Anda di halaman 1dari 5

PAPER FARMAKOLOGI

SYAMSUL ARIF AGUS ALIM

O 111 15 504

1. Jenis-jenis reseptor yang ada (Agonist-Gated Channel, G-Protein Couple


Receptor dst)
A. Reseptor Ligand-Gated Ion Channel / Ion-channel linked receptors
Disebut juga reseptor ionotropik. Reseptor membran yang langsung terhubung
oleh suatu kanal ion dan memperantarai aksi sinaptik yg cepat. Cth. Reseptor
asetilkolin nikotinik, reseptor GABAa dan reseptor Glutamat.
Ligand (obat) berinteraksi dg reseptor >> signal >> konformasi reseptor >> kanal
ion terbuka >> ion masuk >>depolarisasi / hiperpolarisasi

B. G-Protein Coupled Receptors/ Reseptor Yg tergandeng dg Protein G


Merupakan reseptor membran yang tergandeng sistem efektor yangg disebut
protein G. Disebut juga reseptor metabotropic.Reseptor 7 transmembran , karena
rangkaian peptida reseptor ini melintasi membran sebanyak 7 kali. Memperantarai
aksi yg lambat beberapa neurotransmitter dan hormone. Cth. Reseptor asetilkolin
muskarinik, adrenergik, dopaminergik dan serotonin.
Transmisi Sinyal melewati membran sel terjadi dlm 4 tahap :.
- Ikatan ligand (obat) dg reseptor.
- Reseptor mengaktifkan G-protein.
- G-protein yg aktif akan mengaktifkan enzim tertentu atau mempengaruhi
kanal ion tertentu.
- Aktivasi enzim menyebabkan perubahan konsentrasi second
messenger.

C. Tyrosine Kinase-Linked Receptors/ Reseptor yg terkait aktivitas Kinase


Merupkan reseptor single transmembran. Memiliki aktivitas kinase dlm signal
transduksinya. Cth. Reseptor sitokin, reseptor growth factor, reseptor insulin,
Mekanisme :
- Obat atau hormon mengikat extracellular domain.
- Allosteric effect autofosforilasi pada intracellular domain.
- intracellular domain yg telah mengalami fosforilasi selanjutnya akan
memfosforilasi protein substrat.

D. Ligand-Activated Transcription Factors / Intracellular Receptors


Reseptor ini berada di dalam sitoplasmik atau nukleus. Aksinya langsung
mengatur transkripsi gen yg menentukan sintesis protein tertentu. Cth. Reseptor
steroid, reseptor estrogen, reseptor PPAR (Peroxisome Proliferators-Activated
Receptor)
Mekanisme :
- Cytosolic receptors. Steroid hormon menembus membran sel dan
mengikat reseptor di sitoplasma. Kompleks ligand-reseptor ditranspor
masuk ke nukleus dan berikatan dg rantai DNA untuk meregulasi
transkripsi gen.
- Nuclear receptors. Thyroid hormon masuk ke dalam sel dan secara pasif
masuk ke nukleus untuk berikatan dengan reseptornya.

E. Macam-macam Reseptor Muskarinin dan Nikotinik

1. Reseptor Muskarinin
M1
Reseptor ini terkait dengan Gq (jalur fosfolipase). Banyak terdapat di cortex,
hippocampus, dan ganglia simpatik. Karena terdapat di otak, memainkan peranan
penting dalam fungsi kognitif dan memori.
M2
terhubung dengan Gi. Banyak terdapat di jantung, CNS, dan otot polos, sehingga
memiliki efek fisiologis pada penurunan kecepatan denyut jantung dan regulasi
suhu tubuh. Blokade M2 menyebabkan takikardi dan palpitasi (penguatan
kontraksi otot jantung).
M3
terhubung dengan Gq dan distribusinya luas, ada di saliva, bronkus, kelenjar
eksokrin, saluran gastrointestinal, mata, lambung. Karena mengaktivasi jalur
fosfolipase, efeknya pun menimbulkan kontraksi di tempat-tempat reseptor
tersebut berasa
M4
terkait Gi dan banyak terdapat di otak (neostriatum). Bertugas mengatur
keseimbangan kolinergik dan dopaminergik, serta mengatur analgesia.
M5
Terkait dengan Gq dan mengatur pelepasan dopamin juga.
2. Reseptor Nikotonik
Reseptor ini selain mengikat asetilkolin, dapat pula mengenal nikotin, tetapi
afinitas lemah terhadap muskarin. Tahap awal nikotin memang memacu reseptor
nikotinik, namun setelah itu akan menyekat reseptor itu sendiri. Reseptor
nikotinik ini terdapat di dalam sistem saraf pusat, medula adrenalis, ganglia
otonom, dan sambungan neuromuskular.

2.Cara/rute pemberian obat


A. Enteral
1. Oral : memberikan suatu obat melalui muut adalah cara
pemberian obat yang paling umum tetapi paling bervariasidan
memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan.
Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering
merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena
permukaan absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat
diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke ahti sebelum
disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langakah pertama
oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika
diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan makanan
dapat mempengaruhi absorbsi. Keberadaan makanan dalam
lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga
obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak
atau tidak diabsorbsi. Oleh karena itu, penisilin ata obat yang
tidak tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik
yang dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa
mencegah iritasi lambung. Hal ini tergantung pada formulasi,
pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan
preparat lepas lambat.

2. Sublingual : penempatan di bawah lidah memungkinkan


obat tersebut berdifusi kedalam anyaman kapiler dan karena itu
secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pemberian
suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat
melakukan bypass melewati usus dan hati dan obat tidak
diinaktivasi oleh metabolisme.

3. Rektal : 50% aliran darah dari bagian rektum memintas


sirkulasi portal; jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi.
Rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan,
yaitu mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH
rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika
obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika
penderita sering muntah-muntah.

B. Parenteral

Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya


buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang
tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga
digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan
dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.

1. Intravena (IV) : suntikan intravena adalah cara pemberian


obat parenteral yan sering dilakukan. Untuk obat yang tidak
diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan
pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena
itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini
memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali
atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang
terdapat dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak
dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan
activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat
memasukkan bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi
yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat
konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh
karena it, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati.
Perhatiab yang sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang
disuntikkan secara intra-arteri.

2. Intramuskular (IM) : obat-obat yang diberikan secara


intramuskular dapat berupa larutan dalam air atau preparat depo
khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum non aqua
seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan
absorbsi preparat-preparat depo berlangsung lambat. Setelah
vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap
pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan
memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang
lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.

3. Subkutan : suntukan subkutan mengurangi resiko yang


berhubungan dengan suntikan intravaskular. Contohnya pada
sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan
suatu obat untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja
sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat
seperti lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh lain
pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti
kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi levonergestrel yang
diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.

Anda mungkin juga menyukai