Anda di halaman 1dari 77

PARASIMPATOLITIK

Reza Nur Fahmi (1506677566)


Nurrohmaniah (1506726321)
Ratu Nabila (1506767196)
Christoffel Untu (1506767214)
Sistem saraf
Sistem Saraf

Sistem Saraf Sistem Saraf


Tepi Pusat

Sumsum
Saraf Sensorik Saraf Motorik Otak Tulang
Belakang

Saraf Somatik Saraf Otonom

Saraf
Saraf Simpatis
Parasimpatis
Pelepasan Ach

11th: Brunton, Laurence L.;


Lazo, John S.; Parker, Keith,
eds. (2005). —— (11th ed.).
New York: McGraw-Hill.
Reseptor
Kolinergik

Muskarinik Nitotinik
Reseptor Asetilkolin Muskarinik

Terdapat 5 subtipe
M1,M2,M3,M4 dan M5

Fungsi dasar muskarinik diperantarai oleh interaksi


dengan anggota kelompok G

Subtipe M1,M3 dan M5 mengativasi protein G,disebut


Gq/11 dan jika teraktivasi akan mengaktifkan sistem
fosfatidil inositol
Subtipe M2 dan M4 berinteraksi dengan gugus Protein G yang disebut Gi
dan G0 menghasilkan penghambatan adenilil siklase,aktivasi saluran K
yang diatur reseptor,dan penekanan aktivasi Ca2+ bergerbang-voltase
dalam tipe sel tertentu
Reseptor Muskarinik
Reseptor M1
• CNS
• Banyak di cerebral
cortex,hippocampus dan
Lokasi striatum automic ganglia glands
( gastric dan salivary)
• Enteric nerves
• Depolarisasi (EPSP lambat)
• Mekanisme molekulernya :
Respon Aktivasi fosfolipase C melalui
seluler protein G → IP3 dan DAG →
Pelepasan intraselular Ca2+
• Meningkatkan sekresi
Respon • Meningkatkan fungsi kognitif
Fungsional (memori)
Reseptor M3

• Otot polos, endhotel, dan


Lokasi
kelenjar

• Aktivasi fosfolipase C
melalui protein G → IP3
dan DAG → Pelepasan
Respon seluler
intraselular Ca2+ dari
retikulum sarkoplasma
• Otot polos: ↑kontraksi
(contoh: kandung kemih)
Respon • Kelenjar: ↑sekresi
fungsional
(contoh: kelenjar saliva)
• Sintesis NO (vasodilator)
Reseptor M5

Lokasi • CNS

• Seven transmembrane
Struktur segments, Gq/11
protein-linked
• Aktivasi fosfolipase C
melalui protein G → IP3
Respon seluler dan DAG → Pelepasan
intraselular Ca2+ dari
retikulum sarkoplasma
Reseptor Muskarinik
Reseptor M2

Lokasi: CNS,hati, automic nerve terminal,smooth


muscle

Respon selular:
Aktivasi reseptor ini akibat dari penghambatan
adenyl cyclase dalam hati , otot polos, dan otak.
Akibatnya,terjadi kekurang cAMP yang dibentuk untuk
bertindak sebagai second messenger. Stimulasi reseptor
juga menghasilkan aktivasi saluran kalium dalam
membran sel jantung.
Reseptor Muskarinik4(M4)
• Lokasi: CNS
• Struktur: Seven transmembrane segments,
Gi/o protein-linked
• Respon selular: Inhibisi adenilat siklase melalui
protein Gq/11 → ↓ cAMP → aktivasi chanel
ion K+ → inhibisi gerbang voltase ion Ca2+ →
Hiperpolarisasi dan inhibisi exitable membrane
• Respon fungsional:
- Inhibisi pengeluaran transmiter di CNS dan
periferal
- Aktivitas kataleptik
- sebagai fasilitas dari pengeluaran dopamin
Reseptor Nikotinik
Reseptor Asetilkolin Nikotinik

Reseptor asetilkolin nikotinik adalah anggota dari superfamili ligand-gated ion


channels

Reseptor ini terdapat di neuromuscular junction rangka, ganglia otonom, medula


adrenal dan pada SSP

Reseptor ini adalah target bagi ACh dan juga obat yang secara farmakologi
bersifat mengatur, misalnya nikotin

Reseptor nikotinik ditemukan di badan sel pada pascaganglion di ganglion


otonom

Berespons terhadap asetilkolin yang dibebaskan dari serat praganglion

Pengikatan asetilkolin ke reseptor ini  mengalirnya Na+ dan K+ dan


menyebabkan depolarisasi  pembentukkan potensial aksi di sel pascaganglion
Reseptor Nikotinikn(NN)
• Lokasi: ganglia otonom, CNS, dan medula adrenal.
• Struktur: Pentamer dengan α dan β subunit, ex: (α4)2(β2)3 (CNS) atau
α3α5(β2)3 (ganglia)
• Respon membran: Excitatory; depolarization; firing of postganglion
neuron; depolarization and secretion of catecholamines
• Mekanisme molekuler: Depolarisasi ion channel Na+ dan K+
(meningkatkan permeabilitas kation)
Reseptor Nikotinikm(NM)
• Lokasi: neuromuscular junction di otot rangka
• Struktur: Pentamer [(α1)2β1δγ)
• Membran respon: Excitatory; endplate depolarization; skeletal muscle
contraction
• Penyebab aktivasinya adalah kontraksi otot.
• Mekanisme molekuler: depolarisasi ion channel
Na+ dan K+ (meningkatkan permeabilitas kation)
Referensi

• Cholinergic transmission. In: Pharmacology, 4th edition. Rang


HP, Dale MM and Ritter JM. Edinburgh, UK: Harcourt
Publishers Ltd, 2001:110–138.
• References
• Biomed.brown.edu, (2014). Membrane Plasmapheresis.
[online] Available at:
http://biomed.brown.edu/Courses/BI108/BI108_2008_Groups/g
roup06/pages/diseases.html [Accessed 30 Nov. 2014].
• Cnsforum.com, (2014). Mechanism of action of
acetylcholinesterase inhibitors. [online] Available at:
https://www.cnsforum.com/educationalresources/imagebank/de
mentia_antidementia/drug_neostig [Accessed 30 Nov. 2014].
• Corwin, E. (2008). Handbook of pathophysiology. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins.
• Toy, E. (2008). Pharmacology. New York: McGraw-Hill Medical.
Obat Parasimpatolitik (Antikolinergik)
Obat antikolinergik akan menghasilkan efek
yang berkebalikan dengan kerja dari saraf
parasimpatis yang seharusnya karena obat ini
bekerja menghambat kerja dari saraf
parasimpatis.
Organ Efek Kerja Obat Antikolinergik

Jantung Meningkatkan kecepatan dan kontraksi (hanya atrium)

Pembuluh darah Kontriksi

Paru Dilatasi bronkiolus


Menghambat sekresi mukus
Saluran cerna Menurunkan motalitas
Menghambat sekresi pencernaan
Menurunkan kerja peristaltik

Kandung kemih Menurunkan kekosongan kandung kemih

Mata Dilatasi pupil

Pankreas eksokrin Menghambat sekresi pankreas eksokrin

Kelenjar liur Mengurangi sekresi liur

Kelenjar keringat Mengurangi sekresi keringat

Pankreas endokrin Menghambat sekresi insulin dan glukagon


Sistem Perkemihan
Sumber Gambar: Martini
(2012)
M3 memediasi aktivasi langsung dari
kontraksi kandung kemih.

Pada kandung kemih manusia


didominasi oleh reseptor M2 Reseptor M3
dan M3 bertanggung jawab untuk kontraksi
urinasi normal dan
kontraksi involunter, yang dapat
mengakibatkan Urinary Incontinence.
Kelainan pada Sistem Perkemihan
Overactive Bladder Urinary Incontinence

Merupakan masalah pada Urinasi secara involunter


fungsi penyimpanan urin (tidak disadari)
dalam kandung kemih yang
menyebabkan keinginan
untuk urinasi secara
mendadak walaupun pada
saat kadar urin dalam
kandung kemih masih rendah.

Disebabkan oleh kontraksi tidak Dipengaruhi oleh saraf


terkontrol dari otot pada dinding parasimpatik khususnya
kandung kemih reseptor M3
Pengobatan
• Untuk mengatasinya dapat digunakan obat yang menghambat efek
parasimpatis.
• Digunakan obat antikolinergis, contohnya seperti oxybutynin, darifenacin,
solifenacin, tolteodine, dan trospium.
• Yang umum digunakan adalah oxybutynin.

Antagonist
penurunan efek
Oxybutynin reseptor M3 pada
parasimpatik
kandung kemih

mengurangi
urinasi lebih penurunan
keinginan untuk
terkontrol kontraksi otot
urinasi
Sistem Gastrointestinal
Sistem Gastrointestinal
• Fungsi utama dari sistem pencernaan adalah untuk mentransfer
nutrisi, air, dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam
lingkungan internal tubuh.
• Sistem gastrointestinal berfungsi untuk memecah makanan dalam
bentuk molekul yang siap di cerna, mengabsorpsi hasil ke dalam
darah dan mengeliminasi zat yang tidak dapat dicerna lagi.
• Terdapat 4 proses dasar pada sistem gastrointestinal: motilitas,
sekresi, digesti, absorbsi
Sistem Gastrointestinal
• Dinding saluran cerna
memiliki struktur umum
yang sama di seluruh
panjangnya dari esofagus
sampai anus dengan
beberapa variasi lokal khas
untuk masing-masing bagian
• 4 lapisan jaringan utama:
mukosa, submukosa,
muskularis eksterna, dan
serosa
Jalur yang Mengontrol Aktivitas Pencernaan
Sistem Gastrointestinal

Efek parasimpatis pada


sistem gastrointestinal
Pada saluran cerna manusia
adalah meningkatkan
didominasi oleh reseptor M3
motilitas, relaksasi sfingter
(terkait Protein Gq)
dan stimulasi sekresi
pencernaan
Gangguan pada Sistem Gastrointestinal : Diare
• Diare merupakan gangguan saluran cerna yang dapat
menyebabkan terganggunya keseimbangan cairan dan asam-
basa tubuh
• Ditandai dengan penurunan konsistensi feses dan
peningkatan frekuensi defekasi
• Pengeluaran berlebihan isi usus menyebabkan dehidrasi,
hilangnya nutrien, dan asidosis metabolik karena keluarnya
HCO3
• Penyebab diare tersering adalah akibat motilitas usus yang
berlebihan, yang disebabkan oleh iritasi lokal dinding usus
oleh infeksi bakteri/virus/stress emotional. Transit cepat
tidak memungkinkan penyerapan cairan secara maksimal
Patofisiologis Diare
4 mekanisme patofisiologis umum yang mengganggu
keseimbangan air dan elektrolit:

• Perubahan transportasi ion aktif  penyerapan natrium


menurun atau peningkatan sekresi klorida;
• Perubahan motilitas usus;
• Peningkatan osmolaritas luminal; dan
• Peningkatan tekanan hidrostatik dalam jaringan.

Mekanisme ini berhubungan dengan empat kelompok


besar klinis diare: sekretori, osmotik, eksudatif, dan
altered intestinal transit.
• Diare sekretorik terjadi ketika zat merangsang (misalnya vasoactive
intestinal peptide [VIP], obat pencahar, atau bakteri) meningkatkan
sekresi atau menurunkan penyerapan air dan elektrolit.
• Buruknya penyerapan untuk mempertahankan cairan usus
mengakibatkan osmotik diare.
• Penyakit inflamasi pada saluran GI dapat menyebabkan diare
eksudatif oleh pelepasan mukus, protein, atau darah ke usus.
• Motilitas usus dapat berubah dengan berkurangnya waktu kontak di
usus halus, pengosongan dini usus besar, dan pertumbuhan bakteri
berlebih.
Obat Antikolegernik untuk
Gangguan Gastrointestinal
Atropin
• Alkaloid belladonna amin tersier
• Afinitas tinggi untuk reseptor muskarinik
• Mencegah ACh berikatan dengan reseptor
muskarinik
(muscarinic blocker)
• Waktu paruh ±4 jam Goodman, Louis S et al. Goodman &
Gilman's The Pharmacological Basis Of
Therapeutics. p. 191 
Efek farmakologik
• Gastrointestinal
• Bertindak sebagai agen antispasmodik, mengurangi motilitas saluran
gastrointestinal
• Menghalangi vagal dan memperpanjang waktu transit perut
• Mencegah kejang perut
Atropin

Antagonis
reseptor M3 GI
Tract

Relaksasi
saluran
Gastrointestinal

Penurunan • Pengurangan waktu transit


motilitas perut
saluran
gastrointestinal • Mengurangi keram perut
Farmakoterapi
• Diberikan untuk menugurangi kram perut dan waktu transit perut
(pengurangan motilitas)
• Biasanya diberikan sebagai supporting medicine pada terapi
• Dosis rendah pada pemberian obat Opiat atau derivatnya (contoh;
Diphenoxylate, Difenoxin)  0.025 mg
Adverse Effect
• Kontraindikasi
• Glaukoma sudut pendek
• Penyakit jantung
• Gangguan saluran kemih

• Efek samping
• Mulut kering
• Pengelihatan kabur
• Takikardia
• Retensi urin
• konstipasi
Sistem Respirasi dan Sistem
Kardiovaskuler
Penyebaran reseptor
muskarinik di paru-paru
• Tiap reseptor memiliki peran yang
berbeda
• Reseptor M1 berfungsi meregulasi
bronchomotor tone
• Reseptor M2 terlibat dalam
penyerapan asetilkolin
• Reseptor M3 bertindak sebagai
postsinaptik pada saluran napas
dan otot polos pembuluh darah
paru , dan blokade M3 mengarah
untuk kelancaran relaksasi.
Asma
• Inflamasi kronik pada saluran • Karakteristik dari asma :
pernapasan terhambatnya saluran
pernapasan , hiperresponsif
bronkial , dan inflamasi
• Gejala : napas pendek , wheeze ,
sesak dada m sesak napas , dan
batuk .
Keadaan Normal dari Bronkiolus
Kondisi Bronkiolus Penderita Asma
Mekanisme terjadinya
bronkokonstriksi
Pengobatan
Sistem Kardiovaskular
Reseptor Muskarinik
• Ach memberikan 4 efek utama
pada jantung :
1. Penurunan kekuatan kontraksi
jantung
2. Vasodilatasi
3. Penurunan denyut jantung
4. Penurunan laju konduksi dalam
jaringan khusus dari nodus
sinoatrial (SA) dan
atrioventrikular (AV)
Patofisiologi : Bradikardia
a. Peningkatan Tonus vagal
b. Kecepatan konduksi nodus AV
yang terhalang

Dapat di cek dengan :


Menyebabkan • EKG

Detak jantung yang sangat lambat,


bisa sampai dibawah 50 bpm
Kelainan Sistem Kardiovaskuler (bradikardi)

M1
Cholinergic poisoning
Cholinergic poisoning

Penggunaan inhibitor enzim kolinesterase sebagai pestisida


(umumnya mengandung organofosfat atau karbamat)

Enzim kolinesterase berperan dalam menghidrolisa


asetilkolin menjadi asam asetat dan kolin yang berfungsi
sebagai perantara kimia pada sinaps sistem saraf otonom
sehingga rangsangan yang sampai dapat diteruskan
Mekanisme
Inhibisi
Acetycholineste
rase

Source: Katzung, B., Masters, S., &


Trevor, A. (2013).Basic and Clinical
Pharmacology. New York: McGraw Hill
Medical (page 83)
Pengobatan

Antimuscarinic
Therapy

Cholinesterase
Regenerator
Compounds
Antimuscarinic Therapy
• Tidak ada metode yang efektif untuk langsung memblokir efek nikotinik inhibisi
kolinesterase, karena nikotinat agonis dan antagonis menyebabkan blokade
transmisi
• Untuk mengatasi efek muskarinik, digunakan atropin yang dapat mengobati efek
SSP serta efek perifer organofosfat yang inhibitor
Cholinesterase Regenerator Compounds

• Pralidoksim paling efektif dalam regenerasi


cholinesterase yang terkait dengan otot
rangka neuromuskular junction.
• Dalam dosis yang berlebihan, pralidoksim
dapat menginduksi kelemahan neuromuskular
dan efek samping lainnya.
Penyakit Parkinson
PENYAKIT PARKINSON

• Penyakit parkinson merupakan penyakit


yang memiliki karakteristik yang kuat yg
DEFINIS terjadi pada neuron (neuropatologi) dan
menunjukkan gejala yg sangat kuat,

I
termasuk penurunan motorik yang
mempengaruhi gerakan. kadang dimulai
dengan tremor, dan terkadang
penurunan/kemunduran mental.

• tremor
GEJALA • Rigidity,bradykinesia
PATOFISIOLOGI

Hilangnya neuron Berkurangnya aktivitas dari


Dekstruksi sel pada dopaminergik
reseptor dopamin 1 dan
dopamin 2 mengakibatkan
subtansia nigra pars sehingga sekresi penghambatan yang lebih
compacta dopamin berkurang besar pada thalamus dan
aktivitas korteks motorik

Terjadi peningkatan
aktivitas kolinergik
sehingga
menimbulkan tremor
Obat Antikolinergik sebagai
antiparkinson

Dapat digunakan sebagai monoterapi dan


sebagai konjungsi dengan obat
antiparkinson lainya.

efektif untuk tremor dan keadaan distonik


pada beberapa pasien,namun jarang
menunjukkan keuntungan substansial
untuk bradikinesia atau kecatatan lain

Bekerja dengan mekanisme sebagai


inhibitor kompetitif dengan Ach sehingga
Ach dan dopamin dapat seimbang pada
pasien penderita parkinson.
Atropin
Amina tersier alkaloid ester
dari asam tropik.

