Anda di halaman 1dari 5

Nama : Revalina Putri Amelysa

Kelas/Semester : 1B
NIM : 202201083
Mata Kuliah : Farmakologi Keperawatan

TUGAS!!!

1. Apa saja faktor absobsi dan jelaskan faktor tersebut!


Jawaban:
a) Luas permukaan Sirkulasi darah
Kecepatan disolusi obat berbanding langsung dengan Luas Permukaan
dalam kontak dengan cairan/pelarut,bertambah kecil partikel,bertambah
Luas Permukaan maka bertambah pula kemudahan obat menjadi larut.
-Luas permukaan tempat obat diabsorpsi mempengaruhi jumlah obat yang
dapat diserap. Luas permukaan yang lebih besar dapat meningkatkan
absorbsi obat.
-Sirkulasi darah: Sirkulasi darah di daerah tempat obat diabsorpsi dapat
mempengaruhi kecepatan absorbsi obat. Sirkulasi darah yang lebih baik
dapat mempercepat absorbsi obat.
b) Tempat Absorpsi
Beberapa obat diabsorpsi di lambung, namun duodenum sering merupakan
jalan masuk utama sirkulasi sistemik karena permukaan absorpsinya lebih
besar. Tempat di mana obat diabsorpsi dapat mempengaruhi kecepatan dan
efisiensi absorbsi. Misalnya, obat yang diabsorpsi di usus kecil dapat
diserap lebih cepat dan lebih efisien dibandingkan obat yang diabsorpsi di
usus besar
c) Bentuk obat
Bentuk obat juga dapat mempengaruhi absorbsi. Obat yang berbentuk
cairan biasanya lebih cepat diserap daripada obat padat.
d) pH
pH lingkungan tempat obat diabsorpsi dapat mempengaruhi absorbsi obat.
Beberapa obat diserap lebih baik dalam lingkungan asam, sedangkan
beberapa obat diserap lebih baik dalam lingkungan basa. Dari lambung ke
duodenum pH naik secara bermakna, dikarenakan adanya sekresi pankreas
berupa bikarbonat yang berfungsi menetralkan asam lambung yang masuk
ke dalam usus halus. Netralisasi ini juga mencegah terjadinya endapan dari
asam empedu yang sukar larut dalam suasana asam. Sekresi pankreas juga
mengandung enzim-enzim yang membantu macam-macam mekanisme
pencemaan makanan. Enzim-enzim pankreasdapal pula mempengaruhi
absorpsi obat karena dapat berlaku sebagai katalisator dari degradasi
obat.Bagi obat-obat yang berupa asam lemah atau basa lemah, pengaruh PH
terhadap kecepatan absorbsi sangat besar, karena PH akan menentukan
besarnya fraksi obat dalam bentuk tak terionkan
e) Kelarutan obat
Obat yang sukar larut maka proses absorpsinya sangat ditentukan oleh cepat
atau lambatnya bahan obat tersebut larut dalam media/cairan biologik.
Dengan perkataan lain kecepatan melarut dari bahan obat yang sukar larut
merupakan tahap penentuan (rate limiting step) bagi kecepatan absorpsinya.
dibedakan menjadi 2 yaitu hidrofilik (tidak dapat menembus dinding lipid
membran) dan Lipofilik (susah larut air). Kelarutan obat dalam air atau
lemak dapat mempengaruhi absorbsi obat. Obat yang larut dalam air
cenderung diserap lebih cepat di daerah yang berair, seperti lambung dan
usus halus. Obat yang larut dalam lemak cenderung diserap lebih cepat di
jaringan
lemak
i. Hidrofilik: tidak dapat menembus dinding lipid membran
ii. Lipofilik: susah larut air
f) Adanya reverse transporter : glikoprotein P
Glikoprotein P adalah jenis transporter yang memompa kembali obat dari
sel epitelial usus ke dalam lumen usus, mengurangi jumlah obat yang
diserap ke dalam sirkulasi darah.Substrat P-glikoprotein berpotensi
bertindak sebagai penghambat ataupenginduksi fungsinya. Penghambatan P
glikoprotein dapat mengakibatkan peningkatan bioavailabilitas obat yang
rentan. Induksi P glikoprotein mengurangi bioavailabilitas
g) Di dinding usus, obat dapat dimetabolis enzim CYP3A4
Enzim CYP3A4 dapat memetabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi
darah, mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk diabsorpsi.
h) Setelah melalui usus, obat diserat ke vena porta, masuk ke hati  organ
metabolisme utama (first past metabolism)
Obat yang diserap dari saluran pencernaan akan melalui hati terlebih dahulu
sebelum masuk ke sirkulasi sistemik. Proses ini dikenal sebagai
metabolisme hati pertama (first-pass metabolism) dan dapat mengurangi
jumlah obat yang tersedia untuk diabsorpsi ke dalam sirkulasi darah.

