Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN TERMINAL

KELOMPOK 3

NAMA NIM
Aldin S.0019.P.004
Israwati S.0019.P.013
Nova Putri Dewi Cahyani S.0019.P.016
Nur Israwati S.0019.P.017
Nurlinda S.0019.P.018
selpin S.0019.P.025

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
makalah dengan judul “ keperawatan menjelang ajal dan paliatif ” ini dapat diselesaikan.
Pembuatan makalah ini dimaksudkan sebagai tugas semester 5. Maka dari pada itu, makalah
ini akan menjelaskan semua yang berhubungan  dengan keperawatan menjelang ajal dan
paliatif.

           Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian , kelengkapan isi, dan lain-lainnya. Untuk itu
dengan senang hati kami akan menerima segala saran, kritik dari para pembaca guna
memperbaikan makalah ini di kemudian hari.Pembuatan makalah ini diharapkan dapat
berguna bagi pembaca  yang ingin mempelajari tentang keperawatan menjelang ajal dan
paliatif lebih dalam. Saya mengharapkan partisipasi dari para pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat dan berguna bagi setiap orang yang membacanya.

Kendari, 19 Desember 2021

Penulis

i|Page
DAFTAR ISI

Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB I pendahuluan
A. Latar belakang 1
B. Tujuan 1
C. Rumusan masalah 2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Penyakit Terminal 3
B. Jenis Penyakit Terminal 3
C. Manifestasi Klinik Fisik 3
D. Tahap Berduka 4
E. Rentang Respon Kehilangan 4
F. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian 5
G. Tanda-tanda Meninggal secara klinis Secara tradisional 5
H. Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian Pasien dan Keluarganya Terhadap
Kematian 6
I. Bantuan yang Dapat Diberikan Saat Tahap Berduka 6

BAB III ASKEP PASIEN TERMINAL


A. PengkajianRiwayat Kesehatan 8
B. Diagnosa Keperawatan 8
C. Intervensi Keperawatan 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 14
B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga,


dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien karena peran


perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari
bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-
sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat
kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).

Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan


WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur
dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984).

Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi
kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang komprehensif tersebut pasien
senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir
hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang
terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator
(memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai
dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.
Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.

B. Tujuan
1. Mendefinisikan bagaimana kondisi seseorang yang berada pada tahap terminal
2. Mengetahui konsep teori dari kebutuhan terminal atau menjelang ajal.
3. Mengkaji dan memaparkan diagnosa dari kebutuhan terminal.
4. Memberi intervensi serta mengevaluasi pada klien yang menjelang ajal.

1|Page
C. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Penyakit Terminal?
2. Apa Jenis-jenis Penyakit Terminal?
3. Bagaimana Manifestasi Klinik Fisik?
4. Bagaimana Tahap Berduka?
5. Bagaimana Rentang Respon Kehilangan?
6. Apa Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian?
7. Apa Tanda-tanda Meninggal secara klinis Secara tradisional?
8. Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian Pasien dan Keluarganya Terhadap
Kematian?
9. Bagaimana Bantuan yang Dapat Diberikan Saat Tahap Berduka?

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Terminal

Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak
ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh
suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu proses yang
progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik,
psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa, 1969).

Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu
(Carpenito, 1999).

B. Jenis Penyakit Terminal

Beberapa jenis penyakit terminal, yaitu:


1. Penyakit-penyakit kanker.
2. Penyakit-penyakit infeksi.
3. Congestif Renal Falure (CRF).
4. Stroke Multiple Sklerosis.
5. Akibat kecelakaan fatal.
6. AIDS.

C. Manifestasi Klinik Fisik

1. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung kaki


dan ujung jari.
2. Aktivitas dari GI berkurang.
3. Reflek mulai menghilang.
4. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama pada kaki dan
tangan dan ujung-ujung ekstremitas.
5. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.
6. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.

3|Page
7. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.
8. Penglihatan mulai kabur.
9. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri
10. Klien dapat tidak sadarkan diri.

D. Tahap Berduka

Dr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang


dapat terjadi pada pasien dengan penyakit terminal :
1. Denial ( pengingkaran )
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat
menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya.
2. Anger ( Marah )
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan
meninggal.
3. Bergaining ( tawar-menawar )
Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba menawar waktu
untuk hidup.
4. Depetion ( depresi )
Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan
segera mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi
bersama keluarga dan teman-teman.
5. Acceptance ( penerimaan)
Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan bahwa ia
akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang
belum terselesaikan.

