Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FARMAKOTERAPI

Penyusun:
Seva Adriansyah 21334003

Dosen Pengampu :
Jenny Pontoan,M.Farm.,Apt

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2023
1. Jelaskan kelarutan, absorpsi dan bioavaibilitas obat bersifat asam dan basa
(masing-masing 3 contoh obat). (lengkap dengan reference).

Jawab :
Kelarutan merupakan kemampuan suatu zat untuk larut dalam pelarut tertentu,
Absorpsi adalah proses masuknya suatu zat ke dalam tubuh melalui saluran
pencernaan, pernapasan, atau kulit sedangkan bioavailabilitas adalah kemampuan
suatu zat untuk diabsorpsi dan mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk yang tidak
berubah. Sebagian besar obat merupakan asam atau basa lemah dimana apabila dalam
keadaan terlarut obat yang bersifat asam melepaskan ion hydrogen dan menjadi
terionisasi sedangkan obat yang bersifat basa akan menerima ion hydrogen sehingga
menjadi terionisasi. Bentuk terionisasi ini memiliki muatan elektrik sehingga
mempersulit partikel obat melintasi membran lipid sel.
Banyaknya obat yang terionisasi bergantung pada 2 faktor yaitu pKa yang
merupakan karakteristik obat yang selalu konstan dan pH dari larutan. pH larutan
menandakan konsentrasi ion hidrogen pada larutan tersebut yang mempengaruhi laju
disosiasi dari obat baik yang bersifat asam maupun basa. Nilai pKa obat berhubungan
dengan kesetimbangan obat dengan bentuk terionisasinya, hal ini juga berlaku pada
pH larutan dimana 50% obat akan terionisasi dan 50% obat tak akan terionisasi. Jika
nilai pH sama dengan pKa , rasio obat yang terionisasi dan yang tak terionisasi adalah
50:50. Sehingga pKa adalah pH dimana obat 50% terionisasi.
Obat bersifat asam lemah akan terdisosiasi dan menjadi terionisasi pada
lingkungan basa dan obat bersifat basa lemah akan terdisosiasi dan menjadi terionisasi
pada lingkungan asam. Hal ini perlu diperhatikan karena hanya obat dalam bentuk tak
terionisasi saja yang larut dalam lemak sehingga partikel obat mudah melintasi
membrane sel. Sehingga, Obat bersifat asam seperti fenitoin, tiopenton, aspirin dan
penisilin akan lebih mudah larut dalam lingkungan asam, sedangkan obat bersifat
basa seperti diazepam, morfin, petidin akan lebih mudah larut dalam lingkungan
basa.
Absorpsi obat bersifat asam dan basa juga dipengaruhi oleh bentuk terionisasi
dan tak terionisasinya, hal ini berhubungan dengan kemampuan partikel obat
melintasi membran sel. Oleh karena itu, Absorpsi obat bersifat asam seperti
amoksillin, vankomisin, asam folat, dan asam askorbat akan lebih baik pada
lingkungan asam seperti pada lambung, sedangkan absorpsi obat bersifat basa seperti
teofilin, amikasin, dan natrium diklofenak akan lebih baik pada lingkungan basa
seperti pada usus.
Sama halnya seperti kelarutan dan absorbi, Bioavailabilitas obat bersifat asam
dan basa juga dipengaruhi oleh bentuk terionisasi dan tak terionisasinya. Semakin
banyak partikel obat dalam bentuk tak terionisasi maka makin banyak pula partikel
obat yang terabsopsi sehingga kadar obat dalam darah juga meningkat. Oleh karena
itu obat bersifat asam seperti Warfarin, Penisilin, Metotreksat bioavailabilitasnya
akan lebih baik pada lingkungan asam, sedangkan bioavailabilitas obat bersifat basa
seperti Propanolol, morfin, dan diazepam akan lebih baik pada lingkungan basa.

Reference :
Barker, L. 2020. PHARMACOLOGY 2 - PHARMACOKINETICS. London:
Anaesthesia.

2. Jelaskan kelarutan, absorpsi dan bioavabilitas obat bersifat lipofilik dan


hidrofilik (lengkap dengan reference)

