Anda di halaman 1dari 63

 Salah satu tugas terpenting perawat

pemberian obat yang aman dan akurat


 Obat adalah alat utama terapi yg digunakan
dokter u/ mengobati klien yg memiliki
masalah kesehatan
 Beberapa obat dpt menimbulkan efek
samping yg serius atau berpotensi
menimbulkan efek yg berbahaya bila tdk
tepat diberikan.
 Tanggung jawab perawat dalam peran
kolaboratif pemberian obat:
 Memahami kerja obat
 Memahami efek samping yg ditimbulkan
 Memberikan obat dengan tepat
 Memantau respons klien
 Membantu klien menggunakan obat dengan
benar dan berdasarkan pengetahuan
 Selain itu, perawat jg harus memahami
masalah kesehatan klien u/ menentukan
apakah obat tertentu aman u/ diberikan.

 Pertimbangan perawat PENTING dalam


pemberian obat yang tepat dan aman.
 U/ menetapkan kebutuhan terhadap terapi obat dan
respons potensial terhadap terapi obat, perawat mengkaji
banyak faktor:
1. Riwayat Medis
 Indikasi atau kontraindikasi terhadap terapi obat.
 Penyakit atau gangguan membuat klien berisiko terkena efek
samping yg merugikan
 Misal.
 Pasien yg mengalami ulkus lambung atau cenderung mengalami
perdarahan bila diberi aspirin atau antikoagulasi maka akan
meningkatkan perdarahan
 Pasien yg post op tiroidektomi pasien mungkin membutuhkan
penggantian hormon. Dari riwayat ini perawat dpt meminta supaya
klien diresepkan obat rutin (contoh, synthroid dan obat
antihipertensi)
2. Riwayat Alergi
 Apabila klien memiliki riwayat alergi terhadap
obat? perawat hrs menginformasikan kpd tim
kesehatan lain.
 Termasuk alergi makanan k/ banyak obat
mengandung unsur yg terkandung dlm sumber
makanan. c/ kerang. Apabila klien alergi terhadap
kerang klien akan sensitif terhadap suatu produk
obat yg mengandung yodium
 Di RS klien mengenakan pita identifikasi yg
memuat daftar alergi obat
 Semua alergi harus dicatat pada catatan penerimaan
klien,catatan medis dan riwayat dokter
3. Data obat
 Perawat mengkaji informasi setiap obat :
 Kerja obat
 Tujuan
 Dosis normal
 Rute pemberian
 Efek samping
 Implikasi keperawatan dlm pemberian dan pengawasan obat
 Pertanyaan umum yg perlu dipikirkan :
 “apakah ini dosis terkecil yg mungkin diprogramkan?” (untuk lansia)
 “dapatkah obat ini berinteraksi dgn obat lain yg sedang digunakan?”
 “adakah instruksi khusus tentang pemberian obat?”
 Mungkin perlu konsultasi ke beberapa sumber u/ memperoleh keterangan
 Referensi : buku farmakologi, DOI, jurnal keperawatan merupakan sumber yg berharga
 Perawat bertanggungjawab u/ mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang obat yg
diberikan
 4. Riwayat Diet
 Riwayat diet memberi keterangan tentang pola
makan dan pilihan makanan klien.
 Perawat dpt merencanakan penjadwalan dosis
obat yg lebih efektif dan menganjurkan klien
menghindari makanan yg dapat berinteraksi
dengan obat
5. Kondisi klien Terkini
 Status fisik dan mental klien  dpt menentukan
apakah obat sebaiknya diberikan dan cara
pemberian obat.
 Contoh:
 Perawat memeriksa TD sebelum memberi obat
antihipertensi dalam bentuk tablet.
 Apabila klien mual, kemungkinan ia tdk dpt menelan
tablet?
 Temuan pengkajian jg dpt memberi data dasar dalam
mengevaluasi efek terapi obat
6. Persepsi klien atau masalah koordinasi
 Terutama klien Lansia yg ada di komunitas
(rumah tangga,panti werdha)
 Klien yg fungsi persepsi dan koordinasinya
terbatas kemungkinan sulit menggunakan
obat secara mandiri.
 Perawat harus mengkaji kemampuan klien
dalam mempersiapkan dosis dan menggunakan
obat dengan benar
 Apabila klien tdk mampuperawat dpt
mempelajari apakah ada anggota keluarga atau
teman yg dpt membantu
7. Sikap klien terhadap penggunaan obat
 Sikap klien terhadap obat  menunjukkan
tingkat ketergantungan pada obat
 u/ mendapatkan data akurat tentang sikap
perawat perlu mengobservasi perilaku klien
yg mendukung bukti ketergantungan obat.
8. Pengetahuan klien dan pemahaman tentang
terapi obat
 Terutama pada klien rawat jalan atau yg ada
di komunitas/panti werdha
 Pengetahuan dan pemahaman klien tentang
obat mempengaruhi keinginan atau
kemampuannya dlm mengikuti suatu
program pengobatan.
 Bila klien tdk paham kemungkinan klien
tdk mematuhi program pengobatan
9. Kebutuhan pembelajaran klien
 Dengan mengkaji tingkat pengetahuan klien
tentang obat perawat dapat menetapkan
kebutuhan belajar klien, informasi yg perlu
diberikan.
 Perawat mungkin perlu menjelaskan kerja dan
tujuan obat, efek samping yg akan timbul,teknik
pemberian obat yg benar, cara mengingat
jadwal obat.
 Apabila klien mendapatkan obat baru, instruksi
tertentu harus diberikan. Teman atau anggota
keluarga mungkin perlu dilibatkan.
 Perawat harus berfikir kritis dalam
menginterpretasikan data pengkajian supaya
dapat menegakkan diagnosis yang benar.
 Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk
terapi obat
 Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang
berhubungan dengan :
▪ Kurangnya informasi dan pengalaman
▪ Keterbatasan kognitif
▪ Tidak mengenal sumber informasi
 Ketidakpatuhan terhadap terapiData:
obat yang
berhubungan dengan: klien mengaku lupa
minum obat 1 x
 Sumber ekonomi yang terbatas Ada bukti obat tdk
 Keyakinan tentang kesehatan menghilanhkan gejala
Klien tdk mengalami
 Pengaruh budaya kemajuan
 Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan
dengan:
 Penurunan kekuatan
 Nyeri dan ketidaknyamanan
 Perubahan sensori/persepsi yang
berhubungan dengan pandangan kabur
 Ansietas yang berhubungan dengan :
 Status kesehatan yang berubah atau terancam
 Status sosial ekonomi yang berubah atau
terancam
 Pola interaksi yang berubah atau terancam
 Gangguan menelan yang berhubungan
dengan:
 Kerusakan neuromuskular
 Iritasi rongga mulut
 Kesadaran yang terbatas
 Penatalaksanaan program terapeutik tidak
efektif:
 Terapi obat yang kompleks
 Pengetahuan yang kurang
Secara umum sasaran yg ingin dicapai adalah:
1. Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute
pemberian obat yang digunakan
2. Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai
dgn aman sementara kenyamanan klien tetap
dipertahankan
3. Klien dan keluarga memahami terapi obat
4. Pemberian obat secara mandiri dilakukan
dengan aman
 Intervensi harus sesuai dengan masalah dan
etiologinya
 Aktifitas dalam perencanaan dapat berupa :
 Memberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan
 Membuat jadwal pengobatan t.u. u/ klien yg rawat
jalan atau yang ada di panti werdha
 Membuat strategi u/ memastikan keamanan
pemberian obat (t.u. u/ klien yg mengalami
keterbatasan fisik)
 u/ klien yg menggunakan obat secara mandiri
(mis.klien DM menggunakan injeksi insulin)perawat
harus mendemostrasikan cara injeksi insulin
Prinsip dalam implementasi
1. Trankripsi yang benar dan
mengkomunikasikan program
2. Kalkulasi dan penghitungan dosis yang tepat
3. Pemberian dosis atau obat yang benar
4. Mencatat pemberian obat (dokumentasi)
5. Mempertahankan hak klien
Komponen resep dokter meliputi
1. Nama lengkap klien
2. Tanggal ketika instruksi ditulis (hari/bln/thn)
3. Nama obat
Bila komponen tdk
4. Dosis lengkap perawat
5. Rute pemberian harus
6. Waktu & frekuensi pemberian mengkonfirmasikan
ke dokter yg
7. Tanda tangan dokter bersangkutan
KOMPONEN RESEP OBAT TRANKRIPSI

1. Nama lengkap klien 1. Nama klien


2. Tanggal ketika instruksi 2. Nomor medrec
ditulis (hari/bln/thn) 3. Kamar klien
3. Nama obat
4. Dosis
4. Nomor tempat tidur
5. Rute pemberian 5. Nama obat
6. Waktu & frekuensi 6. Dosis
pemberian 7. Waktu pemberian
7. Tanda tangan dokter
8. Rute pemberian obat
 Setiap kali suatu dosis obat disiapkan,
perawat mengacu pada format obat.
 Dengan sistem unit-dosis hanya satu
diperlukan transkripsi sehingga kemungkinan
terjadinya kesalahan dibatasi.
 Ketika mentranskripsi resep perawat harus
yakin bahwa nama, dosis dan simbol obat
dapat dibaca.
 Perawat harus menyalin kembali setiap
transkripsi yang tercoret atau tdk terbaca
Perawat yg memberi obat yg salah atau dosis yg tdk
tepat bertanggung jawab secara hukum

 Di beberapa RS yg menggunakan sistem


komputer resep tdk perlu ditranskripsi krn
program langsung dimasukkan ke dlm
komputer. Print outnya dpt digunakan u/
mencatat obat-obatan yg diberikan.
 Perawat supervisi membandingkan semua
program yg ditranskripsi dgn program yg asli u/
memastikan keakuratan dan kelengkapannya.
 Apabila sebuah program tampak tdk benar atau
tdk tepat atau merugikan perawat
mengkonsultasikannya kpd dokter yang
bersangkutan.
 Perawat harus menggunakan alat ukur yg standar
 Bila mengukur obat cair (sirup)gunakan wadah
pengukur yg standar (sendok obat/sdt/sdm/gelas
obat)
 Prosedur perhitungan obat dilakukan dgn sistematis
u/ memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan
 Ketika mempersiapkan obatperawat menghitung
setiap dosis,memperhatikan kalkulasi dgn cermat dan
hindari gangguan dari aktivitas keperawatan lain (jgn
bersenda gurau,bercakap-cakap selama
mempersiapkan obat)
 Gunakan tekhnik aseptik
 Lakukan dengan prosedur yang benar
 Ketika obat tertentu diberikan perlu
melakukan pengkajian misalnya mengkaji
denyut nadi sebelum memberikan obat
antiaritmia
 Perawat mendokumentasikan obat pada waktu obat
diberikan u/ mencegah perawat lain memberi obat
tanpa mengetahui bahwa klien telah menerima obat.
 Catat dlm catatan pengobatan bila obat gagal
diberikan krn alasan klien menolak atau pada
pengkajian fisik ditemukan kontraindikasi terhadap
penggunaan obat tersebut atau pemberian obat
terlewat krn klien sedang menjalani
pemeriksaan/prosedur.
 Pencatatan obat terdiri : nama,dosis,rute pemberian
obat dan waktu pemberian obat (format umumnya
disiapkan oleh institusi/RS)
 Penyuluhan kpd klien adalah peran perawat yg sangat
penting, salah satunya adalah penyuluhan tentang
obat.
 Terutama penyuluhan bagi klien yg rawat jalan atau
ketergantungan pada terapi obat sepanjang sisa
umurnya
 Klien dpt salah menggunakan obat atau tdk
menggunakannya sama sekali,jika tdk mendapat
informasi yg benar tentang obat.
 Perawat memberi informasi tentang tujuan
pengobatan,kerja obat dan efeknya
 Penggunaan media berupa leaflet perawat harus
mengkaji kemampuan baca klien
 Klien yang memerlukan obat sepanjang sisa
hidupnya, contoh klien Diabetes, maka perawat
harus
▪ Mengajarkan klien cara memantau terapi glukosa
▪ Cara melakukan injeksi insulin secara mendiri dengan tekhnik
aseptik
▪ Diet diabetes
▪ Latihan fisik yg dilakukan
▪ Klien yg menggunakan antibiotik klien harus
mengetahui menggunakan obat dgn benar, penting
menghabiskan obat k/ bahaya terjadi resistensi
bakteri terhadap obat yg akan membuat kondisi
klien menjadi lebih buruk.
 Penyuluhan menggunakan obat dengan aman dirumah :
1. simpan setiap obat di dalam wadah asalnya yg berlabel
2. pastikan label dapat dibaca
3. buang obat yang sudah kadaluarsa
4. selalu habiskan obat yang diresepkan, kecuali jika
diinstruksikan sebaliknya.
5. buang obat ke adalam sebuah bak cuci piring atau ke
toliet (bila obat sudah tdk digunakan lagi)
6. jangan tempatkan obat di tempat sampah yang
terjangkau oleh anak
7. jangan berikan obat yang diresepkan kepada anggota
keluarga atau teman
8. simpan obat yang perlu didinginkan di lemari pendingin
9. baca label dengan teliti dan ikuti semua instruksi
Karena adanya resiko yg berhub. Dgn pemberian obat klien
memiliki hak sbb :
1. Mengetahui nama,tujuan,kerja obat,efek samping obat.
2. Menolak sebuah obat,tanpa memperhatikan konsekuensinya.
3. Meminta perawat atau dokter yg berkualitas u/ mengkaji
riwayat obat, termasuk elergi.
4. Mendapat nasihat yg benar berkenaan dgn sifat suatu terapi
obat yg pernah muncul dan memberi persetujuan u/
penggunaannya.
5. Menerima obat yg dilabel dgn nama aman tanpa merasa tdk
nyaman sesuai dgn “lima benar” pemberian obat.
6. Menerima terapi pendukung yang diperlukan terkait dgn terapi
obat yang dijalani.
7. Tidak menerima obat yang tidak perlu.
 Perawat memantau respons klien terhadap
obat secara berkesinambungan
 Perubahan kondisi klien :
 Apakah krn secara fisiologis?
Atau keduanya ?
 Penggunaan obat?
 Evaluasi perlu dilakukan menilai tujuan pemberian
obat yg aman dan efektif apakah dapat dicapai?
Contoh langkah-langkah evaluasi u/ menentukan
bahwa tdk ada komplikasi yg terkait dgn rute
pemberian obat :
 Mengobservasi adanya memar,inflamasi,nyeri
setempat atau perdarahan di tempat injeksi
 Menanyakan klien tentang adanya rasa
baal/kesemutan di tempat injeksi
 Mengkaji adanya gangguan sal.cerna: mual,
muntah dan diare
 Menginspeksi tempat IV: flebitis, demam,
pembengkakan,nyeri tekan setempat .
 Contoh langkah evaluasi u/ menentukan apakah
efek terapetik obat yg diprogramkan telah
dicapai dengan aman:
 Menanyakan klien apakah nyeri mereda atau
gejala berkurang stlh mendapatkan analgetik
 Memantau respons klien terhadap obat :
 Bila klien mendapat obat antiaritmia respon yg
diharapkan irama jantung jd teratur
 Bila klien mendapat obat antihipertensi TD
menurun
 Bila klien mendapat obat diuretik peningkatan
haluaran urine
 Contoh evaluasi u/ mempertahankan
keamanan dan kenyamanan klien:
 Memantau efek samping, reaksi alergi, interaksi
obat
 Mengevaluasi klien selama 30 menit setelah diberi
obat u/ mengetahui ketidaknyamanan
 Contoh evaluasi u/ memahami terapi obat
 Meminta klien menjelaskan tujuan, kerja obat,
dosis,jadwal pemberian obat dan efek samping yg
mungkin
 Meminta klien menjelaskan waktu setiap obat
digunakan selama sehari
 Contoh evaluasi u/ menentukan kemampuan
klien menggunakan obat secara mandiri dan
aman:
 Mengobservasi klien saat mempersiapkan dosis
obat yang diprogramkan
 Mengobservasi klien yang memberi dosis obat
yang diprogramkan
 Adalah permintaan tertulis dari dokter/drg/drh kepada Apoteker
untuk membuat &/ menyerahkan obat kepada pasien.

 Yg berhak menulis resep :


- dokter
- dokter gigi
- dkter hewan

 Yg berhak membuat/meracik obat yg tertulis di resep :


- apoteker
- asisten apoteker dibawah pengawasan apoteker.
Dalam resep harus tertulis :

1. Nama, alamat, no. ijin praktek dr / drg / drh.


2. Tempat & tanggal penulisan resep.
3. Supersriptio
- tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep.
- R/ = “recipe” = ambillah!
- falsafah dalam penulisan resep →keyakinan & kekuatan
prescriber.
- sebaiknya ditulis tangan dg penuh keyakinan.
4. Inscriptio / invocatio
 nama setiap obat & komposisinya.
 tujuan : membantu menyembuhkan & mengurangi penyakit pasien.
 pedoman : 6T1W (tepat pasien, tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat pemilihan
obat, tepat dosis regimen, tepat evaluasi & waspada ES).
 nama obat dalam resep :
- diawali huruf besar
- nomenclatur generik (INN).
- ditulis jelas, lengkap, atau dg singkatan resmi.
INH = Isoniazida
HCT = Hidroklorothiazida
Vas.alb. = vaselin album
paraf.liq. = parafin liqiudum
 Dosis obat ditulis dg angka bulat diikuti satuan (100 mg; 50 ml).
 Sebaiknya dihindari angka pecahan & desimal.
(0,2 g →200 mg ; ½ g →500 mg).
 Dosis obat yg tidak lazim, cantumkan “qr” (quantitum rectum =
jumlahnya sudah tepat) dibelakang nama obat.
mis : antalgin 650 mg qr.
5. Subscriptio
 Perintah untuk dibuatkan bentuk sediaan obat yg diinginkan &
jumlah obat yg diminta.
 mfla →pulv / sol / susp / emul / caps / cr.
 mfla = misce fac lege artis = campur & buatlah menurut / sesuai dg
seninya.
 Jika pasien tidak menyukai BSO yg tertulis dalam resep,
konsultasikan dg prescriber.
 Jumlah obat yg diminta ditulis dg angka romawi
(I,II,III,IV,V,X,L,C)
 Untuk narkotika & psikotropika sebaiknya ditulis dg huruf.
R/ Braxidin tab no.VI (enam)
6. Signatura
 Aturan pemakaian obat yg tertulis dalam resep.
 Aturan pemakaian obat harus ditulis dg jelas & mudah dibaca.
 Contoh signatura dg bahasa latin yg lazim ditulis dalam resep :
 ac ante coenam sebelum makan
 ad auris dextra telinga kanan
 bdd bis de die sehari dua kali
 bddc bis de die cochlear sehari dua kali satu sendok makan
 c cohclear sendok makan, 15 ml
 cth cochlear these sendok teh, 5 ml
 dc durante coenam selagi makan
 dtd da tales dosis berikanlah dg takaran sebanyak
itu
7. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep.

8. Pasien
- nama pasien ditulis lengkap
- anak/lansia : dg umur & BB
- alamat & no. telepon
- pelaporan narkotika & psikotropika
- pelaporan OWA
- nama sama
- salah obat →melacak
- menghindari penyalahgunaan obat
- obat titipan
 n.i. = Ne Iterasi / tidak boleh diulang

 Ditulis nama pasien, tidak boleh m.i. = mihi ipsi = untuk dipakai
sendiri, alamat pasien harus jelas

 Signatura jelas, tidak boleh s.u.c. = signa usus cognitus = sudah


tahu pakainya
 Adalah salinan tertulis dari suatu resep
 Sinonim : apograph, exemplum, afschrift
 Ditulis oleh apoteker / AA dg sepengetahuan apoteker.
 Ditandatangani oleh apoteker.
 Salinan resep selain memuat semua keterangan yg termuat dalam R/ asli, harus
memuat :
1. Nama & alamat apotek
2. nama & no. SP / SIK APA (Apoteker Pengelolah Apotek)
3. tanda tangan / paraf APA (bagian bawah sebelah kanan)
4. tanda “det” = detur (untuk obat yg sudah diserahkan)
tanda “nedet” = ne detur (untuk obat yg belum diserahkan)
tanda “det orig” = detur originalae (sudah diberikan sesuai dg resep
aslinya), untuk resep asli dg tanda “iter” (diulang).
5. no.resep & tanggal pembuatan
6. pada bagian bawah R/ sebelah kanan ditulis :
- P.C.C. = Pro Copie Conform = sesuai dg aslinya
- cap / stempel apotek
 Label yg berisi petunjuk atau aturan penggunaan obat yg harus disertakan /
ditempel pada kemasan / wadah obat (yg dibeli dg resep) pada saat
dispensing.
 Warna etiket :
1. Putih → untuk obat dalam : obat yg digunakan melalui mulut masuk
kerongkongan → perut .
2. Biru → untuk obat luar : obat yg digunakan melalui mata, hidung,
telinga, vagina, rektum, sediaan parenteral, obat kumur, dan
topikal.
 Etiket Putih / Obat Dalam, dicantumkan :
a. Nama & alamat apotek
b. Nama & no. SP/SIK APA
c. No. R/ & tanggal pembuatan R/
d. Nama pasien
e. Aturan pemakaian
f. Tanda lain : kocok dulu, harus habis, tidak boleh diulang tanpa R/ dr.
g. paraf pembuat.
 Etiket Biru / Obat Luar, dicantumkan :

a. nama & alamat apotek


b. nama & no SP/SIK APA
c. no. R/ & tanggal pembuatan
d. nama pasien
e. nama & jumlah obat
f. aturan pemakaian
g. tulisan “obat luar”
h. tanda lain : obat gosok, obat kumur, kocok dulu
 Dosis toksik : dosis yg menimbulkan gejala keracunan
 Dosis minimal : dosis terkecil yg masih mempunyai efek
terapetik
 Dosis maksimal : dosis terbesar yg mempunyai efek terapetik,
tanpa gejala/efek toksik
 Dosis terapetik : dosis diantara dosis minimal &
maksimal,dipengaruhi oleh : umur, BB, jenis
kelamin, waktu pemberian obat, cara
pemberian obat kecepatan ekskresi,
kombinasi obat, luas permukaan badan,
penyakit.
 Dosis lazim : dosis rata-rata yg biasanya (lazim)
memberikan efek yg diinginkan.
 Dosis letal : dosis yg mungkin cukup untuk mematikan.
USIA
1. Lansia
 usia > 65 tahun, sensitif obat karena sirkulasi darah <<, albumin
darah <<, fungsi hati & ginjal turun, eliminasi lambat.
 Ex : antikoagulan & fenilbutazon (obat encok) krn albumin darah <<,
pengikatan obat-protein <<, obat bebas >>, shg keracunan.
 Ex : obat tidur (barbiturat, nitrazepam),opioid, psikotropika →
kerusakan umum pada SSP/sel-sel otak, shg terjadi peningkatan
kepekaan obat-obat yg bekerja pada SSP.
 Ex : digoksin, insulin, adrenalin adalah obat pd dosis biasa
→keracunan pd lansia.
 Dosis lansia : < dasis biasa
 Usia 65 – 74 tahun : dosis biasa – 10%
 Usia 75 – 84 tahun : dosis biasa – 20%
 Usia 85 tahun >> : dosis biasa – 30%
2. Anak kecil / pediatri

 Bayi baru lahir (neonatus) : > rentan obat → fungsi hati , ginjal &
sistem enzim belum berkembang.
 Ex :kloramfenikol → grey baby sindrom
 Berpedoman kepada “6”
1. Benar pasien
2. Benar diagnosa keperawatan
3. Benar indikasi
4. Benar obat
5. Benar regimen obat
6. Benar evaluasi

 Tujuan : untuk menghindari & mencegah kesalahan


pemberian obat & adverse drug reactions (ADR).
 6 benar, yaitu : Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu,
benar rute dan benar dokumentasi.
 12 benar, yaitu :
 Benar Reaksi dengan Obat Lain
 Benar Reaksi Terhadap Makanan
 Benar evaluasi
 Benar pengkajian
 Hak Klien Untuk Menolak
 Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien
 Dokumentasi
 Benar waktu
 Benar Cara Pemberian
 Benar pasien
 Benar dosis
 Benar obat
 Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus
diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang
identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien
atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup
berespon secara verbal, respon non verbal dapat
dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien
tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung
kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi
dari gelang identitasnya.

3/20/2019
 Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat
dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar
namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu
hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau
kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien,
label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali.
Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya
diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan
dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak
obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai
dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
 Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus
memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat
untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama
obat dan kerjanya.
3/20/2019
 Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa
dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi
dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien
meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya
lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet
memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau
tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya
berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron
dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1
vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda
harus tetap hati-hati dan teliti.

3/20/2019
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor
yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan
umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan
fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak
dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat
juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal)
seperti tablet ISDN.
b. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui
saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
3/20/2019
d. Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa
enema atau supositoria yang akan mencair
pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan
untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi
(dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang
tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian
obat perektal memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat dalam bentuk
oral, namun sayangnya tidak semua obat
disediakan dalam bentuk supositoria.
3/20/2019
e. Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran
pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian
berguna untuk pemberian obat secara lokal
pada salurannya, misalnya salbotamol
(ventolin), combivent, berotek untuk asma,
atau dalam keadaan darurat misalnya terapi
oksigen.

3/20/2019
 Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang
efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika
obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu
karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus
diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi
yang berlebihan pada lambung misalnya asam
mefenamat.

3/20/2019
 Setelah obat itu diberikan, harus
didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien
menolak meminum obatnya, atau obat itu
tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya
dan dilaporkan.

3/20/2019
QUESTION ???

Anda mungkin juga menyukai