Anda di halaman 1dari 7

MEKANISME ABSORBSI OBAT

Aborpsi obat adalah proses penyerapan obat dari tempat pemberian sampai
ke sirkulasi sistemik. Mekanisme absorpsi obat secara umum terbagi menjadi
lima:
1. Difusi Pasif
Difusi pasif adalah penembusan ke dalam membran dengan adanya
perbedaan konsentrasi dan tanpa bantuan. Zat aktif dapat melarut dalam
konstituen membraner pelaluan terjadi menurut suatu gradient atau
perbedaan (konsentrasi atau elektrokimia-potensial kimia), tanpa
menggunakan energi atau kekuatan sampai di suatu keadaan kesetimbangan
di kedua sisi membrane.
Obat harus larut dalam air dari pada tempat absorpsi melewati membrane
semi permeable, obat tidak terionisir dan bukan metabolit (=obat tidak
berubah ) → ion tidak larut dalam lipid sehingga tidak dapat menembus
membran. Gaya pendorong (driving force) untuk perpindahan solute
kompartemen luar ke kompartemen dalam ialah gradient konsentrasi yaitu
perbedaan konsentrasi di kedua sisi membran. Difusi pasif ditekankan pada:
Proses difusi zat melalui membrane lipid, lalu masuk lagi ke fase cairan air.

2. Transpor aktif
Transport aktif adalah penyerapan menggunakan energi dari sintesis ATP
karena senyawa memasuki suatu membran dengan melawan gradien
(melawan konsentrasi –> kebalikan dari difusi pasif). Suatu cara pelaluan
yang sangat berbeda dengan difusi pasif, diperlukan suatu carrier/
transporter/ pengemban..
Obat harus larut pada tempat absorpsi. Tiap obat memerlukan carrier
spesifik. Sebelum diabsorpsi obat berikatan dengan carrier mengikuti teori
pengikatan obat-reseptor.
Carrier : suatu konstituen membrane, enzim atau setidak-tidaknya sebagai
substansi proteik, mampu membentuk kompleks dengan zat aktif di
permukaan membrane dan lalu memindahkannya dan di lepaskan disisi yang
lain. Selanjutnya carrier kembali ke tempat semula. Transport aktif dengan
carrier ini memerlukan energi dan ini di peroleh dari hasil hidrolisa ATP di
bawah pengaruh ATP ase.1 ATP → ADP + Energi
Dalam hal ini setiap substansi yang menghalangi atau mencegah reaksi
pembentukan energi ini akan berlawanan dengan transport aktif. Misal obat
yang mempengaruhi metabolisme sel seperti CN -, F, ion iodium acetate
menghambat transport aktif dengan cara non kompetitif. Cara ini melawan
gradient konsentrasi dalam hal ini ion-ion melawan potensial elektrokimia
membran. Bila jumlah obat lebih besar dari pada carrien akan terjadi
kejenuhan. Obat + carrier → kompleks Obat-Carrier → bergerak melintasi
membrane menggunakan energi ATP → di bagian dalam membrane obat
dilepas, carrier kembali ke permukaan luar membran.

3. Transport Terfasilitasi
Transport Terfasilitasi disebut juga difusi dipermudah.Pada dasarnya
sama dengan transport aktif, perbedaannya tidak melawan gradient
konsentrasi. Difusi dengan pertolongan carrier akan tetapi tidak
membutuhkan energi luar dan berjalan sesuai engan gradient konsentrasi.
Contoh klasik vitamin B12, dimana vitamin B12 membentuk kompleks dengan
factor intrinsik yang di produksi lambung, kemudian bergabung dengan
carrier membran.

4. Ion-Pair ( Tranfer Pasangan Ion)


Obat-obat yang terionisasi kuat pada pH fisiologis tidak dapat dijelaskan
cara absorpsi lain. Ex : senyawa ammonium quarterner, senyawa asam
sulfonat.
Ammonium quarterner, asam sulfonat (bermuatan positif) + substansi
endogen GIT (=kation organic seperti mucin) → membentuk kompleks
pasangan ion netral ( dapat menembus membrane) → kemudian diabsorpsi
secara difusi pasif → disosiasi. Karena kompleks tersebut larut dalam air dan
lipoid.

5. Pinositosis
Suatu proses yang memungkinkan pelaluan molekul-molekul besar
melewati membrane, dikarenakan kemampuan membrane membalut mereka
dengan membentuk sejenis vesicula (badan dibalut) yang menembus
membran. Suatu obat mungkin di absorpsi lebih dari satu mekanisme, seperti
 Vitamin B12 : transport fasilitatif + difusi pasif
 Glikosida Jantung : transport aktif dan sebagian difusi pasif
 Molekul kecil : difusi pasif dan transport konvektif.

Absorpsi tergantung juga pada tersedianya mekanisme transport di tempat


kontak obat. Bermacam-macam mekanisme transport tersedia di organ-organ
dan jaringan-jaringan:
Dalam rongga mulut : difusi pasif + transport konvektif.
Dalam lambung : difusi pasif + transport konvektif dan mungkin transport aktif
Dalam usus kecil : Difusi pasif + transport konvektif + transport aktif + transport
fasilitatif + ion pair + pinositosis.
Dalam usus besar dan rectum : difusi pasif + transport konvectif + pinositosis
Pada kulit : difusi pasif + transport konvektif.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Absorpsi Obat, antara lain :


a. Biologis/ Hayati
1. Kecepatan pengosongan lambung
Kecepatan pengosongan lambung besar → penurunan proses
absorpsi obat-obat yang bersifat asam. Kecepatan pengosongan
lambung kecil → peningkatan proses absorpsi obat-obat yang bersifat
basa.
2. Motilitas usus
Jika terjadi motilitas usus yang besar (ex : diare), obat sulit
diabsorpsi.
3. pH medium
Lambung : asam → untuk obat-obat yang bersifat asam
Usus : basa → untuk obat-obat yang bersifat basa.
4. Jumlah pembuluh darah setempat
Intra muskular dengan sub kutan Intra muscular absorpsinya lebih
cepat, karena jumlah pembuluh darah di otot lebih banyak dari pada di
kulit.
b. Hakiki/ Obat
Polaritas → koefisien partisi. Semakin non polar semakin mudah diabsorpsi
c. Makanan
Paracetamol terganggu absorpsinya dengan adanya makanan dalam
lambung, maka dapat diberikan 1 jam setelah makan.
d. Obat lain
Karbon aktif dapat menyerap obat lain.
e. Cara pemberian
Per oral dan intra vena berbeda absorpsinya.

