Anda di halaman 1dari 29

BIOFARMASI

PENDAHULUAN
Biofarmasetika adalah studi mengenai hubungan antara sifat
fisikokimia suatu formulasi obat dengan bioaviabilitas obat.
Tujuannya untuk mengatur pembebasan obat ke dalam sirkulasi
hingga pada situasi klinik tertentu diperoleh aktivitas yang optimal.
Menurut Wagner: biofarmasetika adalah studi mengenai hubungan
antara sifat fisikokimia zat aktif, sifat fisikokimia dan farmasetik
sediaan, faktor-faktor fisiologi, parameter farmakokinetik dan efek
biologik, farmakologik, dan klinik.
NASIB OBAT DALAM TUBUH
Absorpsi
obat ekstravaskular diserap sebelum masuk sirkulasi umum

Distribusi
Berikatan dengan protein plasma untuk disebarkan ke seluruh tubuh

Metabolisme
Diubah menjadi metbolit yg sama aktif, lebih aktif, inaktif, atau toksik.
Berikatan atau bereaksi dengan reseptornya
Akan memberikan efek terapeutik atau dapat juga toksik. Hanya obat dalam bentuk bebas yang dapat bereaksi dengan reseptor.

Ekskresi
RESPON BIOLOGIS OBAT
1. memberikan efek secara fisik, yaitu melindungi; antara lain salep
dan losio
2. bereaksi secara kimia di luar sel tubuh; seperti antasida yang
menetralkan asam lambung yang berlebihan atau antibiotik yang
bekerja terhadap mikroorganisme
3. memodifikasi aktivitas metabolit sel tubuh antara lain
mempengaruhi sel-sel khusus seperti otak, jantung, hepar, ginjal,
pembuluh darah, dan sebagainya.
KADAR EFEKTIF MINIMUM (KEM)
Untuk mendapatkan efek farmakologi suatu obat, diperlukan Kadar
Efektif Minimum (KEM) atau,
Kadar plasma minimum yaitu kadar minimum obat yang diperlukan
oleh reseptor untuk menghasilkan efek farmakologi yang diinginkan.

KADAR TOKSIK MINIMUM (KTM)


Kadar minimum obat yang dapat menimbulkan efek toksik.
PELEPASAN OBAT
PARAMETER DALAM MERANCANG
BENTUK SEDIAAN
1. Awal kerja obat
Pemberian obat langsung masuk dalam sirkulasi umum pada umumnya menghasilkan awal
kerja obat seketika, yang mungkin dikehendaki pada keadaan darurat tapi muncul juga
kemungkinan terjadi aliran mendadak ke dalam organ vital.
?. Lama kerja obat
Pelepasan obat secara terus menerus dapat digunakan depot intramuskular atau bentuk sediaan
yang larut dengan lambat.
3. Sifat fisikokimia obat
Obat larut dalam air mudah dibuat sediaan intravena,sebaliknya yang sukar larut air akan lebih
mudah untuk diformulasikan sebagai sediaan intramuskular. Obat yang larut air akan mudah di
absorpsi tapi sulit untuk melewati membran.
LANJUTAN,,
4. Indikasi terapeutik
Sifat dasar membran biologis :
a. Permukaannya mempunyai tegangan muka rendah
b. lebih permeabel terhadap zat yang larut dalam lemak
c. resisters listrik tinggi
5. Bioavailabilitas
Dosis obat keras pada umumnya kecil, jika dosis, dalam sediaan diperbesar
untuk mengimbangi bioavailabilitas yang rendah maka akan menyebabkan
absorpsi tinggi dan menghasilkan respons toksik.
LANJUTAN,,
6. Efek samping pada saluran cerna
Beberapa obat yang diberikan per oral dapat mengiritasi lambung.
7. Cara pemberian
Untuk mengatur lamanya terapi dan kebutuhan untuk mendapatkan dosis yang
tepat.
8. Rute pemberian
Setiap bentuk sediaan harus memenuhi persyaratan khusus sesuai dengan rute
pemberiannya, lamanya dan awal kerjanya mungkin sangat berbeda karena
perubahan farmakokinetik yang disebabkan oleh rute pemberian
ABSORPSI
Absorpsi merupakan syarat mutlak bagi aktivitas obat yang diberikan secara
ekstravaskular.
Faktor yang mempengaruhi laju dan jumlah absorpsi obat :
1. Luas permukaan dinding usus,
2. kecepatan pengosongan lambung,
3. pergerakan saluran cerna,
4. aliran darah ke ternpal absorpsi,
5. anatomi dan fisiologi daerah absorpsi (pH, pembuluh darah, dll)
6. sifat fisikokimia obat dan sediaan.
PROSES ABSORPSI
1. disintegrasi sediaan lalu pelepasan obat
2. disolusi obat dalam lingkungan air
3. absorpsi melewati membran ke dalam sirkulasi umum
LINTASAN OBAT MELEWATI MEMBRAN SEL
• Obat-obat yang lebih larut dalam lipida cenderung lebih mudah melewati
membran daripada yang kurang larut dalam lipida atau yang lebih larut dalam
air.
• Bentuk terionisasi bermuatan akan lebih larut dalam air daripada bentuk yang
tidak terionisasi. Bentuk yang tidak terionisasi lebih larut dalam lemak.
• Partikel yang sangat kecil bergerak melewati membran dengan sangat cepat.
MEKANISME TRANSPORT OBAT
1. Transport pasif dan difusi pasif.
Difusi pasif merupakan proses transmembran utama bagi kebanyakan obat.
gerakan molekul cenderung bergerak dari daerah dengan kadar tinggi ke
daerah dengan kadar rendah, tidak diperlukan energi, maka disebut difusi
pasif.
Tenaga pendorong adalah perbedaan kadar obat pada kedua sisi membran.
HUKUM FLICK UNTUK DIFUSI PASIF
LANJUTAN,,
Dari hukum flick didapat koefisien permeabilitas membran :
2. TRANSPORT AKTIF
• Transpor aktif adalah proses transmembran yang menggunakan pembawa
(carrier mediated transmembrane process).
• obat ditransportasikan melawan gradien konsentrasi, dari daerah dengan kadar
rendah ke daerah dengan kadar tinggi. Oleh karenanya memerlukan energi.
• memerlukan pembawa yang mengikat obat untuk membentuk kompleks (obat-
pembawa) yang mengantarkan obat melewati membran dan melepaskan obat
tersebut ke dalam darah
LANJUTAN,,
Obat yang diabsorpsi secara difusi pasif, kecepatan absorpsi sebanding dengan
kadar obat.
Sedangkan pada difusi aktif, kecepatan absorpsi akan meningkat dengan
meningkatnya kadar obat hingga molekul pembawa jenuh dengan obat tersebut.
Selanjutnya pada kadar yang lebih tinggi kecepatan absorpsi akan menjadi
konstan.
LANJUTAN,,
3. DIFUSI YANG DIPERMUDAH
Hampir sama dengan transport aktif. Namun karena suatu sistem transpor dengan
perantara pembawa, maka bersifat selektif dan dapat menjadi jenuh, dan
menunjukkan adanya kompetisi kinetik bagi obat dengan struktur yang sama.

