Anda di halaman 1dari 15

BAB 10

FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang
sangat luas cakupannya. Namun untuk tenaga medis, ilmu ini dibatasi
tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud
pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu agar
mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai
gejala penyakit. Farmakologi mencakup pengetahuan tentang sejarah,
sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi, efek fisiologi dan biokimia,
mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi dan
penggunaan obat. Seiring berkembangnya pengetahuan, beberapa
bidang ilmu tersebut telah berkembang menjadi ilmu tersendiri
(Setiawati dkk,1995)
Cabang farmakologi farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang
mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresinya dan sedangkan farmakodinamik adalah
yang mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai
oran tubuh serta mekanisme kerjanya. Pada penulisan makalah ini
akan di bahas tentang aspek farmakologi yaitu farmakokinetik dan
farmakodinamik.

2. Tujuan
- Untuk memahami apa itu farmakokinetik
- Untuk mengetahui fase fase farmakokinetik
- Untuk mengetahui tentang parameter farmakokinetik
- Untuk memahami apa itu farmakodinamik
- Untuk mengetahui apa itu mekanisme obat, reseptor obat
- Untuk mengetahui agonis dan antagonisme farmakodinamik
- Untuk mengetahui efek obat dan faktor yang mempengaruhi obat
A. Farmakokinetik
Definisi Farmakokinetik
Farmakokinetik berasal dari bahasa Yunani : “Farmako” yang
artinya obat dan “Kinesis” yang artinya perjalanan. Farmakokinetik
menjelaskan tentang apa yang terjadi dengan suatu zat di dalam
organisme, misalnya bagaimana perjalanan obat dalam tubuh.
Farmakokinetik mengamati jenis-jenis proses seperti absorbsi,
distribusi, biotranspormation (metabolisme) dan exresion. Perubahan
konsentrasi obat yang terjadi dalam organisme khususnya dalam
plasma di buat grafik terhadap waktu. (Essential of medical
pharmacology.5th edition:2003)

 Fase-fase Farmakokinetik
Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang
mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresinya (ADME). Obat yang masuk ke
dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami
absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja
dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa
biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses
ini disebut dengan proses farmakokinetika dan berjalan serentak
seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

(Farmakologi Dasar Edisi 2 : 2010).


 Absorpsi
Absorpsi adalah proses masuknya obat dari tempat obat
kedalam sirkulasi sistemik (pembuluh darah). Kecepatan absorbsi
obat tergantung pada :
- Kelarutan, Obat harus dapat melarut atau obat sudah
dalam bentuk terlarut. Sehingga dari kecepatan melarut
mempengaruhi kecepatan absori.
- pH, obat yang bersifat asam lemah akan mudah menembus
membran sel pada suasana asam. Jika pH obat berubah
(ditambah buffer) maka absorbsi akan melambat.
- Sirkulasi darah, Pemberian obat melalui sublingual akan
lebih cepat diabsorbsi dibanding subkutan, karena umumnya
sirkulasi darah di subkutan lebih sedikit (jelek) dibandingkan
di sublingual.
- Tempat absorbsi, Obat dapat diabsorbsi misalnya dikulit,
membran mukosa, dan usus halus. Obat yang oral, absorbsi
terjadi di usus halus karena luas permukaannya. Jika obat
inhalasi, diabsorbsi sangat cepat karena epitelium paru-paru
juga sangat luas. (Farmakologi Pendidikan Proses
Keperawatan: ebook)

Absorpsi melalui saluran cerna, pemberian peroral merupakan


cara yang paling lazim karena merupakan cara yang paling mudah,
ekonomis dan aman. Namun memiliki kerugian yaitu obat dapat
merangsang mukosa lambung dan menimbulkan emasis, misalnya
aminoilin. Selain itu, Obat akan membentuk kompleks dengan
makanan sehinga sukar untuk diabsorpsi dan akan mengalami
biotransformasi sebelum memasuki ke berbagai organ. Umumnya obat
dalam bentuk non polar yang larut dalam lemak cepat diabsorpsi,
sedangkan obat yang bersifat polar tidak larut dalam lemak seperti zat
alumunium kuaterner, lambat diabsorpsi. Obat yang tidak larut dalam
air tidak diabsorpsi melalui saluran cerna.
- Pemberian obat secara sublingual, dapat diberikan untuk
menghindari pengrusakan oleh enzim lambung dan usus,
dan menghindari biotraspormasi di hepar .
- Pemberian obat secara rectal, diberikan pada pasien yang
muntah – muntah untuk menghindari pengrusakan oleh
enzim pencernaan dan biotransformasi di hepar.
- Pemberian obat suntikan ( parenteral ), yang efeknya
timbul cepat, dan teratur karena obat tidak melewati hepar
sebelum mencapai sirkulasi dan dapat diberikan pada
pasien yang tidak sadar dan keadaan darurat.
Kelemahannya adalah dibutuhkan cara absesis tidak dapat
dilakukan sendiri, tidak ekonomis, dan lebih membahayakan
dar i pemberian oral. Misanya bahaya infeksi serum
hepatitis. Cara pemberian parenteral yaitu intramuskuler,
Intravena, dan subkutan.
- Pemberan obat melalui endotel paru-paru, Cara ini hanya
dilakukan untuk obat yang berbentuk gas atau cairan yang
mudah menguap. Keuntungannya absorpsi terjadi secara
cepat, misalnya pada penyakit paru-paru. Kerugiannya
metodenya sulit dilakukan karena membutuhkan alat
khusus, dosis sulit diatur, dan obat bersifat iritatif.
- Pemberian topikal pada kulit, Pemberian obat digunakan
untuk penyakit kulit, contoh obatnya berupa salep yaitu
antibiotika, kortikoseroid, antihistamin dan antifungus.
(Farmakologi dan terapi edisi 2 : 1981)

 Distribusi
Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh
melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah,
distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Distribusi
obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di dalam
tubuh.
Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu
ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal,
dan otak. Selanjutnya, distribusi fase kedua jauh lebih luas yaitu
mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ di atas
misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru
mencapai keseimbangan setelah waktu yang lebih lama. Difusi ke
ruang interstisial jaringan terjadi karena celah antarsel endotel
kapiler mampu melewatkan semua molekul obat bebas, kecuali di
otak. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran
sel dan terdistribusi ke dalam otak, sedangkan obat yang tidak larut
dalam lemak akan sulit menembus membran sel sehingga
distribusinya terbatas terurama di cairan ekstrasel. Distribusi juga
dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas
yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan
obat dengan protein plasma ditentukan oleh afinitas obat terhadap
protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sendiri. Pengikatan obat
oleh protein akan berkurang pada malnutrisi berat karena adanya
defisiensi protein.

 Biotransformasi / Metabolisme
Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses
perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan
dikatalis oleh enzim khususnya CYT 45. Pada proses ini molekul
obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air
dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi
melalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat menjadi inaktif,
sehingga biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja
obat. Tetapi, ada obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif,
atau tidak toksik. Ada obat yang merupakan calon obat (prodrug)
justru diaktifkan oleh enzim biotransformasi ini. Metabolit aktif akan
mengalami biotransformasi lebih lanjut dan/atau diekskresi
sehingga kerjanya berakhir. Enzim yang berperan dalam
biotransformasi obat dapat dibedakan berdasarkan letaknya dalam
sel, yakni enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum
endoplasma halus (yang pada isolasi in vitro membentuk
mikrosom), dan enzim non-mikrosom. Kedua macam enzim
metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi juga
terdapat di sel jaringan lain misalnya ginjal, paru, epitel, saluran
cerna, dan plasma.
 Ekskresi
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi
dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk
asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada
obat larut lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal
merupakan organ ekskresi yang terpenting. Ekskresi disini
merupakan resultante dari 3 preoses, yakni filtrasi di glomerulus,
sekresi aktif di tubuli proksimal, dan rearbsorpsi pasif di tubuli
proksimal dan distal.
Ekskresi obat melalui ginjal menurun pada gangguan fungsi ginjal
sehingga dosis perlu diturunkan atau intercal pemberian
diperpanjang. Bersihan kreatinin dapat dijadikan patokan dalam
menyesuaikan dosis atau interval pemberian obat.
Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu,
dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga
tidak berarti dalam pengakhiran efek obat. Liur dapat digunakan
sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat tertentu.
Rambut pun dapat digunakan untuk menemukan logam toksik,
misalnya arsen, pada kedokteran forensik.
( farmakologi pendekatan proses Keperawatan: 1996)

 Parameter Farmakokinetik
Dosis standar suatu obat pada setiap penderita berbeda-beda.
Beberapa proses patologis misalnya, kematangan fungsi organ pada
bayi-bayi mengharuskan penyesuaian dosis secara khusus. Proses-
proses ini mengubah parameter-parameter farmakokinetik. Dua
paramaeter ini adalah bersihan (clearance) yaitu ukuran kemampuan
tubuh untuk menghilangkan obat. Yang kedua volume distribusi yaitu
ukuran dari ruangan dalam tubuh yang tersedia untuk diisi obat.
Parameter Farmakokinetik, meliputi :
- Bioavailabilitas, Ketersediaan hayati didefinisikian sebagai
fraksi obat cara pemberian apapun tidak berubah Yang
mencapai sirkulasi sistemik setelah diberikan melalui cara
pemberian apapun.
- Clearance, prinsip bersihan obata adalah sama dengan
konsep bersihan pada faal ginjal. Di definisikan kecepatan
eliminasi dalam urine. Pada tingkatan yang paling
sederhana bersihan suatu obat adalah ratio dari kecepatan
eliminasi obat keseluruhan terhadap konsentrasi obat di
dalam cairan biologi. Clearance obat bergantung dari
kemampuan beberapa organ seperti liver dan ginjal untuk
metabolisme dan ekskresi.
- Volume distribusi, Volume ditribusi menghubungkan
jumlah obat dalam tubuh dengan konsentrasi obat dalam
darah atau plasma. Volume ditribusi dapat ditetapkan
berkenaan dengan darah, plasma atau air (obat yang tidak
terikat). Obat – obat yang mempunyai volume distribusi yang
sangat tinggi memiliki konsentrasi obat lebih tinggi di dalam
jaringan ekstravaskular. Tetapi ada beberapa bagian seperti
Central Nervous System atau otak yang memiliki akses
lemah.
- Waktu paruh, Adalah waktu yang dibutuhkan untuk
mengubah jumlah obat dalam tubuh menjadi separuhnya
selama eliminasi. Sementara organ eliminsi hanya dapat
membersihkan obat dari darah bila ada kontak langsung
dengan organ eliminasi tersebut. (Farmakologi dan terapi
edisi 2 : 1981)

 Contoh dari parameter farmakokinetik dan farmakodinamik pada


obat
 Grafik Hubungan Konsentrasi Obat dalam Plasma dengan Waktu

Gambar 1.1. grafik ini menjelaskan tentang pemberian satu tablet


obat. Perubahan kecepatan absorpsi dan bioavailibiltas dapat
mempengaruhi lamanya kerja obat. Kerja obat dimulai saat memasuki
sirkulasi plasma darah, sisi molekul obat yang berikatan dengan
protein akan menjadi inaktif dan nantinya akan mernurunkan efek dari
obat. Sedangkan molekul obat lainnya yang tidak berikatan atau bebas
menjadi aktif dan menghasilkan efek. Disaat efek obat dalam keadaan
maksimum secara perlahan kadar obat dalam plasma akan menurun
sampai dibawah ambang MEC (minimal effective concentrate) dan
mencapai waktu maksimal dan tereliminasi.
B. Farmakodinamik
Definisi Farmakodinamik

Farmakodinamik berasal dari bahasa Yunani “Farmako” yaitu


obat dan “Dinamic” yaitu kemampuan (power). Farmakodinamik ilmu
yang mempelajari cara kerja obat, efek obat terhadap
fungsi berbagai organ dan pengaruh obat terhadap reaksi biokimia dan
reaksi organ. Singkatnya pengaruh obat terhadap sel hidup.
Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan
biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya.
Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti
efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan
mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang
terjadi.

 Mekanisme Kerja Obat


Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan
reseptor pada sel suatu organisme. Interaksi obat dengan
reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi
yang merupakan respons khas untuk obat tersebut. Reseptor obat
merupakan komponen makromolekul fungsional yang mencakup 2
konsep penting. Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan
kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu
fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada.
Walaupun tidak berlaku bagi terapi gen, secara umum konsep ini
masih berlaku sampai sekarang. Setiap komponen makromolekul
fungsional dapat berperan sebagai reseptor obat, tetapi
sekelompok reseptor obat tertentu juga berperan sebagai reseptor
yang ligand endogen (hormon, neurotransmitor). Substansi yang
efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis. Sebaliknya,
senyawa yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik tetapi
menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di tempat ikatan
agonis (agonist binding site) disebut antagonis
.
 Reseptor Obat
Struktur kimia suatu obat berhubungan dengan afinitasnya
terhadap reseptor dan aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan
kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer, dapat
menimbulkan perubahan besar dalam sidat farmakologinya.
Pengetahuan mengenai hubungan struktur aktivitas bermanfaat
dalam strategi pengembangan obat baru, sintesis obat yang rasio
terapinya lebih baik, atau sintesis obat yang selektif terhadap
jaringan tertentu. Dalam keadaan tertentu, molekul reseptor
berinteraksi secara erat dengan protein seluler lain membentuk
sistem reseptor-efektor sebelum menimbulkan respons.

 Transmisi Sinyal Biologis


Penghantaran sinyal biologis ialah proses yang
menyebabkan suatu substansi ekstraseluler (extracellular chemical
messenger) menimbulkan suatu respons seluler fisiologis yang
spesifik. Sistem hantaran ini dimulai dengan pendudukan reseptor
yang terdapat di membran sel atau di dalam sitoplasmaoleh
transmitor. Kebanyakan messenger ini bersifat polar. Contoh,
transmitor untuk reseptor yang terdapat di membran sel ialah
katekolamin, TRH, LH. Sedangkan untuk reseptor yang terdapat
dalam sitoplasma ialah steroid (adrenal dan gonadal), tiroksin, vit.
D.

 Interaksi Obat-Reseptor
Ikatan antara obat dan reseptor misalnya ikatan substrat
dengan enzim, biasanya merupakan ikatan lemah (ikatan ion,
hidrogen, hidrofobik, van der Waals), dan jarang berupa ikatan
kovalen.

 Antagonisme Farmakodinamika.
Secara farmakodinamika dapat dibedakan 2 jenis
antagonisme, yaitu antagonisme fisiologik dan antagonisme pada
reseptor. Selain itu, antagonisme pada reseptor dapat bersifat
kompetitif atau nonkompetitif. Antagonisme merupakan peristiwa
pengurangan atau penghapusan efek suatu obat oleh obat lain.
Peristiwa ini termasuk interaksi obat. Obat yang menyebabkan
pengurangan efek disebut antagonis, sedang obat yang efeknya
dikurangi atau ditiadakan disebut agonis. Secara umum obat yang
efeknya dipengaruhi oleh obat lain disebut obat objek, sedangkan
obat yang mempengaruhi efek obat lain disebut obat presipitan.

 Kerja Obat yang tidak Diperantarai Reseptor


Dalam menimbulkan efek, obat tertentu tidak berikatan
dengan reseptor. Obat-obat ini mungkin mengubah sifat cairan
tubuh, berinteraksi dengan ion atau molekul kecil, atau masuk ke
komponen sel.

 Efek Obat
Efek obat yaitu perubahan fungsi struktur
(organ)/proses/tingkah laku organisme hidup akibat kerja obat.
Efek obat pada umumnya terlihat sebagai perubahan intensitas faal
organ tertentu atau reaksi biokimianya. Karena efek obat adalah
hal yang dapat diobservasi maka obat digolongkan sesuai dengan
efeknya. Misalnya, analgesik-antipiretik, hipnotik-sedatif,
spasmolitik, hipoglikemik, obat hipertensi dan sebagainya.

 Faktor yang mempengaruhi efek obat:

- ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Eliminasi


- Usia
- Berat badan
- Genetika
- Jalur pemberian
- Saat pemberian
- Emosional atau placebo
- Patologi
- Riwayat pemakaian obat
- Variasi biologi
- Interaksi obat
 LATIHAN SOAL

1. Apa yang dimaksud dengan Farmakokinetik?

Pembahasan:
Farmakokinetik adalah Fase yang meliputi semua proses yang
dilakukan tubuh setelah obat dilepas dari bentuksediaan yang
terdiri dari adsorpsi, distribusi, metabolisme
dan eksresi. Farmakokinetik mengamati jenis-jenis proses seperti
absorbsi, distribusi, biotranspormation (metabolisme) dan exresion.
Perubahan konsentrasi obat yang terjadi dalam organisme
khususnya dalam plasma di buat grafik terhadap waktu.

2. Apa yang dimaksud dengan Farmakodinamik?

Pembahasan:
Farmakodinamik ilmu yang mempelajari cara kerja obat, efek obat
terhadap
fungsi berbagai organ dan pengaruh obat terhadap reaksi biokimia
dan reaksi organ. Singkatnya pengaruh obat terhadap sel hidup.

3. Jelaskan secara singkat apa itu Reseptor Obat?

Pembahasan:
Struktur kimia suatu obat berhubungan dengan afinitasnya
terhadap reseptor dan aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan
kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer, dapat
menimbulkan perubahan besar dalam sidat farmakologinya.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas pada


parameter farmakokinetik

Pembahasan:
Ketersediaan hayati didefinisikian sebagai fraksi obat cara
pemberian apapun tidak berubah Yang mencapai sirkulasi sistemik
setelah diberikan melalui cara pemberian apapun.
5. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah…
Pembahasan:.
untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan
sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan
respon yang terjadi.

6. Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fungsional


yang mencakup 2 konsep penting yaitu…

Pembahasan:
Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal
tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru,
tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada..

7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan antagonism pada


farmakodinamika…

Pembahasan:
Secara farmakodinamika dapat dibedakan 2 jenis antagonisme,
yaitu antagonisme fisiologik dan antagonisme pada reseptor.
Selain itu, antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif
atau nonkompetitif. Antagonisme merupakan peristiwa
pengurangan atau penghapusan efek suatu obat oleh obat lain.
Peristiwa ini termasuk interaksi obat. Obat yang menyebabkan
pengurangan efek disebut antagonis, sedang obat yang efeknya
dikurangi atau ditiadakan disebut agonis.

8. Apa yang dimaksud dengan efek obat?

Pembahasan:
Efek obat yaitu perubahan fungsi struktur (organ)/proses/tingkah
laku organisme hidup akibat kerja obat. Efek obat pada umumnya
terlihat sebagai perubahan intensitas faal organ tertentu atau reaksi
biokimianya. Karena efek obat adalah hal yang dapat diobservasi
maka obat digolongkan sesuai dengan efeknya. Misalnya,
analgesik-antipiretik, hipnotik-sedatif, spasmolitik, hipoglikemik,
obat hipertensi dan sebagainya.

9. Sebutkan faktor yang mempengaruhi faktor obat

Pembahasan:
Faktor yang mempengaruhi kerja obat adalah:
- ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Eliminasi
- Usia
- Berat badan
- Genetika
- Jalur pemberian
- Saat pemberian
- Emosional atau placebo
- Patologi
- Riwayat pemakaian obat
- Variasi biologi
- Interaksi obat

10. Bagaimana kerja obat yang tidak diperantarai oleh reseptor?

Pembahasan:
Kerja Obat yang tidak Diperantarai Reseptor yaitu Dalam
menimbulkan efek, obat tertentu tidak berikatan dengan reseptor.
Obat-obat ini mungkin mengubah sifat cairan tubuh, berinteraksi
dengan ion atau molekul kecil, atau masuk ke komponen sel.
DAFTAR PUSTAKA

Tripathi,KD.2003.Essential of medical pharmacology.5th edition.New


Delhi:Jaypee

Schmitz,Gery;lepper;heidrich,Michael.2003.Farmakologi dan toksikologi.Edisi


3.Jakarta:EGC

Priyanto.2010.Farmakologi dasar untuk mahasiswa farmasi dan


keperawatan.Edisi 2.Jakarta;LESKONFI

Katzung,G.1997.Basic and clinical pharmacology.Edisi 6.Jakarta;EGC

Bagian Farmakologi FK UI.1981.Farmakologi dan terapi.Edisi 2.Jakarta;B.


Farmako FK UI

Anda mungkin juga menyukai