Disusun oleh
Nama : Wahyuni futri
Nim : 2020E1C060
Kelas : 4C
B. Dasar Teori
Senyawa obat adalah zat kimia (sintetik/alami) selain makanan yang bertujuan untuk
mempengaruhi fungsi tubuh, biokimiawi, psikologis dan khususnya untuk diagnosa,
pengobatan, melunakkan, penyembuhan, atau pencegahan penyakit pada manusia atau
hewan.
Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
Obat merupakan sediaan atau padu-paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi/menyelidiki system fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI,2005).
Obat yang diberikan pada pasien akan banyak mengalami proses sebelum tiba pada
tempat tujuannya dalam tubuh , yaitu tempat kerjanya atau reseptor, obat harus
mengalami beberapa proses. Obat yang masuk kedalam tubuh melalui berbagai cara
pemberian umumnya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai
ditempat kerja dan menimbulkan efek. Kerja suatu obat merupakan hasil dari banyak
sekali proses dan umumnya ini didasari suatu rangkaian reaksi yang dibagi dalam tiga
fase:
1. Fase Farmasetik
Fase ini meliputi proses fabrikasi, pengaturan dosis, formulasi, bentuk sediaan,
pemecahan bentuk sediaan dan terlarutnya obat aktif. Karena itu fase iniutamanya
ditentukan oleh sifat-sifat galenik obat. Fase ini berperan dalamketersediaan obat
untuk diabsorpsi ke dalam tubuh (ketersediaan farmasetik).
2. Fase Farmakokinetik
Fase ini meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Faseini
berperan dalam menentukan ketersediaan obat dalam plasma (ketersediaan hayati)
sehingga dapat menimbulkan efek. Fase ini termasuk bagian prosesinvasi dan
eliminasi. Yang dimaksud dengan invasi adalah proses-proses yang berlangsung
pada pengambilan suatu bahan obat dalam organisme, sedangkan eliminasi
merupakan proses-proses yang menyebabkan penurunan konsentrasiobat dalam
organisme.
3. Fase Farmakodinamik
Fase terjadinya interaksi obat-reseptor dalam target aksi obat. Fase ini berperan
dalam menentukan seberapa besar efek obat dalam tubuh.Suatu obat mungkin
lebih efektif jika diberikan melalui salah satu cara pemberian, tetapi tidak atau
kurang efektif melalui cara pemberian yang lain.Perbedaan ini salah satunya dapat
disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan absorpsi dari berbagai cara
pemberian tersebut. Konsekuensinya,efek farmakologi yang ditimbulkan juga
berbeda untuk masing-masing pemberian.
a. Absorpsi
iii. Mekanisme absorpsi obat dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu:
o Difusi pasif
b. Distribusi
Setelah obat diabsorpsi kedalam aliran darah, untuk mencapai tepat pada letakdari
aksi harus melalui membrane sel yang kemudian dalam peredaran,kebanyakan obat-
obatan didistribusikan melalui cairan badan. Distribusi merupakan transfer obat yang
reversible antara letak jaringan dan plasma. Pola distribusi menggambarkan
permainan dalam tubuh oleh beberapa factor yang berhubungan dengan
permeabilitas, kelarutan dalam lipid dan ikatan pada makromolekul. Distribusi obat
dibedakan menjadi dua fase berdasarkan penyebarannya dalam tubuh. Fase pertama
terjadi segera setelah penyerapan yaitu kedalam organ yang perfusinya sangat baik
misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya distribusi fase kedua jauh lebih
luas, yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik jaringan diatas yang
meliputi otot, visera, kulit dan jaringan lemak. Factor-faktor yang berhubungan
dengan distribusi obat dalam badan adalah:
c. Metabolisme
d. Ekskresi
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit
hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ginjal merupakan organ ekskresi
yang terpenting. Ekskresi pada ginjal merupakan resultan dari tiga proses yaitu filtrasi
diglomerulus, sekresi aktif di tubulus proximal dan reabsorpsi pasif di tubulus
proximal dan distal. Ekskresi obat selain pada ginjal juga dapat terjadi melalui air
liur, keringat, air mata, air susu dan rambut.
Obat dapat menimbulkan efek apabila terjadi interaksi atau kontak dengan obat
terlebih dahulu. Kontak terjadi pada tempat dimana obat diberikan. Berikut ini ada
beberapa cara pemberian obat berdasarkan ada tidaknya intervensi saluran
pencernaan (melewati gastrointestinal)
a) Enteral
Tujuan penggunaan obat melalui oral terutama untuk memperoleh efek sistemik,
yaitu obat masuk melalui pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh setelah terjadi
absorpsi obat dari bermacam-macam permukaan sepanjang saluran gastrointestinal.
Tetapi ada obat yang memberi efek lokal dalam usus atau lambung karena obat yang
tidak larut, misalnya obat yang digunakan untuk membunuh cacing dan antasida yang
digunakan untuk menetralkan asam lambung.
a. Sublingual
Cara pemberian ini tidak memasukkan obat ke dalam tubuh melalui saluran
cerna. Pemberian obat secara intravaskuler termasuk ke dalam parenteral.
Berdasarkan ada tidaknya proses absorbsi, pemberian obat dibagi menjadi
2,yakni:
Intravaskuler
Keuntungannya:
Kerugiannya:
- Lebih mahal
- Jika terjadi efek toksik sulit diatasi
- Perlu keahlian khusus dalam pemakaian obat
Terdapat juga efek samping pemberian obat melalui i.m, yaitu:
- Nyeri
- Peningkatan kreatinfasfokinase dalam serum akibat daritrauma
yang kadang-kadang menyebabkan nervussciatica setelah
pemberian intraglutal.