4. PINOSITOSIS (TRANSPORT VESIKULAR)


Untuk penyerapan molekul besar (makromolekul). Beberapa zat diabsorpsi
dengan mekanisme ini, misainya vitamin A, D, E, dan K, absorpsi dari vaksin
polio yang diberikan secara oral.
5. TRANSPORT PORI (PORE TRANSPORT)
Molekul yang sangat kecil seperti urea, air dan gula dapat dengan cepat melewati
membran melalui saluran atau pori-pori membran.
Contohnya ekskresi obat lewat ginjal dan pengambilan obat ke dalam hati.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORPSI
1. Segi biologis.
Perbedaan morfologi tiap organ dapat berpengaruh terhadap absorpsi obat,
obat yang bersifat asam lemah cepat diabsoprsi di lambung, sebab pH
lambung membuat obat tersebut tidak terionisasi sehingga bentuk ini mudah
larut dalam lipid.
Asam-asam amino, monosakarida vitamin dan mineral diabsorpsi lebih baik
dalam intestin bagian atas.
Kecepatan pengosongan lambung serta motilitas lambung berpengaruh pula
terhadap absorpsi obat.
2. SEGI FISIKOKIMIA OBAT
Sifat fisikokimia obat seperti kelarutan, struktur kimia, ukuran partikel, bentuk
kristal dan sifat karakteristik obat itu sendiri.
Obat bersifat asam lemah atau basa lemah dalam bentuk tidak terionisasi
diabsorpsi dengan sangat baik.
Semakin obat bersifat lipofilik, absorpsinya makin cepat. Makin tinggi koefisien
partisi lipids/air suatu obat, permeabilitasnya terhadap membran makin tinggi
dan absorpsinya makin baik.
3. SEGI BENTUK SEDIAAN
Secara umum bagi obat tertentu kecepatan absorpsi akan menurun menurut
urutan bentuk sediaan sebagai berikut:
LARUTA
N
SUSPENSI
SERBUK
KAPSUL
TABLET

TABLET
PENENTU KECEPATAN ABSORPSI
Dalam proses absorpsi ada beberapa rate limiting step/rate determining step, terutama
untuk sediaan padat.
Bagi obat-obat yang diabsorpsi secara difusi pasif, penentu kecepatan dibagi dalam 2
hal, yaitu kecepatan disolusi dan kecepatan absorpsi.
Obat bersifat polar larut baik dalam air, hingga kecepatan disolusinya besar, tetapi
penetrasi melalui membran biologik sukar. Dalam hal ini kecepatan absorpsi merupakan
rate limiting stepnya.
Untuk meningkatkan bioavailabilitasnya dengan cara mempertinggi permeabilitas
membran agar penetrasi obat dapat lebih mudah.
Sebaliknya obat-obat non polar mempunyai kecepatan disolusi kecil karena kelarutannya
kecil, tetapi penetrasinya melalui membran biologik mudah, Jadi rate limiiting stepnya
adalah kecepatan disolusi.
LANJUTAN,,
Usaha yang dilakukan untuk mempertinggi bioavailabilitas ialah dengan
mempertinggi kecepatan disolusi, misalnya dengan menggunakan polimorfnya,
pembentukan kompleks, penggunaan obat dengan ukuran partikel kecil, dengan
demikian akan meningkatkan kecepatan absorpsinya.
PROSES UTAMA AKSI OBAT
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai