KELOMPOK 1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2024
BAB I
PENDAHULUAN
Tabung I
Hasil
Tabung I
I
Dimasukkan 1ml Kalium Iodida 1% dan 1ml Amilum
1% dan 2-3 tetes H2SO4 dilutus
Hasil
Tabung I
II
Dimasukkan 1ml Kalium Iodida 1% + 1ml Amilum 1%
+ 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-3 tetes H2SO4 dilutus
Hasil
Tabung
I Va
Dimasukkan urin kontrol + 1ml Amilum 1% + 2-3 tetes
NaNO2 10% + 2-3 tetes H2SO4 dilutus
Hasil
Tabung
I Vb
Dimasukkan saliva kontrol + 1ml Amilum 1% + 2-3
tetes NaNO2 10% + 2-3 tetes H2SO4 dilutus
Hasil
Probandus
Saliva Urin
Tabung V (30 ITabung VI (30 Tabung VII (60 Tabung VIII (60 Tabung IX (90 Tabung X (90 Tabung XI (120 Tabung XII
menit) menit) menit) menit) menit) menit) menit) (120 menit)
1 ml urin + 1 ml saliva + 1 ml urin + 1 ml saliva+ 1 ml urin + 1 ml saliva+ 1 ml urin + 1 ml saliva +
+ 3 tetes + 3 tetes + 3 tetes + 3 tetes + 3 tetes + 3 tetes + 3 tetes + 3 tetes
Natrium Nitrit Natrium Nitrit Natrium Nitrit Natrium Nitrit Natrium Nitrit Natrium Nitrit Natrium Nitrit Natrium Nitrit
10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10%
+ 3 tetes H2SO4 + 3 tetes H2SO4 + 3 tetes H2SO4 + 3 tetes H2SO4 + 3 tetes H2SO4 + 3 tetes H2SO4 + 3 tetes H2SO4 + 3 tetes H2SO4
dilutus + 1 ml dilutus + 1 ml dilutus + 1 ml dilutus + 1 ml dilutus + 1 ml dilutus + 1 ml dilutus + 1 ml dilutus + 1 ml
Amilum 1% Amilum 1% Amilum 1% Amilum 1% Amilum 1% Amilum 1% Amilum 1% Amilum 1%
Saliva
IV-B 1 mL saliva kontrol + 1 mL amylum Terbentuk 2 fasa yaitu laruran berwarna
1% + 2-3 tetes Na2NO4 10% + 2-3 kuning keruh dan bening
tetes H2SO4 dilutus
VI(30’) 1 mL saliva subjek coba yang Larutan keruh dan terdapat endapan biru
mengkonsumsi KI + 1 mL amylum keunguan
1%+ 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-3
tetes H2SO4 dilutus
VIII(60’) 1 mL saliva subjek yang Larutan berwarna kuning pekat dan
mengkonsumsi KI + 1 mL amylum terdapat endapan biru
1%+ 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-5
tetes H2SO4 dilutus
X(90’) 1 mL saliva subjek coba yang Terbentuk dua fasa, sedikit endapan biru
mengkonsumsi KI + 1 mL amylum dan larutan berwarna bening dan jingga
1%+ 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-5
tetes H2SO4 dilutus
XII(120’) 1 mL saliva subjek coba yang Larutan berwarna kuning ke coklaktan
mengkonsumsi KI + 1 mL amylum dan sedikit endapan
1%+ 2-3 tetes NaNO2 10% + 2-5
tetes H2SO4 dilutus
4.2 PEMBAHASAN
Percobaan ini berjudul absorpsi dan ekskresi obat yang dilakukan dengan
menggunakan kalium iodida (KI) sebagai zat yang akan ditentukan kecepatan
absorpsi dan ekskresinya pada tubuh 2 orang subjek yang telah ditentukan yang akan
dilakukan secara oral. Sebelum dimulai, subjek terlebih dahulu diminta minimal 3
jam untuk mengosongkan kandung kemih dan masing-masing subjek coba
menampung urin dan saliva yang akan dijadikan sebagai urin dan saliva kontrol.
Selanjutnya subjek coba diminta untuk meminum 1 kapsul yang berisi KI sebanyak
300 mg dengan beberapa gelas air. Setelah subjek coba meminumnya, urin dan saliva
subjek coba akan ditampung kembali pada interval waktu 30 menit, 60 menit, 90
menit, dan 120 menit untuk diuji menggunakan beberapa bahan kimia berupa larutan
amilum 1%, larutan H2SO4 dilutus, dan larutan natrium nitrit 10%. Larutan amilum
1% berfungsi sebagai indikator percobaan yaitu jika iodium terurai maka nantinya
iodium akan berikatan dengan amilum dan menghasilkan warna biru menunjukkan
adanya KI pada urin dan saliva pada probandus. Larutan H2SO4 dilutus berfungsi
sebagai katalisator untuk reaksi yang dilakukan. Larutan natrium nitrit berfungsi
sebagai oksidator untuk memutuskan ikatan pada senyawa KI agar rantai kalium dan
iodida dapat diputuskan sehingga iodida dapat berikatan dengan amilum membentuk
kompleks berwarna biru.
Percobaan ini menggunakan 12 tabung reaksi. Tabung reaksi I diisi dengan 1
ml larutan KI 1% yang ditambahkan dengan 1 ml larutan amilum 1% menghasilkan
larutan berwarna kuning pucat. Tabung reaksi II diisi dengan 1 ml larutan KI 1%
yang ditambahkan dengan 1 ml larutan amilum 1% dan 3 tetes larutan H2SO4 dilutus
menghasilkan larutan bening dengan endapan biru kehitaman. Tabung reaksi III diisi
dengan 1 ml larutan KI 1% yang ditambahkan dengan 1 ml larutan amilum 1%, 3
tetes larutan H2SO4 dilutus dan 3 tetes larutan NaNO2 10% terbentuk 2 fasa yaitu
larutan berwarna coklat dengan endapan hitam. Tabung reaksi IV-A diisi dengan 1
ml urin kontrol, kemudian ditambahkan dengan 1 ml larutan amilum 1%, 3 tetes
H2SO4 dilutus dan 3 tetes NaNO 2 10% menhasilkan larutan berwarna kuning
kehitaman dengan sedikit gelembung udara dan terdapat endapan putih. Tabung
reaksi IV-B diisi dengan 1 ml saliva kontrol, kemudian ditambahkan dengan 1 ml
larutan amilum 1%, 3 tetes H2SO4 dilutus dan 3 tetes NaNO2 10% terbentuk larutan
dengan 2 fasa yang berbeda warna yaitu larutan kuning keruh dan bening. Pengujian
pertama pada urin dan saliva yang telah diberi perlakuan dilakukan setelah interval
waktu 30 menit. Tabung V diisi dengan 1 ml urin subjek coba yang mengonsumsi KI
setelah interval waktu 30 menit, kemudian ditambahkan dengan 1 ml larutan amilum
1%, 3 tetes H2SO4 dilutus dan 3 tetes NaNO2 10%. Hasil yang terbentuk adalah
larutan menjadi berwarna kuning pekat dan terbentuk gelembung-gelembung gas
yang banyak. Tabung reaksi VI diisi dengan 1 mL saliva subjek coba yang
mengkonsumsi KI setelah interval waktu 30 menit dengan 1 mL amilum 1%, 3 tetes
NaNO2, dan 3 tetes H2SO4 dilutus menghasilkan larutan berwarna keruh dan terdapat
endapan biru keunguan. Pengujian kedua pada urin dan saliva yang telah diberi
perlakuan dilakukan pada interval waktu 60 menit. Tabung reaksi VII diisi dengan 1
mL urin subjek coba yang mengkonsumsi KI setelah interval waktu 60 menit dengan
ditambahkan 1 mL amilum 1%, 3 tetes NaNO2 dan 3 tetes H2SO4 dilutus
menghasilkan larutan berwarna kuning dan terdapat endapan biru keunguan. Tabung
reaksi VIII diisi dengan 1 mL saliva subjek coba yang mengonsumsi KI setelah
interval waktu 60 menit dengan 1 mL amilum 1%, 3 tetes NaNO2, dan 3 tetes H2SO4
dilutus menghasilkan larutan berwarna kuning dan terdapat banyak endapan biru.
Pengujian pada interval waktu 90 menit. Tabung reaksi IX diisi dengan 1 mL urin
subjek coba yang mengkonsumsi KI setelah interval waktu 90 menit dengan
ditambahkan 1 mL amilum 1%, 3 tetes NaNO2, dan 3 tetes H2SO4 dilutus
menghasilkan larutan berwarna bening dan terdapat sedikit endapan biru. Tabung
reaksi X diisi dengan 1 mL saliva subjek coba yang mengkonsumsi KI setelah
interval waktu 90 menit dengan 1 mL amilum 1%, 3 tetes NaNO2, dan 3 tetes H2SO4
dilutus terbentuk dua fasa, sedikit endapan biru, dan larutan berwarna bening dan
jingga. Pengujian terakhir pada urin dan saliva yang telah diberi perlakuan dilakukan
dilakukan setelah interval waktu 120 menit. Tabung reaksi XI diisi dengan 1 mL urin
subjek coba yang mengkonsumsi KI setelah interval waktu 90 menit dengan
ditambhakan 1 mL amilum 1%, 3 tetes NaNO 2, dan 3 tetes H2SO4 dilutus
menghasilkan larutan berwarna biru keunguan dan terdapat endapan berwarna ungu
kehitaman. Tabung reaksi XII diisi dengan 1 mL saliva subjek coba yang
mengkonsumsi KI setelah interval waktu 90 menit dengan 1 mL amilum 1%, 3 tetes
NaNO2, dan 3 tetes H2SO4 dilutus menghasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan
dan sedikit endapan.
Hasil pada tabung I menunjukkan tidak terjadinya reaksi antara larutan KI 1%
dengan larutan amilum 1%. Hal ini disebabkan karena konsentrasi KI yang sangat
sedikit dan tidak terdapat oksidator dan katalisator pada reaksi tersebut, sehingga
reaksi berlangsung sangat lambat. Hasil pada tabung II menunjukkan terjadinya
reaksi cepat antara larutan KI 1% dengan amilum 1% yang ditandai dengan
terbentuknya endapan biru kehitaman. Hal ini disebabkan oleh peran katalisator
sehingga reaksi berlangsung cepat. Hasil pada tabung III juga menunjukkan
reaksinya berlangsung dengan cepat ditandai dengan terbentuknya 2 fasa yaitu
larutan coklat dengan endapan hitam yang disebabkan karena adanya penambahan
oksidator yang berperan memutuskan ikatan antara kalium dengan iodida sehingga
iodida dapat bereaksi dengan amium secara cepat. Hasil pada tabung VI-A dan VII-B
yang berisi urin dan saliva kontrol menunjukkan bahwa keduanya tidak mengandung
KI karena probandus masih dalam keadaan berpuasa dan belum meminum KI yang
ditandai dengan hasil larutan yang didapat tidak adanya larutan biru. Pengamatan
ekskresi KI melalui urin pada waktu 30 menit. Hasil pada tabung reaksi V
menunjukkan bahwa tahap ekskresi belum terjadi. Hal ini dikarenakan belum adanya
perubahan warna larutan menjadi biru, yang disebabkan oleh jumlah iodium yang
terlalu kecil saat diekskresikan sehingga tidak terbaca dan tidak terlalu terlihat pada
pengamatan, serta tingkat kelarutan yang sangat kecil pada kompleks iodium dan
amilum sehingga membutuhkan kecepatan mata untuk mengamati adanya perubahan
warna. Pengamatan ekskresi KI pada saliva terjadi lebih cepat yaitu telah terjadi pada
menit ke-30. Hal ini ditandai dengan adanya endapan biru pada larutan karena
kompleks antara iodium dan amilum. Sementara itu, ekskresi KI pada urin mulai
terjadi pada menit ke-60 yang ditandai dengan adanya endapan biru pada larutan.
Percobaan ekskresi KI memperlihatkan hasil bahwa ekskresi KI melalui saliva lebih
cepat dibandingkan ekskresi KI dalam urin, hal ini dapat diamati pada menit ke-30
pertama, yaitu tabung VI engan subjek saliva lebih dahulu tejadi perubahan warna
dari pada tabung V dengan subjek urin. Terlihat bahwa kepekatan warna larutan pada
ubjek saliva lebih pekat yang menandakan eksresi KI pada subjek saliva lebih
maksimal. Perbandingan antara onset dan urasi saliva dengan urine juga diketahui
lebih cepat pada subjek saliva karena memiliki lintas metabolismeyang lebih
sederhana dan sisa metabolismenya langsung dieksresikan elalui kelenjar saliva itu
sendiri tanpa melalui metabolisme melintas pertama (First past effect) dihepar. Hasil
percobaan pada setiap kelompok dapat terjadi perbedaan disebabkan oleh beberapa
faktor seperti faktor kelarutan obat, kemampuan difusi obat dalam melintasi
membrane el, konsentrasi obat, bentuk sediaan obat, cara pengunaan obat, dan
tingkat metabolisme tiap individu manusia berdasarkan fisiologis dan genetika
memiliki tngkat metabolisme yang berbeda beda.
Berdasarkan percobaan tersebut, dapat dilihat bahwa semakin lama interval
waktu yang digunakan, maka semakin pekat warna larutan yang diperoleh dari hasil
pengamatan. Iodium dan amilum akan menghasilkan reaksi dengan timbulnya warna
biru yang merupakan penanda untuk mengetahui adanya kandungan iodium pada
urin dan saliva yang diekskresikan. Iodium memiliki kecepatan yang sama apabila
diekskresikan melalui saliva dan urin. Kalium iodida (KI) yang dieksresikan melalui
urin dan saliva telah menunjukkan bahwa KI sudah diekskresi pada menit ke-30.
Oleh karena itu, semakin banyak KI yang diekskresikan pada menit ke-60, menit ke-
90, dan menit ke-120 yang ditandai dengan warna larutan yang menjadi semakin
keruh dan endapan semakin pekat. Hal ini menandakan bahwa semakin lama interval
waktu pada percobaan ini maka semakin banyak KI yang diabsorpsi dan dieksresi
melalui saliva dan urin.
BAB V
KESIMPULAN
Jayanti Djarami. (2023). Penyuluhan tentang mekanisme kerja obat didalam tubuh di
desa Hila. Jurnal Pengabdian Ilmu Kesehatan, 1(3), 36–39. [Diakses Maret
2024].Available at: https://doi.org/10.55606/jpikes.v1i3.1409.
Katzung, B.G., Masters, S.B., & Trevor, A.J. (Eds.). (2021). Basic and clinical
pharmacology, 15th Ed. New York: McGraw-Hill Education.[ Diakses Maret
2024].Available at:https://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?
bookid=2988§ionid=250593594.
Nuryati. ( 2017). Farmakologi 1th Ed. Pusat Pendidikan Sumber Daya Mnusia
Kesehatan.Jakarta: Indo.Kemkes.BPPSDM.
Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2017). Principles of anatomy and physiology 15th
Ed.John Wiley & Sons.[ Diakses Maret 2024].Available
at:https://www.wiley.com/en-us/Principles+of+Anatomy+and+Physiology
%2C+15th+Edition+p-9781119320647.