Anda di halaman 1dari 51

ASPEK-ASPEK BIOFARMASI

Oleh:
Apt. Rini Handayani, S.Farm, M.Si
• Obat mengalami banyak PROSES sebelum
sampai pada tempat kerjanya (targetsite).
• PROSES tersebut dibagi menjadi 3 fase,
yaitu:
1) Fase Biofarmasi
2) Fase Farmakokinetik
3) Fase Farmakodinamik
Contoh: Obat dalam bentuk Tablet
FASE BIOFARMASI
• Tablet (zat aktif) akan pecah menjadi GRANUL
• Granul akan pecah dan melepaskan zat aktif,
kemudian larut
Contoh: Obat dalam bentuk Tablet
FASE FARMAKOKINETIK
 Obat tersedia untuk resorpsi, metabolisme,
distribusi, ekskresi

FASE FARMAKODINAMIK
 Interaksi dengan reseptor di tempat kerja,
kemudian menimbulkan EFEK
FARMAKOKINETIK
1. SISTEM TRANSPOR
 Fungsi: membawa obat ke tempat
yang tepat di dalam tubuh dan zat
aktif diolah menjadi suatu bentuk
khusus.
TRANSPOR OBAT SECARA GARIS
BESAR DIBAGI 2; AKTIF & PASIF
a. Transpor Pasif: tidak menggunakan
energi. Molekul obat berjalan
melintasi dinding pembuluh ke
ruang antarjaringan, yang dapat
terjadi melalui 2 cara, yaitu:
 Filtrasi: melalui pori-pori kecil dari
membran sel. Yang difiltrasi adalah
air dan zat-zat hidrofil yang
molekulnya lebih kecil daripada
pori seperti Alkohol.
 Difusi: Zat melarut dalam lapisan
lemak membran sel. Difusi
merupakan cara yang paling lazim
untuk transpor obat.
Difusi sederhana (Difusi Pasif)

 Obatberada dalam larutan air


dipermukaan membran sel
kemudian molekul obat melintasi
membran sel dengan cara larut
dalam Lemak Membran
Difusi Sederhana (Difusi Pasif)

 Obat bergerak dari konsentrasi tinggi


ke konsentrasi rendah, sehingga tidak
membutuhkan energi
 Pada keadaan Steady State

(keseimbangan) kadar obat bentuk


non ion sama ke dua sisi membran
b. Transpor Aktif

 Memerlukan energi
 Pengangkutan dilakukan dengan cara

mengikat zat hidrofil oleh carrier


(suatu protein pengangkut spesifik
yang umumnya berada di membran
sel). Setelah membran dilintasi, obat
dilepaskan kembali
Transpor Aktif

 Transpor ini kebanyakan untuk


zat alamiah, misalnya: glukosa,
metildopa, vitamin B1, B2, dan
B12
2. ABSORPSI

Absorpsi adalah:
Proses penyerapan obat dari tempat
pemberian, menyangkut kelengkapan dan
kecepatan proses tersebut.

Kelengkapan dinyatakan dalam % dari


jumlah obat yang diberikan
• Umumnya penyerapan obat dari usus
ke dalam sirkulasi berlangsung
melalui filtrasi, difusi, atau transpor
aktif.
INTERAKSI PADA PROSES ABSORPSI
• ABSORPSI
OBAT FARMASETIKA: bentuk sediaan; dll.
FISIKOKIMIA: pH; besar molekul; dll
PASIEN tempat terjadinya absorpsi: luas;
vaskularisasi dll.
OBAT + SUBST. lain  ABSORPSI CEPAT  KADAR
MENINGKAT  efek cepat atau toksik
OBAT + SUBST. Lain  ABSORBSI LAMBAT 
KADAR RENDAH  kadar dalam darah
(bioavailibilitas obat rendah)  kegagalan
farmakoterapi
MEKANISME INTERAKSI ABSORBSI
GASTROINTESTINAL
• Mekanisme interaksi yang melibatkan absorpsi
gastrointestinal dapat terjadi melalui beberapa
cara:
(1) secara langsung, sebelum absorpsi
(2) terjadi perubahan pH cairan gastrointestinal
(3) penghambatan transport aktf gastrointestinal
(4) adanya perubahan flora usus dan
(5) efek makanan
 Perubahan pH cairan gastrointestinal, misalnya:
Peningkatan pH karena adanya antasida,
penghambat-H2, ataupun penghambat
pompaproton  akan menurunkan absorpsi
basa-basa lemah (ex: ketokonazol, itrakonazol)
dan akan meningkatkan absorpsi obat-obat asam
lemah (ex: glibenklamid, glipizid, tolbutamid)
 Peningkatan pH cairan gastrointestinal akan
menurunkan absorpsi antibiotika golongan
Sefalosporin
• Mekanisme interaksi melalui penghambatan
transport aktif gastrointestinal, misalnya,
grapefruit juice, yakni suatu inhibitor protein
transporter uptake pump di saluran cerna,
akan menurunkan bioavailabilitas beta-bloker
dan beberapa antihistamin (misalnya,
fexofenadin) jika diberikan bersama-sama
• Makanan juga dapat menurunkan
metabolisme lintas pertama dari propranolol,
metoprolol, dan hidralazine sehingga
bioavailabilitas obat-obat tersebut meningkat
• Makanan juga dapat meningkatkan absorpsi
obat-obat yang sukar larut dalam air seperti
griseofulvin
BIOTRANSFORMASI / METABOLISME

• Adalah: Reaksi perubahan zat kimia


dalam jaringan biologi yang
dikatalisis oleh enzim menjadi
metabolitnya.
BIOTRANSFORMASI
Tujuan Biotranspormasi obat adl:
Untuk mengubah obat menjadi lebih hidrofil
sehingga mudah diekskresi ginjal.