E. Rentang Respon Kehilangan

Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance


1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.

4|Page
2. Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan.
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal
d. Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya
“ seandainya saya hati-hati “.
4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah,
akhirnya saya harus operasi “

F. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian

Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:


1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang
cepat dari fase akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada
kondisi penyakit yang kronik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi
pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit
kronik dan telah berjalan lama.

G. Tanda-tanda Meninggal secara klinis Secara tradisional.

Tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi,


respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan
beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu:
1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.

5|Page
3. Tidak ada reflek.
4. Gambaran mendatar pada EKG.

H. Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian Pasien dan Keluarganya Terhadap


Kematian.

Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:


1. Closed Awareness/Tidak Mengerti.
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan
tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi
perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering
kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan
pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dan sebagainya.
2. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala
sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.
3. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka.
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal
yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan
getir. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi
dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat
melaksanaan hal tersebut.

I. Bantuan yang Dapat Diberikan Saat Tahap Berduka

Bantuan terpenting berupa emosional.


1. Pada Fase Denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
2. Pada Fase Marah
Biasansya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal
yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan
lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat

6|Page
dipercaya, memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
3. Pada Fase Menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong
pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut
yang tidak masuk akal.
4. Pada Fase Depresi
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal
yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal
dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
5. Pada Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan
teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya
dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu
untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.

7|Page
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL

A. PengkajianRiwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang


Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang
2. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan
penyakit yang sama
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan klien
4. Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat:
a. Pasien kurang rensponsif
b. Fungsi tubuh melamban
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d. Rahang cendrung jatuh
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal
f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.
g. Kulit pucat
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas/ketakutan (individu/keluarga) yang berhubungan diperkirakan dengan


situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut
akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres
(tempat perawatan).

8|Page
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam
menghadapi ancaman kematian.

C. Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa 1
Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan dengan situasi yang
tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan
efek negative pada gaya hidup.
Criteria Hasil:
Klien atau keluarga akan :
a. Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan
b. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab,
peran dan gaya hidup

No Intervensi Rasional

Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya : Klien yang cemas mempunbyai penyempitan
1. berikan kepastian dan kenyamanan lapang persepsi denagn penurunan
2. tunjukkan perasaan tentang kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung
pemahman dan empti, jangan menghindari untuk memperburuk masalah. Menjebak klien
1 pertanyaan pada lingkaran peningkatan ansietas tegang,
3. dorong klien untuk mengungkapkan emosional dan nyeri fisik
setiap ketakutan permasalahan yang
berhubungan dengan pengobtannya
4. identifikasi dan dukung mekaniosme
koping efektif
Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan Beberapa rasa takut didasari oleh informasi
pernyuluhan bila tingkatnya rendah atau yang tidak akurat dan dapat dihilangkan
2
sedang denga memberikan informasi akurat. Klien
dengan ansietas berat atauparah tidak
menyerap pelajaran

9|Page
Dorong keluarga dan teman untuk Pengungkapan memungkinkan untuk saling
3
mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka berbagi dan memberiakn kesempatan untuk
memperbaiki konsep yang tidak benar
Berika klien dan keluarga kesempatan dan Menghargai klien untuk koping efektif dapat
4
penguatan koping positif menguatkan renson koping positif yang akan
dating

2. Diagnosa 2
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi
penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menark diri dari orang lain

No Intervensi Rasional

Berikan kesempatan pada klien da Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang
keluarga untuk mengungkapkan dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti
perasaan, didiskusikan kehilangan dapat menyebabkan menimbulkan perasaan ketidak
secara terbuka , dan gali makna pribadi berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan
1
dari kehilangan.jelaskan bahwa respon berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan
berduka adalah reaksi yang umum dan jujur dapat membantu klien dan anggota keluarga
sehat menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka
terhdap situasi tersebut
Berikan dorongan penggunaan strategi Stategi koping fositif membantu penerimaan dan
koping positif yang terbukti yang pemecahan masalah
2
memberikan keberhasilan pada masa
lalu
Berikan dorongan pada klien untuk Memfokuskan pada atribut yang positif
3 mengekpresikan atribut diri yang meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan
positif kematian yang terjadi
Bantu klien mengatakan dan menerima Proses berduka, proses berkabung adaptif tidak
4 kematian yang akan terjadi, jawab dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di
semua pertanyaan dengan jujur terima

10 | P a g e
Tingkatkan harapan dengan perawatan Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit terminal
penuh perhatian, menghilangkan paling menghargai tindakan keperawatan berikut :
ketidak nyamanan dan dukungan a. Membantu berdandan
b. Mendukung fungsi kemandirian
5 c. Memberikan obat nyeri saat diperlukandan
d. meningkatkan kenyamanan fisik ( skoruka
dan bonet 1982 )

3. Diagnosa 3
Perubahan proses keluarga yang berhubunga dengan gangguan kehidupan takut
akan hasil ( kematian ) dan lingkungannya penuh stres ( tempat perawatan )

No Intervensi Rasional

Luangkan waktu bersama keluarga atau Kontak yang sering dan me ngkmuikasikan sikap
orang terdekat klien dan tunjukkan perhatian dan peduli dapat membantu mengurangi
1 pengertian yang empati kecemasan dan meningkatkan pembelajaran

Izinkan keluarga klien atau orang terdekat Saling berbagi memungkinkan perawat untuk
untuk mengekspresikan perasaan, mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran
2 ketakutan dan kekawatiran. kemudian merencanakan intervensi untuk
mengatasinya

Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU  


Informasi ini dapat membantu mengurangi

3 ansietas yang berkaitan dengan ketidak takutan

11 | P a g e
Jelaskan tindakan keperawatan dan
kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan
4 berikan informasi spesifik tentang
kemajuan klien

Anjurkan untuk sering berkunjung dan Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat
5
berpartisipasi dalam tindakan perawan meningakatkan interaksi keluarga berkelanjutan
Konsul dengan atau berikan rujukan Keluarga denagan masalah-masalh seperti
kesumber komunitas dan sumber lainnya kebutuhan financial , koping yang tidak berhasil
6 atau konflik yang tidak selesai memerlukan
sumber-sumber tambahan untuk membantu
mempertahankankan fungsi keluarga
 

4. Diagnosa 4
Terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam
menghadapi ancaman kematia. 

No Intervensi Rasional

Gali apakah klien menginginkan untuk Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi
melaksanakan praktek atau ritual pada do,a atau praktek spiritual lainnya ,
keagamaan atau spiritual yang diinginkan praktek ini dapat memberikan arti dan
1 bila yang memberi kesemptan pada klien tujuan dan dapat menjadi sumber
untuk melakukannya kenyamanan dan kekuatan

Ekspesikan pengertrian dan penerimaan Menunjukkan sikap tak menilai dapat


anda tentang pentingnya keyakinan dan membantu mengurangi kesulitan klien
2 praktik religius atau spiritual klien dalam mengekspresikan keyakinan dan
prakteknya

12 | P a g e
Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual Privasi dan ketenangan memberikan
3 spiritual sesuai kebutuhan klien dapat lingkungan yang memudahkan refresi dan
dilaksanakan perenungan
Bila anda menginginkan tawarkan untuk Perawat meskipun yang tidak menganut
berdo,a bersama klien lainnya atau agama atau keyakinan yang sama dengan
4
membaca buku ke agamaan klien dapat membantu klien memenuhi
kebutuhan spritualnya
Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin Tindakan ini dapat membantu klien
religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mempertahankan ikatan spiritual dan
5
mengatur kunjungan. Jelaskan ketidak mempraktikkan ritual yang penting ( Carson
setiaan pelayanan ( kapel dan injil RS ) 1989 )
 

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit


atau sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat
dengan proses kematian.

Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi


fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap
individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang
ditunjukan oleh pasien terminal.

13 | P a g e
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan
menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi
peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai
jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang
yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani


hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian
itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri
tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan,
kehilangan orang yang dicintai.

B. Saran

1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal
dengan tenang dan damai.
2. Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien
menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan
untuk mempertahankan kualitas hidup pasien

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien jiwa
Edisi 3. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan jiwa  Edisi 8. Jakarta: EGC

Depkes RI Pusdiknakes. 995. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan dan Penyakit
kronik dan terminal Jakarta: Depkes RI

Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical Nursing Skills. Basic to
Advanced Skills, Fourth Ed, 1996. Appleton&Lange, USA.

15 | P a g e
16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai