Kelompok 1
Kelas : I.B
Dosen Pembimbing :
2017
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya . Dari sanalah semua kesuksesan
ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar makalah
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
B. Tujuan ........................................................................................................... 2
E. Pendekatan Bioetik......................................................................................11
A. Kesimpulan......................................................................................................25
3
B. Saran................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
tenaga profesional, dalam melaksanakan tugasnya dapat bekerja secara mandiri dan dapat
pula bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan
keperawatan untuk klien bik secara individu, keluarga ataupun masyarakat dengan
Sebagai tenaga profesional, dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap yang
menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggung jawab secara moral.
Masalah merupakan suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari segala segi kehidupan.
Tidak ada satupun benda ataupun subjek hidup yang bersih tanpa masalah.
Begitu juga dalam praktik keperawatan terdapat beberapa hal yang bisa jadi merupakan
masalah dalam praktik keperawatan. Baik merupakan perbuatan dari pihak yang tidak
bertanggung jawab, ataupun segala hal yang terjadi disebabkan oleh pertimbangan etis.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
hubungan etika.
b. Tujuan Khusus
5
4) Mahasiswa dapat mengetahui Model Keputusan Bioetika
5) Pendekatan Bioetik
6) Mahasiswa dapat mengetahui Isu Bioetik Dalam Keperawatan
7) Mahasiswa dapat mengetahui Nilai- Nilai Pribadi Dan Praktik Profesional
8) Mahasiswa dapat mengetahui Hubungan Perawat Pasien Dan Dokter
9) Mahasiswa dapat mengetahui Hubungan Perawat Dengan Pasien
10) Mahasiswa dapat mengetahui Hubungan Kerja Perawat Dengan Perawat
11) Mahasiswa dapat mengetahui Hubungan Perawat Dengan Tempat Kerja
12) Mahasiswa dapat mengetahui Hubungan Perawat Dengan Dokter
13) Mahasiswa dapat mengetahui Model – Model Hubungan
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bioetik
Secara harfiah, istilah bioetik muncul dari bahasa Yunani, bios (hidup) dan ethike (apa
yang seharusnya dilakukan manusia). Istilah ini sendiri diartikan sebagai kajian etika
mengenai isu sosial dan moral yang muncul akibat aplikasi bioteknologi dan medis.
Bioetik adalah studi tentang isu etik dalam pelayanan kesehatan. Bioetik adalah etika
yang menyangkut kehidupan dalam lingkungan tertentu atau etika yang sberkaitan dengan
pendekatan terhadap asuhan kesehatan ( Ismani Nila, 2001 hal;16 ). Bioetik adalah penerapan
etik dalam situasi perawatan kesehatan.Bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas
treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada
lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan
nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan tindakan pengobatan dan
biologi.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas
treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada
lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan
nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu
dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan
kesehatan
Bioetika muncul sebagai respon atas semakin berkembangnya ilmu dan teknologi
hayati, utamanya di bidang medis yang berhubungan erat dan/atau menjadikan manusia
sebagai objeknya.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut
perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah
pelayanan kesehatan.
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan dalam kaitannya dengan pengobatan. Lebih lanjut bioetik
difokuskan kepada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan,
7
bioteknologi, pengobatan,politik, hukum dan theologi. Isu bioetik yang muncul antara lain
peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pmberian pelayananan kesehatan.
B. Bioetika keperawatan
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti
masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan
yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan
keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap
penganbilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata
tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang
dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001).
Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo,
1997).Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana
tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.
Kemajuan ilmu dan teknologi terutama di bidang biologi dan kedokteran telah
menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum
teratasi ( catalano, 1991).
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah,
kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. Etika merupakan aplikasi atau
penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-
prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya
yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik
untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional
seperti Kode Etik PPNI atau IBI.
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap
suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai
dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan
sebagai perilaku personal. Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar
personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam
agama, hukum, adat dan praktek professional.
Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang
berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional.
8
Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan, dan berlanjut
pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis
mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan
keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat
atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan berdasarkan prinsip
dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan /kebidanan.
Lima prinsip penting dalam bidang keperawatan yang dikembangkan oleh Fry (1991)
meliputi :
1. Kemurahan Hati (Beneficence)
Inti dari prinsip ini adalah tanggung jawab untuk melakukan kebaikan yang
menguntungkan klien dan menghindari perbuatan yang merugikan atau membahayakan klien.
Tetapi dengan kemajuan ilmu dan teknologi, resiko yang membahayakan klien dapat terjadi
sehingga akan menimbulkan konflik atau dilema. Untuk itu diperlukan sistem klarifikasi nilai
sebelum seseorang memutuskan suatu tindakan. Megan (1989) mengelompokan tujuh proses
penilaian ke dalam tiga kelompok yaitu:
a. Menghargai
· Menjunjung dan menghargai nila/keyakinan dan perilaku seseorang
· Menegaskan di depan umum jika diperlukan
b. Memilih
· Memilih dari berbagai alternative
· Memilih setelah mempertimbangkan konsekuensinya
· Memilih secara bebas
c. Bertindak
· Bertindak sebagai pola, konsistensi, dan repetisi (mengulang yang telah disepakati)
9
2. Keadilan (Justice)
Beauchamp dan Childress memandang bahwa mereka yang sederajat harus
diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat,
sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan kata lain ketika seseorang mempunyai kebutuhan
kesehatan yang besar, maka ia harus mendapatkan sumber kesehatan yang besar pula.
3. Kemandirian (Otonomi)
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk
menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih (Veatch dan
Fry, 1987). Penerapan prinsip ini dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran,
usia, penyakit, ekonomi, lingkungan rumah sakit, tersedianya informasi dan lain-lain.
4. Kejujuran (Veracity)
Menurut Veatch dan Fry (1987), prinsip ini didefinisikan dengan menyatakan yang
sebenarnya atau tidak bohong. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pada klien dalam keadaan
terminal, klien ingin diberi tahu tentang kondisinya secara jujur (Veatch, 1978). Kejujuran
harus dimiliki perawat saat berhubungan dengan klien, karena kejujuran merupakan dasar
terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
5. Ketaatan (Fidelity)
Prinsip ini didefinisikan oleh Veatch dan Fry sebagai tanggung jawab untuk tetap
setia pada suatu kesepakatan. Dalam konteks hubungan perawat-klien meliputi
tanggungjawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi, dan memberikan
perhatian/kepedulian. Kesetiaan perawat terhadap janji-janji tersebut mungkin tidak akan
mengurangi penyakit atau mencegah kematian klien, tetapi akan mempengaruhi kehidupan
serta kualitas kehidupan klien.
Para siswa sering mengalami kesulitan bagaimana cara memulai ketika menganalisis
suatu konflik etika atau dilema. Mereka tidak mengetahui pertanyaan apa yang disampaikan
dan bagaimana proses untuk sampai pada suatu keputusan (Johansen & Harris, 2000).
Di dalam kelas, kita memperkenalkan suatu masalah ilmiah teknis dan meminta para
siswa mengemukakan sebanyak mungkin pandangan etis yang mereka kuasai. Sebagai
contoh, kita meminta para siswa untuk mempertimbangkan percobaan menggunakan binatang
untuk penemuan ilmiah yang secara etika benar. Kita menggolongkan tanggapan mereka ke
dalam teori konsekuensialisme atau deontologi (Teori Kantian). Dari diskusi seperti itu akan
10
membimbing siswa untuk sampai kepada wawasan bahwa ada banyak pandangan-
panadangan yang berbeda, yang mungkin sebelumnya siswa mengira hanya ada satu
pandangan/kesimpulan yang benar guna memberikan solusi terhadap suatu konflik atau
dilema.
1) Pendekatan Telelogik
2) Pendekatan Deontologik
3) Pendekatan Intiutionism
Pendekatan Telelogik
Menjelaskan suatu fenomena dan akibatnya
Pendekatan ini dihadapkan pada konsekuensi dan keputusan etik.
Membenarkan secara hukum tindakan atau keputusan yang diambil untuk kepentingan medis.
Pendekatan ini selalu digunakan dalam menghadapi masalah medis
Contoh kasus:
Dalam suatu kondisi seorang pasien harus segerah dioperasi sedangkan tidak ada ahli
bedah yang berpengalaman, namun hanya ada ahli bedah yang belum berpengalaman untuk
keselamatan pasien bisa dilakukan operasi.
-Seorang perawat bisa menolong pesalinan bila tidak ada bidan.
Pendekatan Deontologi
Adalah merupakan suatu teori atau study tentang kewajiban moral atau
pendekatannya didasarkan pada kewajiban moral.
Moralitas dari suatu keputusan etis yang sepenuhnya terpisah dari konsukensinya.
Seorang perawat berkeyakinan bahwa menyampaikan suatu kebenaran merupakan
suatu hal yang sangat penting dan tetap harus disampaikan .
Perbedaan 2 pendekatan pada kasus sbb;
Isu etis aborsi (teleologik); mungkin mempertimbangkan bahwa tujuan
menyelamatkan kehidupan ibu, hal yang dibenarkan dalam tindakan aborsi.
Deontologik secara moral terminasi kehidupan merupakan hal yang buruk untuk
dilakukan. Pendekatan ini dilakukan tanpa menentukan keputusan.
Pendekatan Intiutionism
Bahwa pandangan atau sifat manusia dalam mengetahui hal yang benar dan salah
Keyakinan akan etika keperawatan yang akan dilakukan dan meyakini baik dan benar.
Contoh kasus:
11
Seorang perawat tentu mengetahui bahwa menyakiti pasien merupakan tindakan yang
tidak benar. Hal tersebut tidak perlu diajarkan lagi pada perawat, karena mengacu pada etika
seorang perawat yang diyakini dapat membedakan mana yang benar dan mana yang buruk
untuk dilakukan.
Pembelajaran bioetika dapat dilakukan sebagaimana yang dikemukakan Fullick &
Ratcliffe (1996) yakni :
1. Interpretasi (memperkenalkan isu-isu etika dalam Biologi, misal: kloning, apa kloning itu?
bagaimana kalau suami istri tidak punya anak secara biologis karena suami Azoospermia,
bertahan ingin punya anak biologis dengan kloning?)
2. Analisis (faktor-faktor apa baik dari luar maupun dalam diri seseorang yang
mempengaruhi seseorang ingin punya anak?)
3. Argumen (rencana keputusan apa saja yang mungkin diambil dan apa kekuatan dan
kelemahan masing-masing?)
4. Pengambilan Keputusan (keputusan yang dapat diambil setelah melakukan kritik terhadap
masing-masing rencana keputusan).
Strategi pembelajaran bioetika dapat berupa diskusi maupun debat yang mengandung
tahapan di atas. Pembelajaran bioetika seperti tersebut di atas dikenal juga dengan
pembelajaran bioetika menggunakan Dilema Bioetika.
1. RESOLVEDD
Model pengambilan keputusan yang lain adalah strategi RESOLVEDD,
diperkenalkan dalam Ethics on the job (Pfeiffer & Forsberg dalam Johansen & Harris, 2000).
Strategi ini mengijinkan para siswa untuk membuat suatu keputusan setelah menganalisis dan
mengevaluasi kedua sumber utama pertimbangan etis: prinsip (deontologi) dan konsekwensi
(konsekuensialisme).
O. Outcomes :Menyatakan konsekwensi atau hasil yang penting dari tiap solusi utama.
V.Values :Menjelaskan nilai-nilai yang ditegakkan dan yang dilanggar oleh masing-
masing solusi.
12
E. Evaluate :Mengevaluasi masing-masing solusi utama dan hasilnya, kemungkinan
dampak, nilai-nilai yang ditegakkan dan yang dilanggar.
13
6. Mengidentifikasi konflik nilai menyangkut individu.
7. Memutuskan siapa pembuat keputusan.
8. Mengembangkan wilayah tindakan dengan hasil antisipasi.
9. Menjangkau suatu keputusan atas suatu tindakan dan membawanya ke luar.
10. Mengevaluasi dan meninjau ulang hasil dari keputusan. Memonitor hasil evaluasi ini
dari waktu ke waktu (O'Morrow & Carter dalam Johansen & Harris, 2000).
Salah satu dari keuntungan penggunaan model ini dalam pengambilan keputusan etika
adalah individu kunci dilibatkan di dalam situasi dan yang menentukan pembuatan keputusan
itu. Jika pada model RESOLVEDD terlalu memerlukan banyak waktu dan menghasilkan
terlalu banyak alternatif tanpa datangnya suatu solusi, maka pada Ten-Step Model
mempercayakan sebagian besar individu kunci yang tidak mungkin secara langsung
dilibatkan dalam proses ilmiah. Keputusan yang paling etis adalah dibuat oleh individu secara
pribadi, dan sering tidak ditanya, percaya kepada proses pengambilan keputusan etis. Model
berikutnya dirancang untuk proses menilai diri sendiri yang dapat diterapkan pada banyak
dilema etika yang terjadi di dalam penentuan ilmiah atau teknis.
3. Metode ABCDE
Metoda pengambilan keputusan etika ini memberikan peluang kepada suatu
kelompok atau individu untuk menjangkau suatu keputusan terakhir di dalam suatu konflik
etika. Model ABCDE untuk pengambilan keputusan meminta para siswa untuk memikirkan
tentang argumentasi yang bertentangan, biaya dan manfaat, dan untuk menjangkau suatu
keputusan terakhir berdasarkan pada kejujuran pribadi.
1. Argumentasi. Meminta dengan tegas kepada para siswa itu memberikan argumentasi
sederhana, pendek/singkat untuk melawan masing-masing sisi dari suatu konflik etika. Satu
dari jalan yang paling efektif untuk melakukan hal ini adalah meminta para siswa berpegang
teguh pada posisi sebelum diskusi tentang sisi lain dari argumentasinya.
2. Both Sides. Meyakinkan bahwa suatu argumentasi mempunyai dua atau lebih sisi yang
dapat didekati dari perspektif konsekuensi. Mengingatkan para siswa untuk membuat tanpa
putusan adalah suatu keputusan dengan konsekwensi. Adalah penting untuk mendorong para
siswa untuk melihat bahwa ada sisi lain dari dilema sungguhpun mereka boleh memprotes
bahwa mereka hanya melihat dari satu sisi saja.
14
3. Costs and Benefits. Menggunakan informasi yang telah mereka kembangkan sampai
sekarang terkait dengan biaya dan keuntungan-keuntungan masing-masing argumentasi.
4. Decision. Penggunaan diskusi terbuka dan debat, agar para siswa dapat menjangkau suatu
keputusan atau kesimpulan. Tidak berarti seluruh kelas perlu setuju. Bagaimanapun, ini
adalah suatu hal berharga dari waktu untuk mencoba untuk menjangkau keputusan terakhir
sebab hal ini dengan teliti mencerminkan proses di dalam masyarakat yang lebih luas.
Keputusan boleh jadi disetujui oleh mayoritas pemilih atau oleh konsensus. Atau tidak semua
orang akan setuju, tetapi adalah penting bagi para siswa untuk menjadi bagian dari proses
yang menjangkau suatu keputusan yang disetujui oleh kebanyakan dari kelompok itu.
5. Evaluate. Dengan semua argumentasi, biaya-biaya dan manfaat, dan keputusan terakhir,
apakah proses nampak adil? Selagi adil adalah sesuatu yang tidak sederhana, maka pada
umumnya siswa dapat menerimanya.
Model ini dengan jelas menunjukkan bahwa siswa perlu memegang teori etika klasik
sebab memungkinkan untuk mengemukakan argumentasi ke depan baik teori teleologi
maupun deontologi. Para siswa juga perlu mempunyai pengetahuan menyangkut biologi
dasar dibalik pokok materi yang sedang dalam pembicaraan. Model ini mempunyai
keuntungan antara lain mudah untuk menjelaskan dan menawarkan suatu proses pengambilan
keputusan secara langsung. Juga menyediakan suatu forum di mana masing-masing individu
harus menjelaskan nilai-nilai yang dimiliki dan memahami perihal (orang) lain. Melalui
proses ini , para siswa akan menemukan informasi baru, menyelidiki poin-poin pandangan,
mempertentangkan apa yang mereka miliki, dan mengembangkan argumentasi. Keputusan
sebagai bagian dari proses ini memberikan peluang pada para siswa untuk belajar menerima
secara sosial dan secara moral. Akhirnya, langkah evaluasi menyoroti para siswa
konsekwensi dari keputusan mereka. Penggunaan model ini tidak akan membuat semua orang
bahagia tetapi akan menawarkan kepada para siswa suatu kesempatan untuk menguji proses
pengambilan keputusan yang etis dengan menyelidiki hal-hal di luar nilai-nilai individu
mereka.
E. Pendekatan Bioetik
15
keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan setiap pengambilan keputusan
tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata, tetapi juga pada
pertimbangan etik.
Kemajuan ilmu dan teknologi terutama di bidang biologi dan kedokteran telah
menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etik kesehatan yang sebagaian besar belum
teratasi .
Tenaga keperawatan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan
profesional
Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat dan berlanjut pada
diskusi formal maupun informal dengan rekan sejawat atau teman di lingkungan sekitar baik
kampus ataupu lingkungan tempat tinggal. Dalam hal ini keperawatan seringkali
menggunakan 3 pendekatan yaitu : pendekatan teleologik, deontologik dan intuitionism.
1. Pendekatan Teleologik
Pendekatan Teleologik adalah suatu doktrin yang menjelaskan fenomena dan
akibatnya, dimana seseorang yang melakukan pendekatan terhadap etika dihadapkan
terhadap konsekuensi dan keputusan- keputusan etis. Dengan kata lain pendekatan ini
mengemukakan tentang hal- hal yang berkaitan dengan the end justifies the means (pada
akhirnya membenarkan secara hukum tindakan atau keputusan yang diambil untuk
kepentingan medis).
Contoh Kasus :
1. Seorang perawat yang harus menghadapi kasus kebidanan karena tidak ada bidan
dan jarak untuk rujukan terlalu jauh, dapat memberikan pertolongan sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya demi keselamatan pasien.
2. Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang sedang sakit. Tindakan ini
baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hukum tindakan ini
melanggar hukum sehingga pendekatan teleologi lebih bersifat situasional, karena
tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus
tertentu.
3. Dalam situasi dan kondisi dimana seorang pasien harus segera dioperasi,
sedangkan tidak ada ahli bedah yang berpengalaman dalam bidang tersebut,
dokter ahli bedah yang belum bepenglaman sekalipun tetap dibenarkan untuk
16
melakukan tindakan pembedahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Hal ini dilakukan demi keselamatan pasien tersebut.
2. Pendekatan Deontologik
Pendekatan Deontologi merupakan suatu teori atau studi tentang kewajiban
moral. Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.
‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi
menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan
kedua dilarang’.
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.Yang
menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga
salah satu teori etika yang terpenting.
Contoh kasus:
1. Seorang perawat dihadapkan pada kondisi yang su;it, dimana seorang pasien
didiagnosa kanker darah putih (leukemia) stadium akhir.dan harus segara diberi
tahukan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita pasien.
Dan dengan berat hati perawat mengatakan hal itu, agar pasien dan keluarganya
bisa mengambil tindakan selanjutnya.
2. Jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannya sesuai dengan tugas maka itu
dianggap benar, sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas.
3. Kewajiban seseorang yang memiliki dan mempecayai agamanya, maka orang
tersebut harus beribadah, menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.
4. Seorang perawat yang berkeyakinan bahwa menyampaikan suatu kebenaran
merupakan hal yang sangat penting, dan tetap harus disampaikan tanpa peduli
apakah hal tersebut mengakibatkan orang lain tersinggung atau tidak.
3. Pendekatan Intuitionism
Pendekatan ini menyatakan pandangan atau sifat manusai dalam mengetahui
hal yang benar atau salah. Hal tersebut terlepas dari pemikiran rasional atau irasional
suatu keadaan.
Contoh Kasus :
17
Seorang perawat sudah tentu mengetahui bahwa menyakiti pasien merupakan
tindakan yang tidak benar. Hal tersebut tidak perlu diajarkan lagi kepada perawat
karena sudah mengacu pada etika dari seorang perawat yang diyakini dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan.
Strategi pembelajaran bioetika dapat berupa diskusi maupun debat yang mengandung
tahapan di atas. Pembelajaran bioetika seperti tersebut di atas dikenal juga dengan
pembelajaran bioetika menggunakan Dilema Bioetika.
Contoh kasus :
Beberapa tahun lalu, salah satu Pahlawan Nasional Korea Selatan, Profesor Woo Suk
Hwang, seorang pioner dan pakar terkenal bidang kloning telah tersandung kasus bioetika.
Hasil kerja keras bersama timnya sejak tahun 2001 telah menghasilkan karya yang bisa
disebut monumental yaitu melakukan kloning sel somatis manusia untuk mendapatkan sel
stem, suatu proyek yang didanai Pemerintah Korea sebesar 4 milyar won atau sekitar 40
18
milyar rupiah. Sebelumnya, tim riset yang dipimpinnya pertama kali di dunia berhasil
mengkloning anjing, dan salah satu staf pengajar Universitas Gadjah Mada juga merupakan
kandidat doktor ikut terlibat di dalamnya.
Kesuksesan luar biasa tersebut ternyata diikuti dengan tuduhan bernada miring yaitu
adanya kemungkinan bahwa Profesor Woo Suk Hwang telah melakukan kebohongan publik
dan melanggar rambu-rambu bioetika. Dia dianggap telah menggunakan telur yang
diperoleh dengan cara membeli dari donor di rumah sakit maupun mendapatkannya dari
beberapa anggota tim yang terlibat langsung dalam penelitian tentang kloning tersebut.
Walaupun tuduhan ini lebih besar gaungnya di luar negeri ketimbang di dalam negeri,
namun Profesor Hwang merasa perlu untuk mundur dari segala jabatan strategis terutama
jabatan sebagai ketua lembaga pusat sel stem dunia. Keputusan berat yang berarti
kemungkinan besar harus meninggalkan segala kemewahan fasilitas penelitian yang telah
dikucurkan oleh pemerintah Korea.
Contoh Kasus:
19
Seorang ibu yang taat pada ajaranya menderita sakit anemia dan sangat membutuhkan
donor darah secepatnya akan tetapi pada kondisi tersebut ibu ini menolak untuk
ditransfusikan karena dalam kepercayaannya atau pada agamanya melarang transfusi
darah kerena dianggap telah melanggar ketentuan keyakinanya.
Contoh :
Bantuan perawat sangat dibutuhkan untuk melakukan aborsi terapeutik pada pasien,
padahal perawat tersebut berkeyakinan bahwa aborsi itu adalah tindakan yang berdosa.
Pada kasus ini perawat tersebut berhak menolak tugas itu karena hal itu betentangan dengan
nilai-nilai pribadinya dan ia dapat mengalihkan tugas tersebut pada perawat lain yang
mempunyai pandangan berbeda.
20
Pada dasarnya hubungan perawat dan pasien bersifat professional yang diarahkan
pada pencapaian tujuan. Hubungan perawat dengan pasien merupakan hubungan
interpersonal titik tolak saling memberi pengertian.
Kewajiban perawat memberikan asuhan keperawatan dikembangkan hubungan saling
percaya dibentuk dalam interaksi ,hubungan yang dibentuk bersifat terapetik dan bukan
hubungan social,hubungan perawat dan klien sengaja dijalin terfokus pada klien,bertujuan
menyelesaikan masalah klien.
Tahap hubungan perawat dengan pasien
1. Tahap orientasi
Di mulai pada saat pertama kali berhubungan.Tujuan utama tahap orientasi adalah
membangun trust.
2.Tahap bekerja
1. Menyatukan proses komunikasi dengan tindakan keperawatan
2. Membangun suasana yang mendukung untuk berubah
3.Tahap terminasi
a. Penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan
b. Terminasi disampaikan sejak awal atau tidak mendadak
faktor-faktor yang mempengaruhi klien dalam berhubungan
1. Perbedaan perkembangan
2. Perbedaan budaya
3. Perbedaan gender
4. Gangguan pendengaran
5. Gangguan penglihatan
Hubungan yang baik antar perawat dengan pasien akan terjadi bila :
1. Terdapat rasa saling percaya antara perawat dengan pasien
2. Perawat benar-benar memahami tentang hak-hak pasien dan harus melindungi hak
tersebut,salah satunya adalah hak untuk menjaga privasi pasien
3. Perawat harus sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada
pribadi pasien yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya,antara lain kelemahan fisik
dan ketidakberdayaan dalam menentukan sikap atau pilihan sehingga tidak dapat
menggunakan hak dan kewajibannya dengan baik
4. Perawat harus memahami keberadaan pasien sehingga dapat bersikap sabar dan tetap
memperhatikan pertimbangan etis dan moral
21
5. Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas segala risiko yang mungkin
timbul selama pasien dalam perawatannya
6. Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik antara nilai-nilai pribadi
pasien dengan cara membina hubungan baik antara pasien,keluarga,dan teman sejawat serta
dokter untuk kepentingan pasien
22
Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat membina hubungan baik dengansesama
perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut, sesama
perawat harus mempunyai rasa saling mengahrgai dan saling toleransi yang tinggi agar tidak
terjadi sikap saling curiga dan benci.
Tunjukkan sikap memupuk rasa persaudaraan dengan cara:
1) Silih Asuh
Yaitu sesama perawat dapat saling membimbing, menasihati, menghormati, dan
mengingatkan bila sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan sehingga terbina hubungan
yang serasi.
2) Silih Asih
Yaitu dalam menjalankan tugasnya, setiap perawat dapat saling mrnhargai satu sama lain,
saling mengahrgai antar anggota profesi, saling bertenggang rasa, serta bertoleransi yang
tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh hasutan yang dapat menimbulkan sikap saling curiga
dan benci.
3) Silih Asah
Yaitu perawat yang merasa lebih pandai/tahu dalam hal ilmu pengetahuan, dapat
mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya kepada rekan sesama perawat tanpa pamrih
Seorang perawat yang telah menyelesaikan pendidikan, baik tingkat akademi maupun
tingkat sarjana, memerlukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya baik di
bidang pengetahuan, keterampilan , maupun profesionalisme.
Memperoleh pekerjaan yang benar – benar sesuai dengan kemampuan standar yang telah
digariskan oleh pendidikan yang telah diikutinya sangatlah sulit karena besarnya persaingan
antara jumlah tenaga yang ada dengan sedikitnya jumlah lahan tempat bekerja. Oleh karena
itu, banyak yang beranggap bahwa yang penting bekerja dulu, sedangkan masalah
penempatan kerja sesuai atau tidak , akan dipikirkan kemudian .
Hal ini sangat berpengaruh terhadap motivasi untuk bekerja , bila pekerjaan yang
diberikan sesuai dengan keinginan dan kemampuan, maka motivasi kerja akan meningkat,
tetapi bila pekerjaan yang didapatkan tidak sesuai dengan keinginan dan cita – cita, maka
akan terjadi penurunan motivasi kerja yang menjurus terjadinya konflik antara nilai – nilai
sebagai perawat dengan kebijakan institusi tempat bekerja.
23
Bila terjadi penumpukan konflik nilai dalam pelaksanaan pekerjaan setiap hari, lambat
laun akan terjadi ;
1. Buruknya komunikai antara perawat sebagai pekerja dengan institusi selaku pemberi
kebijakan
2. Tumbuhnya sifat masa bodoh terhadap tugas yang merupakan tanggung jawabnya.
3. Menurunnya kinerja
Agar dapat terbina hubungan kerja yang baik antara perawat dengan institusi tempat
bekerja, perlu diperhatikan hal – hal dibawah ini ;
1. Perlu ditanamlam dalam diri perawat bahwa bekerja itu tidak sekadar mencari uang,
tapi juga perlu hati yang ikhlas
2. Bekerja juga merupakan ibadah, yang berarti bahwa hasil yang diperoleh dari pekerjaan
yang dilakukan dengan sungguh – sungguh dan penuh rasa tanggung jawab akan dapat
memnuhi kebutuhan lahir maupun batin
3. Tidak semua keinginan individu perawat akan pekerjaan dan tugasnya dapat terealisasi
dengan baik sesuai dengan nilai – nilai yang ia miliki.
4. Upayakan untuk memperkecil terjadinya konflik nilai dalam melaksanakan tugas
keperawatan dengan menyesuaikan situasi dan kondisi tempat bekerja.
5. Menjalinkan kerjasama dengan baik dan dapat memberikan kepercayaan kepada
pemberi kebijakan bahwa tugas dan tanggung jawab keperawatan selalu mengalami
perubahan sesuai iptek .
Pada saat ini berkembang paradigma baru dalam upaya pemberian palayanan
kesehatan yang bermutu dan konfrehensif, tentu hal ini dipicu ketika WHO pada tahun 1984
mendefinisikan sehat yang meliputi sehat fisik,sehat psikis,sehat sosial, dan sehat spiritual.
Dulu orang memandang masing –masing berdiri sendiri, hanya sedikit keterkaitan antara satu
sama lainnya. Oleh karena itu penanganan kesehatan pada umumnya akan melibatkan
berbagai elemen disiplin ilmu yang saling menunjang
.
Hubungan dokter dan perawat dalam pemberian asuhan kesehatan kepada pasien
merupakan hubungan kemitraan ( partnership) yang lebih mengikat dimana seharusnya
terjadi harmonisasi tugas, peran dan tanggung jawab dan sistem yang terbuka.Sebagaimana
American Medical Assosiasi ( AMA ), 1994, menyebutkan kolaborasi yang terjadi antara
24
dokter dan perawat dimana mereka merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega,
bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan
berbagai nilai – nilai yang saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang
berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat
Apabila kolaborasi antara dokter dan perawat berjalan sebagaimana dimaksudkan tentu
berdampak langsung terhadap pasien, karena banyak aspek positif yang dapat dihasilkan
tetapi pada kenyataannya terutama dalam praktek banyak hambatan kolaborasi antara dokter
dan perawat sehingga kolaborasi sulit tercipta.
1. Hambatan Kolaborasi Dokter dan Perawat
a. Dominasi Kekuasan
Dari pengamatan penulis terutama dalam praktek Asuhan Keperawatan perawat
belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi dengan baik khususnya dengan dokter
walaupun banyak pekerjaan yang seharusnya dilakukan dokter dikerjakan oleh perawat,
walaupun kadang tidak ada pelimpahan tugasnya dan wewenang. Hal ini karena masih
banyaknya dokter yang memandang bahwa perawat merupakan tenaga vokasional. Degradasi
keperawatan ke posisi bawahan dalam hubungan kolaborasi perawat-dokter, secara empiris
hal ini menunjukkan bahwa dokter berada di tengah proses pengambilan keputusan dan
perawat melaksanakan keputusan tersebut. Pada tahun 1968, psikiater Leonard Stein
menggambarkan hubungan perawat-dokter pada kenyataanya perawat menjadi pasif.
c. Komunikasi
25
d.cara pandang
Perbedaan antara dokter dan perawat dalam upaya kolaboratif terlihat cukup
mencolok. Dokter dapat menentukan atau memandang kolaborasi dalam perspektif yang
berbeda dari perawat. Mungkin dokter berpikir bahwa kerjasama tersirat dalam tindak lanjut
sehubungan dengan mengikuti perintah /instruksi daripada saling partisipasi dalam
pengambilan keputusan. Meskipun komunikasi merupakan komponen yang diperlukan, itu
saja tidak cukup untuk memungkinkan kolaborasi terjadi. Gaya maupun cara berkomunikasi
juga berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi. Pelaksanaan instruksi dokter oleh perawat
dipandang sebagai kolaborasi oleh dokter sedangkan perawat merasa mereka sedang
diperintahkan untuk melakukan sesuatu. Kemungkinan kedua adalah bahwa perawat tidak
merasa nyaman “menantang” dokter dengan memberikan sudut pandang yang berbeda.. Atau,
mungkin input yang perawat berikan tidak dihargai atau ditindaklanjuti, sehingga interaksi
tersebut tidak dirasakan oleh perawat sebagai kolaborasi.
26
3. Model partisipasi mutual
Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama atau kesejahteraan antara
umat manusia merupakan nilai yang tinggi, model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses
demokrasi. Interaksi, menurut model ini, menyebutkan kekuasaan yang sama, saling
membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan memberikan kepuasan kedua pihak.
Model ini mempunyai ciri bahwa setiap pasien mempunyai kemampuan untuk
menolong dirinya sendiri yang merupakan aspek penting pada layanan kesehatan saat ini.
Peran dokter dalama model ini adalah membantu pasien menolong dirinya sendiri.
Dari perspektif keperawatan, model partisipasi mutual ini penting untuk mengenal
dari pasien dan kemampuan diri pasien. Model ini menjelaskan bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Keperawatan bersifat menghargai martabat
individu yang unik, berbeda satu sama lain dan membantu kemampuan dalam menentukan
dan mengatur diri sendiri ( Bandman and Bandman,1999. dikutip dari American Nurses
Assocication, Nursing: Asocial Policy. Kansas City. MO: 1980. hal:6 ).
27
darah yang menurut agamanya tidak di perbolehkan.prinsip paternalisme mengurangi takdir
pasien dengan mengurangi pengendalian pasien terhadap tubuh dan kehidupannya.
28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan
kesehatan (Hudak & Gallo, 1997).Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik
sebagaimana tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik profesi
keperawatan. Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam
hubungan dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik
serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang.
B. SARAN
Bagi Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengetahui mengenai bioetika dan
pendekatan bioetika serta kasusnya. Dan juga memahami dan mengetahui tentang hubungan
eti.
29
DAFTAR PUSTAKA
Suhaemi, Mimin Emi. 2004. Etika Keperawatan . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ismani, Nila . 2001. Etika Keperawatan .Jakarta : Widya Medika.
Stright, Barbara. 2005. Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
https://www.academia.edu/12790192/BIOETIKA_KEPERAWATAN
https://safieraputriauliyah.wordpress.com/2015/08/08/makalah-etika-kep-tentang-hubungan-
perawat-dokter-dan-pasien/
30