2. Subkutan (s.c)
Keuntungannya:
Kerugiannya:
- Tidak boleh untuk obat-obat yang iritatif/dicampur
denganvasokonstriktor.
- Variable absorpsi tergantung aliran darah
3. Intra peritoneal (i.p)
Obat diinjeksikan pada rongga perut tanpa terkena usus atau terkena
hati,karena dapat menyebabkan kematian. Di dalam rongga perut ini,
oba tdiabsorpsi secara cepat karena pada mesentrium banyak
mengandung pembuluh darah. Dengan demikian absorpsinya lebih
cepat dibandingkan peroral dan intramuscular. Obat yang diberikan
secara i.p akan diabsorpsi pada sirkulasi portal sehingga akan
dimetabolisme di dalam hati sebelum mencapai sirkulasi sistemik.
Obat dalam bentuk ion lebih mudah larut dalam air, sedangkanobat
dalam bentuk molekul lebih mudah larut dalam lipid. Obattak
terionkan lebih mudah diabsorpsi.iv.
- Kadar obat
- Pengosongan lambung
- Motilitas obat
C. Pelaksanaan Praktikum
Alat : spuit 1cc, spuit sonde, kapas, kendang mencit, beaker gelas, gelas ukur,
timbangan, stopwatch
2. Cara kerja
a. Pembuatan Na CMC 1%
d. Pelaksanaan percobaan
i. Mencit dibagi menjadi 5 kelompok
o Kelompok 1 : kelompok perlakuan diberikan fenobarbital per oral dengan
dosis 0,078mg/20gr BB
o Kelompok 2 : kelompok perlakuan diberikan injeksi fenobarbital intravena
dengan dosis 0,078mg/20gr BB
o Kelompok 3 : kelompok perlakuan diberikan injeksi fenobarbital secara
intraperitoneal dengan dosis 0,078mg/20gr BB
o Kelompok 4 : kelompok perlakuan diberikan injeksi fenobarbital
intramuscular dengan dosis 0,078mg/20gr BB
o Kelompok 5 : kelompok perlakuan diberikan injeksi fenobarbital subkutan
dengan dosis 0,078mg/20gr BB
D. Hasil Praktikum
2. Rute subkutan
4. Rute oral
E. Hasil pengamatan
F. Pembahasan
Rute pemberian obat terbagi atas beberapa cara, antara lain : per oral, intra vena (IV),
subkutan (SC), intra rektal, sublingual, intra peritoneal (IP) dan intra muskular (IM). Pada
percobaan ini, digunakan lima macam rute pemberian obat, yaitu : intra peritoneal (IP),
intra vena (IV), subkutan (SC) dan intra muskular (IM), dan oral.
Intra peritoneal (IP) yaitu injeksi diberikan melalui rongga perut sebelah kiri. Keuntungan
dari rute ini yaitu penyerapannya berlangsung cepat. Adapun kerugiannya yaitu tidak
lakukan pada manusia karena bahaya infeksi dan radiasi terlalu besar. Intra vena (IV)
yaitu injeksi diberikan langsung ke pembuluh darah. Keuntungan dari rute ini yaitu
memberikan reaksi tercepat dan efeknya lebih cepat dan kuat. Kerugiannya yaitu dapat
menimbulkan tekanan darah yang turun mendadak hingga terjadi syok.
Subkutan (SC) yaitu injeksi diberikan melalui bawah kulit tengkuk. Keuntungan dari rute
ini yaitu absorbsi terjadi secara lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama.
Adapun kerugiannya yaitu hanya boleh digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan
iritasi jaringan. Intra muskular (IM) yaitu injeksi diberikan melalui otot paha.
Keuntungan dari rute ini yaitu absorbsi cepat dan dapat diberikan pada pasien sadar
maupun tidak sadar. Kerugianya yaitu memerlukan prosedur steril karena dapat terjadi
iritasi.
Fenobarbital adalah turunan barbiturat yang merupakan antikonvulsan yang efektif dalam
mengatasi epilepsi pada dosis sub hipnotis. Adapun mekanisme kerjanya menghambat
kejang kemungkinan melibatkan potensiasi penghambatan sinaps melalui suatu kerja
reseptor GABA.
Hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah Mencit (Mus musculus). Alasan
dipilih mencit sebagai hewan coba adalah karena proses metabolisme dalam tubuh mencit
berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan.
Percobaan ini dilakukan untuk mengamati onset dan durasi dari efek yang ditimbulkan
oleh sediaan obat yang diberikan pada hewan coba. Yang dimaksud dengan onset adalah
periode waktu yang dibutuhkan untuk permulaaan terapi, dengan kata lain periode waktu
dari setelah pemberian sediaan obat hingga timbul efek. Adapun durasi adalah lamanya
masa kerja obat yaitu dari timbulnya efek hingga hilangnya efek.
Setelah melakukan percobaan ini, diperoleh onset yang tercepat terjadi pada hewan coba
yang diberikan sediaan obat fenobarbital melalui injeksi intra muskular (IM) dan yang
terlama terjadi pada hewan coba yang diberikan sediaan obat fenobarbital melalui injeksi
intra peritoneal (IP). Hal ini tidak sesuai dengan penjelasan dalam literatur yang
menyatakan bahwa injeksi intra vena lah yang memberikan reaksi tercepat. Hal ini dapat
disebabkan karena perbedaan dosis yang diberikan pada masing-masing rute pemberian.
Selain onset, diperoleh durasi dari masing-masing rute pemberian. Ad apun durasi
tercepat terjadi pada hewan coba yang diberikan sediaan obat melalui rute subkutan.
Sedangkan durasi terlama terjadi pada hewan coba yang diberikan sediaan obat
fenobarbital melalui rute intra peritoneal.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa :