KELOMPOK 1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
BAB I
PENDAHU;UAN
Tahap selanjutnya obat akan mengalami metabolisme atau dikenal juga sebagai
biotransformasi. Metabolisme ada lah proses pengubahan obat di dalam tubuh secara kimia
menjadi suatu ester yang terjadi secara enzimatik. Proses metabolisme suatu obat dibantu olel
enzim salah satunya cytochrome P450 (CYPS). Enzim ini merupakan kelompok enzim utama
yang mampu mengkatalisasi biotransfornmasi oksidatif sebagian besar obat. Proses
metabolisme berpengaruh terhadap aktivitas biologis, masa kerja dan toksisitas obat. Tujuan
dasar metabolisme yaitu mengubah obat dari aktif menjadi metabolit tidak aktif dan tidak
toksik, dari kurang polar menjadi polar sehingga mudah larut dalam air dan kemudian
diekskresikan melalui urin. Proses mnetabolisme paling besar terjadi di hati, meskipun dapat
juga di kulit, jaringan, paru- paru, saluran cera dan ginjal (Siswandono, 2016).
Kecepatan metabolisme obat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu induksi enzim,
inhibisi enzim, usia, penyakit, dan faktor genetik. Reaksi metabolisme dibagi menjadi reaksi
fase I dan rekasi fase II. Reaksi fase I meliputi oksidasi, reduksi, dan hidrolisis, yang
berfungsi untuk mengubah molekul lipofilik menjadi molekul yang lebih polar sedangkan,
pada rekasi fase II terjadi reaksi penggabungan (konjugasi) yang mengikatkan obat atau 19
metabolitnya secara kovalen dengan molekul polar (karbohidrat atau asam amino ), yang
menyebabkan konjugat tersebut lebih laruh air untuk nantinya diekskresi (Tjay & Rahardja,
2015).
Ekskresi obat merupakan pembersihan obat dari dalam tubuh , obat akan melalui
ginjal menuju kandung kemih dan akan berakhir dikeluarkan dari dalam tubuh bersama urine.
Selain urine, obat juga dapat diekskresikan melalui empedu dan air liur ke dalam usus
bersama tỉnja, melalui keringat, melalui kulit dan air susu ibu. Obat-obat yang kurang larut
dalam air, sulit untuk diekskresi melalui jalur di atas, obat- obat tersebut dimetabolisme lebih
dahulu sehingga berubah menjadi bentuk polar dan selanjutnya diekskresikan. Ginjal adalah
organ yang paling penting untuk ekskresi obat dan metabolitnya. Terdapat 3 mekanisme
ekskresi ginjal yaitu filtrasi glomerulus, sekresi aktif tubuler, dan reabs orpsi tubuler. Rute
utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi enmpedu, feses, paru-
paru, saiva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang tidak berikatan, yang larut dalam air,
dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan
protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obat dilepaskan ikatannya dengan protein,
maka obat menjadi bebas dan akhimya akan diekskres ikan melalui urin. pH urin
mempengaruhi ekskresi obat. pH urin bervariasi dari 4,5 sampai 8. Urin yang asam
meningkatkan eliminasi obat – obat yang ersifat basa lemah (Indah et al., 2021).
Komposisi untuk urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Didalam urin
terkandung bermacam-macam zat antara lain (1) zat sisa pembongkaran protein seperti Urea
asam urat, dan ammoniak (2) Zat warna empedu yang memberikan warna kuning pada urin,
(3) garam terutama Nacl, dan (4) zat-zat yang berlebihan dikonsumsi, misalnya vitamin C
dan obat-obatan serta kelebihan zat yang dapat diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya
hormon (Ethel, 2003). Semua obat absorbsi, distribus, disposisi metabolisme dan eksresi
berjalan melewati membrane dari obat ditentukan oleh mekanisme obat terhadap membrane
dan sifat fisikokimia dari molekul dapat mempengaruhi pemindahan obat ke jaringan.
Pergerakan obat dan availability obat tergantung pada ukuran dan bentuk molekul, derajat
ionisasi, kelarutan relative lipid dari bentuk ionic dan nonionik ada yang mengikat protein
serum dan jaringan Organ terpenting untuk ekskresi adalah ginal. Obat di eksresikan melalui
ginjal dalam bentuk utuh maupan bentuk metabolitnya ekstresi dalam bentuk utuh atau
bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat meram gigal. Ekspres melalui ginjal melibatkan 3
proses yaitu filtrasi glomerulus, setres arti ditubulus proksimal dan reabsorpsi pane
disepanjang tubulus (Gunawan, 2015).
Obat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah Kalium Iodida yang termasil
sebagai senyawa kimia suplemen makanan maupun obat – obatan yang digunakan pada
penderita penyakit hipertiroidisme. Obat ini untuk melindungi kelenjar tiroid pada saat
berbagai jenis radiofarmaka digunakan. Untuk saat ini potassium iodide digunakan dalam
mengobati sporotrikosis maupun fikomikosis pada bagian kulit. Berdasarkan teori kalium
iodida merupakan garam elektrolit sehingga akan cepat mengalami absorpsi yaitu melalui
difusi pasif dan konsentrasi maksimum, kemudian obat masuk ke darah dan berikatan dengan
protein plasma dan dibawa oleh darah ke seluruh tubuh. Obat bebas akan keluar ke jaringan,
ke hati sebagai metabolit yang dikeluarkan oleh empedu dan di ginjal sebagai metabolit yang
dieksresikan melalui urin. Pada praktikum ini absorpsi dan eksresi obat akan dilihat dari urin
dan juga saliva dari probandus yang meminum Kalium Iodida.
Barkah, M. A., Syamsi, N., & Nur , A. A. (2020). Identifikasi Interaksi Obat Pada Pasien
Lanjut Usia Instalasi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu. Healthy
Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako), 6 (1): 1-71.
Ethel, S. (2013). Anatomi dan Fisiologi Manusia untuk Pemula. Jakarta: ECG Penerbit Buku
Kedokteran.
Ganiswara, S. G., Setiabudi, R., Suryatna. (2013). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
Gunawan, S. (2013). Farmakologi dan Terapi, Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Indah, Y. W., & Woro, S. (2021). Gambaran Penggunaan Obat Pasien Penyakit Ginjal
Kronik Di Instalasi Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Gamping. Jurnal Farmagazine, 8
(2): 37-43.
Kaharuddin. (2021). Kualitatif Ciri dan Karakter sebagai Metodelogi. Jurnal Pendidikan,
9(1): 1-8.
Shargel, L & Andrew. (2013). Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics. New York:
McGraw-Hill Companies.
Siswandono. (2016). Kimia Medisinal, Edisi ke-1. Surabaya: Airlangga University Press.
Tjay, T. H dan Raharja. (2015). Obat – obat penting. Jakarta: Penerbit PT Elex Media
Komputindo.