Biotransformasi/metabolisme obat terjadi utamanya di


HATI dan dalam jumlah yang sangat rendah terjadi
dalam organ lain (Usus, Ginjal, Paru-paru, Otot, Kulit,
dan dalam darah)
Biovailibilitas:
Adalah: jumlah obat dalam % terhadap dosis
yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk
utuh atau aktif.
• F obat secara i.v = 100%
• F obat peroral adalah < 100%
• INTERAKSI METABOLISME Mekanisme interaksi
dapat berupa:
(1) penghambatan (inhibisi) metabolisme 
kadar plasma obat lain meningkat
(2) induksi metabolisme  kadar obat lain
menurun
(3) perubahan aliran darah hepatik

contoh: Kontraseptik oral (hormon estradiol)


dengan adanya induktor enzim seperti rifampisin,
deksametason, menyebabkan kadar estradiol
menurun sehingga efikasi kontraseptik oral
menurun
• Interaksi pada proses METABOLISME
Peran metabolisme obat pada dasarnya, obat
aktif yang larut dalam lemak diubah menjadi
tidak aktif sehingga mudah dikeluarkan dari
tubuh.
Pegang peran: enzym cytochrome P-450
Obat atau makanan/substansi lain :
 memacu kerja enzym (enzym inducer)
 menghambat kerja enzym (enzym inhibitor)
• Makanan yang masuk golongan:
 Enzym inducer:
-makanan yang dipanggang atau dibakar ( cyp
1A2 )
-rokok( cyp 1A2 )
-Ethanol ( cyp 2C9 ; cyp 2E1 )

 Enzym inhibitor:
- grape fruit juice ( cyp 1A2 ; cyp 3A4 )
beberapa contoh interaksi pada proses
METABOLISME :
• enzym inducer:
 asetaminofen (parasetamol) + charbroiled food
 kadar asetaminofen dalam darah rendah
 Asetaminofen (parasetamol) + perokok  kadar
asetaminofen dalam darah rendah

• enzym inhibitor:
 Nifedipin + grapefruit juice  kadar nifedipine
dalam darah tetap tinggi dan efeknya jauh lebih
lama
DISTRIBUSI
 Adalah penyebaran obat dari pembuluh
darah ke jaringan atau tempat kerjanya.
 Obat yang larut dalam lemak lebih mudah
terdistribusi
 Ada 2 fase distribusi berdasarkan
penyebarannya :
1. Distribusi Fase pertama
Terjadi segera setelah penyerapan ke organ
yang berfusinya sangat baik, Mis : Jantung,
Hati, Ginjal, & Otak.
2. Distribusi Fase ke-2
Distribusi ini jauh lebih luas mencakup
jaringan yang perfusinya tidak sebaik
organ di atas, Mis : Otot, Visera, Kulit,
& Jaringan Lemak.
• Distribusi dipengaruhi oleh ikatan
Obat dengan protein dan hanya obat
yang dalam bentuk bebas (tidak
terikat protein) yang dapat
menembus membran sel.
• Pada saat obat masuk sirkulasi sistemik,
sebagian besar akan terikat dengan protein
plasma, terutama Albumin. Ikatan obat-
protein membentuk molekul yang besar,
sehingga tidak dapat menembus membran
dan tidak akan aktif sebelum ikatan obat-
protein lepas.
• Hanya obat “bebas” yang dapat
mencapai sasaran dan dapat mengalami
metabolisme sehingga mudah
diekskresikan.
• Berkurangnya obat “bebas” dalam tubuh
karena ekskresi akan menyebabkan
terlepasnya obat yang terikat protein.
RESERVOAR OBAT
Jaringan dan cairan tubuh dapat menjadi
reservoar obat :
Jaringan lemak: reservoar yang penting
untuk obat yang larut dalam lemak, Mis :
Thiopental
Protein plasma : reservoar obat yang
bersifat asam dan basa
Tulang: reservoar untuk logam berat, Mis :
Pb atau Radium
Cairan Transeluler, Mis : asam lambung
yang merupakan reservoar obat basa lemah
Saluran cerna: untuk obat yang absorpsinya
lambat
• Distribusi obat dipengaruhi oleh obat lain
yang berkompetisi terhadap ikatan dengan
protein plasma
• Misalnya, antibiotik sulfonamide dapat
menggeser methotrexate, phenytoin,
sulfonylurea, dan warfarin dari ikatannya
dengan albumin.
• Sulfonamide  mengikat erat plasma
albumin
• Interaksi obat yang melibatkan proses distribusi
akan bermakna klinik jika:
(1) obat memiliki ikatan dengan protein plasma
sebesar > 85%, volume distribusi (Vd) yang kecil
dan memiliki batas keamanan sempit
(2) obat presipitan berikatan dengan albumin
pada tempat ikatan (finding site) yang sama
dengan obat indeks, serta kadarnya cukup tinggi
untuk menempati dan menjenuhkan binding-site
nya
Contohnya, fenilbutazon dapat menggeser
warfarin
• sehingga kadar plasma warfarin meningkat.
Selain itu, fenilbutazon juga menghambat
metabolisme warfarin
EKSKRESI
• Adalah pengeluaran obat atau
metabolitnya dari tubuh
• Utamanya dilakukan oleh ginjal
melalui air seni
• Selain itu Ekskresi dapat juga melalui:
1. Kulit: Keringat
2. Paru-paru: melalui pernapasan
3. Empedu
4. ASI
5. Usus
6. Rambut
7. Air mata
8. Saliva
• Interaksi pada proses ELIMINASI/ EKRESI

Proses yang terjadi:


- transport aktif pada membran sel
- suasana pH diginjal

Dampak: obat akan cepat diekresikan atau


akan diperlama ekresinya
• Mekanisme interaksi obat dapat terjadi pada proses
ekskresi melalui empedu dan pada sirkulasi
enterohepatik, sekresi tubuli ginjal, dan karena
terjadinya perubahan pH urin.
• Gangguan dalam ekskresi melalui empedu terjadi
akibat kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk
sistem transport yang sama
contohnya:
 kuinidin menurunkan ekskresi empedu digoksin
 probenesid menurunkan ekskresi empedu rifampisin

Obat-obat tersebut memiliki sistem transporter protein


yang sama, yaitu glikoprotein.
• Penghambatan sekresi ditubuli ginjal akibat
kompetisi antara obat dan metabolit obat
untuk sistem transport yang sama, terutama
system transport untuk obat bersifat asam dan
metabolit yang juga bersifat asam.
• Contoh: fenilbutazon dan indometasin
menghambat sekresi ke tubuli ginjal obat-obat
diuretik tiazid dan furosemid, sehingga efek
diuretiknya menurun
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
• Obat yang bekerja pada sistem reseptor,
tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama
sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik,
atau antagonistik, tanpa ada perubahan kadar
plasma ataupun profil farmakokinetik lainnya.
• INTERAKSI YANG MENYEBABKAN EFEK YANG
BERLAWANAN (ANTAGONIS)

Contoh interaksi obat pada reseptor yang


bersifat antagonistik misalnya:

interaksi antara β-bloker dengan agonis-β2


pada penderita asma; interaksi antara
penghambat reseptor dopamine (haloperidol,
metoklo-pramid) dengan levodopa pada
pasien Parkinson
INTERAKSI YANG MENYEBABKAN EFEK ADITIF

• Interaksi Aditif adalah jumlah efek 2 obat.


Kedua obat tersebut bisa bekerja pada
reseptor yang sama atau reseptor yang
berbeda.
• Contoh: Efek depresi SSP aditif disebabkan
karena pemberian sedative, hypnotic, dan
opioid, bersama dengan konsumsi ethanol.
INTERAKSI YANG MENYEBABKAN SINERGISTIK

• Interaksi supra-aditif (sinergistik), yaitu hasil


interaksi lebih besar daripada jumlah kedua
obat
• Contoh: Kombinasi antibiotik sulfonamide
dengan dihydrofolic acid reductase inhibitor
berupa trimethoprim
POTENSIASI
• Potensiasi, adalah efek obat yang ditingkatkan oleh
obat kedua yang tidak mempunyai efek

Contoh: asam klavulanat + amoksisilin


(Co amoxiclav)
Asam klavulanat adalah penghambat beta laktam.
Enzim laktamase berfungsi menginaktivasi antibiotik
betalaktam dengan memecah cincin beta laktamnya
sehingga antibiotik tidak bisa berikatan dengan
reseptor pada bakteri
INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN
• Interaksi obat dan makanan terjadi bila
makanan mempengaruhi bahan dalam obat
yang diminum sehingga obat tidak dapat
bekerja sebagimana mestiny
• Interaksi ini dapat menyebakan efek yang
berbeda-beda:
 peningkatan atau penurunan efektifitas obat
sampai efek samping
 Makanan dapat menunda, mengurangi atau
meningkatkan penyerapan obat
• Penyebab dapat terjadinya interaksi obat dengan
maknan adalah:
• Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama
kecepatan pengosongan lambung dari saat
masuknya makanan
• Perubahan ph, sekresi asam serta produksi
empedu
• Perubahan suplai darah di daerah mukosa saluran
cerna
• Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh
makanan
• Perubahan biotransformasi dan eliminasi
Interaksi Obat-Makanan
• Contoh: keasaman dari jus buah dapat
menurunkan efektifitas antibiotik
• susu dapat membentuk khelat apabila
diminum bersama tetrasiklin

Anda mungkin juga menyukai