Anda di halaman 1dari 9

Farmakokinetika

Farmakokinetika adalah ilmu pengetahuan dan studi tentang faktor-faktor yang menentukan
jumlah agen kimia pada lokasi efek biologis mereka pada berbagai waktu setelah aplikasi agen
atau obat pada sistem biologis. Farmakokinetika mencakup studi tentang penyerapan dan
distribusi obat (biotranslokasi), studi tentang perubahan kimiawi obat dalam tubuh
(biotransformasi), dan studi sarana penyimpanan obat di dalam tubuh (kompartemen) dan
penghapusannya.

http://kamuskesehatan.com/arti/farmakokinetika/

farmakokinetik mempunyai empat tahapan, yaitu Absorpsi, Distribusi, metabolisme dan Ekskresi yang
biasa disebut dengan ADME.

Absorpsi

Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian ke dalam sirkulasi sistemik
(sirkulasi darah). kecepatan absorpsi obat imi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

* Cara pemberian obat ( Oral, Sublingual, salep, melalui pernafasan, dll)


* kelarutan obat dalam lemak
* Derajat disosiasi
* Ukuran partikel atau berat molekul
* Vaskularisasi daerah absorpsi
* Luas daerah absorpsi

Khususnya untuk obat yang melalui oral, selain dipengarui oleh sifat-sifat tersebut di atas,
absorpsinya juga dipengaruhi oleh faktor fisiologis (kenapa bisa? karena ada dalam keadaan
stress biasanya sistem pencernaan kita akan terganggu, maka dari itu sebelum terjadi absorpsi
obat sudah terlebih dahulu keluar bersama feses), sifat fisikokimia, dan bentuk sediaan obat.

pada pemberian melalui oral, obat yang larut dalam lemak lebih mudah diabsorpsi dibanding
dengan yang kurang larut dalam lemak. absorpsi obat terjati apabila berupa partikel kecil, yaitu
setelah obat mengalami disintegrasi dari bentuk semula di tempat absorpsinya. Sifat kimia yang
mempengarui kecepatan absorpsi adalah pk dan pH tempat absorbsi.

distribusi

Setela obat diabsorpsi dan masuk di sistem sirkulasi darah, maka akan didistribusikan ke dalam
berbagai ruang tubuh. Faktor yang mempengarui atau menentukan distribusi obat adalah Ikatan
dengan protein plasma, aliran darah, perpindahan lewat membran dan kelarutan di dalam
jaringan. Apabila obat terikat kuat dengan protein plasma, obat bisa tetap berada dalam ruang
vaskuler sampai di buang. jadi tidak akan dapat menimbulkan efek. sedangkan obat yang tidak
berikatan dengan protein plasma atau yang bebas dapat menembus membran biologis dan
berefek.
Khusus untuk distribusi obat ke dalam SSP ( susunan Saraf Pusat), maka obat harus dapat
menembus sawar darah otak. sehingga distribusi ini sangat ditentukan dan sebanding dengan
kelarutan bentuk non-ion obat dalam lemak. pada sawar plasenta, hanya obat-obat yang berat
molekulnya rendah yang dapat menembus.

Metabolisme

Merupakan proses perubahan struktur kimia obat yang etrjadi di dalam tubuh dandi katalis oleh
enzim yang bertujuan untuk mengakhiri efek farmakologik atau efek toksik suatu obat. Caranya
adalah dengan mengubah obat yang tadinya lipofilik menjadi hidrofilik, yang tadinya non-polar
menjadi polar. proses metabolisme biasanya terjadi di hepar dengan bantuan enzim-enzim
metabolisme, yaitu enzim mikrosom dan non-mikrosom.

https://matadokter.wordpress.com/penjalasan-singkat-mengenai-farmakokinetika/

Dalam proses farmakokinetika yang pertama dialami obat adalah proses absorpsi. Absorpsi merupakan
perpindahan obat atau molekul obat dari tempat aplikasinya untuk menuju ke sirkulasi sistemik. Agar
obat dapat diabsorpsi, zat bahan aktif obat harus dilepas dari bentuk sediaannya, dalam hal ini faktor
disolusi obat merupakan hal yang penting. Contohnya pada sediaan tablet, kaplet, dll. Pada Tablet dan
Kaplet, obat pertama akan pecah menjadi granul-granul kemudian zat aktifnya lepas. Selain itu
pelepasan obat dari bentuk sediaannya juga dipengaruhi oleh faktor fisika kimia dari obat itu sendiri.
Proses absorpsi obat dapat terjadi pada berbagai tempat dalam tubuh, contohnya seperti
bagian bukal (pipi bagian dalam), sublingual (bawah lidah), gastrointestinal (lambung dan usus), kulit
(kutan), muskular (otot),peritoneal (rongga perut), okular (mata), nasal (hidung), paru-paru, dan rektal.
Mekanisme absorpsi bisa secara difusi pasif, transpor aktif, transpor konvektif, difusi terfasilitasi,
transpor pasangan ion, dan pinositosis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat meliputi :

1. Kecepatan disolusi obat


Seperti yang telah tertulis sebelumnya, dalam pelepasan zat aktif dari suatu obat dibutuhkan
parameter Disolusi obat. Kecepatan disolusi obat ini berbanding lurus oleh luas permukaan, jadi setelah
obat utuh pecah menjadi granul-granul dalam saluran pencernaan/ organ pencernaan, maka luas
permukaannya juga akan semakin besar maka disolusi obat juga semakin besar.

2. Ukuran partikel
Faktor Ukuran partikel ini sangat penting, karena semakin kecil ukuran partikel obat, maka obat
tersebut juga semakin mudah larut dalam cairan daripada obat dengan ukuran partikel yang besar.

3. Kelarutan dalam lipid atau air


Dalam faktor ini dipengaruhi oleh koefisien partisi obat. Koefisien partisi merupakan perbandingan
obat dalam fase air (polar) dan fase minyak (non polar). Telah diketahui bahwa medium pelarutan obat
merupakan zat polar, sedangkan tempat absorbsi contohnya dinding usus sebagian besar adalah non
polar. Jadi koefisien partisi ini sangat penting dalam menentukan absorbsi obat. Semakin besar koefisien
partisi, maka semakin besar pula kekuatan partikel obat tersebut untuk menembus membran/ dinding
usus. Sebaliknya obat yang memiliki koefisien partisi yang kecil, berarti obat tersebut lebih mudah larut
dalam zat polar, telah diketahui sebelumnya bahwa tempat untuk absorpsi obat sebagian besar adalah
non polar, maka obat-obatan yang seperti ini sulit untuk diabsorpsi.

4. Ionisasi
Sebagian obat merupakan elektrolit lemah sehingga ionisasinya dipengaruhi oleh pH medium.
Dalam hal ini terdapat dua bentuk obat, yaitu obat yang terion dan obat yang tek terion. Obat yang
terion lebih mudah larut dalam air, sedangkan obat dalam bentuk tak terion lebih mudah larut dalam
lipid serta lebih mudah untuk diabsorpsi. Hal ini bisa diterapkan contohnya pada obat yang bersifat
asam, obat yang bersifat asam tersebut akan terionisasi pada pH basa dan kita ketahui bahwa pada
lambung pHnya asam dan pada usus pHnya basa. Obat-obatan yang bersifat asam ini akan terionisasi
pada usus (basa), maka obat yang telah terionisasi ini akan sulit menembus dinding usus yang sebagian
besar komponennya adalah lipid/ zat non polar, maka obat-obatan asam ini lebih mudah diabsorpsi
pada gaster/ lambung karena pada lambung pH-nya asam, maka obat tidak akan terionisasi. Untuk obat-
obatan yang bersifat basa dianalogikan sebaliknya, secara singkat obat-obatan basa akan terionisasi
pada lambung (asam) dan tak terionisasi pada usus (basa), maka akan lebih mudah diabsorpsi oleh
dinding usus.

5. Aliran darah pada tempat absorpsi


Aliran darah akan membantu pada proses absorpsi obat yaitu mengambil obat menuju ke sirkulasi
sistemik. Semakin besar aliran darah maka semakin besar pula obat untuk diabsorpsi.

6. Kecepatan pengosongan lambung


Obat yang diabsorpsi di usus akan meningkat proses absorpsinya jika kecepatan pengosongan
lambung besar dan sebaliknya.

7. Motilitas usus
Motilitas dapat diartikan pergerakan, dalam hal ini merupakan pergerakan usus. Jika kecepatan
motilitas usus ini besar maka akan mengurangi absorpsi obat karena kontak antara obat dengan
absorpsinya adalah pendek. Motilitas usus ini besar contohnya adalah pada saat diare.

8. Pengaruh makanan atau obat lainnya


Beberapa makanan atau obat dapat mempengaruhi absorpsi obat lainnya.

9. Cara pemberian
Pada cara pemberian ini dibedakan menjadi dua, yaitu obat yang diberikan secara enteral dan secara
parental. Pada pemberian enteral ini contohnya seperti pemberian secara oral, sublingual, dan secara
perrektal. Sedangkan pada pemberian parental contohnya seperti injeksi dan inhalasi. Pada pemberian
secara parental pastinya memberikan efek lebih cepat daripada pemberian secara enteral.
http://krissandy-gatez.blogspot.com/2012/05/farmakokinetik-absorpsi.html

Farmakokinetik dapat didefinisikan sebagai pengaruh tubuh terhadap obat yang meliputi proses ADME
yaitu Absorpsi, Distribusi, Metabolisme/ Biotransformasi, dan Ekskresi.

http://krissandy-gatez.blogspot.com/2012/05/farmakokinetik-distribusi.html

Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D),
metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh
atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat (Gunawan, 2009).
1.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai
rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral,
dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi
yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili
dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui
jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui
beberapa metode, terutama transport aktif dan transport pasif.
Gambar 1. 1 Proses Absorbsi Obat
a. Metode absorpsi
- Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat berpindah
dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Transport aktif
terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan berhenti bila
konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.
- Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah dengan konsentrasi
obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi
b. Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel. Absorpsi terjadi cepat
dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
- Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
- Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
- Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.
c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan
1. Aliran darah ke tempat absorpsi
2. Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
3. Waktu kontak permukaan absorpsi
d. Kecepatan Absorpsi
1. Diperlambat oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster
2. Makanan tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan memperlambat
waktu absorpsi obat
3. Faktor bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll)
4. Kombinasi dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung jenis
obat
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh.
Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan
efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga
menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus
banyak.
1.2 Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan
cairan tubuh.
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:
a. Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah aliran
darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan
distribusi ke organ lain seperti kulit, lemak dan otot lebih lambat
b. Permeabilitas kapiler

Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat

c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau bebas. Obat
yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat
memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
1.3 Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat sehingga
menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru
menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum
(mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus,
ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi
polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat
aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif,
atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1. Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar seperti sirosis.
2. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat dengan
cepat, sementara yang lain lambat.
3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok, Keadaan stress,
Penyakit lama, Operasi, Cedera
4. Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang tua.
Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat
dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-paru,
eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif
merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni
filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12
bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah
melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk
eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:
a. Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari tubuh.
Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan ekskresi.
Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat tergantung rute
pemberian dan farmakokinetik obat
Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam tubuh
semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon
Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi
http://thythi-sitti.blogspot.com/2014/03/farmakokinetik-dan-farmakodinamik.html

Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi pada organisme, termasuk pada tingkat seluler.
Metabolisme juga dengan reaksi enzimatis, maksudnya adalah metabolisme terjadi selalu dengan
katalisator enzim. Metabolisme mempunyai 3 tujuan utama yaitu :

1. Menyediakan energi bagi tubuh dan pemeliharaan


2. Dapat berfungsi sebagai Katabolisme maupun Anabolisme, Katabolisme adalah proses penguraian dan
pembebasan energi dari senyawa-senyawa organik melalui proses respirasi. Sedangkan anabolisme
adalah proses-proses penyusunan energi kimia melalui sintesis senyawa-senyawa organik.
3. Mengubah senyawa asing/ obat menjadi lebih polar sehingga mudah untuk diekskresikan.