Jawab:
Obat bersifat lipofilik seperti warfarin, lorazepam, dan diazepam cenderung
larut dalam lemak sehingga mampu melintasi membran sel. Sebaliknya, obat bersifat
hidrofilik seperti atenolol, kaptopri, dan parasetamol larut dalam air sehingga sulit
melintasi membran sel. Sifat kelarutan dan permeabilitas ini berhubungan erat dengan
bentuk terionisasi dari partikel obat tersebut. Obat bersifat lipofilik cenderung
memiliki partikel yang terionisasi sedangkan obat bersifat hidrofilik cenderung
memiliki partikel tak terionisasi, hal ini berhubungan dengan sifat polaritasnya
terhadap kecenderungan melarutnya mengikuti asas “ like dissolves like”.
Absorbsi obat bersifat lipofilik seperti amiodaron, propanolol, digoksin lebih
mudah diserap melalui membran sel, sehingga dapat dengan cepat masuk ke dalam
aliran darah Sebaliknya, obat bersifat hidrofilik seperti vankomisin, atenolol,
metformin memerlukan mekanisme khusus untuk dapat diserap, dan seringkali
memiliki laju absorpsi yang lebih lambat.
Bioavailibilitas Obat bersifat lipofilik seperti klonazepam, atorvastatin, dan
simvastatin cenderung memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi karena mudah
diserap dan terdistribusi ke dalam tubuh dengan lebih efisien. Sebaliknya, obat
bersifat hidrofilik seperti seftriakson, atenolol, dan metformin seringkali memiliki
bioavailabilitas yang lebih rendah karena sulit larut dalam cairan tubuh dan
memerlukan mekanisme tambahan untuk dapat diserap.
Reference :
T. Chmiel et al. 2019. The impact of lipophilicity on environmental processes, drug
delivery and bioavailability of food components, Microchemical Journal Vol.146 Hal.
393–406. Gdańsk: Elsevier.

3. Sebutkan protein plasma yang dapat berikatan dengan obat, berikan 3 contoh obat
yang berikatan kuat dengan protein plasma (sebutkan nama protein plasmanya), dan
jelaskan apa dampaknya (lengkap dengan reference)

Jawab :
Protein plasma yang dapat berikatan dengan obat antara lain adalah albumin,
globulin alfa, beta, gamma, α-1 & 2 acidic glycoprotein, serta Lipoprotein. Secara
umum tingkat pengikatan protein plasma yang tinggi membatasi kemampuan obat
meninggalkan aliran darah dan memasuki jaringan. Di sisi lain, banyak mekanisme
ekstraksi yang digunakan oleh tubuh untuk mengekskresikan obat yang terikat oleh
protein terutama filtrasi glomerulus yang bekerja ekstra untuk memecah kompleks
protein-obat tersebut yang berakibat waktu paruh obat meningkat.
Obat yang memiliki ikatan protein yang lemah memiliki kemampuan penetrasi
yang lebih baik dibandingkan dengan obat yang memiliki ikata protein yang kuat,
Namun menyebabkan Obat tersebut lebih cepat di eliminasi oleh tubuh sehingga
memperpendek plasma waktu paruhnya. Secara umum titik batas pengikatan protein
berkisar antara 80 - 85%, diatas kisaran ini pengikatan protein dapat mempengaruhi
distribusi dan eliminasi obat.

Contoh obat yang berikatan kuat dengan protein plasma beserta nama protein
plasmanya adalah:

1. Propanolol, yang berikatan kuat dengan albumin.


2. Warfarin, yang berikatan kuat dengan albumin.
3. Fenilbutazon, yang berikatan kuat dengan albumin.

Ketiga obat tersebut termasuk dalam Concentration-Dependent Protein


Binding (CDPB), dimana untuk obat yang menunjukan karakteristik tersebut , tingkat
pengikatan protein plasma menurun dengan meningkatnya konsentrasi serum
melebihi critical breakpoint. Sehingga , seiring dengan peningkatan konsentrasi total
serum, proporsi obat bebas juga meningkat. Hal ini biasanya disebabkan oleh saturasi
atau tingkat kejenuhan protein carrier, sehingga obat yang melebihi konsentrasi
critical breakpoint tidak terikat.
Reference :
Scheife, R. T. (1989). Protein Binding: What Does it Mean? DICP, 23(7-8), S27–S31.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan rasio ekstraksi (lengkap dengan reference)

Jawab :
Rasio ekstraksi merupakan fraksi obat yang dikeluarkan dari darah atau plasma saat
melintasi organ eliminasi seperti hati atau ginjal. Rasio ekstraksi penting dalam
memprediksi faktor tertentu, seperti klirens instrinsik, ikatan protein, atau laju aliran
darah yang mempengaruhi parameter farmakokinetik obat. Rasio ekstraksi secara
umum dapat diklasifikasikan sebagai tinggi (>0,7), sedang (0,3-0,7) atau rendah
(<0,3) berdasarkan fraksi obat yang dikeluarkan selama satu kali melewati hati.

 Rasio ekstraksi tinggi (>0,7)


Obat-obatan ini dibersihkan dengan cepat dan ekstensif dari darah oleh hati.
Pembersihan obat ini terutama bergantung pada aliran darah hepatik.
 Rasio ekstraksi menengah (0,3 - 0,7)
Pembersihan obat-obatan ini di hati bergantung pada aliran darah hepatik,
kapasitas metabolisme intrinsik hati, dan fraksi obat bebas.
 Rasio ekstraksi rendah (<0,3)
Obat-obatan ini tidak dibersihkan secara efisien oleh hati dan diekstraksi
dengan kurang intensif dan tidak lengkap dari darah hati. Pembersihan obat ini
relatif tidak bergantung pada aliran darah hepatik , dan terutama ditentukan
oleh kapasitas metabolism intrinsik hati dan fraksi obat bebas. Ekstraksinya
dikatakan restriktif atau kapasitasnya terbatas .

Reference :
Mary F. Hebert. 2013. Impact of Pregnancy on Maternal Pharmacokinetics of
Medications. New York: Elsevier.

5. Jelaskan dan berikan 3 contoh obat dengan rasio ekstraksi tinggi. (lengkap dengan
reference)
Rasio ekstraksi tinggi merujuk Obat-obatan ini dibersihkan dengan cepat dan
ekstensif dari darah oleh hati. Pembersihan obat ini terutama bergantung pada aliran
darah hepatic, Nilai rasio > 0.7. Contoh obat dengan rasio ekstraksi tinggi seperti
morfin, metoprolol, dan verapamil. Dalam setiap kasus, obat-obatan dengan rasio
ekstraksi tinggi memungkinkan penyediaan dosis yang lebih rendah untuk pasien,
sehingga meminimalkan efek samping dan risiko terjadinya.
Reference :
Mary F. Hebert. 2013. Impact of Pregnancy on Maternal Pharmacokinetics of
Medications. New York: Elsevier.

6. Jelaskan dan dan berikan 3 contoh obat dengan rasio ekstraksi rendah (lengkap
dengan reference)

Jawab:
Obat-obatan ini tidak dibersihkan secara efisien oleh hati dan diekstraksi dengan
kurang intensif dan tidak lengkap dari darah hati. Pembersihan obat ini relatif tidak
bergantung pada aliran darah hepatik , dan terutama ditentukan oleh kapasitas
metabolism intrinsik hati dan fraksi obat bebas. Ekstraksinya dikatakan restriktif atau
kapasitasnya terbatas, Nilai rasio < 0.3 . Contoh obat dengan rasio ekstraksi rendah
seperti fenitoin, indometasin, cyclosporin.

Reference :
Mary F. Hebert. 2013. Impact of Pregnancy on Maternal Pharmacokinetics of
Medications. New York: Elsevier.

7.
P450 Substrates Inhibitors Inducers

1 2 3 4

CYP 1A2 caffeine, lidocain, α-naphthoflavone omeprazole,


ondansetron, dan dan furafylline rifampicin, dan
Olanzapin clopidogrel

CYP 2A6 phenobarbital, sulfaphenazole dan rifampicin,


phenytoin, dan tienilic acid clopidogrel, dan
tolbutamide desmethylphenylli
ne

CYP 2C8 repaglinide, montelukast dan rifampicin,


rifampicin, dan phenelzine clopidogrel, dan
gemfibrozil desmethylphenylli
glucuronide ne

CYP 2C9 tolbutamide, S- sulfaphenazole dan rifampicin,


warfarin, dan tienilic acid clopidogrel, dan
ticlopidine desmethylphenylli
ne

CYP 2C19 lansoprazole, N-3-benzyl- rifampicin,


omeprazole, N-3- nirvanol, clopidogrel, dan
benzyl-nirvanol loratadine, desmethylphenylli
nootkatone,dan ne
ticlopidine

CYP 2D6 desipramine, paroxetine dan rifampicin,


dextromethorphan, quinidine clopidogrel,
nebivolol desmethylphenylli
ne

CYP 2E1 chlorzoxazon, propofol, isoniazid, klofibrat,


Paracetamol, fenetilisotiosianat, gliserin,
etanol, anilin. dialil sulfida. fenobarbital

CYP 3A4 midazolam, azamulin, rifampicin,


testosterone itraconazole, clopidogrel, dan
ketoconazole, desmethylphenylli
troleandomycin, ne
verapamil

CYP 3A7 eritromisin, simetidin, fenitoin,


alprazolam, ciprofloxacin, rifampisin,
kinidin, saquinavir, prasteron, fenobarbital,
diazepam nelvinafir, triamsinolon.
ketokonazol

Reference :
Zanger, U. M., & Schwab, M. (2013). Cytochrome P450 enzymes in drug
metabolism: Regulation of gene expression, enzyme activities, and impact of genetic
variation. Pharmacology & Therapeutics, 138(1), 103–141.

8. Jelaskan dan berikan contoh 3 obat yang diekskresi melalui hati (lengkap dengan
reference)

Jawab:
Proses ekskresi melalui hati melibatkan eliminasi obat dari tubuh melalui
empedu setelah mengalami metabolisme di hati. Obat-obatan ini umumnya
mengalami reaksi metabolik yang melibatkan enzim sitokrom P450 di hati sebelum
diekskresikan ke dalam empedu. Ekskresi empedu merupakan jalur penting untuk
eliminasi beberapa obat dan metabolit obat, Faktor faktor yang mempengaruhi
eliminasi obat melalui saluran empedu meliputi karakteristik obat seperti struktur
kimia, polaritas dan ukuran molekul serta karakteristik hati seperti tempat transport
aktif spesifik dalam membrane sel hati.
Zat yang diekskresikan ke dalam empedu dapat dibagi menjadi tiga kelompok
berdasarkan rasio empedu terhadap plasma. Rasio empedu terhadap plasma 1:0
mencirikan zat seperti natrium, klorida, kalium dan glukosa. Molekul yang lebih besar
seperti albumin dan fosfolipid umumnya memiliki rasio empedu terhadap plasma
lebih besar dari 1:0 dan sering ditemukan dalam empedu dalam konsentrasi 10-1000
kali lebih besar dibandingkan konsentrasi dalam plasma.
Ekskresi empedu seringkali merupakan jalur eliminasi obat yang sangat
terkonsentrasi dalam empedu. Dalam waktu 90 menit setelah pemberian dosis
tunggal, obat seperti doxorubicin kepada pasien dengan drainase bilier eksternal,
rasio empedu terhadap plasma adalah 639 dan klirens bilier obat sebesar 176 ml/jam.
Sebaliknya, rasio Cefazolin dalam empedu dan plasma adalah 0,2 dan hanya 0,13%
dari dosis intravena 500 mg yang diekskresikan dalam empedu selama 12 jam, eksresi
bilier sebagian besar antibiotic secara kuantitatif rendah. Namun, rasio konsentrasi
Struktur kimia, polaritas dan berat molekul merupakan karakteristik penting
suatu obat yang menentukan eksresinya melalui empedu. Sebagian besar obat yang
diekskreasikan melalui empedu sangat polar dan banyak diantaranya memiliki gugus
yang dapat terionisasi, Sebagai contoh anion organic seperti ampicillin dan senyawa
netral seperti digoksin yang dieksresikan dan terkonsentrasi di empedu melalui sistem
transport yang dimediasi oleh carrier melalui membrane sinusoidal dan kanalukuli
hepatosit di hati.

Reference :
Rollins, D. E., & Klaassen, C. D. (1979). Biliary Excretion of Drugs in Man. Clinical
Pharmacokinetics, 4(5), 368–379. doi:10.2165/00003088-197904050-00003

9. Jelaksan 3 proses eksresi renal dan berikan contoh 3 obat yang melalui proses tersebut
(lengkap dengan reference)

Jawab:
Proses eksresi renal melibatkan penyaringan darah, penyerapan kembali zat-zat
penting, dan pembuangan sisa metabolisme ke dalam urin. Contoh obat yang melalui
proses ini termasuk diuretik, penghambat alfa, dan natrium bikarbonat. Diuretik
seperti hydrochlorothiazide meningkatkan produksi urine. Penghambat alfa seperti
tamsulosin bekerja dengan melemaskan otot saluran kemih. Natrium bikarbonat
membantu ginjal mengeluarkan asam urat.Proses ini penting untuk menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.

Reference :
Rang, H. P., Dale, M. M., Ritter, J. M., & Flower, R. J. (Eds.). (2015). Rang & Dale's
Pharmacology (8th ed.). Churchill Livingstone.

10. Jelaskan sirkulasi obat enterohepatic, sebaiknya disertai gambar (jelaskan 2 contoh
obat) (lengkap dengan reference)

Jawab:
Sirkulasi obat enterohepatik terjadi ketika obat disekresikan oleh hati ke dalam
empedu, kemudian masuk ke usus, dan akhirnya kembali diserap ke dalam aliran
darah. Proses ini dapat memperpanjang waktu tinggal obat dalam tubuh dan
memengaruhi ketersediaan obat. Sirkulasi ini umumnya terjadi pada obat-obat yang
mengalami absorpsi usus yang tinggi, diekskresikan ke dalam empedu, dan kemudian
direabsorpsi kembali ke dalam aliran darah, seperti asam empedu dan beberapa obat
tertentu seperti siklosporin dan estrogen.

Sirkulasi obat enterohepatik dapat memengaruhi ketersediaan obat dalam tubuh dan
dapat berpotensi memengaruhi efek terapeutik dan toksisitas obat. Pemahaman yang
baik tentang sirkulasi obat enterohepatik penting dalam pengelolaan dosis obat dan
efek samping yang terkait.

Reference :
David R. Taft, 2009. Drug excretion. New York: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai