
untuk kepentingan pencegahan, diagnosis, terapetik,
maupun rehabilitasi yang didasarkan pada bukti – bukti
ilmiah terkini yang terpercaya dan dapat dipertanggung
jawabkan
 Dengan melihat pada penelitian-penelitian kedokteran dan literatur-
literatur (individual atau group), sehingga dapat membantu dokter
 Menentukan diagnosis yang tepat,
 Memilih rencana pemeriksaan terbaru,
 Memilih terapi terbaru
 Memilih metode pencegahan penyakit
terbaru.
Prinsip EBM
Tingkatan
level EBM
1. Evidence-Base guideline.
 EBM yang dilaksanakan pada tingkat organisasi atau lembaga
Klasifikasi sehingga melibatkan dalam pembentukan pedoman, dan aturan.

EBM 2.Evidence-Base individual decision making.


 EBM yang dilaksanakan pada penyedia perawatan individu pasien.
Identifikasi masalah dari pasien atau yang timbul selama proses tatalaksana
penyakit pasien

Membuat formulasi pertanyaan dari masalah klinis tersebut

Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari jawaban yang benar bagi
Tahap EBM
pertanyaan tersebut dari literatur ilmiah
Lakukan telaah kritis literatur untuk menilai validitas (mendekati
kebenaran), pentingnya hasil penelitian itu serta kemungkinan
penerapannya pada pasien
Integrasikan bukti dengan keahlian klinik dan preferensi pasien untuk
pemecahan masalah pelayanan pasien yang lebih baik.
Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit / masalah . Apakah berhasil atau
masih memerlukan tindakan lain?
Drug related problem
 Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian suatu kondisi
terkait dengan terapi obat yang secara nyata atau potensial
mengganggu hasil klinis kesehatan yang diinginkan
 Pharmaceutical Care Network Europe (The PCNE Classification
V5.01. berdasarkan masalah :
1. Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)/ Adverse drug reaction
(ADR) : Pasien mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki seperti
efek samping atau toksisitas.
2. Masalah pemilihan obat :Pasien mendapatkan obat yang salah yang
tidak sesuai dengan penyakitnya
Klasifikasi 3. Dosing Problem : pasien mendapatkan jumlah dosis yang lebih besar
atau lebih kecil dari pada yang dibutuhkan
Drug Related 4. Masalah Pemberian/penggunaan obat : tidak memberikan/tidak

Problems menggunakan obat sama sekali atau memberikan/menggunakan obat


yang tidak diresepkan
5. Interaksi obat : terdapat interaksi antara obat-obat atau obat –
makanan yang bermasinfestasi dan berpotensial.
6. Masalah lainnya : pasien tidak puas dengan terapi, kesadaran yang
kurang mengenai penyakit dan keluhan yang tidak jelas
 Berdasarkan penyebab:
1. Pemilihan obat atau dosis (drug/ dose selection)
2. Drug Use Process (cara pasien meminum obat)
Klasifikasi 3. Information (kurang atau salah persepsi dalam informasi
tentang obat)
Drug Related 4. Patient/psychological (terkait pribadi pasien dan kebiasaan
Problems pasien)
5. (pharmacy) logistics : terkait dengan resep
 Safarina, Huda. Drug Related Problem. Diakses dari :
(http://www.academia.edu/19546219/DRUG_RELATED_PROBLE
M) pada tanggal 24 september 2016.
 Sugiarto. Dasar-dasar Terapi Secara Rasional.
Faktor yang
mempengaruhi efek
suatu obat
Faktor yang  Efek adalah khasiat atau respon yang dihasilkan oleh tubuh setelah
mengkonsumsi suatu obat. Respon yang ditimbulkan bisa jadi adalah
mempengaruhi respon yang diharapkan maupun tidak. Respon yang tidak
diharapkan disebut efek samping.
efek suatu obat
 Efek obat terhadap tubuh ini dibagi menjadi 8 bagian, yaitu :

Efek terapi, yaitu efek obat yang diinginkan seperti menyembuhkan


penyakit atau meringankan dan meniadakan gejalanya.

 Efek samping, yaitu efek obat yang tidak diinginkan yang berlainan
dengan efek terapi .
 Efek toksik, yaitu efek obat yang tidak diinginkan karena bersifat toksik
atau racun, biasanya terjadi karena dosis obat yang terlalu tinggi.
 Toleransi, yaitu peristiwa dimana dosis obat harus dinaikan terus
menerus untuk mencapai efek terapi yang sama.
 Penurunan efek farmakologik akibat pemberian
berulang.
 Berdasarkan mekanisme :
 Toleransi farmakokinetik : obat merupakan self
inducer, e.g. barbiturat dan rifampisin
 Toleransi farmakodinamik/seluler : sensitivitas
reseptor berkurang, e.g. barbiturat, opiat,
benzodiazepin, amfetamin, dan nitrat organik.
 Habituasi, yaitu ketergantungan fisik akibat kebiasaan dalam
mengonsumsi suatu obat.
 Adisi, yaitu ketergantungan atau ketagihan obat secara fisik dan
mental dan apabila pemakaian obat dihentikan maka akan
menimbulkan efek hebat yang menyakitkan.

 Alergi, yaitu peristiwa hipersensitif atau kepekaan berlebih terhadap


suatu obat sehingga menimbulkan efek yang berlainan seperti gatal,
kemerahan, dan sebagainya. 
 Idiosinkrasi, yaitu peristiwa dimana suatu obat memberikan efek
yang sangat berlainan dari efek terapinya.
Faktor dari dalam obat : Faktor dari luar obat

 Sifat dan potensi obat  Umur, jenis kelamin,


untuk menimbulkan efek berat badan
samping.  genetik,
 Cara penggunaan /  kecenderungan untuk
pemberian obat. alergi,
 Interaksi antar obat.  Kondisi patologik
 Oral
ada tiga faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas :
1. Faktor obatnya sendiri (larut dalam lipid, air atau keduanya)
2. Faktor penderita ( keadaan patologik organ-organ pencernaan
dan metabolisme )
3. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna. ( interksi dengan
makanan )
Cara  Parenteral
penggunaan  Topikal
obat Jumlah obat yang diserap tergantung :
(1) pada luas permukaan kulit yang terpejan; - (2) kelarutan obat
dalam lemak; -( 3 ) dapat ditingkatkan absorpsinya dengan
membuat suspensi obat dalam lemak.
 Inhalasi
 Antibiotics
 Antibiotics are widely prescribed in medical practice. Many of them
induce or are subject to interactions that may diminish their anti-
infectious efficiency or elicit toxic effects. Food intake can influence the
effectiveness of an antibiotic.
 A number of studies give evidence that fluoroquinolones forming slightly
soluble complex with metal ions of food show reduced bioavailability
 Casein and calcium present in milk decrease the absorption of
ciprofloxacin.47 The effect of interaction of five fruit juices on the
dissolution and absorption profiles of ciprofloxacin tablets were
determined. It was found that the absorption of ciprofloxacin (500 mg)
tablets can be reduced by concomitant ingestion of the GFJ.48
 Therefore, to avoid drug therapeutic failures and subsequent bacterial
resistance as a result of sub-therapeutic level of the drug in the systemic
circulation, ingestion of the juice with ciprofloxacin should be
discouraged.48 Azithromycin absorption is decreased when taken with
food, resulting in a 43% reduction in bioavailability.39 Tetracycline
should be taken one hour before or two hours after meals, and not taken
with milk because it binds calcium and iron, forming insoluble chelates,
and influencing its bioavailability.
1. Hipersensitif :
Adalah suatu reaksi alergik yang merupakan respons abnormal terhadap
obat dimana pasien sebelumnya telah kontak dengan obat tersebut
hingga berkembang timbul antibodi.
EFEK OBAT PENGULANGAN
ATAU PENGGUNAAN OBAT 2. Kumulasi :
YANG LAMA Suatu fenomena pengumpulan obat dalam badan akibat pengulangan
penggunaan obat, dimana obat diekskresi lebih lambat dibanding
kecepatan absorpsinya.

3. Toleransi :
Suatu fenomena berkurangnya respon terhadap dosis obat yang sama,
sehingga untuk memperoleh respon yang sama , dosis harus diperbesar
 4. Habituasi :
Suatu gejala ketergantungan psikhologik terhadap suatu obat. Kriterianya :
(a) selalu ingin menggunakan obat; (b) tanpa atau hanya sedikit
kecenderungan untuk menaikkan dosis; (c). memberikan efek yang
merugikan pada suatu individu.