Metabolisme disebut juga dengan biotransformasi meskipun banyak ahli menyatakannya berbeda.
Sebagian ahli menyatakan metabolisme itu hanya dinayatakan sebagai perubahan-perubahan baik
biokimia maupun kimia yang dilakukan tubuh terhadap senyawa endogen, sedangakn biotransformasi
hanya ditujukan untuk senyawa-senyawa eksogen/ xenobotika.
Proses metabolisme sebagian besar terdapat pada organ hati khususnya pada sub seluler retikulum
endoplasma. Dan hasil dari proses metabolisme ini disebut dengan metabolit.

Telah disebut sebelumnya bahwa metabolisme terjadi dengan bantuan enzim, enzim-enzim
metabolisme ini terdapat pada fraksi mikrosomal biasanya enzim sitokrom P-450. Obat setelah
diabsorpsi akan masuk ke sirkulasi sistemik yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh,
setelah itu akan dimetabolisme sehingga bioavailabilitasnya menurun, proses ini dinamakan first past
effect/ first past metabolism. Metabolisme umumnya merubah zat asing yang dari yang non polar
menjadi polar, sehingga mudah untuk diekskresikan dengan urin melalui organ ekskresi. Untuk
mengubah senyawa menjadi polar ini dibutuhkan reaksi-reaksi dalam metabolisme. Reaksi metabolisme
obat atau biotransormasi obat ini dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Metabolisme Fase I
Pada metabolisme fase I ini merupakan reaksi non sintetik, umumnya pada reaksi ini obat dirubah gugus
fungsionalnya agar dapat bereaksi dengan enzim-enzim pada metabolisme Fase II. Reaksi fase I ini
meliputi oksidasi, reduksi, hidrolisis, hidrasi, dan isomerasi. Sedangkan enzim yang berperan meliputi
Sitokrom P-450 (CYPs), Flavin containing monooksigenase (FMOs), Alkohol & Aldehid dehidrogenase,
amine oksidase, Cyclooksigenase, Reduktase, dan Hidrolase.

2. Metabolisme Fase II
Reaksi metabolisme fase II disebut juga dengan fase sintetik atau konjugasi. Metabolisme fase II ini
merupakan jalur detoksifikasi, karena hasil metabolisme atau metabolit umumnya akan dirubah menjadi
non aktif meski ada suatu senyawa dimetabolisme menjadi lebih toksik. Selain itu pada reaksi fase II ini
senyawa akan dikonjugasikan dengan konjugat sehingga senyawa tersebut akan menjadi polar atau larut
air sehingga mudah untuk diekskreasikan. Konjugat pada hal ini contohnya seperti sulfat, glukoronat,
dan merkapturat. Gugus yang sering terlibat pada reaksi ini adalah sulfat, metil, asetil, glisil, dan
glukoronil. Sedangkan enzim yang berperan meliputi Glukoronidase, Sulfotransferase, Metiltransferase,
Glutation transferase, dan Asetil transferase.

Metabolisme juga dapat dipengaruhi oleh berbagai hal contonya seperti :


1. Intrinsik obat
2. Fisiologi organisme
3. Faktor farmakologi
4. Kondisi patologi
5. Susunan makanan
6. Lingkungan

http://krissandy-gatez.blogspot.com/2012/05/farmakokinetik-metabolisme.html

Anda mungkin juga menyukai