Beberapa Faktor Fisiologi Biologi Yang Berpengaruh Pada absorpsi Gastro


Intestinal
a. pH di lumen gastro intestinal
Keasaman cairan gastro intestinal yang berbea-beda di lambung (pH 1-2)
duodenum (pH 4-6)→ sifat-sifat dan kecepatan berbeda dalam absorpsi
suatu obat.
Menurut teori umum absorpsi : obat-obat golongan asam lemah organic lebih
baik di absorpsi di dalam lambung dari pada di intestinum karena fraksi non
ionic dari zatnya yang larut dalam lipid lebih besar dari pada kalau berada di
dalam usus yang pHnya lebih tinggi.
 Absorpsi basa-basa lemah seperti antihistamin dan anti depressant
lebih berarti atau mudah di dalam usus halus karena lebih berada dalam
bentuk non ionic daripada bentuk ionik.
Sebaliknya sifat asam cairan lambung bertendensi melambatkan atau
mencegah absorpsi obat bersifat basa lemah.
 Penyakit dapat mempengaruhi pH cairan lambung.
 Lemak-lemak dan asam-asam lemak telah diketahui menghambat
sekresi lambung
 Obat-obat anti spasmodic seperti atropine, dan anti histamine H2
bloker seperti cimetidin dan ranitidin→ pengurangan sekresi asam
lambung

b. Motilitas gastro intestinal dan waktu pengosongan lambung


Lama kediaman (residence time) obat di dalam lambung juga
menentukan absorpsi obat dari lambung masuk ke dalam darah. Faktor-faktor
tertentu dapat mempengaruhi pengosongan lambung akan dapat
berpengaruh terhadap lama kediaman obat di suatu segmen absorpsi.
Pengosongan lambung diperlama oleh lemak dan asam-asam lemak dan
makanan,depresi mental, penyakit-penyakit seperti gastro enteritis, tukak
lambung (gastric ulcer) dll.
Pemakaian obat-obat juga dapat mempengaruhi absorpsi obat lainnya,
baik dengan cara mengurangi motilitas (misal obat-obat yang memblokir
reseptor-reeptor muskarinik) atau dengan cara meningkatkan motilitas
(misalnya metoklopropamid, suatu obat yang mempercepat pengosongan
lambung).

c. Aliran darah (blood flow) dalam intestine.


Debit darah yang masuk ke dalam jaringan usus dapat berperan sebagai
kecepatan pembatas (rate limited) dalam absorpsi obat. Dalam absorpsi
gastro intestinal atau in vivo sebagai proses yang nyata untuk proses
penetrasi zat terlarut lewat barrier itu sendiri..Maka ditentukan oleh 2 langkah
utama, Yaitu :
- Permeabilitas membrane GI terhadap obat, dan
- Perfusi atau kecepatan aliran darah didalam barrier GI membawa zat
terdifus ke hati. Aliran darah normal disini ± 900ml/menit

Efek- Efek Makanan Atas Absorpsi


Secara umum absorpsi obat lebih disukai atau berhasil dalam kondisi
lambung kosong.
 Kadang-kadang tak bisa diberikan dalam kondisi demikian karena obat
dapat mengiritasi lambung.
Ex : Asetosal ( dapat menyebabkan iritasi karena bersifat asam).
 Kecepatan absorpsi kebanyakan obat akan berkurang bila diberikan
bersama makanan.
Ex : Digoksin, Paracetamol, Phenobarbital (obat sukar larut)
 Pemakaian antibiotika setelah makan seringkali → penurunan
bioavailabilitasnya maka harus diberikan sebelum makan.
Ex : Tetraciklin, Penisilin, Rifampisin, Erytromycin strearat
 Absorpsi griseofulvin meningkat bila makanan mengandung lemak

Pengaruh Faktor-Faktor Fisika Kimia Atas Absorpsi GI Misal :


 Antibiotik penisilin
Penisilin oral bisa diformulasikan sebagai asam bebas yang bersifat sukar
larut, atau dalam bentuk garam yang mudah larut. Jika penisilin dalam bentuk
garam kalium diberikan, maka obat tersebut akan mengendap sbg asam
bebas setelah mencapai lambung, dimana pH nya rendah, membentuk suatu
suspensi dengan partikel-partikel halus dan diabsorpsi dengan cepat. Tetapi
bila diberikan dalam bentuk asam, maka penisilin bentuk asam ini sukar larut
dalam lambung dan absorpsinya jauh lebih lambat, sebab partikel-partikel
yng terbentuk adalah besar.
 Antibiotik Tetrasiklin
Tetrasiklin mengikat ion-ion Ca dengan kuat, dan makanan yang kaya
kalsium (terutama susu) dapat mencegah absorpsi tetrasiklin
 Pemberian paraffin cair sebagai pencahar akan
menghambat absorpsi obat-obat yang bersifat lipofilik seperti vitamin K.

Anda mungkin juga menyukai