2. Apa yang disebut dengan distribusi dan faktor apa yang mempengaruhi distribusi?
Jawaban :
Distribusi adalah proses Pendistribusian obat ke sistem peredaran darah
menuju tempat kerja / proses penyebaran zat atau obat ke dalam jaringan tubuh
setelah diabsorpsi. Obat akan didistribusikan dan diikat oleh protein plasma
(Albumin, Globulin, dll) dan diikat secara reversible.
Faktor yang mempengaruhi Distribusi :
a. Permeabilitas membran kapiler terhadap molekul obat  membran kapiler
kebanyakan terdiri dari lemak, obat yang larut dalam lemak juga akan mudah
terdistribusi.
b. Fungsi kardiovaskuler : aliran darah
c. Ikatan obat dengan protein plasma  obat yang dapat menembus membran
adalah obat dalam bentuk bebas, maka kuat atau lemahnya ikatan obat dengan
protein plasma akan mempengaruhi distribusi.
d. Adanya hambatan fisiologi tertentu

3. Jelaskan dua fase metabolisme fase 1 dan 2!


Jawaban :
a. Fase 1 Metabolisme: Fase 1 metabolisme merupakan fase pertama dalam
proses metabolisme yang mengubah senyawa-senyawa kompleks menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Dalam fase 1 ini, enzim yang disebut
sitokrom P450 membantu memecah senyawa yang lebih kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana melalui proses oksidasi, reduksi, atau hidrolisis.
Beberapa senyawa hasil dari fase 1 metabolisme, seperti aldehida dan keton,
dapat menjadi lebih beracun dibandingkan senyawa awal sebelum
dimetabolisme. Sebagai contoh, kafein diubah menjadi paraksantin dalam fase
1 metabolisme.

b. Fase 2 Metabolisme: Fase 2 metabolisme merupakan fase kedua dalam proses


metabolisme yang mengubah senyawa yang sudah diubah oleh fase 1 menjadi
senyawa yang mudah dikeluarkan dari tubuh. Dalam fase 2 ini, senyawa hasil
dari fase 1 diubah menjadi senyawa polar atau hidrofilik melalui proses
konjugasi dengan senyawa polar lainnya seperti glukuronat, asam sulfat, atau
glisin. Senyawa yang telah diubah menjadi polar atau hidrofilik lebih mudah
untuk dikeluarkan dari tubuh melalui urin atau feses. Sebagai contoh,
paraksantin yang dihasilkan dari kafein akan diubah menjadi glukuronida
paraksantin dalam fase 2 metabolisme.
Kedua fase ini bekerja secara bersama-sama untuk memproses senyawa-
senyawa kompleks dan mengeluarkannya dari tubuh. Setelah melalui fase
metabolisme, senyawa-senyawa tersebut akan dieliminasi dari tubuh melalui
urin atau feses.

4. Jelaskan apa yang disebut Agonis dan contoh obat Agonis!


Jawaban :
Agonis merupakan suatu obat atau senyawa yang efeknya menyerupai
senyawa endogen dan memiliki baik afinitas maupun aktivitas instrisik. Agonis
berikatan dengan reseptor dengan cara yang sama seperti molekul endogen (asli
tubuh) yang mengikat reseptor tersebut dan memicu respons biologis.
Contoh obat Agonis :

 Morfin: Morfin adalah obat penghilang rasa sakit yang bekerja sebagai agonis
pada reseptor opioid di otak dan sistem saraf pusat.
 Adrenalin: Adrenalin adalah hormon yang bekerja sebagai agonis pada
reseptor adrenergik di jantung dan pembuluh darah, meningkatkan denyut
jantung dan tekanan darah.
 Albuterol: Albuterol adalah obat bronkodilator yang bekerja sebagai agonis
pada reseptor beta-2 adrenergik pada saluran udara, membantu melebarkan
saluran udara dan mempermudah pernapasan pada penderita asma.
 Insulin: Insulin adalah hormon yang memicu penyerapan glukosa oleh sel
tubuh dan mengurangi kadar gula darah. Insulin bekerja sebagai agonis pada
reseptor insulin di sel tubuh.
 Dopamin: Dopamin adalah neurotransmitter yang bekerja sebagai agonis pada
reseptor dopamin di otak dan sistem saraf pusat, berperan dalam regulasi
mood, pergerakan, dan reaksi terhadap rangsangan.

5. Jelaskan apa yang disebut Antagonis dan sebutan contoh obat Antagonis!
Jawaban :
Antagonis merupakan Obat yang struktur kimianya mirip dengan suatu
hormon, yang mampu menduduki sebuah reseptor yang sama tapi tidak mampu
mengaktifkan reseptor tersebut sehingga tidak menimbulkan efek farmakologis &
menghalangi ikatan reseptor dengan agonisnya secara kompetitif sehingga kerja
agonis terhambat.
Contoh obat Antagonis :

 Naloxone: Naloxone adalah obat antagonis yang digunakan untuk mengatasi


overdosis opioid. Naloxone mengikat reseptor opioid di otak dan sistem saraf
pusat tanpa memicu respons biologis, sehingga mencegah efek obat opioid.
 Propranolol: Propranolol adalah obat antagonis beta-blocker yang digunakan
untuk mengatasi tekanan darah tinggi, aritmia, dan migrain. Propranolol
mengikat reseptor beta-adrenergik di jantung dan pembuluh darah, mencegah
efek hormon adrenalin pada sistem kardiovaskular.
 Cimetidine: Cimetidine adalah obat antagonis H2-reseptor yang digunakan
untuk mengatasi penyakit refluks gastroesofageal (GERD) dan tukak lambung.
Cimetidine mengikat reseptor histamin di sel lambung, mencegah produksi
asam lambung yang berlebihan.
 Flumazenil: Flumazenil adalah obat antagonis yang digunakan untuk
mengatasi overdosis obat penenang benzodiazepin. Flumazenil mengikat
reseptor GABA-A di otak dan sistem saraf pusat, mencegah efek obat
penenang benzodiazepin.
 Naltrexone: Naltrexone adalah obat antagonis opioid yang digunakan untuk
mengatasi ketergantungan opioid dan alkohol. Naltrexone mengikat reseptor
opioid di otak dan sistem saraf pusat, mencegah efek obat opioid dan efek
neurokimia yang dihasilkan oleh alkohol.
6. Jelaskan perbedaan antara Side Effect dan Toxic Effect!
Jawaban :
Side effect (efek samping) adalah efek yang tidak diinginkan dari penggunaan
obat atau terapi, namun biasanya tidak membahayakan atau berbahaya bagi kesehatan.
Contoh dari efek samping meliputi rasa mengantuk, sakit kepala, mual, dan sakit
perut. Efek samping ini dapat terjadi pada dosis yang aman dan biasanya akan hilang
setelah pengobatan dihentikan.
Sementara itu, toxic effect (efek toksik) adalah efek yang merugikan bagi
kesehatan dan dapat menyebabkan kerusakan atau bahkan kematian. Toxic effect
dapat terjadi pada dosis yang terlalu tinggi atau ketika obat dikonsumsi secara tidak
benar. Contoh dari efek toksik termasuk kerusakan hati atau ginjal, masalah jantung,
dan reaksi alergi berat seperti syok anafilaksis.
Perbedaan utama antara side effect dan toxic effect adalah pada tingkat risiko dan
keparahan efek tersebut. Side effect biasanya merupakan efek yang ringan dan dapat
ditangani dengan mudah, sementara toxic effect dapat berbahaya bagi kesehatan dan
dapat memerlukan perawatan medis yang intensif.

Anda mungkin juga menyukai