5. Adiksi :
Adalah suatu gejala ketergantungan psikhologik dan fisik terhadap obat.
Kriteria : (a) ada dorongan untuk selalu menggunakan obat; (b). ada
kecenderungan untuk menaikkan dosis; (c). timbul ketergantungan psikhik
dan biasanya diikuti ketergantungan fisik.; (d) merugikan terhadap individu
maupun masyarakat.

6. Resistensi terhadap bakteri :


Pada penggunaan antibiotik untuk infeksi oleh bakteri, dapat terjadi obat
tidak mampu bekerja lagi untuk membunuh atau menghambat
perkembangan bakteri tertentu.
Penggunaan obat campuran dapat nenyebabkan efek : (1) Adisi; (2) Sinergis;
(3) Potensiasi; (4) Antagonis dan (5) Interaksi.

1. Adisi : 
Beberapa obat yang diberikan bersama-sama memberikan efek yang
merupakan penjumlahan dari efek masing-masing obat bila diberikan secara
terpisah 
EFEK PENGGUNAAN 2. Sinergis : 
OBAT CAMPURAN Beberapa obat mempunyai aksi yang hampir sama, bila diberikan bersama-
sama ,memberikan efek yang lebih besar dari efek masing-masing obat
yang diberikan secara terpisah 

3. Potensiasi :
Beberapa obat yang diberikan bersama-sama dengan aksi-aksi yang tidak
sama, memberikan efek yang lebih besar pada pasien, dari pada efek
masing-masing secara terpisah. 
 4. Antagonis :
Beberapa obat yang diberikan bersama-sama, salah satu obat mengurangi
efek dari obat yang lain

5. Interaksi obat :
Interaksi obat berlangsung dengan beberapa cara, yaitu : (a) Interaksi kimia
; (b) Kompetisi untuk mengikat protein ( mendesak obat lain pada protein );
(c) Induksi enzim ( menstimulasi pembentukan enzim di hati sehingga obat
cepat dibiotransformasi dan dieliminasi ); (d) Inhibisi enzim ( mengganggu
fungsi hepar dan enzim-enzimnya, sehingga memperkuat kerja obat lain ).
Farmakogenetik
Glukuronidasi
• Pasien dengan penyakit Gilbert→ defisiensi glukuronil transferase → tingginya
konsentrasi bilirubin

Aldehid Dehidrogenase
• 50% keturunan Mongoloid → defisiensi Aldehid dehydrogenase → tidak mampu
memetabolisme asetaldehid yang diproduksi dari etanol → disulfiram reaction
(menyebabkan flushing and vomiting)

Defisiensi Pseudokolinsterase
• 1 dari 3000 orang tidak dapat melakukan metabolisme suksinilkolin dan membutuhkan
pernapasan buatan setelah menggunakan suksinilkolin
Farmakogenetik
Dihydropyrimidine dehydrogenase (DPD)
• Absolut dan sebagian defisiensi DPD terjadi pada 0,1-3% poulasi
Kaukasia → toksik

Sitokrom P450 metabolism (CYP)


• CYP3A4 , CYP2D6, CYP2C19, CYP2C9, CYP1A2, CYP2E1

Polimorfisme Sitokrom P450 (CYP)


• Sekitar 40% metabolism CYP dibawa oleh enzim polimorfik.
 Sekitar 3-5% kelahiran dikaitkan dengan kelainan janin dan obat-
obatan diperkirakan menjadi penyebab dari 1-5% kasus ini.

1. Efek obat  Teratogenisitas : Klasifikasi FDA


 Pharmacological risks : Dapat diprediksi berdasarkan
pada Farmakologi obat yang sudah diketahui.
kehamilan ex: NSAIDs dapat menyebabkan penutupan dini dari ductus
arteriosus di tahap akhir kehamilan.
 Clearance (Cl) : Drug cleareance dapat meningkat baik melalui
eliminasi renal atau metabolism hati.
 Cardiac Output (CO) : Meningkat hingga 30% ketika hamil,
2. Efek meningkatkan aliran darah ginjal dan GFR
kehamilan  Volume distribution (Vd) : meningkat hingga ~20% baik untuk
obat larut lemak maupun air. Peningkatan loading doses
pada obat diperlukan karena peningkatan lemak dan air tubuh.
 Protein Binding : Konsentrasi albumin ibu menurun selama
kehamilan hingga batas terendah
Penggunaan obat pada
pasien dengan kondisi
patologis tertentu
 Clearance (Cl) : Drug cleareance dapat meningkat baik melalui
eliminasi renal atau metabolism hati.
 Cardiac Output (CO) : Meningkat hingga 30% ketika hamil,
2. Efek meningkatkan aliran darah ginjal dan GFR
kehamilan  Volume distribution (Vd) : meningkat hingga ~20% baik untuk
obat larut lemak maupun air. Peningkatan loading doses
pada obat diperlukan karena peningkatan lemak dan air tubuh.
 Protein Binding : Konsentrasi albumin ibu menurun selama
kehamilan hingga batas terendah
 Gangguan fungsi hati akut merupakan efek samping yang sering
terjadi pada proses terapi obat-obatan dan sekarang lebih dari 900
jenis pengobatan, bahan kimia beracun dan juga bahan herbal
mengakibatkan kerusakan fungsi hati.
 Penyebab :
Gangguan 1. Infeksi virus hepatitis
Fungsi Hati 2. Zat zat toksik
3. Genetika
4. Gangguan imunologis
5. Senyawa karsinogenik
 kadar albumin yang rendah & peningkatan rasio protrombin
menyebabkan menurunnya Kemampuan sintesis protein sehingga
terjadi penurunan metabolisme
Gangguan  Hati mempoduksi albumin dan alfa 1 asam glikoprotein adalah
fungsi hati dua senyawa protein yang mengikat obat obat  asam dan basa
terutama dalam darah. Pasien dengan sirosis produksi protein ini
berkurang sehingga obat bebas meningkat dalam darah karena
kurangnya ikatan protein
1. Pilih obat yang eliminasinya melalui ginjal.
2. Hindari obat-obat yang dapat mendepresi SSP (terutama
Prinsip morfin), deuretik kuat, obat-obat yang dapat menyebabkan
penggunaan konstipasi.
3. Gunakan dosis yang lebih rendah, terutama untuk obat-obat
obat yang eliminasinya melalui hati.
4. Sesuaikan dosis dengan kondisi klinis penderita.
1.  Hindari obat-obat hepatotoksik.
2. Gunakan obat-obat yang aman untuk ginjal sebagai pilihan.
3. Monitor efek samping obat untuk obat yang aman untuk hati.
4. Hindari obat yang meningkatkan resiko pendarahan.

Panduan 5. Hindari obat-obat sedatif jika ada resiko ensepalopati hepatika.


6. Pada kelainan hati sedang dan berat dapat dilakukan pengurangan dosis
umum untuk obat yang dimetabolisme utama di hati atau meningkatkan
interval untuk semua obat yang kurang aman untuk hati.
peresepan
7.  Jika albumin rendah pertimbangkan untuk menurunkan dosis obat yang
gangguan ikatan proteinnya tinggi.
fungsi hati 8. Obat yang mempengaruhi keseimbangan elektrolit harus digunakan
secara hati-hati dan harus dimonitor.
9. Pada pilihannya gunakan obat lama, obat yang dibuat dengan baik, jika
dalam pengalaman penggunaan obat menyebabkan gangguan hati.
10. Sedapat mungkin gunakan dosis terendah dan tingkatkan kehati-hatian
berdasarkan respon efek sampingnya (Wiffen, 2006).
Obat yang  Sedatif (benzodiazepin, opioid) : dapat menimbulkan koma.

harus  Diuretik : ensefalopati (kerusakan pada otak)

diperhatikan  Warfarin, AINS, aspirin : penurunan atau gangguan produksi


faktor pembekuan darah dapat menimbulkan risiko perdarahan
pada penderita  INH dan rifampisin : mempengaruhi enzim hati
gangguan  Parasetamol, halotan, isoniazid : terkait dosis

fungsi hati
  gagal ginjal kronis (GGK) adalah kondisi saat fungsi ginjal mulai menurun
secara bertahap. Indonesia Renal Registry mendefinisikan gagal ginjal
kronis sebagai kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan jaringan, komposisi
darah dan urine atau tes pencitraan ginjal, yang dialami lebih dari tiga
bulan.
 Ginjal berfungsi menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah sebelum
dibuang melalui cairan urine. Ginjal juga memiliki berbagai fungsi lain yang
tidak kalah penting, yaitu:

Gangguan 1. Mengatur kadar bahan kimia dalam tubuh sehingga membantu jantung
dan otot agar bekerja dengan baik.
fungsi ginjal 2. Membantu mengatur tekanan darah.
3. Memproduksi zat sejenis vitamin D yang menjaga kesehatan tulang.
4. Memproduksi hormon glikoprotein  disebut erythropoietin yang
membantu merangsang produksi sel-sel darah merah.
 Beberapa kondisi seperti diabetes dan tekanan darah tinggi menjadi
beberapa penyebab terjadinya gagal ginjal kronis. Dalam jangka panjang,
kondisi-kondisi ini menyebabkan kerusakan pada ginjal sehingga fungsi
ginjal menurun.
Clearens total (CLE) dan dosis obat mempengaruhi
konsentrasi steady-state(Css) dalam darah
• Penurunan nilai Clearens total (CLE) akan meningkatkan
      

konsentrasi steady-state (Css) dalam darah


• Clearens total terdiri dari Clearens renal dan clearens non
      

renal
• Clearens renal digambarkan oleh clearens creatinin.  Untuk
      

Dosis gagal pria, clearens kreatinin dapat diukur dengan persamaan :

ginjal
 Penyesuaian dosis dapat dilakukan dengan cara :
 menurunkan dosis dengan interval pemberian normal
 memberikan dosis biasa dengan  memperpanjang interval
pemberian
 mengatur besarnya dosis sekaligus interval pemberian
 Terapi obat secara individual harus dilakukan pada penderita
dengan gangguan ginjal. Umumnya, penyesuaian dosis di
dasarkan pada clearence creatinin.
Penyesuaian   Penyesuaian dosis lebih kompleks untuk obat yang terlalu cepat
dosis pada dimetabolisme atau obat-obatan yang mengalami perubahan
pada ikatannya dengan protein akibat keadaan gagal ginjal.
penderita  Penyesuaian regiment dosis yang optimal tergantung pada
gagal ginjal keakuratan hubungan parameter farmakokinetik obat dan
parameter fungsi ginjal dan juga tergantung pada penilaian yang
akurat terhadap sisa fungsi ginjal yang masih baik.
 Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana tekanan
darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi ini
dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang
jelas
 Fakktor-faktor pemicu yang diduga dapat memengaruhi peningkatan risiko
hipertensi.
1. Berusia di atas 65 tahun.
2. Mengonsumsi banyak garam.
Hipertensi 3. Kelebihan berat badan.
4. Memiliki keluarga dengan hipertensi.
5. Kurang makan buah dan sayuran.
6. Jarang berolahraga.
7. Minum terlalu banyak kopi (atau minuman lain yang mengandung kafein).
8. Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
 Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
 Berikan obat generic (non paten) bila sesuai dan dapat
mengurangi biaya
 Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti
Penggunaan pada usia 55 –80 tahun, dengan memperhatikan faktor penyebab
hipertensi
obat  Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
 Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
 Safarina, Huda. Drug Related Problem. Diakses dari :
(http://www.academia.edu/19546219/DRUG_RELATED_PROBLE
M) pada tanggal 24 september 2016.
 Sugiarto. Dasar-dasar Terapi Secara Rasional.
 http://www.tanyaapoteker.com/2015/10/mengenal-ilmu-farmakol
ogi-dasar.html

Referensi  http://www.haiyul-fadhli.tk/2015/03/aplikasi-penyesuaian-dosis-p
ada-pasien.html
 http://kampusfarmasi.blogspot.co.id/2015/06/farmakoterapi-kond
isi-khusus.html
 http://www.smallcrab.com/kesehatan/816-penggunaan-obat-pad
a-orang-dengan-kondisi-khusus
 http://lansida.blogspot.co.id/2011/09/penggunaan-obat-pada-pen
derita-gangguan.html
 http://www.alodokter.com/hipertensi
 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3191675/

Anda mungkin juga menyukai