 Ditemukan dalam
tumbuhan Atropa
belladonna dan Datura
stramonium.
Atropin bersaing dengan asetilkolin
untuk suatu tempat ikatan pada
reseptor muskarinik. Tempat ikatan
untuk antagonis kompetitif dan
asetilkolin ini terdapat di dalam celah
yang diperkirakan dibentuk oleh
beberapa dari tujuh heliks
transmembran reseptor. Namun,
permasalahan kompetisi ini bisa diatasi
dengan keberadaan asetilkolin yang
meningkat atau setidaknya memadai di
reseptor organ.
• Termasuk golongan antagonis kolinergik  antagonis
kompetitif asetilkolin.
• Menduduki reseptor tanpa menimbulkan efek langsung
• Berkurangnya efek transmitter karena tergeser dari sel
FARMAKODINAMIK
tersebut

• Absorpsi : diserap oleh usus dan konjungtiva


• Distibusi : ke seluruh tubuh
• Metabolisme dan Ekskresi : hilang setelah 2 jam dari
FARMAKOKINETIK darah dan diekskresikan melalui urin
Efek terhadap sistem organ

Reseptor Therapeutic Uses / Indikasi Adverse Effect

Sistem saraf M1 Untuk penyakit parkinson; efek Efek samping :Mulut


pusat stimulan minimal pada SSP, terutama kering, Penglihatan
pusat-pusat meduler parasimpatik, kabur, Takikardia,
lebih lambat, dan efek sedatif yang Konstipasi, gelisah,
tahan lama pada otak. bingung, halusinasi
( SSP)
Toksisitas : Peningkatan
tekanan intraokulus
pada glaukoma sudut
tertutup.
Benztropin

Katzung, Bertram G, et al. Basic & Clinical Pharmacology. 2009. p. 123


Benztropin

Katzung, Bertram G, et al. Basic & Clinical Pharmacology. 2009. p. 487


Farmakologi

Indikasi : untuk mengurangi tremor pada parkinsonisme

Menghambat secara kompetitif reseptor muskarinik di


dalam otak, termasuk yang terdapat di dalam sistem
ekstrapiramidal

Efeknya tidak kuat pada bradikinesia parkinsonisme


FARMAKODINAMI
K • Efek antikolinergik (seperti atropin)

• Kontraindikasi terhadap pasien penderita


HipersensitivitasGlaukoma sudut
tertutupObstruksi pylorus, duodenum, leher
Adverse effects kandung kemihHipertrofi prostatMiastenia gravis
• Efek samping : Halusinasi,mulut kering,pandangan
kabur
Dosis

Katzung, Bertram G, et al. Basic & Clinical Pharmacology. 2009. p. 481


• Goodman, Louis S et al. Goodman & Gilman's The Pharmacological
Basis Of Therapeutics. New York: McGraw-Hill, 2006. Print.
• Martini, Frederic, and William C Ober. Fundamentals Of Anatomy &
Physiology. San Francisco, CA: Pearson Benjamin Cummings, 2006.
Print.
• Sherwood, Lauralee. Fundamentals Of Human Physiology. Belmont,
CA: Brooks/Cole Cengage Learning, 2012. Print.
• Robinson TG, Castleden CM. Drugs in focus: 11. Oxybutynin
hydrochloride. Prescr J 1994; 34(1): 27–30 Google Scholar
Referensi
• Goodman, Louis S et al. Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis Of Therapeutics. New York: McGraw-Hill,
2006. Print.
• Martini, Frederic, and William C Ober. Fundamentals Of Anatomy & Physiology. San Francisco, CA: Pearson
Benjamin Cummings, 2006. Print.
• Sherwood, Lauralee. Fundamentals Of Human Physiology. Belmont, CA: Brooks/Cole Cengage Learning, 2012.
Print.
• Neal, M.J. (2006). At a Glance Farmakologi Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
•  Katzung, B., Masters, S. and Trevor, A. (2009). Basic & Clinical Pharmacology. New York: McGraw-Hill Medical.

Anda mungkin juga menyukai