OBAT Kelompok 5 :
Ulfa Rahmawati
Jararizki Budi S
Salshabilla Nur Susilowati
Rensa Alsya Fitri
Hal yang harus
Prinsip dalam terapi dipertimbangkan
obat terhadap dalam penggunaan
pasien obat yang rasional
7.Durasi terapi
• Dosis tunggal ( cth : Sumatriptan = obat migraine)
• Untuk beberapa waktu singat ( cth : antibiotic)
• Seumur hidup ( cth : Anti hipertensi = Maintate)
8. Promote Compliance
Talk your Patient about their drug
• Therapeutic relationship
• Pasien mendapatkan informasi yang spesifik mengenai obat yang
dikonsumsi.
10.Therapeutic Parsimony
• Use the lowest dose of few drugs for short as possible to
achieve the desired effect
11.Review Therapy
• Ketika konsultasi, menambahkan obat baru dan ketika
terjadi sesuatu
PRINSIP TERAPI OBAT
Tujuan EBM
• Membantu proses pengambilan keputusan klinik, baik
untuk kepentingan pencegahan, diagnosis, terapetik,
maupun rehabilitasi yang didasarkan pada bukti – bukti
ilmiah terkini yang terpercaya dan dapat dipertanggung
jawabkan
Dengan melihat pada penelitian-penelitian kedokteran dan literatur-
literatur (individual atau group), sehingga dapat membantu dokter
Menentukan diagnosis yang tepat,
Memilih rencana pemeriksaan terbaru,
Memilih terapi terbaru
Memilih metode pencegahan penyakit
terbaru.
Prinsip EBM
Tingkatan
level EBM
1. Evidence-Base guideline.
EBM yang dilaksanakan pada tingkat organisasi atau lembaga
Klasifikasi sehingga melibatkan dalam pembentukan pedoman, dan aturan.
Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari jawaban yang benar bagi
Tahap EBM
pertanyaan tersebut dari literatur ilmiah
Lakukan telaah kritis literatur untuk menilai validitas (mendekati
kebenaran), pentingnya hasil penelitian itu serta kemungkinan
penerapannya pada pasien
Integrasikan bukti dengan keahlian klinik dan preferensi pasien untuk
pemecahan masalah pelayanan pasien yang lebih baik.
Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit / masalah . Apakah berhasil atau
masih memerlukan tindakan lain?
Drug related problem
Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian suatu kondisi
terkait dengan terapi obat yang secara nyata atau potensial
mengganggu hasil klinis kesehatan yang diinginkan
Pharmaceutical Care Network Europe (The PCNE Classification
V5.01. berdasarkan masalah :
1. Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)/ Adverse drug reaction
(ADR) : Pasien mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki seperti
efek samping atau toksisitas.
2. Masalah pemilihan obat :Pasien mendapatkan obat yang salah yang
tidak sesuai dengan penyakitnya
Klasifikasi 3. Dosing Problem : pasien mendapatkan jumlah dosis yang lebih besar
atau lebih kecil dari pada yang dibutuhkan
Drug Related 4. Masalah Pemberian/penggunaan obat : tidak memberikan/tidak
Efek samping, yaitu efek obat yang tidak diinginkan yang berlainan
dengan efek terapi .
Efek toksik, yaitu efek obat yang tidak diinginkan karena bersifat toksik
atau racun, biasanya terjadi karena dosis obat yang terlalu tinggi.
Toleransi, yaitu peristiwa dimana dosis obat harus dinaikan terus
menerus untuk mencapai efek terapi yang sama.
Penurunan efek farmakologik akibat pemberian
berulang.
Berdasarkan mekanisme :
Toleransi farmakokinetik : obat merupakan self
inducer, e.g. barbiturat dan rifampisin
Toleransi farmakodinamik/seluler : sensitivitas
reseptor berkurang, e.g. barbiturat, opiat,
benzodiazepin, amfetamin, dan nitrat organik.
Habituasi, yaitu ketergantungan fisik akibat kebiasaan dalam
mengonsumsi suatu obat.
Adisi, yaitu ketergantungan atau ketagihan obat secara fisik dan
mental dan apabila pemakaian obat dihentikan maka akan
menimbulkan efek hebat yang menyakitkan.
3. Toleransi :
Suatu fenomena berkurangnya respon terhadap dosis obat yang sama,
sehingga untuk memperoleh respon yang sama , dosis harus diperbesar
4. Habituasi :
Suatu gejala ketergantungan psikhologik terhadap suatu obat. Kriterianya :
(a) selalu ingin menggunakan obat; (b) tanpa atau hanya sedikit
kecenderungan untuk menaikkan dosis; (c). memberikan efek yang
merugikan pada suatu individu.
5. Adiksi :
Adalah suatu gejala ketergantungan psikhologik dan fisik terhadap obat.
Kriteria : (a) ada dorongan untuk selalu menggunakan obat; (b). ada
kecenderungan untuk menaikkan dosis; (c). timbul ketergantungan psikhik
dan biasanya diikuti ketergantungan fisik.; (d) merugikan terhadap individu
maupun masyarakat.
1. Adisi :
Beberapa obat yang diberikan bersama-sama memberikan efek yang
merupakan penjumlahan dari efek masing-masing obat bila diberikan secara
terpisah
EFEK PENGGUNAAN 2. Sinergis :
OBAT CAMPURAN Beberapa obat mempunyai aksi yang hampir sama, bila diberikan bersama-
sama ,memberikan efek yang lebih besar dari efek masing-masing obat
yang diberikan secara terpisah
3. Potensiasi :
Beberapa obat yang diberikan bersama-sama dengan aksi-aksi yang tidak
sama, memberikan efek yang lebih besar pada pasien, dari pada efek
masing-masing secara terpisah.
4. Antagonis :
Beberapa obat yang diberikan bersama-sama, salah satu obat mengurangi
efek dari obat yang lain
5. Interaksi obat :
Interaksi obat berlangsung dengan beberapa cara, yaitu : (a) Interaksi kimia
; (b) Kompetisi untuk mengikat protein ( mendesak obat lain pada protein );
(c) Induksi enzim ( menstimulasi pembentukan enzim di hati sehingga obat
cepat dibiotransformasi dan dieliminasi ); (d) Inhibisi enzim ( mengganggu
fungsi hepar dan enzim-enzimnya, sehingga memperkuat kerja obat lain ).
Farmakogenetik
Glukuronidasi
• Pasien dengan penyakit Gilbert→ defisiensi glukuronil transferase → tingginya
konsentrasi bilirubin
Aldehid Dehidrogenase
• 50% keturunan Mongoloid → defisiensi Aldehid dehydrogenase → tidak mampu
memetabolisme asetaldehid yang diproduksi dari etanol → disulfiram reaction
(menyebabkan flushing and vomiting)
Defisiensi Pseudokolinsterase
• 1 dari 3000 orang tidak dapat melakukan metabolisme suksinilkolin dan membutuhkan
pernapasan buatan setelah menggunakan suksinilkolin
Farmakogenetik
Dihydropyrimidine dehydrogenase (DPD)
• Absolut dan sebagian defisiensi DPD terjadi pada 0,1-3% poulasi
Kaukasia → toksik
fungsi hati
gagal ginjal kronis (GGK) adalah kondisi saat fungsi ginjal mulai menurun
secara bertahap. Indonesia Renal Registry mendefinisikan gagal ginjal
kronis sebagai kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan jaringan, komposisi
darah dan urine atau tes pencitraan ginjal, yang dialami lebih dari tiga
bulan.
Ginjal berfungsi menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah sebelum
dibuang melalui cairan urine. Ginjal juga memiliki berbagai fungsi lain yang
tidak kalah penting, yaitu:
Gangguan 1. Mengatur kadar bahan kimia dalam tubuh sehingga membantu jantung
dan otot agar bekerja dengan baik.
fungsi ginjal 2. Membantu mengatur tekanan darah.
3. Memproduksi zat sejenis vitamin D yang menjaga kesehatan tulang.
4. Memproduksi hormon glikoprotein disebut erythropoietin yang
membantu merangsang produksi sel-sel darah merah.
Beberapa kondisi seperti diabetes dan tekanan darah tinggi menjadi
beberapa penyebab terjadinya gagal ginjal kronis. Dalam jangka panjang,
kondisi-kondisi ini menyebabkan kerusakan pada ginjal sehingga fungsi
ginjal menurun.
Clearens total (CLE) dan dosis obat mempengaruhi
konsentrasi steady-state(Css) dalam darah
• Penurunan nilai Clearens total (CLE) akan meningkatkan
renal
• Clearens renal digambarkan oleh clearens creatinin. Untuk
ginjal
Penyesuaian dosis dapat dilakukan dengan cara :
menurunkan dosis dengan interval pemberian normal
memberikan dosis biasa dengan memperpanjang interval
pemberian
mengatur besarnya dosis sekaligus interval pemberian
Terapi obat secara individual harus dilakukan pada penderita
dengan gangguan ginjal. Umumnya, penyesuaian dosis di
dasarkan pada clearence creatinin.
Penyesuaian Penyesuaian dosis lebih kompleks untuk obat yang terlalu cepat
dosis pada dimetabolisme atau obat-obatan yang mengalami perubahan
pada ikatannya dengan protein akibat keadaan gagal ginjal.
penderita Penyesuaian regiment dosis yang optimal tergantung pada
gagal ginjal keakuratan hubungan parameter farmakokinetik obat dan
parameter fungsi ginjal dan juga tergantung pada penilaian yang
akurat terhadap sisa fungsi ginjal yang masih baik.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana tekanan
darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi ini
dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang
jelas
Fakktor-faktor pemicu yang diduga dapat memengaruhi peningkatan risiko
hipertensi.
1. Berusia di atas 65 tahun.
2. Mengonsumsi banyak garam.
Hipertensi 3. Kelebihan berat badan.
4. Memiliki keluarga dengan hipertensi.
5. Kurang makan buah dan sayuran.
6. Jarang berolahraga.
7. Minum terlalu banyak kopi (atau minuman lain yang mengandung kafein).
8. Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
Berikan obat generic (non paten) bila sesuai dan dapat
mengurangi biaya
Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti
Penggunaan pada usia 55 –80 tahun, dengan memperhatikan faktor penyebab
hipertensi
obat Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
Safarina, Huda. Drug Related Problem. Diakses dari :
(http://www.academia.edu/19546219/DRUG_RELATED_PROBLE
M) pada tanggal 24 september 2016.
Sugiarto. Dasar-dasar Terapi Secara Rasional.
http://www.tanyaapoteker.com/2015/10/mengenal-ilmu-farmakol
ogi-dasar.html
Referensi http://www.haiyul-fadhli.tk/2015/03/aplikasi-penyesuaian-dosis-p
ada-pasien.html
http://kampusfarmasi.blogspot.co.id/2015/06/farmakoterapi-kond
isi-khusus.html
http://www.smallcrab.com/kesehatan/816-penggunaan-obat-pad
a-orang-dengan-kondisi-khusus
http://lansida.blogspot.co.id/2011/09/penggunaan-obat-pada-pen
derita-gangguan.html
http://www.alodokter.com/hipertensi
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3191675/